WRONG DESTINY
Chapter 1
By
Mgr. Zhao
Cast : EXO member, ex-EXO, and other
Pairing : HunHan-KrisHan
Rate : M, M-Preg Contains
.
.
"Ooeeekk...oekkkk...,"
Terdengar suara tangisan bayi dari sebuah kamar. Semua orang yang menunggu kelahiran bayi itu dari luar kamar langsung merekahkan senyumnya. Suasana hangat pagi bertambah hangat dengan kebahagian yang terasa jelas. Kebahagiaan itu makin terasa ketika kita melihat hal ini dari dalam kamar. Seorang wanita berambut panjang tertidur lemah di ranjang degan keringat mengucur di dahi dan pelipisnya. Ia masih mengatur nafasnya dengan tidak mengalihkan pandangannya ke arah bayi yang digendong oleh seorang tabib. Bayi itu sedang dibersihkan dari sisa-sisa darah yang melumuri tubuhnya. Tangan wanita itu tetap menggenggam tangan seorang pria gagah yang sedari dari mendampingi proses melahirkannya.
"Sayang...,"
"Ya, sayang. Kau lihat? Itu bayi kita? Penerus keluarga kita sudah lahir. Kau hebat, istriku," ucap pria tersebut sambil mengecup dahi istrinya.
"Selamat, Paduka Raja dan Permaisuri. Putra Yang Mulia sehat. Beratnya pun normal. Ia tampan. Matanya indah. Rambutnya hitam legam dan lebat walaupun baru lahir," sang tabib istana berucap setelah ia selesai membersihkan bayi laki-laki itu dan membungkusnya dengan kain sutera lembut. Kemudian memberikan bayi itu kepada sang Permaisuri dan membantunya untuk menyusu pada ibunya.
"Kau benar, tabib Yang. Putraku tampan. Ia terlihat hebat walaupun masih sekecil ini," jawab Raja dengan penuh senyum dan tidak mengalihkan pandangannya dari sang bayi.
"Suamiku. Aku bahagia sekali. Sangat bahagia bisa melahirkan ia," sang Permaisuri menyahuti.
"Aku juga sangat bahagia, istriku. Kita harus merawatnya dengan baik," jawab Raja.
"Ah... Tabib Yang. Apa yang harus aku lakukan?" sang Raja terlihat panik. Terlihat jelas sekali ia sangat bahagia karena putra pertamanya telah lahir.
"Untuk saat ini belum ada, Yang Mulia. Tetapi untuk Yang Mulia Permaisuri, dimohon untuk tetap menghisap potongan ginseng sampai potongan kedua ini habis. Ini untuk menjaga stamina Yang Mulia Permaisuri yang kehilangan banyak darah karena melahirkan," tabib Istana yang berjenis kelamin perempuan itu menjelaskan sambil meletakkan piring kecil berisi sepotong kecil ginseng ke meja di samping ranjang sang Permaisuri.
"Kemudian, usahakan Yang Mulia Permaisuri jangan banyak bergerak dulu," tabib Yang lanjut menjelaskan sambil tetap menundukkan kepalanya agar tak mengurangi rasa hormatnya.
Permaisuri pun tersenyum, memberi isyarat bahwa ia mengerti akan penjelasan sang tabib.
"Baiklah. Terimakasih banyak, tabib Yang. Terimakasih atas bantuanmu," sang Raja mengucapkan terimakasih kepada sang tabib. Tetap dengan wajah bahagianya.
"Baik, Yang Mulia Raja. Kalau begitu hamba undur diri. Hamba akan datang apabila Yang Mulia membutuhkan saya. Sekali lagi selamat atas kelahiran pangeran. Hormat hamba, Yang Mulia Raja, Yang Mulia Permaisuri," ucap tabib Yang dan ia membungkukkan badannya di kalimat terakhir.
"Ya. Silakan, tabib Yang," jawab Raja.
Setelah sang tabib keluar dari kamar, sang Raja menolehkan kepalanya ke arah Permaisuri yang masih menyusui Pangeran. Putranya yang baru saja lahir. Kemudian mengusap kepala keduanya dengan lembut dan penuh sayang.
"Ia menyusu dengan baik, suamiku. Dia pasti akan menjadi pangeran penerus keluarga Lu yang hebat,"
"Kau benar, istriku. Ia akan menjadi pangeran yang hebat dan bijaksana. Pangeran yang tangguh dan berjiwa pelindung. Pangeran yang cerdas dan selalu terlihat indah bagaikan rusa yang cantik. Pangeran yang akan menerangi seluruh kehidupan orang-orang disekitarnya. Berperangai baik dan ramah. Pangeran yang menawan dan berhati hangat. Seperti suasana pagi didampingi mataharinya. Kuberi nama ia Lu Han,"
.
