"Lanjutkan, hyung."

Lee Changsub mengernyitkan dahinya tak mengerti. Sesampainya di dorm, kekasih manjanya hanya mengucapkan satu kata dan bermakna mengusir pula.

Apanya yang dilanjutkan?

"Kau ini bicara apa dari tadi? Aku tidak mengerti,"

Namja yang paling jangkung di grup itu hanya melewati Changsub tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

Changsub hampir meledak. Jujur saja ia lelah, pikirannya sejak turun dari panggung hanyalah makan, mandi, dan terlelap dalam dekap hangat kekasihnya di ranjang hingga pagi menyambut. Bukan malah disuguhi sang kekasih yang sedang ngambek seperti ini.

Brengsek–;

Pemuda pucat itu melempar asal mantelnya, lagipula tidak ada Ilhoon yang akan mengomelinya.


.

.

Yook, and His Jealousy

BTOB belongs to God, their parents, and Cube Ent.

Pairing : ChangJae (Changsub-Sungjae)

Warning : typo(s), OOC, BxB, top!Jae bot!Sub

.

.

Don't Like, Don't Read!

.

.


Sungjae kesal. Air yang memancar dari shower di atasnya terus menghujani tubuhnya. Dingin, dan kepalanya yang sebelumnya memang pening menjadi semakin memberat karena terlalu lama berdiam diri di bawah guyuran air shower. Ia berusaha mengusir bayangan Changsub yang kelihatannya lebih senang cuddling dengan member lain tapi tetap saja berujung pada ingatan-ingatan lain yang berebut menyerbu pikirannya.

Jangan mendekat!

Adalah kata-kata yang selalu dilontarkan Changsub ketika Sungjae mendekatinya pada saat di atas panggung, tapi lain cerita jika member lain atau Peniel yang mendekatinya. Changsub bahkan doyan mencium kepala plontosnya, hingga si empu meminta si maknae untuk 'mengondisikan' kekasihnya.

'Memangnya salah jika aku ingin skinship dengan kekasihku sendiri?'

"Ya! Yook Sungjae, kau tidur di dalam? Ini sudah hampir satu jam kau mandi!"

Suara teriakan diikuti gedoran tidak sabar di balik pintu kamar mandi membuyarkan lamunan Sungjae. Suara tenor penuh kejengkelan ini tidak lain dan tidak bukan adalah suara Changsub. Dengan segera ia mematikan shower, memakai pakaian apa adanya, menyampirkan handuk di kepalanya, lalu keluar.

Changsub berjengit ketika pintu di hadapannya menjeblak terbuka, kemudian terdiam dan menatap tajam kekasihnya –sekaligus meneliti tiap senti wajahnya–, dan ia mendapati bahwa Sungjae sedikit pucat. Tanpa banyak bicara lagi, Changsub segera menyeret sang maknae menuju kamarnya tanpa berkata apapun.

Meninggalkan tanda tanya besar di kepala sang leader dan center-member yang sedang bersantai di sofa menunggu giliran mandi.

"Bertengkar lagi?" –Eunkwang.

"Yeoksi, choding line. (Sesuai dugaan, childish-line)" –Hyunsik.

.

.

.

Pintu dibanting kasar. Tubuh yang lebih kecil dengan sekejap mendorong tubuh yang lebih besar darinya hingga terduduk di tepi ranjang. Tangan dengan kulit pucat milik Changsub menyambar handuk yang masih tersampir di kepala kekasihnya, lalu mengusapkannya dengan lembut.

"Daeche wae i-rae? (Sebenarnya ada apa?)" gerutu Changsub. Memulai konversasi dengan Sungjae yang ngambek jangan harap semudah mengembalikan mood anak kecil dengan es krim. Jika kau diam, maka ia juga akan diam hingga pagi.

Sungjae menutup kelopak matanya menikmati usapan dan remasan lembut di kepalanya. "Menurut hyung bagaimana?"

"Aku tidak akan bertanya jika aku tahu akar masalahnya."

"Lanjutkan."

Changsub mendengus kasar, kata itu lagi. Telah terhitung lebih dari dua puluh kali ia mendengar kata itu keluar dari belah bibir kekasihnya hari ini. Terima kasih, ia muak.

"Baiklah jika kau tidak mau memberitahu, aku akan tidur di kamar lain." tangan Changsub tidak lagi mengeringkan rambut Sungjae dan ia mulai beranjak dari posisinya.

