Title : Cracks of My Broken Heart [Songfic]
Author : Kim Sun Ri
Genre : Romance, Drama
Rating : T
Length : Two Shot
Disclaimer : This fict is mine, but the casts aren't
Warning : Yaoi, BoyXBoy, BL, AU, OOC(?)
Pairing : Eunhae
.
Don't Like Don't Read!
A/N : Inspired by 'Cracks of My Broken Heart' song (obviously -_-"), which was sung by uri jewel Lee Hyukjae at oppa-oppa fan meet. Credits also to original singer, Eric Benet.
Enjoy!
.
.:Cracks of My Broken Heart:.
.
.
Maybe we need
Just a little more time
Time that can heal
What's been on your mind
.
Donghae's POV
Pintu putih berderit pelan, saat aku membukanya untuk memasuki ruangan. Aku disambut oleh pemandangan yang sudah familier. Pemandangan yang sudah tidak asing untukku, meski sebenarnya aku tidak menyukai keadaan ini. Sosok yang amat kukenal, sosok yang kucintai terbaring, 'tertidur' di atas kasur putih. Tanganmu terhubung ke selang infus. Aku menghampirimu, duduk di bangku sebelah kasurmu sambil menatap wajah tanpa ekspresimu lekat-lekat.
"Sudah dua tahun…"
Bisikku lirih sambil mengusap pipimu dengan lembut. Air mata mulai kembali menggenang di pelupuk mataku. Perasaan bercampur aduk di hatiku, membuatnya berdenyut akan rasa sakit.
"Kenapa kau belum bangun juga…?"
Aku bertanya, meski kutau aku tidak akan mendapat sebuah jawaban. Aku mulai terisak. Perlahan aku bersandar pada sosokmu. Membiarkan kepalaku bersandar pada dadamu yang terebah dan menggenggam seprai putih yang melingkupimu dengan putus asa. Aku berpegang padamu seperti hidupku bergantung padamu.
"Sudah terlalu lama… Aku tidak kuat lagi…"
Aku menangis, dan terus menangis. Tetapi tidak ada respon darimu, seperti biasanya. Waktumu berhenti sejak hari itu. Kau sudah terbaring disini selama dua tahun, di kasur rumah sakit ini. Dan sejak itu aku selalu, terus menunggumu untuk terbangun.
"Maafkan aku… Atas semua yang sudah kulakukan… Maafkan aku…"
…
Aku memakimu, tidak mau mempercayai kata-katamu. Aku tau kau mencintaiku. Tetapi aku tidak bisa untuk tidak marah saat kau berkata buruk mengenali yeojyachinguku. Meski jauh di lubuk hatiku, aku tau kau benar. Aku tau kau hanya mencoba untuk melindungiku.
Tapi aku terlalu buta saat itu. Aku tidak ingin mempercayai bahwa yeojyachinguku berselingkuh di belakangku. Aku mau menyangkalnya. Kau terus mengatakan padaku untuk membuka mataku. Dengan kekhawatiran terlukis jelas di wajahmu, kau menyuruhku untuk sadar dan membuka mataku lebar-lebar.
Kau adalah sahabat baikku. Orang yang selalu melindungiku, orang yang selalu mencintaiku dalam bayang-bayang. Aku tau itu. Meski begitu kau tidak pernah memaksakan perasaanmu padaku. Kau terus mendukungku akan apapun pilihanku. Tapi aku tidak tau apa yang merasukiku hari itu.
Daripada mendengarkan kepada satu-satunya orang yang tidak akan berbohong padaku, aku malah memakimu. Aku berteriak padamu meski kau tidak berhak mendapat perlakuan itu. Setelah itu aku berlari, dengan air mata membasahi pipiku. Tanpa sadar aku berlari melewati jalan besar yang ramai.
Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Kakiku menolak untuk bergerak. Suara ban berdecit, suaramu menyerukan namaku dengan panik. Aku menutup mataku, merasakan sebuah benturan pada tubuhku. Meski begitu benturan tersebut tidak terasa sakit. Aku membuka mata, hanya untuk melihat sosokmu di tengah jalan itu. Kau terbaring di depan truk itu, dengan darah menggenang di sekitarmu. Matamu terpejam rapat.
