Kisah Kelas 3-E
Chapter 1: Menginap di Sekolah
.
.
Tittle: Menginap di sekolah
Author: Yurina305
Rated: T
Genre: Humor
Main Chara chapter ini: Karma, Nagisa, Isogai, Maehara.
Warning: OOC, Bahasa amburadul, EYD kacau, Typo bertebaran, DLL.
.
.
Acara menginap di sekolah yang di selenggarakan oleh 4 orang cowok super kece akan di bawakan oleh Karma Akabane~~ ^^
Oke, Nama ku Karma Akabane, pastinya udah pada tahukan..? Iyalah~~
Dan sekarang aku terjebak di dalam gedung sekolah kelas 3-E yang berada di tengah hutan bersama dengan 3 orang lainnya, Nagisa, Isogai, Maehara.
Kejadiannya simple sih..
Awalnya kami berempat, aku, Nagisa, Isogai, dan Maehara, sepakat janjian buat nonton film di sekolah saat jam pelajaran berakhir.
Kami pun akhirnya duduk rapi di depan Ritsu sambil sibuk nonton film yang sedang diputar oleh Ritsu.
Ujung-ujungnya sih, kita sampe lupa waktu dan begitu malam tiba, ada hujan deras beserta angin, petir dan kawan-kawannya yang sukses membuat kami tidak bisa pulang.
"Maaf ya, Aku juga tidak sadar kalau sudah malam." Ucap Ritsu dengan wajah memelas. Dia lalu memperlihatkan sebuah jam besar yang jarum pendeknya menunjukkan angka 9.
"Sudah, tidak apa-apa kok, Ritsu." Jawab Maehara dengan sok keren. Padahal aku yakin banget kalau dalam hati dia udah nangis-nangis pengen pulang.
Yah, ini salah kita juga sih, nonton film sampai malam dan gak bawa payung pula. :v
"Terus kita gimana nih? Kan diantara kita gak ada yang bawa payung. Memang kita mau pulang hujan-hujanan?" Tanya ku.
"Ogah banget hujan-hujanan. Ntar kalau aku sakit gimana? Kalau aku kena samber petir gimana? Kalau aku tersesat di hutan gimana? Ini kan malem-malem, ngeri tau!" Ujar Maehara yang pertama kali menanggapi pertanyaanku.
"Tersesat apaan? Kan kita tiap hari naik turun gunung ini. -,-" Komentar Nagisa.
"Terus maunya gimana?" Tanya ku lagi.
"Nginep."
Kita berempat diam. Ritsu lebih memilih buat mematikan mesinnya.
Setelah itu akhirnya kami sepakat buat nginep di sekolah. Tempat tidurnya? Di lantai. Jadi kita tidur-tiduran di lantai yang tanpa bantal atau selimut dan pastinya bakal dingin banget bawaan angin hujan. Kita berbaring menghadap langit-langit kelas.
Pliss. Ini dingin banget. Sumpah. Mana sama sekali nggak bisa tidur lagi. :v
"AKU TIDAK BISA TIDUR!" Teriak Maehara dan mengambil posisi duduk. Kita semua juga sama, tidak bisa tidur. Padahal kita sudah ngambil posisi di lantai yang meja bagian belakang kelas sudah kami singkirkan.
"Aku juga tidak bisa tidur kok, Maehara.." Tambah Nagisa yang tiduran di sampingku. AA~~.. Tidur di sebelah Nagisa, It's Something! XD
Eh? NGGAK! AKU BUKAN MAHO! AKU MASIH SAYANG OKUDA! #what _
"Intinya kita berempat nggak bisa tidur." Kataku sambil ikut bangun. Isogai yang tidur di antara Nagisa dan Maehara Cuma menganggukkan kepalanya ikut setuju.
"Ritsu, nyalain filmnya lagi dong." Pinta Maehara yang sudah mengambil posisi duduk di depan Ritsu. Bentar, sejak kapan tu anak ada di situ? o,o
"Bego! Nanti kalau Ritsu kena samber petir karena mesinnya nyala gimana!?" Isogai langsung mukul Maehara. Ritsunya sih Cuma diem. Layarnya item, alias mesinnya udah di matiin.
CTARR!
"WUAAAA!"
Tiba-tiba terdengar suara petir yang sukses bikin kita berempat berteriak.
