WARNING: DLDR, TYPO, Gaje, Alur berantakan, Bahasa kacau, cerita suka-suka auth, nggak ada judul gamenya, dll
Disclaimer Naruto : Masashi Kishimoto
Di game online pasti ada yang berpacaran di game, istilah lainnya couples. Banyak yang jatuh cinta sungguhan karenanya. Aku Haruno Sakura, hanya menganggap game online hanya sebuah game, tidak lebih.
JUST GAME
Klik klik
Aku duduk bersila diatas kasur berhadapan dengan netbook. Bermain game online di tengah malam begini memang kurang seru. Sepi! Tapi lebih nyaman. Karna tidak ada yang menggangguku samasekali. Saat aku bermain game di siang hari, selalu saja ada yang mengganggu. Mulai dari adikku, sampai ibuku yang menyuruhku ini itu. Padahal sudah aku beritau mereka kalau game online tidak bisa di pause.
Puk!
Netbookku mengeluarkan suara singkat yang menandakan adanya private chat masuk dari game yang sedang aku mainkan.
DarkRaven
(00.30) Saku?
DarkRaven? Kukira dia sudah tidur. Kenapa dia set off?
You
(00.31) Apa Sasuke?
DarkRaven, atau nama aslinya Sasuke. Marganya? Aku tidak tahu, dan aku tidak pernah tanya, menurutku nama panggilannya saja sudah cukup. Dia lebih muda tiga tahun dariku, dan dia temanku. Lebih tepatnya dia coupleku digame ini.
Dan aku sendiri Sakura Haruno. Aku menggunakan nick name PinkCherry (umn.. Norak gak?). Usiaku 16 tahun. Yah, usiaku terbilang sudah cukup dewasa, lalu kenapa aku mau memacari bocah berusia 13 tahun?
Sewaktu bertemu dengannya di sebuah tempat -di game tentunya- lalu langsung berpacaran dengannya di game, aku belum mengetahui usianya. Habisnya aku hanya iseng mencari couple, hampir semua teman-temanku di game punya couple. Lagipula sikapnya itu lebih dewasa dari pada anak seusianya, jadi aku mengira paling tidak dia seumuran denganku.
Tetapi akhirnya aku bertanya juga, sudah enam bulan aku menjadi couplenya, masa' tidak tau berapa usianya? Kalau dia om-om pedophile bagaimana? Hiiy!
Awalnya dia tidak mau memberitahu dan aku langsung saja mengatainya om-om pedophile. Dia sangat tersinggung ketika aku mengatainya seperti itu. Jadinya dia mau mengaku. Sebagai bukti, dia memberitahu Facebook-nya padaku, berserta passwordnya. Sepertinya dia sangat mempercayaiku. Yah, walaupun dia membirikan facebooknya padaku, tetap saja aku tidak mengetahui wajahnya. Di albumnya hanya terdapat foto-foto dari berbagai game yang dia mainkan. Bahkan photo profile-nya hitam tak bergambar. Dia hanya mencantumkan tanggal lahir dan kota tempat ia bernaung(?), Otogakure. Misterius? Nggak, dia hanya sok misterius!
Puk
DarkRaven
(00.32) Tidur!
You
(00.33) Kamu juga dong! Kenapa set off?
DarkRaven
(00.33) aku lagi memantau kamu.
You
(00.33) STALKER! huft... Yasudah. Aku tidur. Tapi kamu juga ya!
DarkRaven
(00.33) hn
Setelah membaca pesan terakhir Sasuke -yang kayaknya gak perlu dibaca itu- aku bergegas logout dari game tanpa pamit padanya. Bukan karna aku menuruti perintah Sasuke, tetapi mataku sudah cukup lelah berlama-lama memandang komputer. Bisa-bisa minus mataku nambah.
Lebih baik aku segera tidur sebelum Okaa-san memergokiku yang masih terjaga. Bisa gawat kalau sampai kepergok, netbook bakalan disita, itu artinya hidupku akan hambaaaaaar~
-Sekolah-
"Jidaaaaat! Ooohayo!" Seorang gadis cantik dengan rambut pirang pucatnya yang diikat tinggi berlari menubrukku saat aku melewati kelasnya.
