Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Akashi x Kuroko

(AkaKuro)

Warning : Sepertinya banyak (?) apalagi typo *pundung* (?) cerita gak jelas, ooc-ness sampe ngenes (?) bahasa gaol sampe gol (?) genre tidak terdeteksi atau maksa secara naluriah (?)


.

.

.

Malam telah tiba menggantikan senja yang kan beristirahat sejenak. Angin terus berhembus tiada henti seolah selalu ingin membelai surai merah yang kini tengah duduk sendiri dibawah gemerlap lampu taman yang sepi. Surai merah itu tak bergeming, dirinya hanya diam menyaksikan gemerlap bintang yang tengah menari indah ditengah langit yang gelap. Pantulan cahaya menjadi satu dengan rasa sepi yang tak terbatas. Hanya saja malam ini terlalu cerah untuk hati yang selalu sunyi disana. Entah apa yang difikirkannya, Akashi Seijuurou hanya menatap teman malamnya dalam diam.

Tak ada arti jika dirinya bicara. Tak ada yang mendengarnya jika ia mengatakan rindu pada dinginnya malam. Seseorang tak akan menjawab, seseorang tak akan penah membagi kehangatannya dalam dinginnya malam disini. Mungkin tak akan pernah, mungkin tak akan terjadi jika saja hembusan nafas vanilla itu tak tertangkap oleh indra penciumannya. Sayangnya, surai merah itu tak menghiraukan suasana ini. Sayangnya, tak sedikit pun surai merah itu mengambil kehangatan dalam suasana kali ini.

Sungguh, seharusnya suasana disini sangatlah hangat ketika wangi vanilla itu terus menari-nari dalam indra penciumannya.

Sesaat Akashi menatap pemuda yang menaburkan wangi vanilla itu. Memandangi surai birunya yang tak pernah berubah. Sayangnya yang dipandang hanya menatap gemerlap lampu di taman itu. Sungguh disayangkan, andaikan surai biru itu sadar akan tatapan itu mungkinkah malam ini akan terasa hangat?

Ketika tatapan tergantikan, sepasang bola mata biru itu menatap surai merah tersayangnya penuh rindu. Memandnginya hanya dalam diam tanpa suara gemuruh napas. Sayangnya, tubuh itu terlalu ingin mengambil alih bagiannya. Mengambil alih kerja otaknya yang menentang beribu kata dihatinya. Mungkinkah jam pasir akan berhenti ketika tangan dingin itu hampir saja membelai lembut surai merah yang sangat berharga baginya?

—mungkinkah keajaiban itu ada?!

Tak sadar dalam nyata, tangan dingin itu kembali mencoba meraih surai merah tersayangnya.

"Apa yang kau lakukan?"

—ya, nyatanya semua hanya fana.

Surai merah itu berucap kencang seolah menepis tangan dingin yang hampir saja membelai lembut helaian merahnya. Kedua bola mata berbeda warna itu menatap lawan bicaranya dengan penuh amarah. Semuanya terlihat jelas ketika pemuda bersurai merah itu kembali berucap tegas seraya mengambil jalannya tepat dihadapan surai biru yang kini tengah mematung.

"Kali ini aku memohon padamu— jangan pernah kau temui aku lagi disini, Tetsuya."

Akashi Seijuurou pergi begitu saja tanpa melihat sosok biru yang kini tengah tertunduk lemas manahan kristal bening yang kapan saja akan membasahi permukaan kulitnya yang dingin. Tak ada lagi yang lebih menyedihkan dari hal ini. Tak ada yang dapat terulang. Sehingga tak ada lagi yang dapat diperbuat oleh sang surai biru, Kuroko Tetsuya.

Kejam!

Kejam!

Sangat Kejam!

Padahal yang diinginkan hanya satu, yaitu menyentuh sosok yang sangat dicintainya.

"Akashi-kun kau tak mengerti— aku masih mencintai segalanya, aku ingin disini walaupun ini menyakitkan..."

.

.

.

.

.

END?!

wkwkwkk, entah lanjut atau ga ya minna?! *makan tiang* souka~ gausah deh ini kan iseng *gigit sendal*

ah~ gomen gomen saya lapar *dikasih gunting*

saya iseng numpang lewat doang :D #kabooorrr

SUMIMASEN ^^V (?)