Gak. Aku nggak takut sama petir kok. Sumpah. :v terus kenapa aku musti teriak? Itu karena pas ada suara petir, Nagisa refleks meluk aku yang tepat ada di sampingnya(dan yang kebetulan ada di dekatnya), karena itu jantung ku langsung berdetak kencang dan akhirnya aku pengen teriak saking bahagianya. XD hehehe~~ #ea
NGGAK! OKUDA, MAAFKAN AKU! AKU KHILAF!
Aku juga melihat Maehara dan Isogai saling berpelukan kayak teletubbies di depan mesinnya Ritsu. Sebenarnya aku juga pengen bales meluk.. -,-
Selang 5 detik, Nagisa ngelepasin pelukannya. AA.. Tidakk! #woi
Tapi di peluk 5 detik aja juga gak papa sih.. aku sudah puas. Meski kurang lama. Plis. Sekali lagi aku khilaf.
"Kalian berdua mau pelukan sampai kapan?" Tanyaku karena Isogai sama Maehara dari tadi masih pelukan sambil merem dan masih teriak-teriak tidak jelas. Sebenarnya iri juga sih..
"Oh, sudah selesai?" Tanya Maehara yang baru sadar dan langsung melepas pelukannya, begitu pula dengan Isogai.
Kami berempat diem-dieman lagi. Masih tidak bisa tidur. Dan kemudian kami duduk berhimpitan di tembok.
Hujan di luar masih deras banget, kayaknya redanya masih lama. Angin malam yang berhembus di dalam kelas itu dingin banget. Dan jujur, keadaan kelas beneran gelap karena tidak ada penerangan apapun.
"Dingin banget." Komentar Isogai. Nagisa ngangguk. Kalau Maehara sih udah meluk tubuhnya dari tadi. Aku setuju aja, karena emang dingin banget di dalam kelas. Dan kami Cuma pake pakaian sekolah seadanya.
Nagisa-kun, sini ku peluk biar hangat.. XD #ea yah, kalimat itu Cuma dalam pikiranku, aslinya sih aku nggak berani ngomong.
"Ada selimut atau apalah buat ngehangatin nggak sih?" Tanya Maehara.
"Mana ada di kelas ini?" Timpal Isogai.
"Kayaknya ada Kain yang panjang dan lebar di gudang. Cukuplah buat kita berempat." Ucap Nagisa.
"Bagus! Kita ambil aja." Seru Isogai.
"Oke, Isogai sama Nagisa di kelas aja, biar aku sama Maehara yang ambil!" Ucap ku. Tapi Maehara langsung gelengin kepalanya dan ngasih kode pake tangan.
"TIDAK! AKU NGGAK MAU! INI TUH DAH MALEM! GELAP LAGI! TERSERAH MAU KEDINGINAN ATAU APA! AKU NGGAK MAU KELUAR KELAS BUAT KE GUDANG! SEREM TAU!" Maehara langsung ngasih sederet kalimat penolakan. Tapi itu saja nggak bisa mengurungkan niat kami buat ngambil kain di gudang.
"Ikut. Titik." Aku langsung menyeret Maehara buat keluar kelas.
"TIDAAAAKKKK!" Teriakan Maehara menggema di sepanjang lorong, dia masih meronta-ronta seperti anak kecil. Padahal kita sudah berada di depan gedung sekolah.
Yaampun.. apa segitu nggak maunya dia?
"BISA DIEM GAK SIH!?" Maehara langsung mingkem begitu aku membentaknya.
"Karma, kau ini tidak tahu ya betapa menyeramkannya gudang kelas 3-E saat malam hari!?" Ujar Maehara.
"Emang gimana?" tanyaku yang sedikit penasaran.
"Katanya di gudang itu.."
SRAK!
"WAAA!" Maehara langsung meloncat kearahku. Plis. Kalau dia aku sama sekali nggak bergairah. Aku lebih suka kalo sama Nagisa. :v #he
"Cuma ranting jatuh." Ucapku sambil nunjuk pohon yang rantingnya patah di atas semak-semak.
"Udah.. ayo cepet ambil kainnya." Ujarku sambil tetap menyeret Maehara menuju gudang.
Akhirnya kami berhasil berada di gudang. Maehara sudah tidak protes ataupun meronta lagi. Sayangnya, dia cuma diem dan matung di pintu gudang, padahal aku sudah sibuk nyari kainnya dari tadi.