Semua bagai mimpi buruk. Hanya saja itu nyata. Aku menghampirimu, dengan tubuh gemetar. Orang disekitar kita berubah panik. Mereka memanggil ambulans sementara aku merengkuh tubuhmu yang terlihat begitu lemah. Saat itu juga aku menyesali semua yang telah kulakukan. Aku mulai menangis. Aku berteriak dalam tangisanku. Tapi kau tetap tidak membuka matamu. Kau tidak tersenyum seperti biasanya saat aku membutuhkanmu. Kau tidak memaafkanku dengan ringannya seperti biasa, sambil menggumamkan dengan lembut, 'gwaenchana… Hae…".
…
.
You could find what we lost
Before it all slipped away
We need time to mend
From the mistakes I made
.
"Mianhae… Jeongmal mianhae…"
Aku menggumam diantara tangisanku. Kau benar. Mantan yeojyachinguku itu memang berselingkuh di belakangku. Kami berpisah tidak lama setelah itu. Kau benar, tapi aku menolak untuk mempercayaimu. Kau benar, tapi aku malah memakimu dan menyalahkanmu saat itu.
Meski begitu, kau tetap melindungiku.
Kau menyelamatkan nyawaku, tapi disinilah kau sekarang, terbaring tak bergerak. Sama halnya seperti kau tertidur, untuk waktu yang amat lama. Dua tahun telah berlalu sejak itu. Aku tidak pernah lagi melihat bola mata hitam yang selalu menatapku dengan lembut. Aku merindukannya, amat merindukannya.
Aku tidak pernah memperhatikan keberadaanmu sebelumnya. Duniaku terlalu terpusat pada mantanku itu. Dan sekarang setelah kau terbaring disini, aku baru menyadarinya. Kau selalu ada bersamaku. Kau tidak pernah pergi dari sisiku selama ini. Bukan yeojyachinguku yang selalu memperhatikanku. Bukan dia, yang selalu ada saat aku membutuhkan seseorang. Bukan dia yang tulus manyayangiku. Kau lah orangnya. Hanya kau, selalu kau seorang.
Tapi aku terlalu buta untuk menyadarinya saat itu. Aku terlalu buta untuk melihat, aku memiliki seseorang yang mencintaiku lebih dari apapun. Aku terlalu bodoh karena telah menyia-nyiakanmu. Aku terlalu bodoh untuk melukai seseorang sebaik dirimu. Tapi kau tidak peduli. Kau selalu ada untukku, tak peduli apapun yang kulakukan untuk mendorongmu menjauh.
Saat kau sudah terbaring disini, aku akhirnya menyadari aku mencintaimu. Dan aku membutuhkanmu untuk ada disisiku. Tapi itu sudah terlambat. Aku tidak dapat memutar balik waktu. Aku tidak dapat mengubah masa lalu. Yang bisa kulakukan adalah menunggumu disini. Meski sekarang sudah lama sekali rasanya. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Apa ini hukuman untukku karena aku telah banyak melakukan kesalahan padamu?
"Maafkan aku… Kumohon maafkan aku… Bangunlah, Hyukkie… Jebal…"
Aku bangkit dari posisiku, menatap wajahmu. Aku mengusap pipimu dengan tangan kananku. Dan tangan kiriku menggenggam tanganmu erat. Setiap malam aku berdoa agar kau membuka mata berkelopak satu itu. Aku berdoa untuk melihat senyumanmu padaku. Tapi aku juga memiliki rasa takut ini dihatiku. Rasa takut bahwa kau tidak akan mencintaiku sama seperti sebelumnya saat kau terbangun. Aku menyakitimu. Masih tertinggal di benakku bayang wajah terlukamu saat aku memakimu.
"Mianhae… Jeongmal mianhae… Saranghae…"
Aku berbisik lagi. Setetes air mata terjatuh dari mataku, menetes ke punggung tanganmu.
.
God only knows what a heart can survive
So many tears of all the pain in our lives
And where else could we go after all we've been through
I still believe my life is right here with you
.
Jarimu berkedut, dan kupikir aku bermimpi. Aku tersentak bangun, mengusap air mataku dan menatap tanganmu. Tanganmu berkedut lagi. Aku menoleh dan melihat wajahmu. Dan aku tidak bisa mendefinisikan perasaan lega dan bahagiaku saat kulihat ekspresimu berubah sedikit. Setelah dua tahun, aku begitu merindukanmu.
Amat perlahan, kau membuka matamu. Aku terlalu terpana dalam campuran perasaan untuk bereaksi. Aku melihatmu berkedip perlahan, menyesuaikan sinar cahaya yang masuk ke matamu. Sepertinya kau masih mengumpulkan ingatan sebelum kecelakaan itu. Kau melihat kearah tubuhmu yang terbaring, sebelum melihat kearah sekitarmu.
