Disclaimer: Square enix, Disney
Rating: T
Pairing Vanitas, Xion
Halo, dalam rangka Valentine aku bkin fic ini dalam 2 chapter
(maaf, kalau terlambat banget…)
Kali ini aku lagi pengen nulis tentang Xion dan vanitas
Maaf kalau banyak OOC disini dan mungkin di chapter ini bakal banyak bully dan kata2 kasar
Soalnya aku juga sering kehilangan mood pas nulis fic ini
Well, Happy Valentine all
Inspiration: Rolling Girl
RnR please?
XXX
==XION`S DAY==
XXX
" That`s enough…now, You are safe with me"
PROLOG
Kalau kau mengunjungi kelas XIIPA2, kau bisa merasakan aura itu
Dimana kekerasan sering terjadi
Tatapan sinis dan membenci satu sama yang lain juga ada
Mereka berkumpul dalam kelompoknya masing-masing
Tanpa ada yang mau bergaul dengan kelompok lainnya
Namun, dibalik semua itu ada seseorang
Ia duduk di barisan terbelakang dan memojokkan dirinya sendiri
Wajahnya terlihat suram dan sebagian wajahnya ditutupi oleh rambutnya
Ia terdiam dan terus terlihat asik dengan buku tulis lusuhnya
Entah apa yang ditulisnya
Tak seseorangpun mempedulikannya
Karena ia hanyalah 'boneka'
CHAPTER 1
That I meet a boy with unique eyes
Jumat, 11 Febuari
(Vanitas POV)
"anak-anak, mulai sekarang kita akan punya murid baru"
Mereka hanya melirikku sejenak dan tatapan mereka sangat menusuk. Lalu mereka mulai berbisik-bisik dengan sinis satu sama yang lainnya dan aku yakin mereka sedang menilai fisikku
"Silahkan kau perkenalkan dirimu" Ucap Wali kelasku yang baru itu. Ia memiliki rambut biru panjang dengan huruf X besar di wajahnya. Huh, aku ingin tertawa melihat wajah konyolnya. Mirip tokoh Kenshin dari anime samurai X
"Aku Vanitas, pindahan dari SMA Twilight Town…dan aku (terpaksa) pindah kesini karena pekerjaan orang tuaku…" lanjutku
Mendengar nama SMA Twilight Town, mereka pun kembali berbisik-bisik kembali.
Huh, biar saja mereka tahu kalau aku berasal dari sekolah elit, bukan berasal dari sekolah kampungan seperti mereka.
"Baiklah, aku rasa cukup…Vanitas silahkan duduk di kursi kosong di belakang sana di samping Xion…"
Xion?
Aku melirik kursi yang kosong itu. Mejanya tampak sudah lusuh dan sudah tua. Belum lagi berbagai coretan mewarnai pemandangan meja itu.
Sungguh pemandangan yang indah…Apa ada kursi yang lebih bersih daripada yang ini?
Pantas saja tidak ada yang mau menduduki kursi itu
Aku berjalan santai dan menduduki kursi itu tanpa mempedulikan orang-orang yang melirikku dengan sinisnya. Setelah duduk dan menaruh tas, kulirik teman sebangkuku itu. Ia berambut hitam dan sebagian wajahnya tertutup oleh rambutnya. Ia terlihat sedang asik mencoret-coret buku tulisnya entah apa yang dicoretnya. Karena ia sadar karena sedang kupandangi, ia pun mulai salah tingkah
"ha..Halo…" sapanya dengan sangat pelan dan tersenyum hambar padaku. Aku bisa merasakan sepertinya cewek ini punya tekanan batin dibalik wajahnya itu. Ga heran, teman sekelasnya aja kaya gini semua, gimana kaga stress nih cewek
"oh…hai…" balasku
"Umm…Halo Vanitas..."
Ampun suaranya pelan banget sih, perlu kubeli TOA untuknya?
"Namamu?"
"a…aku Xion..salam kenal" Ucapnya lagi
"yeah…"
Aku masih bisa merasakan mereka masih melirikku dengan sinis, apalagi saat aku ngobrol dengannya. Fufufu…sepertinya aku mulai bisa mengenal situasi yang menyenangkan ini. Sepertinya hari-hari sekolahku akan mengasyikkan
XXX
Huh…ia angkuh banget….