"CEPET BANTUIN NYARI! JANGAN DIAM AJA!" Maehara langsung kelabakan nyari.
Kitapun nyari di setiap penjuru gudang, tapi masih belum ketemu kain yang dimaksud Nagisa. Dan gudang itu beneran gelap, membuat kita makin susah mencari di kegelapan.
"Karma, beneran ada nggak sih, kainnya?" Tanya Maehara.
"Mana aku tahu!?"
"Gawat!" Teriakku saat tanpa sengaja cat warna merah tersenggol dan jatuh di bajuku saat aku sedang mencari di rak bagian atas. Tidak terlalu besar sih, noda cat nya.
"KENAPA?" Maehara yang sedang mencari di arah yang berbeda langsung membalikkan badannya dan menghampiriku. Dia langsung syok.
"KARMA! TIDAAKKK!" Aku sweatdrop melihat Mehara berteriak lebay ala film. Matanya berkaca-kaca, Dia lalu jatuh bersimpuh sambil meninjukan kepalan tangannya ke lantai.
"Berisik! Ini kena cat, bego! Yah, Bajuku jadi kotor!" aku menatap cat merah di bajuku dan keluar gudang, berusaha menghilangkannya noda cat dengan air hujan.
Maehara cengo. "Karma! Jangan bikin aku kaget!" teriaknya dari dalam gudang. Dalam hati aku ketawa karena berhasil mengerjai Maehara meskipun tidak di sengaja.
Syukurlah noda cat nya sudah agak hilang setelah aku gosok berkali-kali. Masalahnya, sekarang bajuku basah.
"Maehara. Udah ketemu belum?" tanyaku sambil kembali memasuki gudang lagi.
"Belum." Jawab Maehara santai.
"Gimana bisa ketemu kalau kau dari tadi mainan tongkat baseball!?" Aku menunjuk-nunjuk Maehara yang sedang asik-asiknya mengayun-ayunkan tongkat baseball yang kemungkinan di temukannya di gudang.
"Kalau di jual dapat berapa ya?" Gumam Maehara.
"Cepet balikin! Yang kita cari itu kain!"
"Iya iya.." Maehara cemberut sambil berjalan ke arah kotak untuk menyimpan alat-alat baseball.
Aku kemudian kembali ke posisi pencarian ku.
"WAA!"
Begitu mendengar teriakan Maehara, aku langsung melesat ketempat Maehara berada.
"Ada apa?"
"I-Itu!" Maehara langsung sembunyi di belakangku sambil menunjuk ke depannya. Aku tidak tau apa itu karena gelap, tapi yang aku tau, warnanya putih.
"Ini dia kainnya!" Aku langsung merentangkan kain itu lebar-lebar setelah aku berhasil mendekat kearah apa yang ditunjuk Maehara dan berhasil mengetahui benda apa itu. Memang kainnya beneran panjang.
Maehara facepalm. "Aku kira tadi apa. Aku hampir jantungan."
"Tapi karena itu kita berhasil menemukan nya kan?" Aku lalu melipat kain itu agar mudah di bawa. Memang sih, warna nya putih, menggantung panjang, dan pastinya bisa membuat orang seperti Maehara ketakutan.
"Ayo kita cepat kembali ke kelas!" ajakku. Maehara diam dan mengikutiku dari belakang. Kayanya sih dia beneran lemes, karena jalan aja udah loyo banget. :v
Hujan masih deras sekali. Bisa gawat kalau tiba-tiba banjir. Dan entah kenapa begitu kami sampai di lorong kelas, aku punya firasat buruk. :v
Firasat burukku semakin menjadi-jadi.
Begitu aku dan Maehara memasuki kelas. Kita syok.
Yang ada di depan kami berdua.
Nagisa dan Isogai lagi matung di depan genangan air yang menetes dari atas langit-langit kelas yang bocor.
Waw. Banjir. -,-
Isogai sama Nagisa yang sadar dengan kedatangan kami langsung menghampiri kami.
"Kalian lama banget sih! Banjir nih! Mana kainnya!? Bisa gawat kalau airnya kena Ritsu, bego!" Bentak Isogai marah-marah sambil mengambil kain yang ku pegang. Lalu dia dengan cepat melebarkan kain itu agar air menyerapnya.