Disaat matamu hinggap padaku, kesadaranku kembali. Aku menggenggam tanganmu dan tersenyum meski dihiasi air mata, masih sedikit terkejut dan kenyataan ini begitu sulit dipercaya. Kau akhirnya membuka mata. Kau melihatku, rasa bingung, dan sesuatu yang berbeda tergambar jelas disitu.
"Hyukkie! Hyukkie kau sudah sadar!" Seruku.
Kau terlihat berpikir keras. Kemudian sesuatu menyentakmu, seperti kau baru menyadari sesuatu. Kau perlahan membuka mulutmu, mencoba mengeluarkan suara dari tenggorokanmu. Mungkin sulit karena kau tidak menggunakannya dalam waktu yang lama.
"… D… Donghae…?" Suaramu amat serak, meski amat pelan.
Aku mengangguk cepat, dan kau terlihat kaget.
"… I-ini… Benar kau…?"
"Ini aku, Hyukkie… Ada apa?"
Dari kedutan kecil di jarimu, aku sadar kau berusaha menggerakannya. Tapi gagal. Jadi kau hanya menatapku.
"Rambut… mu…" Gumammu.
Aku melirik kearah rambutku, merasa tidak ada yang salah dengannya.
"Rambutku? Ada apa dengan rambutku?" Tanyaku heran.
Wajah kagetmu membuatku berpikir. Lalu kau mengutarakan sebuah pertanyaan, yang membuatku menyadari gelagatmu.
"… Berapa lama… aku tidak sadar?"
Kau koma dalam waktu yang amat lama. Terakhir kau melihatku, aku tidak seperti ini. Rambutku dipotong amat pendek dengan warna hitam. Sekarang sedikit lebih panjang, dan telah aku cat brunette. Tidak heran kau terlihat bingung. Untukku, waktu sudah berlalu amat lama. Tetapi untukmu, hanya seperti kedipan mata. Seperti kau tertidur biasa, tapi saat kau membuka matamu, semua telah berubah.
"… Dua tahun… Kau telah tertidur disini dua tahun lamanya, Hyukkie…"
.
.:Cracks of My Broken Heart:.
.
.
So just hold on
And it won't take long
I hope that you can love me
When the pain is gone
.
Sejak saat itu, matamu kembali terbuka. Satu bulan telah berlalu. Tapi kau sama sekali berbeda dengan dirimu sebelumnya. Wajah terkejutmu hari itu adalah awal dari segalanya. Kau mengunci dirimu sendiri dari semua orang, bahkan diriku.
Kau bukan lagi Hyukjae yang selalu tersenyum ramah dan lebar, memperlihatkan gummy smilemu dan menatapku hangat. Kau terlihat tidak memiliki ekspresi, pada semua orang. Kau hanya memiliki tatapan kosong di matamu. Kau terlihat bingung setiap kali kau melihat cermin. Dua tahun, kau sudah tumbuh semakin dewasa. Pasti aneh rasanya memiliki tubuhmu berubah tanpa dirimu sendiri menyadarinya.
Rambutmu yang semula kau cat berwarna merah sudah tumbuh panjang. Sehingga kami memotongnya selagi kau masih tertidur. Sekarang warnanya kembali menjadi brunette tua, serperti warna rambut aslimu. Mungkin ini masih baru untukmu. Dan aku sudah jarang mendapatimu melihat kearah kaca lagi.
Kau amat jarang berbicara, kecuali benar-benar dibutuhkan. Karena kau masih dalam proses rehabilitasi setelah masa koma, kau masih tidur di kasur rumah sakit yang sama. Aku selalu ada di sampingmu, menemanimu. Aku duduk disisimu, menceritakan segala cerita tentang hal-hal yang sudah terjadi dua tahun ini. Tapi kau tidak menunjukkan ekspresi apapun. Kau tidak mengkomentari ceritaku sedikitpun. Kau hanya memandang keluar jendela, kearah langit biru selagi aku terus berbicara.
Keluargamu dan aku menanyakan dokter mengenali kondisimu. Katanya kau baik-baik saja. Kau tidak memiliki masalah sama sekali, fisik maupun mental. Yang masih kurang hanyalah kemampuan koordinasi tubuhmu karena kau tidak bergerak selama dua tahun. Itu membuat kami semakin bingung atas tingkahmu.