Kebahagian yang menyelimuti Kerajaan Lu begitu santer terdengar. Dalam waktu singkat kabar mengenai kelahiran Pangeran Lu sudah sampai keluar istana. Bahkan sampai ke negara tetangga. Begitu banyak orang yang ikut bahagia mendengar kabar ini. Diantara mereka bahkan menangis dan ikut membayangkan bagaimana wajah pangeran yang baru lahir pagi itu.
Seperti angin yang berhembus, begitu pula kabar ini sampai ke Kerajaan Wu. Namun, sang Raja Wu kelihatan agak tidak senang mendengar kabar ini.
.
"Apa!? Pangeran!? Berarti anak mereka adalah laki-laki," seketika Raja Wu terbangun dari singgasananya setelah ia mendengar kabar dari punggawanya.
"Benar, Yang Mulia Raja. Nama Pangeran dari Kerajaan Lu adalah Luhan," ucap sang punggawa sambil tetap menunduk.
"Luhan...," Raja Wu melihat ke arah Permaisurinya. Permaisuri yang duduk di sampingnya sambil memangku seorang bayi laki-laki yang bahkan belum berumur setengah tahun.
"Baiklah. Terimakasih, punggawa. Sekarang kembalilah," perintah Sang Raja.
"Hormat hamba, Yang Mulia Raja, Permaisuri," jawab sang punggawa sambil undur diri.
Selepas punggawa tersebut keluar dari ruang kebesaran sang Raja, Permaisuri buka suara.
"Suamiku. Kelihatannya kita tidak bisa melaksanakan petuah nenek moyang kita,"
"...," Raja Wu hanya terdiam.
"Bayi Kerajaan Lu adalah laki-laki. Tidak ada yang bisa kita lakukan dengan ini. Mungkin benar kerajaan kita akan...,"
"Tidak, istriku. Kita tetap akan melaksanakan petuah nenek moyang kita. Selain hal ini adalah petuah, ini adalah perjanjian yang sudah kita dan Kerajaan Lu sepakati. Kerajaan Lu pasti mengerti akan keadaan ini,"
"T...tapi...suamiku...,"
"Tenanglah, istriku. Jika engkau ragu, ingatlah bahwa ini petuah, dan ingatlah tidak ada petuah yang salah yang diucapkan oleh nenek moyang kita terdahulu. Nenek moyang pasti sudah mengetahui takdir ini," ucap sang Raja menenangkan sang Permaisuri Wu sambil membelai rambutnya.
"Aku akan menulis surat kepada Kerajaan Lu. Tetaplah tenang. Kau sedang dalam masa menyusui. Tentu tidak akan baik untuk Wufan. Mari istirahat di kamar," ajak sang Raja dengan mengulurkan tangannya ke arah sang Permaisuri dan mengajaknya ke kamar.
.
Yang Mulia Raja Lu, Lu Huan Gang, yang terhormat.
Selamat atas kelahiran Pangeran Lu. Begitu bahagianya burung dan angin beserta seluruh alam yang membawa kabar itu kepadaku. Aku, Permaisuri Wu, kerajaanku, rakyatku, beserta seluruh alam mengharap seluruh berkat akan Dewa limpahkan kepadanya.
Setiap putra pertama dari sebuah kerajaan tentunya harus menjadi Raja kelak nanti. Itu merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Namun, ingatkah Yang Mulia Raja Lu akan perjanjian kita satu setengah tahun yang lalu mengenai petuah nenek moyang Kaisar Huan yang merajai seluruh perang? Bukan maksudku untuk menghapus kebahagiaan yang tengah menyelimuti Kerajaan Lu. Namun, apalah daya tangan manusia jika ada tangan Dewa dan kata-kata nenek moyang di dalamnya?
Marilah kita, sebagai ujung tombak dari kerajaan masing-masing memikirkan hal ini dengan kepala dingin. Telah bertahun-tahun kita bekerja sama saling membantu bagaikan saudara, bukan begitu? Semoga Dewa dan nenek moyang memberkati kita kedepannya.
Wu Yi Guan
"Oh, Dewa dan nenek moyang semesta alam. Begitu bahagianya hamba sampai tidak mengingat apa yang telah hamba sepakati," ucap Raja Lu begitu selesai membaca gulungan kertas surat dari Kerajaan Wu. Sang Raja terlihat agak kaget. Namun, wajah berwibawanya berhasil menyembunyikan itu.
"Ada apa, suamiku? Adakah kabar baik? Atau sebaliknya?" Permaisuri Lu bertanya setelah melihat gerak-gerik suaminya. Permaisuri pasti tahu ada masalah pada sang Raja walau tidak diungkapkan dan tidak terlihat dari wajahnya.
"Istriku, aku akan memberitahukannya dengan mudah seandainya kita tidak sedang dalam kebahagiaan,"
"Katakan saja, suamiku," sang Permaisuri mencoba meyakinkan sang Raja.