Kain itu. Kain yang aku dan Maehara cari dengan susah payah di gudang. di pake layaknya lap?
Aku dan Maehara masih mematung di depan kelas. Kita cuma ngeliatin Nagisa sama Isogai yang panik membereskan banjir.
"Jangan bengong aja, bego! Uwa! Banjirnya semakin meluas!" teriak Isogai.
"Karma-kun, cepat ambil ember!" teriak Nagisa.
Aku dan Maehara langsung panik tingkat dewa dan pergi mencari ember.
.
.
.
Kita berempat bengong.
Air hujan yang menggenang bagai banjir tadi sudah teratasi, namun lantai masih belum kering.
Atap yang bocor juga sudah kami tambal dengan alat seadanya. Namun masih ada beberapa yang tidak sempat kami tambal sehingga air hujan masih menetes dari sana-tapi tidak separah sebelumnya-, dan kami sudah menyiapkan ember di bawahnya sebagai tampungan.
Dan Kami berempat hanya duduk terbengong di pojokan ruangan kelas. Menatap ruangan kelas dengan tatapan kosong.
Aku menatap miris pada kain yang barusan aku dan Maehara cari di gudang kini sudah basah dan tidak bisa kami pakai untuk menghangatkan diri.
"haaaaahhh..." kami berempat kompak menghela nafas panjang.
"Semuanya. Kalian tidak apa-apa?" tanya Ritsu yang tiba-tiba muncul dari layar mesinnya. Ritsu, darimana saja kau, hah!? :v
Kami menoleh ke arah Ritsu dengan lemas.
"Seperti yang kau lihat. Tapi kami berhasil melindungimu dari air." Ucap Isogai bangga. Iyasih.. tapi sekarang kita ngenes.
"Kainnya.. Lap.." Maehara tampaknya masih syok. Aku juga sih, tapi aku sudah mendingan. -,-
"Akhirnya kita tetap kedinginan dan tidak bisa tidur. Dan kita tetap tidak bisa pulang." Keluh ku.
"Aku.. sebenarnya tidak begitu ingin pulang." Ujar Nagisa. "Aku tidak suka di rumah."
Yah, aku mengerti keadaannya Nagisa sih.. tentang homesick nya. :v
Nagisa-kun, kalau kau tidak suka berada di rumahmu, mari kita bangun rumah yang hanya ada kau dan aku di dalamnya. XD #ea
Gak. Aku bukan maho. Aku sudah punya Okuda. :v #ea
"Tapi aku ingin berterima kasih pada kalian. ^-^" Ucap Ritsu.
"Terima kasih? Untuk apa?" tanyaku.
"Kalian tahukan? Selama ini setelah semuanya pulang sekolah dan malam hari, aku selalu sendiri di sini. Tanpa ada siapapun di kelas. Meskipun aku bisa berpindah ke hape orang lain, tetap saja kesepian, jadi terimakasih sudah mau berada di sini. ^-^" Ucap Ritsu.
Kami terdiam, lalu tersenyum.
Siapa sangka kesialan kami terjebak di dalam kelas bisa menjadi sebuah kebahagiaan bagi Ritsu.
Dan kami juga baru sadar kalau sedari tadi Ritsu pasti memperhatikan kami. Yah, meskipun dia hanya mesin. Tapi Ritsu tetap teman sekelas kami.
Tunggu, apakah memang Ritsu sengaja tidak mengingatkan kami untuk pulang? Atau memang itu hanya ketidak sengajaan? Ah, sudahlah.
Entah kenapa sekarang kami senyum-senyum bersama Ritsu. :3
"Oh iya, ngomong-ngomong kalian tidak perlu melindungiku dari air, lho, karena aku punya bahan khusus yang membuatku tahan air."
"WHAT!?"
.
.
.
.
.
1 jam sudah berlalu semenjak kejadian tadi, kami sudah kembali berbaring di lantai lagi, meskipun udara dingin masih terasa karena hujan masih turun-namun tidak sederas tadi-, entah bagaimana caranya ketiga orang lainnya sudah tidur.
Tapi kenapa aku masih belum bisa tidur juga!?
Aku menatap lekat-lekat wajah tidur Nagisa. Seperti biasa, masih saja manis, dan saat semakin di pandang maka akan semakin terlihat manis.