"Ugh! Oksigen! Oksigen!" Aku berteriak sambil meronta dalam pelukannya seolah-olah gadis yang sedang memelukku ini memiliki kekuatan 'pelukan maut'.
"Lebay!"
"Pelukanmu yang lebay, pig!" gadis pig, eh, maksudku yang aku panggil 'pig' itu melepaskan pelukannya.
Sebenarnya namanya bukan 'pig',(kejam aja ortunya kalo ngasih nama anak 'pig') namanya Yamanaka Ino. Dia teman sekelasku saat kelas satu SMA. Sekarang kami sudah kelas dua, kami berbeda kelas.
"Hehe..." dia tertawa?
"He-he~" dan aku menirunya.
"Huaaa~ Jidaaat!" lalu dia menangis. Ini orang kenapa? Tiba-tiba nangis begitu bikin merinding tau.
"K-kok nangis, p-pig?" tanyaku sedikit takut-takut.
"Hiks. Kamu kenapa, Jidat?" Heeh gara-gara kau lah! Habis tertawa langsung menangis. Aku takut sama orang gila! Daripada dapet pelukan lagi gara-gara jawab itu, mending boong aja.
"T-tidak! Lanjutkan saja, pig!" kilahku sambil mengibaskan tanganku. Dan dia melanjutkan tangisannya.
"A-aku... Hiks Ak-"
"Hah? Benarkah?!" aku mengeluarkan ekspresi kaget sambil mengelus dada.
"Beloman, JIDAT!" gadis blonde itu menghentikan tangisannya sebentar untuk memarahiku.
"Oke, lanjutkan." aku melipat tangan didepan dada bersiap mendengarkan.
"Aku bingung harus memilih Sai-kun atau Shika-kun~ Mereka sudah mendesakku untuk memilih. Huaaa~" si pig, eh maksudku Ino, menangis lebih keras dan lebih deras dari sebelumnya.
"Sudah sudah. Jangan menangis lagi, Ino~" aku menenangkannya dengan cara mengelus punggungnya, lalu memberinya tisu. Bukannya aku care ya, aku hanya jijik melihatnya menangis seperti itu. Lihatlah hidungnya yang merah dan mengeluarkan sesuatu itu~
Aku jahat yah? Biarin, Ino setiap hari kan sudah menceritakan dan menangisi hal yang sama sampai aku bosan begini.
Biar kuceritakan masalahnya. Ino memiliki kekasih yang bernama Sai Shimura, dia teman masa kecilnya Ino. Lalu, Ino dikenalkan oleh kakaknya dengan seseorang yang bernama Shikamaru, gak tau deh marganya, kan aku gak kenal. Si Shikamaru ini baru patah hati, tidak ada perempuan yang dapat merapihkan hatinya, kecuali Ino. Dan Ino jadi rebutan sekarang.
Kalau ditanya tentang 'lebih nyaman sama siapa?' dia bakal jawab 'dua-duanya'. Kalau di tanya 'gantengan mana?' nanti jawabannya pasti sama. Repot ye?
Setelah nangisnya agak mereda, barulah aku mengomentarinya.
"Gituan terus yang dipikirin! Pilih tinggal pilih." Benerkan ucapanku? Kenapa banyak orang yang menangis karna hal sepele ini? Oke, aku pernah menangis karna –kata orang sih hal sepele- saat akun game kesayanganku di Hack. Tapi kan aku sudah mengeluarkan banyak waktu dan uang untuk membeli cash game itu! Siapa sih yang rela 'pekerjaannya' jadi sia-sia? Jadi wajar dong kalo aku nangis? Yakan?!
"Tinggal pilih jidat lebarmu!" ucap Ino sambil mentoel(?) jidatku.
"Makanya punya pacar! Biar tau gimana rasanya." lanjutnya lagi. Aku cemberut.
"Pacar kok di game." gumam Ino tapi aku dapat mendengarkannya.
"Biarin! Yang penting gak menggalau kayak kamu!" setelah mengucapkan itu, aku berlalu menuju kelasku sendiri. Aku agak tersinggung dengan ucapannya itu. Couple-an di game kan juga pake perasaan. Walaupun cuma iseng, tapi tidak bisa dipungkiri kalo aku juga mendapatkan perasaan-perasaan yang orang pacaran real rasakan, namanya juga cewek. Aaa~ jadi malu.
