DISCLAIMER:

Naruto © Masashi Kishimoto

Love Equation © Furasawa99

RATED:

T

GENRE:

Romance, Drama, Family, Humor, etc.

SLIGHT PAIR:

HakuTen

NejiKarin

.

.

Happy Reading!

.

.

Uzumaki Tenten. Ya, itulah namanya. Gadis beriris hazel yang juga adik kandung bagi Sasori yang sempat berpisah bertahun-tahun di panti asuhan yang berbeda, kini tinggal di bawah naungan yang sama. Yang tidak lain adalah keluarga Uzumaki. Dan dengan demikian marga Uzumaki tersemat secara resmi pada nama mereka.

Waktu yang ditunjukkan arloji hitam Tenten menunjukkan pukul 17.55. Gadis bercepol dua yang sedang berdiri di halte kini menghela napas lelah. Bagaimana tidak? Sudah seharian Tenten menghabiskan waktu di kantornya. Ya, kantor cabang salah satu perusahaan logistik yang sudah lebih dari dua bulan menjadi tempatnya menuai pemasukan. Omong-omong, Tenten berdiri di halte ini juga tidak sebentar. Hampir satu jam. Berkali-kali dia menghubungi Uzumaki Nagato, sang Uzumaki sulung, dan tidak ada kabar apa pun tentang apakah dia akan dijemput. Ini semua cukup membuatnya lelah. Andai Sasori tidak sedang dinas di luar kota, mungkin Tenten bisa dijemputnya lebih cepat. Sungguh, Tenten ingin sekali membanting tubuhnya ke atas ranjang secepatnya.

SET

"Berikan ponselmu, cepat!"

Tenten meneguk ludah seketika. Mata coklatnya mendelik ragu pada seorang pria di belakangnya yang menodongkan pisau di sisi lehernya. Pria asing itu mengatakannya tepat saat Tenten baru mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi kakaknya lagi.

Drrt Drrt

Tenten membeku di tempat. Tak bisa berbuat apa-apa walau ponselnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Wajahnya memucat bersamaan dengan keringat dingin yang membasahi wajah pucatnya. Pemilik manik hazel itu benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya suara deheman terdengar, seketika Tenten bergedik kaget.

"Siapa kau?"

Tenten mendelik heran. Dirinya baru menyimpulkan bahwa sosok yang berdehem sebelumnya bukanlah perampok itu, namun seseorang yang kini menjadi perhatian sang perampok yang mulai merenggangkan jarak pisaunya dari leher Tenten. Tak lama kemudian, derap langkah terdengar jelas mendekati posisi Tenten dan perampok itu. Tenten menarik napas terkejut begitu sosok perampok yang sebelumnya melingkarkan lengannya di leher Tenten dengan menggenggam sebilah pisau kini terhempas jatuh sejak menerima hantaman tinju dari sosok -yang sebelumnya berdehem- itu. Gadis bercepol dua itu segera berjalan mundur hingga punggungnya berbenturan dengan tiang lampu jalan. Napasnya terengah-engah akibat tidak percaya dengan luka memar teramat parah di wajah perampok itu. Rasanya semua terjadi dengan begitu cepat. Segera manik hazelnya bergulir memandang sosok sebelumnya. Mata Tenten terbelalak menatap sosok bersurai hitam panjang dengan wajah cantiknya yang menatap datar perampok yang merintih di atas tanah.

"Siapa kau?" Secara spontan pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan sang perampok diulang lagi oleh Tenten. Alisnya tertaut dengan matanya yang tak kunjung lepas dari sosok berwajah manis itu.

Sosok itu kini menoleh memandang Tenten. Kemudian bibirnya mengulas senyum tipis."Boku wa Yuuki Haku. Aku bekerja di sana," ujar sosok itu sambil menunjuk gedung rumah sakit di seberang halte. Tenten bisa merasakan nada keramahan dari ucapannya.