Stop, kalau di pandang terus, yang ada aku semakin tidak akan bisa tidur.
NGGAK! Aku nggak akan menduakan Okuda, aku masih sayang Okuda, dan aku bukan maho. XD
Lagipula Nagisa kan sudah punya Kayano sebagai pacarnya. #ea T,T
"Karma."
Plis. Siapa itu yang ngomong!?
"Karma, kau masih belum tidurkan? Temenin aku ke toilet dong."
Oh, Isogai.
"Ogah. Sama Maehara sana."
"Maehara kan udah tidur, aku nggak enak bangunin dia. Pliss.."
"Yaudah sendiri aja kesananya."
Isogai terlihat kesal, tapi akhirnya dia berangkat sendiri menuju toilet.
5 menit kemudian Maehara bangun dan meminta hal yang sama.
"Karma, temenin aku ke toilet dong! Plis!"
"Busyet! Pada bisa ke toilet sendiri nggak sih!?" Ujarku kesal karena saat berusaha untuk tidur malah di ganggu terus.
"Kan toilet kelas ini kotor, gelap.. ayolah.."
"Kesana aja sendiri. Isogai juga lagi di toilet kok." Ucap ku.
Maehara juga terlihat kesal, tapi dia juga akhirnya berangkat sendiri ke toilet.
Kompak bener sih, anak dua itu?
Lupakan. Saat ini aku benar-benar tidak bisa tidur, padahal aku sudah berganti-ganti posisi tidur.
Oke. Sekarang di kelas itu cuma ada aku sama Nagisa. Waw. :P berdua? Dan Nagisa lagi tidur lagi. Waw. Amazing.
Tapi di sini kan masih ada Ritsu. -,-
Tiba-tiba dua anak tadi sudah kembali dari toilet. Yah.. gagal nih rencana berdua -,-
Gak! Tadi aku cuma khilaf. :v
"Hayo.. Karma ngapain?" tanya Isogai yang curiga padaku.
"Lagi mau tidurlah!" aku langsung memejamkan mataku sedangkan dua orang tadi ikut kembali tidur.
.
.
.
.
Paginya.
Hujan udah berhenti, tapi..
Aku terdiam. :v
Dan aku sama sekali gak bisa ngomong apa-apa.
Semenit lalu, setelah aku bangun dari tidurku aku melihat teman-teman sekelasku sudah mengerubungi kami.
Nagisa, Isogai, dan Maehara hanya mematung di sampingku.
"Kyaa..! Mereka tidur bareng!"
"Apa yang mereka lakukan tadi malam ya!?"
"tadi malam kan hujan, jangan-jangan.. "
"Karma, kalian sudah sejauh mana?"
"Maehara, apa yang kau lakukan pada Isogai."
Apa ini?
Oke, pasti mereka ngira yang enggak-enggak karena ngeliat 4 cowok kece(?) lagi tidur bareng di lantai. Plis deh, kita cuma tidur! Dan kita nggak ngapa-ngapain. Dasar para fujoshi!
"Nagisa, kalau kau lebih bahagia sama Karma, aku rela.. :')" ucap Kayano sambil menangis.
Yay! Kayano merestui(?) hubungan ku sama Nagisa! XD
Gak! Aku bukan maho! XD
"Kayano!" Teriak Nagisa di sampingku sambil mengejar Kayano. Kayanya dia mau ngejelasin semuanya ke Kayano. Waw. :v
Entah kenapa ni ati sakit banget ngeliatnya. :v
"Karma-kun, Ternyata kau..." aku ngeliat Okuda di depanku yang lagi ngeliatin aku dengan mata berkaca-kaca di balik kacamata(?). kemudian Okuda langsung lari keluar kelas.
Fix. Pasti dia juga ngira yang enggak-enggak. :v
Makin sakit ni ati. :'v
"Tunggu Okuda!" aku langsung mengejar Okuda.
Semoga Okuda nggak mutusin aku. Aku nggak bisa hidup tanpa dia. #ea
Kenapa Koro-sensei juga hanya diam sambil memakan cemilannya dan tidak memulai kelas!?
"WOY! KITA CUMA NGINEP DI SEKOLAH! DAN KITA NGGAK NGAPA-NGAPAIN!"
.
.
.
-END-
RnR?