"Ohayou." aku masuk kekelas sambil menyapa teman-temanku. Dan hanya beberapa yang membalas.
"Yang nggak bales, orang pelit!" kataku sedikit lebih kencang.
"Ohayo!" jawab mereka yang belum menjawab.
Aku tersenyum, lalu berjalan kearah kursiku yang berada paling depan baris tengah.
"Saku-ra!" suara baritone terdengar ditelingaku. Aku menoleh kearah orang yang memanggilku.
"Naruto!" Sapaku ketika mengetahui siapa yang memanggil.
Namikaze Naruto, dia teman sekelasku yang suka bermain game online juga. Dia sering banget memenangkan event di game, makanya aku sering berguru padanya.
"Couplean sama aku yuk!"
"Ga." jawabku cepat. Hampir setiap hari dia menanyakan hal ini dan setiap hari juga aku menolaknya.
"Kok gamau? Kalo kamu couple-an sama aku, nggak bakal ada yang ganggu kamu deh!" tawar Naruto padaku. Kenapa bisa begitu? Karna Naruto ini ketua di salah satu guild yang terkenal.
"Kan aku sudah punya couple, Narutooo!" jawabku agak geregetan.
"Udah tinggalin aja! Lagian kan aku lebih ja-"
Aku menatap Naruto dengan pandangan 'jangan-pamer' membuatnya berhenti bicara.
"-Go. Oke oke! Ah Hinata-chan!" Naruto langsung kabur begitu melihat Hinata masuk ke kelas. Haaah dasar Naruto no baka.
"Jangan lupa kerjakan halaman 76 ya!"
"Ha'i sensei."
Setelah guru matematika itu keluar, aku langsung memasukan buku-buku dan juga alat tulisku kedalam tas dengan santai. Aku lebih suka keluar kelas paling akhir, tidak perlu berdesak-desakkan juga bisa sambil nyanyi-nyanyi tanpa malu diliatin temen sekelas.
"Jidat!" Kulihat Ino sudah ada didepan kelasku. Disana juga sudah ada Matsuri yang sedang memainkan ponselnya. Aku langsung menghampiri mereka sambil menenteng tasku. Matsuri juga teman sekelasku saat masih kelas satu SMA, tapi sekarang dia berbeda kelas karna dia memilih jurusan IPA, sedangkan aku dan Ino memilih jurusan IPS.
"Matsu-chan, kemaren aku chatting lho sama Gaara." sambil berjalan pulang, aku pamer pada Matsuri. Gaara itu pacarnya Matsuri, tapi dia tinggal di Suna.
Sedikit memanas-manasinya tidak apa kan?
"Terus Kankuro gangguin! Masa dia bajak facebooknya Gaara, terus ngatain aku 'kura-kura'" aku bercerita sambil cemberut. Matsuri tertawa.
"Haha, Kankuro emang jail. Jadi hati-hati aja, Saku-chan." Matsuri menasihatiku agar berhati-hati dengan Kankuro. Sial, kenapa nggak bilang dari dulu-dulu sih? Kan aku suka ceritain aibku ke Gaara lewat facebook. Nanti Kankuro baca gimana?
"Ha! Sukurin! Jadi bahan terorannya Kankuro loh!" Ino memanas-manasiku dengan nada mengejek.
"Ish!"
"Tadaima!"
"Okaeri!" aku masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam. Dan Nii-chan-ku yang menjawabnya.
Aku masuk keruang tamu dan menemui Nii-chan sedang duduk di sofa sambil memain ponselnya. Aku melihat di atas meja di depannya ada Cake. Kayaknya enak tuh.
"Buat aku ya, Saso-nii!" aku mengambil piring kecil berisikan Cake milik Nii-chan.
"Eiiit!" Nii-chan mengambil kembali cakenya yang telah kuambil.
"Yah yah yah!" badanku ikut tertarik karena aku masih memegangi piring kecil itu.