WHAT?

Asal tahu saja, kamar lain yang dimaksud adalah kamar yang biasa ditempati oleh Peniel jika ia menginap. Mengingat skinship mereka berdua saja sudah membuat Sungjae panas sendiri, apalagi membayangkan hyungnya tidur di kamar yang dipenuhi dengan aroma si Chicago-boy. Tentu saja Sungjae dengan sigap meraih tangan Changsub agar namja chubby itu diam di tempat.

"Wae? (Kenapa?) Katamu lanjutkan, biarkan aku melanjutkan langkahku juga."

Sungjae menggeleng lucu, sepasang obsidiannya masih tetap memandang tangan besar miliknya menggenggam jemari berkulit pucat yang lebih kecil darinya, dan tanpa berani mengangkat wajahnya.

"Jangan mengajakku bermain tebak-tebakan seperti ini, kau tahu aku tidak bisa menebak pikiranmu, Sungjae-ya. Lagipula aku sudah terlalu tua untuk meladeni acara merajukmu yang barusan." ujar Changsub pelan dengan nada meminta pengertian dari namja yang lebih muda.

"Tapi muka hyung tidak boros."

Apa hubungannya?– Changsub mengernyit. "Kau mengataiku jelek karenanya, omong-omong."

"Karena aku ingin kau mengingatnya."

"Mengingat kalau aku jelek?"

"Mengingat bahwa aku yang mengataimu hal itu."

"Apa untungnya untukku? Baiklah, mungkin visualku tidak seperti Minhyuk-hyung atau Ilhoon yang pantas disandingkan denganmu, tapi aku–"

Sungjae mulai merasa risih karena pemuda chubby tersebut tidak cukup peka menangkap maksudnya. "Paling tidak kau akan terus mengingatnya!"

"Maka dari itu, apa!?"

"..."

"..."

"..."

"Kau selalu seperti ini." Changsub mengalah, ia mendudukkan dirinya di pangkuan Sungjae setelah melepas satu helaan napas lelah. Sungjae hanya mampu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher kekasihnya dan melingkarkan lengannya di sekitar tubuh Changsub, memeluknya posesif.

"Aku–"

Tubuh Changsub menegang, merasakan hembusan napas sang maknae yang hangat merambat menerpa sekitar tengkuknya. Sungjae menggodanya sekali lagi sebelum melanjutkan perkataannya.

"... cemburu."

"Mwo?"

Changsub menjauhkan badannya, hingga manik cokelatnya dapat menatap langsung obsidian di hadapannya. Ia menemukan pancar kekesalan dan cemburu di manik obsidian itu.

"Apa..." Changsub sedikit ragu melanjutkan kalimatnya. "...yang kulakukan hingga kau cemburu?"

"Kau selalu dekat dengan Donggeun-hyung. Di panggung, di ruang tunggu saat makan, bahkan kau juga suka menciumnya!"

Namja pucat itu membuka lebar matanya, kaget dengan jawaban kekasihnya yang ternyata hanya cemburu karena ia terlalu dekat dengan salah satu adiknya, yang berarti itu adalah hyung-nya juga. Namun selanjutnya ia tergelak.

"Dwaeji (babi), berhenti tertawa!"

"Kau yang tidak sadar posisi, babo (bodoh)! Aduh, perutku!"

"Aish hyung, pindah sana. Kau kira pahaku sofa?"

"Aigoo." keluhnya panjang sembari menutup kembali kepala Sungjae dengan handuk hingga wajah tampannya tak lagi terlihat. Pemuda bermarga Yook tersebut meronta minta lepas ketika kepalanya direngkuh Changsub dengan posisi handuk menutup catur-indranya.

Pemuda yang masih berposisi duduk di pangkuan Sungjae yang saat ini kepalanya tenggelam dalam pelukannya itu terkekeh. "Kalau begitu aku juga banyak cemburu denganmu," terdengar gumaman dari Sungjae menanyakan 'apa?' sebelum ia menjawab.