"Ataukah...tentang perjanjian dengan Kerajaan Wu?" Permaisuri mencoba menebak. Ia sudah tahu bahwa surat itu berasal dari Kerajaan Wu.
"Kau sudah mengetahuinya, istriku,"
"Aku bahkan sudah memikirkannya jauh-jauh hari sebelum pangeran lahir," jawab Permaisuri sambil menoleh ke arah pangeran yang sedang tertidur nyenyak di ranjang bayi-nya.
"Aku pasti akan sedih apabila kerajaan yang dipimpin suamiku akan hancur. Aku juga mengerti apabila nantinya suamiku akan sangat terpukul dengan itu. Kerajaan bukanlah sesuatu yang bisa didapat dan dibangun semudah membalikkan telapak tangan, walaupun ada garis keturunan yang menjadikannya pemimpin. Tapi perjuangan para nenek moyang dahulu pastilah sangat berat untuk membangun sebuah daerah kepemimpinan beserta rakyat yang mempercayainya. Apabila sebuah kerajaan hancur, seorang Raja pasti akan merasa sangat kehilangan," ucap sang Permaisuri.
"Begitu pula dengan kepercayaan rakyat yang akan runtuh lebih mudah daripada benteng istana. Apabila aku menjadi rakyat biasa, pastilah aku akan menuduh sang Raja tidak mampu berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kerajaannya sehingga runtuh dan akhirnya menelantarkan rakyatnya. Seperti kerajaan yang butuh rakyat, begitu pula rakyat yang butuh kerajaan yang bisa memenuhi kebutuhan mereka, melindungi mereka, dan menaungi mereka,"
"Istriku...,"
"Raja Wu mempunyai Permaisuri, sama sepertimu, suamiku. Aku dan Permaisuri Kerajaan Wu, sama-sama wanita. Wanita mempunyai anugerah perasaan yang halus dan kasih sayang. Aku sangat mencintai dan menyayangi suamiku, begitu pula ia. Aku tidak mungkin tega suamiku menderita, begitu pula ia,"
"Istriku, tapi bagaimana dengan Luhan? Tidak ada cinta sesama jenis, istriku. Ini adalah sebuah kesalahan. Kenapa nenek moyang harus menuliskan petuah itu padahal ia pasti tahu akan takdir yang akan terjadi. Bahkan keturunan pun tidak akan bisa didapat dengan ini,"
"Suamiku, tidak mungkin nenek moyang melakukan kesalahan," jawab Permaisuri Lu sambil memeluk Luhan kecil dan menitikkan air matanya.
"Janganlah bicara sembarangan akan nenek moyang atau kita akan mendapat bala. Aku mohon, suamiku. Tentang Luhan, ia pasti akan mengerti,"
"Istriku, aku mengerti. Maafkan aku," Raja mendekati Permaisuri yang sedang memeluk Pangeran. Kemudian memeluk keduanya.
"Maafkan Ibu, Luhan. Maafkan Ibu," sang Permaisuri memeluk Pangeran Lu dengan erat. Air matanya deras mengalir menggambarkan kesedihan yang ia rasakan. Sedang Pangeran Lu, ia masih tertidur dan menggumam seakan menenangkan ibunya.
.
.
Hai, ni hao
Jumpa lagi dengan Zhao. Adakah yang kangen? Hehehe
Gimana ff yang ini? Semoga bagus, ya. Hehe. Cerita ini sebenernya udah lama ada di otak, tapi baru bisa ketulis sekarang. Kebayang, kan, gimana susahnya mengungkapkan pikiran dalam kata-kata. Haha :P Akhirnya diputusin buat bikin ff ini dan pake Shipper kesayangan Zhao. Yup, HUNHAN! Ini masih Chapter pertama, kok, jadi pendek-pendek dulu :P
"HUNHAN? PERASAAN DI ATAS KRISHAN, DEH, ZHAO?"
Yaha. Krishan untuk pertamanya. Bisa ditebak kok akhir dari ff ini HunHan. Hahaha. Bagaimanapun harus HunHan, lah. Sekalian pengen menambah populasi HHS yang kayaknya di FFn ini semakin sedikit /apa perasaan doang ya?/
Yah, okelah. Untuk ff baru Zhao, mohon responnya. Dalam bentuk review, fav, atau follow. Walaupun yang utama harus review :D Kali aja bisa bikin Mavi seneng karena ternyata masih banyak HHS atau bahkan HHHS di dunia ini :P (kalo HunHan Shipper pasti ngerti deh HHS atau HHHS itu apaan). Review juga bisa bikin Zhao bisa tau kekurangan dan kelebihan ff Zhao sendiri. Mari saling bekerja sama, ya
OK. OK. REVIEW. OK? :D
See you next Chapter
.
.
Salam cinta,
HUNHAN