"Ini jatah Nii-chan. Punyamu kan sudah kamu makan semalam." Katanya sambil menyentil tanganku membuatku terpaksa melepasnya.
"Tapi mau lagi!" aku maju lagi untuk mengambil kembali cake itu. Tetapi wajahku didorong oleh tangan besarnya menjauh dari cake.
"Hush!" usirnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Sasori PELIT!" aku memanggil namanya tanpa sufix 'Nii' dengan kurang ajarnya.
"Bodo." Jawabnya santai sambil terus memainkan poselnya. Bikin aku makin panas~
Aku berlari kearah kamarku. Aku mau mandi dulu, habis itu main game online deh. Ketemu Sasuke lagi! Mikir gitu bikin aku mandi dengan terburu-buru dan asal-asalan. Yang penting segar. Tolong jangan di tiru ya!
Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, t-shirt merah dan celana jeans pendek, aku pergi kedapur dan menjelajah kulkas. Aku mengambil beberapa cemilan dan membawanya kekamar. Aku keluar kamar lagi untuk mengambil sebotol mineral dingin dari kulkas. Biar gak bolak-balik lagi gitu hehe.
Aku naik keatas ranjang lalu memangku netbookku, kemudian menyalakannya. Sambil menunggu booting, aku memasangkan modem eksternal ke netbook. Setelah booting selesai aku langsung menyambungkan netbookku dengan internet. Lalu aku membuka game online kesayanganku. Memasukan ID dan passwordnya, daaan...
Enter!
'Now Loading' aku membaca tulisan yang tertera di sana didalam hati sambil memasukan kripik kentang kesukaannya Chouji kemulutku.
Gambar di monitor pun berubah, menampilkan sebuah ruangan persegi empat yang sudah di desain sedemikian rupa, juga sebuah(atau seorang ya?) karakterku di game ini. Dia kubuat mirip denganku. Dia mengenakan celana jeans pendek diatas lutut, kaus putih lengan panjang dipadukan rompi jeans, juga sepatu boots . Di tangannya memegang sebuah pedang panjang.
Aku melihat-lihat buddies list, dan sekitar sepuluh buddies-ku yang online saat ini. Aku tidak melihat nickname 'DarkRaven' disana. Mungkin dia belum on, atau mungkin dia set off?
Aku melihat pemeritahuan di bawah icon 'home' yang menandakan adanya seseorang yang masuk keruanganku.
Game Mode
"Sakuuuu~" sebuah karakter perempuan berambut kuning pucat yang dibiarkan tergerai yang masuk kedalam room-ku.
"Shiooooon~" balasku kepada gadis itu. Gadis yang menggunakan nickname 'Shi_one' itu merupakan teman satu guildku yang juga guild Sasuke. Kami berdua sering hunting bareng atau sekedar bercanda.
"Nanti malem dateng ya ke room-ku! Jam tujuh." ucap Shion sambil menggunakan action blushing.
"Emang ada apa?" tanyaku penasaran. Tumben dia ngundang-ngundang temennya ke room-nya.
"Umn... Aku mau bikin pesta."
"Pesta? Asiiik! Dalam rangka apa? Banyak makanan dong?" aku antusias kalau ada orang yang mengadakan pesta atau semacamnya. Biasanya disana banyak makanan gratis yang udah disediain pemilik room. Makanan tersebut dapat meningkatkan stamina karakter game kita.
"Iya. Err... Acara pernikahanku sama Kiba." ucapnya sambil menggunakan action blushing lagi.
"Beneran? Kyaa selamat Shion!" ucapku sambil menggunakan action happy. Entah aku jadi ikut senang sekaligus iri, padahal cuman di ... huaa Shion mendahuluiku! Shion dan Kiba memang berpacaran dalam artian sesungguhnya. Mereka berada dalam datu sekolah itu sebabnya mereka benar-benar berpacaran. Si Shion ini awalnya bermain game online hanya untuk mengawasi Kiba, tapi malah jadi ketagihan sendiri.
"Aku jadi iri!"
"Haha. Minta aja sama Sasuke. Kamu kan blak-blakan. Pasti gampang mintanya." ucapan Shion membuatku berfikir. Yah, aku memang agak blak-blakan, tapi apa aku meminta pernikahan juga blak-blakan? Emang sih cuma di game, tapi kan kalo orang yang couple-annya serius pasti nggak langsung kawin kayak kucing.