"Sejak debut kau dekat dengan Peuni, disebut kembaran Minhyuk-hyung karena kemana-mana selalu nempel dengannya, kau bahkan pernah tidur dengan Ilhoon dan sering mencium member lain. Tapi aku tidak pernah protes dengan segala tingkah skins–"

Sungjae dengan kasar melepas kungkungan Changsub. "Kalau kau cemburu, mengapa selalu melarangku untuk mendekat ketika kita tampil, hyung?" Ia menutup kepalanya dengan handuk, terlihat rona merah menjalar hingga telinganya.

"Aku juga ingin bermain dan bermanja denganmu."

Si pucat hanya tersenyum kecil melihat kelakuan Sungjae yang malu-malu. "Aku takut tidak bisa berkonsentrasi saat menyanyi. Karena aku akan selalu tertawa jika melihat tingkahmu."

'Lebih tepatnya aku tidak bisa mengontrol dua organ sekaligus. Pita suara dan jantung.'

Hening. Baik Sungjae maupun Changsub sedang berpikir rangkaian kata apa yang akan mereka utarakan pada satu sama lain.

"Lagipula sudah cukup suaraku pecah saat siaran langsung radio dan pada saat debut, jangan menambah sejarah kelamku lagi." Changsub terkekeh, sekaligus memecah hening yang sempat menyelimuti. Ia mengusak surai milik Sungjae yang setengah kering dengan gemas dibalik handuk.

Sebenarnya ia juga bisa saja mengamuk melihat Sungjae yang tebar pesona sana-sini, skinship dengan member lain. Namun sekali lagi, ia lebih tua dari Sungjae. Ia berpikir bahwa harus ada salah satu dari mereka yang mau mengerti posisi. Maka Changsub biarkan saja emosi itu bergejolak dalam dirinya sendiri dan menghilang seiring dengan jatah tidurnya yang bertambah.

"Maaf hyung."

Yang lebih tua memamerkan senyum lembutnya. Ia meraih handuk yang menutupi kepala brunette itu. "Gwaenchanha, sudah lebih lega?"

"Hum." Sungjae mengangguk samar dan kembali memeluk hyung-nya. Mungkin ia bisa dibilang tak peka, tapi ia sadar bahwa Changsub selalu berada di sampingnya. Memperlakukannya dengan baik seperti hyung kandung yang diimpikannya ketika berada di depan publik. Tapi jika mengesampingkan segala keprofesionalannya di hadapan publik, afeksi yang dilakukannya persis seperti potret kekasih idamannya pada saat hanya ada mereka berdua saja.

"Jinjja, kau dan segala kecemburuanmu."

Hening kembali.

"Jadi, tadi kau memintaku untuk mengingat apa?"

Sungjae tersenyum, dan mencuri kecupan dari bibir tebal merah alami yang tidak pernah gagal menggodanya itu. "Mengingat bahwa orang yang paling getol mengataimu, adalah orang yang paling mencintai– aniya, menyayangimu."

Changsub tertawa. Tawa yang menjadi candu tersendiri bagi Sungjae.

"Kata-katamu romantis, tapi sama sekali tak ada hubungannya." jemari pucatnya menyisir pelan surai brunette milik kekasih bongsornya, sebelum menjawab lirih.

"Anyway, aku sudah tahu."

Pemuda pucat itu membalas perlakuan si maknae, dengan mencium bibir yang tidak kalah tebal dengan miliknya itu. Oh, dan tentu saja diselingi "permainan" yang pastinya menyenangkan bagi mereka sendiri.

.

.

.

FIN


Saya lagi iseng nih, pengen bikin project (cuma three-shot aja LMAO) dengan cast official pairing BTOB, tema mungkin menyesuaikan tapi dominan ke "cemburu" sih ㅋㅋ. Next kalau ngga MinKwang ya IlSik. Menerima segala alur cerita mah, sumbang ide ya kalo mau, hihi. Ya itu pun kalo ada yang minat sih yhaaa ㅋㅋ

Gaada yang minat ya tetep gue aplot sih, buat seneng-senengan, ha!

Akhir kata, thanks sudah mampir dan membaca! Boleh minta reviewnya? :3


OMAKE

.

.

"Mau melakukan'nya' sambil mandi hyung? Aku tidak keberatan mandi dua kali."

"Tidur, Yook."

"Punggungmu kugosok, deh."

"Aku pindah ke kamar Donggeun, nih."

"Algessseubnida. (Got it.)"

Si jangkung harus menahan diri agar si pucat tidak kabur dari pelukannya.

.

.

.

REAL FIN