Iya…mentang-mentang dari sekolah elit aja udah kaya gitu
gayanya ampun, selangit
Kaya kebagusan aja, pengen kutonjok mukanya
Tunggu dulu…Kita lihat dulu situasinya
Aku ingin tahu lebih dalam tentang anak itu…
XXX
(XION POV)
Aku masih mengamati sosok seseorang yang duduk disampingku ini. Aku sedikit senang karena baru kali ini ada yang duduk disampingku. Apalagi ia tidak mengeluh atau minta tukar dengan teman yang lainnya.
Biasanya sih, jika ada yang duduk denganku, pasti ia minta pindah ke tempat lain asalkan tidak duduk bersamaku.
Huuhh…..Semoga saja ia ramah denganku.
Kupandangi lagi fisiknya. Ia memiliki rambut spiky dan berwarna hitam kelam yang senada dengan rambut milikku. Seragamnya dipakai asal dan ia tidak memakai dasi sesuai dengan peraturan sekolah
Tapi yang paling menarik adalah Bola mata emasnya miliknya. Sangat unik dan cocok dengan sosoknya yang dinginnya itu.
Tapi…ia terlihat agak seram….
"Apa lihat-lihat Hah?"
Ucapan ketus itu mengalir dari bibirnya dan membuatku kaget bukan kepalang karena ketahuan sedang menatapnya. Bola mata yang kukagumi itu menatapku dengan tatapan sewot seolah-olah ingin memakanku.
Aku jadi salah tingkah, "ng..nggak…ma…maaf…" Lalu aku memalingkan wajahku dan menatap buku kimiaku yang ada di atas meja. Lalu aku mulai menyalin pelajaran Xaldin-sensei yang ada pada layar proyektor ke buku tulisku.
Aku bisa mendengar dengusan Vanitas dan ia tidak menatapku lagi…
….dingin sekali..
Setelah menyalinnya beberapa halaman , aku diam-diam masih nekat melihatnya lagi karena penasaran. Ia terlihat sedang bengong dengan tangan kirinya menopang dagunya dan tangan kanannya mencoret-coret sesuatu di buku tulis barunya itu
Dia kira-kira nyoret-nyoret apa ya…
Saat kulirik bukunya, berbagai coretan terbentuk menjadi sketsa 2 orang yang mengenakan jubah panjang sedang duduk di clock tower . Mereka terlihat sedang asik memakan es krim dan tertawa bersama di tengah matahari terbenam itu… Ekspresinya sangatlah tertuang di gambar itu dan….Sangatlah indah…
jangan-jangan dia adalah mangaka …
"Hei, ngapain liat-liat lagi?…"
Aku kaget karena (lagi-lagi) kepergok ketahuan lagi ngintipin gambarnya. Aku melirik ke arahnya dan wajahnya terlihat kesal dan mata emasnya memelototiku. Aww...bisa-bisa dia membenciku…
"ma…maaf…"Ucapku sambil menunduk dalam-dalam. "so..soalnya gambarmu itu bagus sekali…aku menyukainya" Lanjutku sambil berusaha minta maaf supaya ia tidak marah denganku
"huh?" ia melirik bukunya "ini cuman corat-coret doang….Lagian, tuh guru ngajar ngebosenin banget…" Lanjutnya sambil tersenyum sinis dan menatap Xaldin-Sensei yang ada di depan kelas. Aku juga tersenyum kecil jadinya. Memang sih, pelajarannya membosankan dan teman-teman sekelas juga tidak ada yang memperhatikannya
Ada yang lagi ngobrol, FBan, baca komik, tidur, dan lain-lain….Tidak heran sih soalnya gurunya juga terlihat ogah-ogahan ngajarnya
"ummm…kau belajar gambar dari mana?" tanyaku berusaha membuka topik
"bisa sendiri kok…emangnya kenapa nanya-nanya hah?"
"eeehh…gambarnya bagus banget…."
"oh.." ucapnya datar tanpa ekspresi dan tidak menggubrisku. Ia melanjutkan kembali mencorat-coret bukunya
"awas kalau liat-liat lagi...ga enak tahu diliatin kaya gitu..." ujarnya
"i...iya..." jawabku menurut saja dan kembali mencatat
ketus sekali orang itu...tapi aku merasa walaupun auranya agak seram, sepertinya ia berbeda dengan teman-teman lainnya
XXX
Tuh boneka ngapain sih ngobrol ama dia?