"Baiklah nanti aku coba." ucapku menerima sarannya.
"Yaudah, aku pergi mengundang yang lain dulu ya Saku! Jaa!" Shion menggunakan action 'bye bye'.
"Jaa!" balasku juga menggunakan action 'bye bye'. Lalu seketika, karakter Shion menghilang.
Tak lama kemudian, aku melihat pemberitahuan yang muncul sekitar dua detik bertuliskan 'DarkRaven is online'.
Aku merasa sangat senang melihatnya online. Aku membuka buddies list lalu mencari nickname 'DarkRaven'. Setelah ketemu, aku mengklik icon home di sebelah nickname-nya.
Seketika aku berteleport ke room-nya.
"Sasukeeee! Masa si Shion mau nikah!" kataku dengan hebohnya.
"Udah tau." kebiasaan jawabannya singkat gitu. Tapi untungnya aku udah terbiasa.
"Dateng sama aku yah?"
"Hn."
"Oke deh! Sambil nunggu, bantuin aku selesaiin quest dong. Hehe." aku memang sering banget minta bantuan Sasuke buat menyelesaikan quest. Kalo ngerjain sendiri ngabis-ngabisin stamina. Dan Sasuke selalu nurut, walaupun dia kebanyakan diemnya ketimbang ngobrol saat ngejalanin quest. Beda denganku yang selalu ngoceh ini itu, gak taudeh itu teks dibaca apa nggak.
"Iya." Dan disini, cuma padaku dia sering bilang 'Iya' padaku ketimbang kepada player lain, biasanya kalo ke player lain dia bilang 'y' atau 'hn'. *Happy*
Aku langsung mengirimnya undangan party. Dan kami langsung menuju lokasi quest!
Sudah jam setengah tujuh lewat, stamina kami sisa seperempat dari penuh. Agar terisi kembali, aku mengajak Sasuke ke room-nya Shion. Mau menghadirin pestanya sekalian minta makan.
"Waah Shion! Dekorasi ruangannya keren banget!" kataku ketika baru memasuki room milik Shion, lalu disusul Sasuke.
Shion mendekorasinya seperti gereja out door. Wall pappernya bergambar langit dengan awan yang bergerak, dan lantainya bergambar rumput.
"Hehe makasih, Sakura!"
"Sama-sama, Shion~ Kiba mana?" tanyaku pada Shion sambil memperhatikan Sasuke yang -gak tau lagi ngapain- diem saja. Sebenernya kalau hanya aku dan Sasuke, Sasuke menjadi agak, beda banget deh pokoknya. Dia juga jadi jahat sama aku, masa' kalo aku bawel sambil ngegaje dia bakal bilang "kamu dari kapan keluar dari RSJ?" atau "Sayang, kamu sakit. Yuk ke RSJ." orang lain nggak balakalan percaya deh kalo tidak melihat langsung.
"SAKURA!" aku melihat balon teks diatas kepala Shion besar-besar karna dia menggunakan caps lock.
"Eh, apa Shion? Tadi kamu ngetik apa? Gak liat, keburu ilang."
"Haah~ Makanya jangan merhatiin Sasuke terus!"
"Sok tau!" aku bilang gitu biar dia mengira ucapannya salah. Padahal sih bener.
"Udah rame, aku mau mulai ijab kabulnya." kata Shion sambil menggunakan action 'angry'. Actionnya imut, kayak anak kecil lagi ngambek.
"Emangnya Kiba udah dateng?"
"Itu." Shion menggunakan tanda panah yang mengarah ke... Sasuke?
"Itu PUNYAKU, Shion!" aku membesar-besarkan huruf dalam kata 'punyaku' agar Shion sadar kalau yang dia tunjuk itu Sasuke.
"Coba lihat disebelahnya." aku menuruti Shion. Aku baru sadar ada player lain disebelah karakter Sasuke. Lalu aku meng-klik player itu. Tak lama kemudian, munculah sebuah kotak informasi mengenai player yang aku klik.