Aku sudah mencoba meminta maaf mengenai pertengkaran kita sebelum kecelakaan itu. Kau mengangguk, mengatakan dengan perlahan bahwa kau bersyukur aku baik-baik saja. Kau memaafkanku dengan mudahya, dengan tulus, aku tau itu. Tetapi itu tidak mengubah dirimu yang tanpa ekspresi. Aku mulai khawatir padamu.
.
.:Cracks of My Broken Heart:.
.
.
I don't want us to fall through the cracks of a broken heart
Don't want us to fall through the cracks of your broken heart
.
Satu sore, saat aku memasuki ruanganmu, aku melihatmu tidak bereaksi akan kehadiranku. Kau hanya terus memandangi keluar jendela. Aku mengikuti arah pandanganmu. Kau sedang melihat sekumpulan anak kecil, yang berlarian di taman diluar. Beberapa menari dengan riangnya. Matamu mengikuti tiap gerakan yang mereka buat.
Aku mulai berpikir. Mungkin kau sedih karena kau belum bisa menggerakan tubuhmu secara bebas. Kau amat suka menari. Menari adalah salah satu tujuan hidupmu. Dan sekarang masih amat sulit bagimu untuk bergerak. Jadi aku mencoba menghiburmu, mengatakan kau akan segera bisa bergerak lagi. Kau tidak bereaksi terhadap kata-kataku. Bahkan seolah aku tidak ada disana, kau masih menatap keluar, tak bergerak.
Sakit rasanya melihatmu menghiraukanku seperti ini. Tapi aku mencoba menahannya. Sebagian hatiku sakit, akhirnya aku mendapat apa yang kumau, kau dengan mata terbuka. Tetapi rasanya tidak berbeda dengan saat kau tertidur. Atau mungkin lebih buruk.
Mungkin ini adalah hukuman untukku. Karena aku memperlakukanmu dengan amat tidak adil sebelumnya. Karena aku telah melukaimu begitu dalam sebelumnya. Tapi aku ingin percaya kau akan kembali suatu saat nanti. Kau akan menjadi Hyukjae yang mencintaiku lagi. Kau akan kembali, dan semua akan baik-baik saja.
Dengan semangat itu, aku terus menceritakan semua hal yang kau lewatkan dua tahun ini. Aku terus ada disisimu, setiap harinya tanpa terkecuali.
.
.:Cracks of My Broken Heart:.
.
.
There's a light that can burn
It exists in the heart
You can feel it when you know love is true
.
Kondisimu semakin membaik. Kau mulai bisa berjalan berkeliling. Aku amat senang karenanya. Tetapi kau tidak terlihat sesenang diriku. Ekspresimu masih kosong dan datar. Tapi harapanku masih ada. Dulu kau selalu ada disisiku, membantuku kapanpun ketika aku terjatuh. Sekarang giliranku untuk membantumu.
Satu bulan kembali berlalu. Minggu depan kau sudah bisa dibebaskan dari rumah sakit. Keluargamu juga menceritakan banyak hal. Tentang teman-temanmu, kabar mereka, rumahmu, dan bahkan Choco, anjing peliharaanmu. Kami membawanya sekali kepadamu waktu itu.
Kau tidak bisa mengenalinya pada awalnya. Ia telah tumbuh besar, dibandingkan dua tahun lalu. Ia terlihat sedikit asing denganmu sekarang. Dan kau juga terlihat tidak mau mencoba kembali dekat dengannya. Aku bertanya-tanya mengapa, karena dulu kau amat sangat menyayanginya, dan begitu lembut padanya. Kini kau hanya menatapnya dengan tatapan kosong yang sama.
Keluargamu juga memberitahumu soal kuliahmu. Kau harus mengambil ulang beberapa mata kuliah, tetapi dengan nilai-nilai tinggimu sebelumnya, para dosen setuju membiarkanmu lulus jika kau berhasil dalam beberapa tes. Tidak banyak yang harus diambil, hanya mungkin kau harus mengambil satu semester pendek lebih banyak. Tapi kau tidak terlihat senang. Ekspresimu lagi-lagi tidak berubah.
.
.:Cracks of My Broken Heart:.
.
Aku sedang menceritakan tentang beberapa hal lagi hari itu, saat akhirnya aku menyadari ada sesuatu yang lain di matamu. Tatapanmu terlihat sedih dan… terluka. Aku ingat aku melihat tatapan yang sama setiap kali aku bercerita soal apapun yang telah terjadi, tapi aku baru menyadarinya sekarang. Aku merasa bodoh karena begitu lamban.
"Mengapa kau terlihat amat sedih?"