Tau…baru pertama kali punya teman kali
Cih, caper banget sih jadi orang
Heran, kenapa lagi tuh anak baru mau ngomong ama boneka itu?
Eh, palingan juga tuh anak baru bakal ninggalin dia juga…
Benar juga ya….
Hahahahahaaaaa~~~~~~
XXX
"Nah, Kalau begitu, hari ini kita akan ulangan harian…."
Mendadak semua anak berwajah panic dan bersorak-sorak protes karena ulangan mendadak…begitu pula denganku karena aku belum menguasai seluruh materinya tapi yah…karena tadi aku mencatatnya, setidaknya ada sedikit yang aku bisa mungkin?
Kulirik Vanitas, ia terlihat tenang-tenang saja dan masih santai mencoret-coret bukunya itu
"uuumm…Kau ngerti pelajaran yang barusan?" tanyaku yang bingung karena ia terlihat sangatlah santai-santai saja
Vanitas terdiam. "Pelajaran apaan? Emangnya tadi dia ngajarin apaan?" jawabnya santai
Semua protes murid-murid pun digubrisnya dan dianggap angin lalu. Akhirnya Kertas ulangan dibagikan dan bisa kulihat seluruh murid kebingungan melihat soal ulangan itu….Kubaca pula soal yang ada pada kertas ulangan itu
Hmmm…aku lumayan bisa sih…
Kukerjakan seluruh soal yang kubisa dan agak kumengerti. Dari 20 soal, aku hanya bisa mengerjakan 18 soal saja…aku masih bingung dengan soal nomor 5 dan 7 tentang zat pembakaran minyak bumi...Tadi aku kuran mengerti tentang pelajaran ini
Masih pusing dengan jawabannya, tiba-tiba teman duduk yang ada didepanku menolehku, "heh, no 8 apaan?" tanyanya
Aku melirik jawabanku dan aku memberitahu jawabannya lewat kertas sobekan yang diberikan darinya
"heh, 4 apaan? Cepetan!" bisik temanku dari samping mejaku, "cepetan, lama banget sih?"
Aku pun memberitahukan jawabannya dan alhasil teman duduk yang ada di sekelilingku terus mencontekku dan memaksaku memberitahukan jawabannya
"18 apaan woy?"
"eh, 17 apaan?"
"9…9 woy! Cepetan!"
"eh, dari tadi gw tanyain, 14 apaan?"
Aku jadi kelimpungan memberikan jawaban-jawabannya kepada mereka semua, tapi aku harus melakukannya dari pada aku kena masalah lagi…Aku tidak mau mereka menjahatiku lagi
"eh, 5 apaan? "
"ya?"
"5 apaan woy?"
"eeeh…maaf aku ga tahu…" jawabku jujur…aku sendiri saja tidak sempat mikirin jawaban itu
"eh, bilang aja lo ga mau kasih tau gw…."
"ng..nggak…beneran…aku tidak tahu…" jawabku
"OH…JADI LO SEKARANG NANTANGIN GW HAH?" teriaknya sehingga seluruh teman sekelilingku menatapku
"huh, dia mulai berontak rupanya"
"emang…daritadi juga ngasih jawabannya juga ga ikhlas…"
"jangan-jangan kita dibohongin lagi"
"waaah~~betul juga ya…pantesan aja dia ngasih tau cuma-cuma"
"tau tuh, dasar jahat! Makanya sekelas pada benci ama lo!"
"tau…dasar tukang tipu….ga heran ga ada satupun yang PERCAYA AMA LO!"
"HEH, BACOT BANGET SIH LO PADA…" bentak Vanitas
Otomatis mereka terdiam dan kaget akan bentakan Vanitas. Aku sendiri pun kaget karena bentakannya.
"ORANG GW MAU TIDUR, LO MALAHAN BACOT MULU….NGERJAIN SENDIRI KENAPA? BISANYA NANYA MULU…DASAR BEGO!" kesal Vanitas
Aku sendiri kaget mendengar bentakan Vanitas dan beberapa saat kemudian aku bisa mendengar dengusan kesal dari teman-temanku dan mereka kembali mengerjakannya masing-masing. Aku juga mendengar mereka mulai berbisik-bisik mencaci maki Vanitas, tapi Vanitas sendiri terlihat mengacuhkannya
I…Ia menolongku? Kenapa ia mau menolongku?