'Inuzuka'
Heh, itu Kiba! Kok model rambutnya beda gitu?
"Kiba! Baru beli wig ya?" aku berjalan mendekati Kiba dan Sasuke lalu berdiri diantara mereka.
"Iya, baru isi cash soalnya." kata Kiba sambil menggunakan action 'Happy'.
"Wah! Asiknya! Aku lagi kere sih, jadi wignya gini-gini aja."
"Minta aja sama Sasuke."
"Hah? Jangankan minta Cash, ngomong aja pelit." kalimatku membuat Kiba dan Shion tertawa sedangkan yang aku sindir hanya mengeluarkan emoticon "-_-".
"Yo! Kapan mulainya?" seorang player dengan karakter laki-laki yang keliatan imut dengan wig hitam lurus juga pakaian badut menghampiri kami. Dia Lee, temanku. Sebenarnya temannya Kiba, tapi karna Kiba mengenalkannya padaku, jadi Lee juga temanku.
"Oh iya ayo!" ajak Shion. Dia lalu berdiri di depan meja. Disebelahnya ditemani Kiba. Sedangkan Lee berdiri di belakang meja. Aku dan Sasuke, juga yang lain duduk di kursi yang sudah di siapkan.
"Baiklah! Apakah Inuzuka menerima Shi_one menjadi Istri dalam suka dan duka? Tanya Lee kepada Shion dan Kiba, kedua mempelai.
Aku menggunakan action 'laugh' berkali-kali untuk mengekspresikan diriku karna merasa lucu dengan acara ini. Mereka terlihat serius banget! Hahaha.
"Sakura!" Sasuke menegorku. Aku berhenti menggunakan action 'laugh' dan memilih tertawa sungguhan dikamar.
"Iya." Saik! Kiba bersedia~ tinggal nunggu Shion.
Lee mulai bertanya pada Shion,tetapi dia mengetik hanya kata perkata.
"Shi_one,"
"...apakah anda..."
"..."
"...menerima Inuzuka..."
"..."
"...sebagai..."
"Bersedia!" jawab Shion kecepetan. Membuat yang lain tertawa kecuali Lee dan Sasuke.
Lee mengeluarkan emoticon "-_-" sedangkan Sasuke berkomentar "Shion sabar banget.".
Lalu ada yang membalas komentarnya Sasuke entah siapa.
"Shion gak sabar mau malem pertama tuh. Haha!" beh, asal baneget ngetiknya.
"Yee apaan sih! Salahin si Lee tuh yang ngetiknya perkata!" ketik(?) Shion yang malah nyalahin si Lee.
"Yaudeh kalian sah jadi suami istri!" seru Lee membuat yang lain berhura-hura senang akhirnya stamina gratis datang.
"Makanaaaaaan! Hao12gahsdgs" aku ngetik sambil makan kripik bikin keyboard-nya berminyak dan tanpa pikir panjang aku mengusapnya dengan selimut, jadi tombolnya kepencet tidak beraturan.
"Malu-maluin."
Jleb. Sasuke mencetuskan kalimat yang mengiris hati. Dan membuat pikiranku seperti mati. Entah kenapa jadi begini. Kok jadi serba berakhiran 'i'?
"Sasuke..."
"Hn?"
"Berantem yuk."
"Hn. Kapan? Dimana?"
"Shiooooon! Sisain makanannya yaaa! Aku ada urusan!" bukannya menjawab, aku malah booking makanan sama Shion.
"Oke Saki!" jawab Shion di tengah-tengah keributan para pengemis stamina.
"Yuk Sas!" aku mengajak Sasuke untuk player versus player atau singkatnya PvP. Che! Anak bocah kayak dia mah gampang. Yang duluan main game ini kan aku, pasti lebih Pro lah! Sombong dikit.
"Aaaaaa! Ulang ulaaaaang! Tadi laaaag!"
"Ngga mau"
"Ah curang!" aku sedang merajuk minta permainan di ulang. Ya, aku kalah darinya. Udah sombong, kalah lagi, malu -maluin memang pantas diucapkan padaku.
"Itu fair!"
"Aku pake netbook!"