Atas pertanyaanku, kau menoleh padaku. Aku tenggelam dalam bola matamu. Kemudian aku melihat sesuatu yang lebih lagi. Rasa takut, rasa sedih, dan sedikit amarah.
"Kenapa aku masih hidup?"
Pertanyaanmu itu menyentakku. Kau mendengus atas ekspresiku. Terlihat sedikit sinis, tapi tidak sebanding dengan kesedihan dibaliknya. Kau menatap langit sekali lagi.
"Dua tahun, Donghae. Aku kehilangan dua tahun dari hidupku."
Jeda yang panjang. Aku kehilangan kata-kata, tidak tau apa yang sedang ada di pikiranku. Tidak tau apa yang harus kuucapkan padamu. Kau berbalik dan menatapku.
"Saat semua hal yang kau ceritakan itu terjadi, aku ada disini, tidak mengetahui apapun. Beritau aku, reaksi apa yang harus kuberikan saat kututup mataku sejenak, kemudian saat kubuka kembali, semua telah berubah? Aku hampir tidak mengenali apapun. Aku bahkan hampir tidak mengenali diriku sendiri."
Tanganmu membentuk sebuah kepalan. Kau tersenyum meremehkan. Tapi aku menyadari senyuman sinis itu bukan untukku. Melainkan untuk dirimu sendiri. Seperti kau sedang mengejek dirimu sendiri.
"Tapi kau ada disini sekarang… Kau sudah kembali sekarang…" Aku berusaha menenangkannya.
Kau kembali berdecih, menatapku tajam dalam-dalam.
"Kembali? Kembali kemana? Beritau aku apa yang harus kulakukan saat semua sudah berjalan pergi, dua tahun lamanya sementara aku tertinggal di masa lalu? Beritau aku bagaimana aku bisa merasa senang saat kau memberitauku setiap kejadian yang kulewatkan?! Beritau aku!"
Kau berteriak dengan putus asa. Aku merasa amat sedih. Saat akhirnya aku berhasil menarik keluar emosi dari wajahmu, itu bukanlah sesuatu yang ingin kulihat. Kau hancur. Kau terluka, bingung, tersesat. Jauh lebih dalam dari yang kuduga.
"Aku bahkan tidak mengetahui siapa diriku!" Kau berteriak, dan akhirnya kau mengeluarkan semuanya.
Kepalan tanganmu beradu lemah dengan kasur. Air mata mulai mengalir dari matamu, dan aku ikut menangis melihat keadaanmu. Kau marah akan takdirmu. Kau marah akan dirimu sendiri. Dan sebagian diriku menyalahkan diriku sendiri, karena bila bukan karena aku, kau tidak akan ada dalam situasi ini. Kau terlihat marah, tetapi amat rapuh.
"Kenapa aku masih ada disini saat seharusnya aku sudah mati dua tahun lalu? Kenapa aku harus melihat semuanya berubah? Kenapa aku harus tetap hidup tanpa alasan?!" Kau berteriak frustasi, penuh keputusasaan, dan air mata menetes dari wajahmu ke kasur putih itu.
Kata-katamu menyakitiku. Kau mengatakannya. Kau mengatakan kau tidak punya alasan untuk hidup.
.
If you could try to be strong
And keep the light burning long
It took a lifetime but I found it in you
.
"Jangan katakan itu…" Bisikku, kepala tertunduk.
"Kenapa? Itu kenyataannya. Aku tidak punya alasan lagi untuk tetap hidup," kau berujar lagi, kata-katamu penuh kebencian akan dirimu sendiri.
Dan saat itu sesuatu tersentak dalam diriku. Aku mendongak, menatapmu dalam-dalam dengan amat yakin. Kau terlihat terkejut, tetapi kau balas menatapku.
"Kalau begitu kau pikir aku ini apa?!" Teriakku balik padamu.
Kau terlihat kaget, terlalu terkejut untuk membalas perkataanku. Sepertinya perkataanku barusan berhasil membuatmu kembali berpikir.
"Aku menunggumu selama dua tahun! Aku menunggu lama untukmu membuka matamu! Aku menunggumu untuk ada disini lagi, disisiku. Untuk meminta maaf padamu, untuk mengatakan betapa aku peduli padamu. Untuk mengatakan betapa aku mencintaimu. Aku sangat amat mencintaimu, Lee Hyukjae!"
Kau amat shock atas luapan tiba-tiba dan pernyataanku. Ekspresiku melembut, dan aku menggenggam tanganmu erat, menatap matamu dan berusaha menyampaikan perasaan yang kurasakan.