"kamu lagi…ngapain sih ngeliatin mulu? Udah sana-sana…kerjain punyamu sendiri…aku mau tidur keganggu tahu…" ujarnya seraya memposisikan tidur di atas meja lagi.
"uummm…" aku menunduk dalam-dalam, "terima kasih…."
Mendengar ucapanku, Vanitas hanya mengangkat sebelah alisnya dan melihat kertas ulanganku yang lecek bahkan sedikit robek karena tadi sempat diambil paksa oleh teman-teman untuk disalin. "eehh…kau mau jawaban?" tanyaku dan aku ingin membantunya sebagai tanda terima kasih.
Vanitas melirik soal jawabanku sejenak
"huh, masa soal begini gampang aja ga bisa…payah…" cengirnya sambil mengejekku. Aku hanya terdiam dan aku melihat kertas jawabannya. Aku sangat kaget karena walaupun tadi kulihat ia tidur, ia ternyata mengerjakan seluruh soal dengan sangat baik dan tepat…
"Heh….ini gini caranya…."
Akhirnya malahan Vanitas yang membantuku dalam mengerjakan soal tersebut dan aku hanya malu karena baru kali ini ada orang yang mau mengajariku. Aku tidak pernah sekalipun diajarkan oleh seseorang seperti ini dan saat aku melihat tangannya yang besar itu, entah kenapa, jantungku terus berdebar-debar dan aku merasa….sangatlah… nyaman didekatnya walau hanya sesaat
XXX
Oh…jadi sekarang dia ngebelain 'boneka' itu?
Sepertinya ia juga ingin kita kucilkan juga
Dasar anak baru, sombongnya ampuun
Itu palingan gara-gara terpengaruh ama 'boneka' itu
Iya ya…emang dasarnya yang nyebelin itu ya 'boneka' itu
Pengen dilabrak rupanya…
XXX
Bel istirahat pun berdenting dan pertanda istirahat siang sudah dimulai.
Jam istirahat adalah jam yang paling kutakuti sebab mereka bisa-bisa mengerjaiku atau menjahatiku….Apalagi semenjak Ulangan kimia berakhir, mereka tadi sepertinya berbisik-bisik sambil menatap sinis padaku…
Aku juga merasakan sepertinya nanti aku akan dilabrak….
Ba...bagaimana ini..?
"huh…akhirnya jam istirahat juga…" Vanitas pun berdiri dari kursinya dan melangkah santai meninggalkanku seraya keluar dari kelasnya.
Beberapa saat kemudian, aku dikepungi oleh salah satu kelompok cewek yang paling sadis di kelas ini…Mereka tersenyum ramah padaku dan salah satu ketua kelompok itu menduduki kursi Vanitas yang ada disampingku
"Halo 'boneka' kami yang cantik…terima kasih ya tadi sudah membantu kami…" ujar sang ketua sambil memegangi ujung rambutku
"iya…berkatmu, aku yakin teman sekelas kita tidak akan ada yang ujian perbaikan…." Ucap yang lainnya sambil memelukku dengan erat
"hanya saja…aku sedikit sebal dengan teman barumu yang tampan itu…"
Va..Vanitas?
"dia mengganggu kami saat kami bermain denganmu…" bisiknya perlahan di telingaku
"ya…sepertinya kau juga terus bermain dengannya…." Ucapnya sambil menciumi lenganku
"Kami cemburu lhoo~~~"
Ma…maksudnya?
"kau mengerti kan maksud kami…" Ucap sang ketua lagi sambil tersenyum lebar yang sangat menakutkan bagiku dan auranya sangatlah menusuk. Aku tahu itu adalah sebuah ancaman bagiku dan aku HARUS menurutinya
a..apa aku harus…
"tolong ya, jangan dekati anak tampan itu…dia mengganggu…" ia mengelus-elus rambutku
"yeah~~kan kami jadi nggak bisa bermain denganmu.." ia pun mengecup jari-jariku pula dengan bibirnya yang dingin
Men…jauhi…Vanitas…?