"Udah tau gitu ngapain nantangin?" aku terdiam. Mau balas apaan ya? Kalimatnya terlalu 'benar' tapi aku tidak mau mengakuinya. Ah begini saja...
"Bagai mana kalau kita taruhan? Kalau aku menang, kamu harus membelikan aku cash selama sebulan!" ajakku kepada Sasuke sambil menggebu-gebu. "Tandingnya besok aja kalo staminanya penuh."
"Gak guna."
"Che! Kau hanya takut kalah, kan?"
"Baiklah. Tapi kalau aku yang menang, kamu harus menuruti semua permintaanku! Deal?"
"Deal!" entah kenapa tiba-tiba aku merasa dibodohi.
Jam berapa ini? Aku melirik kearah sudut kanan bawah monitor netbookku. Oh sudah jam sebelas malam rupanya. Pantas saja aku mulai mengantuk. Tapi kayaknya kok aku melupakan sesuatu yah? Besok hari jumat, aku piket jadi harus bangun lebih pagi. Tapi kayaknya bukan itu yang harus aku ingat. Apa ya?
"Ng… apa ya?" tanpa sadar aku menyuarakan apa yang ada di pikiranku.
"OIYAAAAAA! PR!" aku langsung berpamitan pada Sasuke biar dia nggak bingung kalau aku langsung menghilang. Setelah itu aku langsung menyambar tasku yang aku taruh di sebelah kasur lalu mengambil buku cetak matematika berserta buku tulisnya juga alat tulis. Aku membuka halaman 76 pada buku cetak itu.
"20 soal essay semua…" piso mana piso? Rasanya mau mati aja. Tapi kalau mati nanti ibuku bagaimana ya? Terus Sasuke akan tau gak ya kalau aku mati? Nanti nii-chan sedih dan bahagia, bahagia jatah cemilan buat dia semua. Bukannya ngerjain malah ngayal. Mendingan kerjain dulu deh. Begadang deh ah.
-Sekolah-
Aku memasuki kelas sambil menyapa teman-temanku. Kali ini aku tidak protes saat hanya beberapa orang yang menjawabnya. Aku terlalu ngantuk. Tadi aku tidur jam setengah tiga pagi untuk mengerjakan PR, alhasil begini. Dasar PR sialan. (yang salah sebenernya siapa sih?)
Aku menduduki kursiku, lalu langsung meletakan kepalaku diatas meja, menutup wajahku dengan tas lalu memejamkan mata.
"S-Sakura-chan, kamu baik-baik saja?" aku mengangkat kepalaku dan menoleh kesebelah kanan kearah si pelaku pemanggil.
"Ah, Hinata. Aku baik-baik saja, hanya mengantuk." Setelah menjawab itu, aku langsung memposisikan kepalaku seperti tadi.
"Me-memangnya kamu ngapain aja?" tanya hinata lagi. Suaranya yang lembut membuatku semakin ingin tidur.
"Aku mengerjakan PR." Jawabku dengan suara parau tanpa mengubah posisiku sama sekali.
"PR? Memangnya ada?"
"Matematika."
"Eh? Matematika? S-Sakura-chan, PR matematikanya dikumpulkan hari s-senin. Hari ini kan kita pulang lebih awal, g-guru-guru akan mengadakan rapat, jadi pelajaran matematikanya tidak ada. Bukankah kemarin sensei sudah bilang?"
"Hah?" Seketika aku mengangkat kepalaku lalu memandang Hinata dengan wajah kaget. Hari senin? Aku gak salah denger, kan?
"S-Sakura-chan? Kamu tidak apa-apa, kan?"
Kenapa nggak ada yang bilangin aku sih? Ah ngapain coba begadang sampe jam setengah tiga kalo ujung-ujungnya begini? Pokoknya pulang nanti aku langsung mau pulang! Terus tidur sepuasnya. Sebodo amat sama yag ngajakin keluar. Harus tidur!
.
.
.
"Saku! Karaokean yuk!" sekarang masih jam sepuluh pagi dan kami sudah di pulangkan. Seperti biasa aku, Ino dan Matsuri pulang bersama. Ketika baru saja keluar kelas –dengan tampang ngantuk- Matsuri langsung menawariku karaoke.