"Semua berubah, aku tidak bisa menyangkalnya. Tapi kau disini sekarang. Kau tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kau memiliki masa depan yang panjang di depanmu. Lantas mengapa bila kau kehilangan dua tahun dari hidupmu? Kau masih memiliki puluhan tahun di depanmu. Aku tau kau merasa tertinggal, aku tau kau merasa tersesat. Perasaan saat kau tidak tau apa-apa dan merasa sendiri di dunia ini… tapi…"
Aku mengambil napas panjang, air mata mengalir dari mata kita.
"Tapi bisakah kau berpikir, kau memiliki aku disisimu…? Kau selalu ada untukku sebelumnya, Hyukkie… Sekarang kumohon berilah kesempatan bagiku untuk ada disisimu. Dan kumohon… Bila kau merasa tidak memiliki alasan untuk tetap hidup… Bagaimana denganku? Lalu untuk apa aku menunggumu selama dua tahun? Aku tidak membuang-buang waktuku, aku yakin itu. Nyatanya sekarang kau disini kan? Aku percaya…"
.
Hold on, and it won't take long
I hope that you can love me when the pain is gone
.
Tubuhmu perlahan berubah rileks. Isakan keluar darimu. Kau menggenggam erat balik tanganku, gemetar amat ketara. Kau takut. Kau kira kau sendirian, tapi kau harus tau aku ada disini untukmu, selalu.
"Kau tidak sendirian, Hyukkie… Kau tidak hidup tanpa alasan. Bila kau tidak bisa menemukan alasan untuk tetap hidup, biarkan aku memberi taumu satu hal. Aku membutuhkanmu. Aku membutuhkanmu disisiku. Tolong ingat itu, dan jadikan itu sebagai alasan untukmu tetap hidup."
Perlahan aku merengkuh tubuhmu dalam pelukanmu. Kali ini saja, kau menangis bersandar padaku. Kali ini saja, bukan aku yang menangis dalam sandaranmu. Kali ini saja, biarkan aku menjadi kekuatanmu. Kau menangis keras, mengeluarkan semua rasa takut yang kau kubur dalam. Menangisi semua penyesalan dan rasa sakit di hatimu.
"Kau hancur… Tapi kini kau sudah sembuh kembali. Kau akan baik-baik saja, perlahan. Kau hanya perlu untuk berpegang erat. Kau akan baik-baik saja, kau akan kembali, Hyukkie… Kau akan kembali… Kau akan baik-baik saja sekali lagi… Percayalah padaku… Sebagaimana aku selalu percaya padamu, meski kau sedang terbaring tak sadarkan diri…"
.
I don't want us to fall through the cracks of a broken heart
Don't want us to fall through the cracks of your broken heart
.
Dan saat kurasakan dirimu mengangguk dalam pelukanku, aku tau semua akan membaik dari sekarang. Aku tau kau tidak akan berubah kembali menjadi dirimu yang dulu secara langsung. Aku tau hatimu masih retak amat dalam. Tetapi ini adalah langkah awal, untuk mengembalikan kepingan hatimu menjadi utuh lagi.
Perlahan, tapi pasti. Kita akan menyembuhkan luka hatimu, hatimu yang hancur. Dan suatu hari nanti, kita akan kembali lagi seperti dulu, bahkan lebih baik. Kita akan baik-baik saja. Aku akan selalu, selalu percaya padamu.
Semua akan jadi lebih baik.
Semua pasti akan jadi lebih baik…
.
-Fin-
.
Horee aku galau…
Gatau tiba-tiba pengen bikin fic galau. Mianhae~ Padahal harusnya update Innocent Beast! tapi malah ngeluarin short fic ini. Abis kalo ga dikeluarin tar idenya menghantui otak hii~ ._.
Ngomong-ngomong ini juga gajelas. Eunhae atau Haehyuk. yaa, tergantung sudut pandang pembaca aja deh kekeke...
Lagu ini seperti yang disebut diatas, pernah dinyanyiin Hyuk pas oppa-oppa fanmeet. Yang belom liat search aja di youtube, nama videonya '120411 oppa oppa event 2nd_ eun hyuk solo'. Enak sekali deh dia nyanyinya.
Nah~ besok aku bakal update part 2nya dari fic ini. Sebenernya bukan part 2 sih. Cuman cerita sama tapi dari Hyuk's POV. Abis itu sesegera mungkin update Innocent Beast!
Mind to RnR? ^^