"tenang saja, jangan takut 'boneka'ku…kami akan berbuat baik padamu kok…"
"yup…asal…kau tahu kan apa yang harus kau lakukan…?"
Akhirnya mereka bangkit berdiri dan semuanya tersenyum padaku
"well, bye-bye 'boneka'ku yang cantik…"
"Kami menantikan jawabannya lho~~"
"jalani apa yang ku minta ya…"
"bye sayang…"
Mereka pun memunggungiku dan meninggalkanku sendirian di kelas. Aku berusaha berpikir dan mencerna apa yang terjadi barusan…
Vanitas….
aku harus menjauhinya…
Ini demi kebaikan Vanitas
ini juga demi kebaikanku sendiri…
Aku harus berperilaku sebagai 'boneka' mereka yang baik….
Walaupun….Sebenarnya aku pun tidak mau…
Aku takut...
XXX
(VANITAS POV)
Huh, akhirnya bel pulang juga….Lama banget dari tadi udah kutungguin tahu nggak…
Aku menarik tasku dan memasukkan seluruh buku-buku baruku kedalam tasku. Kulirik teman duduk sampingku ini. Ia terus terdiam dan menunduk saja sambil memasukkan bukunya ke dalam tasnya dengan lemas. Heran…Semenjak istirahat selesai, dia diam saja, udah kaya patung hidup aja….padahal tadi sebelum istirahat ia masih mau sedikit berbicara padaku…. Tapi kenapa sekarang dia...
Apa mungkin…mereka melakukan sesuatu padanya?
Akhirnya mereka berhamburan keluar kelas bagai napi yang bebas dari penjaranya dan dengan bahagia menemui apa yang disebut dengan 'kebebasan' yang sudah ada di depan mata…Sungguh konyol dan menggelikan tingkah mereka
Aku juga keluar dari kelas dan saat di gerbang sekolah, aku berpapasan dengan Xion…Ia masih menunduk dan terlihat lemas begitu jalannya
Berarti memang ada sesuatu yang terjadi padanya
"heh…kau…"
Xion kaget dan seraya menatapku. Tatapan matanya sangatlah aneh dan aku tahu ia sedang ketakutan padaku…
Napa lagi nih orang…
"a…ada apa?" tanyanya dengan suara pelannya lagi
"nomormu…"
"nomor?" Xion malahan cengo dan mukanya terlihat seperti orang bodoh saja "nomor…apa?"
"yah nomor HPmu laahh~~~kau itu bolot banget…." Kesalku
"eeeh…?"
Wajahnya terlihat semakin seperti orang bodoh dan bolotnya…ampuunn…
"kau keberatan?" tanyaku
"aah…ng..nggak…ini…081314…"
Aku mengambil hp di sakuku dan mencatanya di phone book ku tidak lupa ku save dan ku misscall balik ke nomornya.
"itu nomorku.."
"eerr…memangnya untuk apa?" tanyanya lagi
"kalau ada apa-apa hubungi aku, ngerti?" ucapku sambil berjalan dan meninggalkannya. Xion masih terdiam terlihat bengong dan berusaha mencerna kata-kataku.
Aku sendiri heran, kenapa aku jadi ingin menolongnya….entah apa mungkin aku kasihan padanya?
Cih…Sifat asliku kayanya keluar lagi…Ah, udahlah, ga penting, hal sepele itu ga usah dipikirin segala, yang jelas aku sangat sebal ama pem-bullyan itu…dan kalau sampai pem-bullyan nya terus berlanjut atau makin parah, awas saja…fufufu….
"Senin nanti, kita ketemu lagi…"
~~~XXX~~~
Author: horeeeeeeeeeeeeee~~~~ fic valentine ku berees
Vanitas: valentine? Ini kaga ada romantisnya sama sekali…kenapa pula aku disana kaya orang bodoh
Xion: weew….kau mangaka yah vani?
Vanitas: BERHENTI MANGGIL GW VANI!
Author; hohooho…VANI-chan
Author dihajar pakai X-blade~~~
Xion: ini kan gambar axel ama roxas…
Vani: emangnya kenapa hah?
Xion: mirip ama gambarnya doujinshi RS
Vani : emang gw RS… (oops!) *tutup mulut
Author: …..
Xion: ….
Vani: ….sial, R&R please?