"Hoam… Males ah."
"Aku yang traktir."
"Oke ayo!"
Setelah karaokean, kami langsung makan di caffe terdekat dari tempat karaoke. Tentu saja Matsuri yang traktir lagi, kalo nggak di traktir aku pasti memilih pulang lalu tidur hehe.
"-iya si Shikamaru menelpon Sai, aku tidak tau mereka membicarakan apa. Aku dikunciin di kamar mandi di rumah Sai. Katanya aku dilarang menguping." Ino sedang bercerita yang 'sangat seru baginya' kepadaku dan Matsuri. Sesekali dia memasukan potongan pan cake ke mulutnya.
"Lalu bagaimana dengan hubungan kalian bertiga?" tanya Matsuri kepada Ino.
"Yah begitulah, masih sama. Kalau kau bagaimana, Saki?" Ino tiba-tiba bertanya kepadaku membuatku sedikit tersentak.
"Bagaimana apanya?" tanyaku sambil mengemut sendok.
"Itu si Sasuke."
"UHUK!" aku memuntahkan sendok yang tadi aku emut keatas meja. Lalu langsung mengelap mulutku dengan tisu.
"JOROK BEGO!" Ino memundurkan badannya karna jijik. Sialan aku di jijikin -_-.
"Kau nanyanya yang nggak-nggak!"
"Bener kok pertanyaannya si Ino, nggak ada yang salah." Kali ini Matsuri yang berbicara. Dia kok ngebelain si Pig sih? Pertanyaan Ino tuh salah, karna pertanyaan itu tuh seharusnya nggak usah di tanya. Malu tau.
"Nggak kenapa-napa kok. Lagian cuman di game sih, nggak harus ada ceritanya, kan?"
"Tapi Sakura, itu tetep pakai perasaan, kan?" Matsuri memang yang paling bijak. Perkataanya selalu benar. Saking benarnya, aku sampai tidak tau harus menjawab apa.
"Aku sarankan kamu jangan menganggap remeh seseorang yang ada di game, Sakura." ucapnya lagi tanpa mendengar jawaban dariku. Yah dia sudah tau jawabannya dari prilakuku.
"Kamu sendiri yang bilang waktu itu kalau hubungan di game juga hampir sama dengan di dunia nyata. Aku juga bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari mata kamu saat bercerita pertualanganmu dengan Sasuke di game itu." JLEB! Matsu… perkataanmu sangat amat tepat. Tolong hentikan.
"Itu berarti Sasuke juga sama sepertimu. Dia sebagai pasanganmu di game pasti juga memiliki suatu perasaan padamu. Tapi kita tidak tau perasaan apa yang ada di hatinya padamu." Perkataan Matsuri membuatku merenung. Ucapannya memang benar tetapi entah kenapa aku tidak mau mengakuinya. Apa benar akan seperti itu? Ini kan hanya game.
"Bisa jadi perasaan tidak suka, Saki." Ino menimpali perkataan Matsuri. Bisa saja Sasuke memiliki perasaan tidak suka tetapi ingin menjebakku makanya dia tetap bertahan bersamaku. Bisa juga dia malah menyukaiku. Ternyata banyak kemungkinan yang terjadi nantinya. Tapi, dia hanya anak berusia 13 tahun, apa itu bisa terjadi? Haha kayaknya nggak mungkin.
"Kamu harus berhati-hati, Sakura. Jangan mudah percaya." aku memutar bola mataku bosan. Matsuri terlalu berlebihan, ini kan... hanya game. Ya kan?
TBC
Oke, gue tau gue kayak orang nggak tau diri yang bikin FF abis itu kabur ntah kemana. Soalnya gue masih belum puas dan masih belajar sama ff gue yang sebelumnya, (sama yang ini juga sih)itu sebabnya ff yang sebelomnya seperti jalan buntu.
Maaf kalo banyak salahnya, masih belajar, maaf kalo kurang di mengerti ceritanya, maaf kalo ada kesamaan dalam ceritanya. :)
Oiya ff ini bakalan berproses lagipada bulan juli~ jadi harap sabar.
Semoga aja di ff ini nggak terjadi discontinued ya.
KEEP OR DELETE?