Tenten tak mengikuti arah Haku menunjuk melainkan mengangguk paham dengan wajah yang terus menunjukkan kekaguman yang tak tahu pasti atas dasar apa.'Aku merasa kalah cantik.'

.

.

.

Hyuuga Neji berdecak kesal sambil menatap tajam ponselnya yang kini diletakkan di atas meja. Kali ini dia benar-benar khawatir. Atas dasar apa Tenten tidak menjawab telepon darinya?

Sesaat kemudian, pemilik manik lavender itu menghela napas kasar. Kemudian meletakkan kedua tangannya di atas meja café. Memandang antusias gelang coklat dengan liontin penyu hijau di pergelangan tangan kirinya. Bibirnya mengulas senyum tipis begitu mengingat kembali makna gelang itu. Tentu saja dia ingat, itu gelang kenang-kenangannya untuk Tenten. Itu gelang penyu yang dibelinya sepasang untuk dipakai bersama Tenten sebelum Neji berpisah untuk kuliah. Tak terasa sudah lebih dari lima tahun berlalu. Neji ingin melihat kekasihnya lagi di sini. Neji kembali tersenyum mengingat dengan pakaian apa dia kemari. Ya, alumni Konoha University fakultas kedokteran itu bahkan tak ingat untuk melepas jas dokternya sebelum memasuki café. Namun seketika senyum dan pikiran-pikiran Neji lenyap bersamaan dengan masuknya ingatan tentang alasannya kemari. Ya, tentu saja dia punya alasan untuk menemui Tenten di sini.

FLASHBACK

"Kapan kau menikah?"

Neji yang menjadi bagian dari makan malam sekeluarga di kediaman Hyuuga spontan tersedak. Manik lavendernya mendelik ragu pada sosok paman yang sebelumnya membuka percakapan. Di seberang meja makan, Hanabi dan Hinata menatapnya antusias. Tatapan dari dua gadis yang penasaran dan menunggu jawaban itu justru terlihat seperti tatapan lapar seorang predator pada mangsanya. Jengkel sekali jika harus dihadapkan dengan dua sepupu seperti itu.

"Ano, ji-san, mungkin sebentar lagi." Neji menyeletuk asal. Berpikir bahwa pembicaraan ini sekedar basa-basi semata.

"Kalau kau tidak punya komitmen kuat, aku bisa membuatmu menikahi seseorang," balas Hiashi tanpa melanjutkan makannya. Neji kembali memandang pamannya dengan dahi berkerut."Kau kenal Karin? Dia salah satu gadis dari keluarga Uzumaki. Kau tahu jika dia juga sepupu Naruto, bukan? Aku bisa membuatmu menikahinya jika aku mau-"

"Tapi, tou-san, Neji nii-san sudah punya kekasih." Hinata menginterupsi ayahnya. Maaf saja, kedekatan Neji dan Tenten sejak SMA juga adalah yang diperjuangkan Hinata sejak itu. Itu juga yang menjadi alasan Hinata tidak terima jika ayahnya sungguh berkomitmen untuk menjodohkan Hyuuga muda itu.

'Aku tidak tau apakah aku harus berterimakasih padamu, Hinata-chan. Tapi apa yang kau katakan justru membuatku semakin tidak punya jawaban,' batin Neji lemas.

FLASHBACK END

Kring!

Seorang gadis bercepol dua memasuki café dengan napas terengah-engah. Gadis dengan kemeja kantor bernametag Tenten itu segera berjalan menuju posisi Neji duduk. Neji mengerutkan kening heran mendapati gadisnya menarik kursi dan duduk dengan ekspresi buru-buru seperti itu. Dan lagi, kenapa rambut coklat Tenten acak-acakan begitu?

"Hei! Kau kenapa?" tanya Neji yang membantu Tenten duduk dan memegang tas jinjingnya.

"Tadi aku dirampok. Aku takut untuk menjawab teleponmu jadi aku bergegas ke sini setelah membaca email darimu, maafkan aku, Neji-kun." Tenten mengusap wajahnya yang gusar.

Neji memang tidak paham betul dengan apa yang sudah menimpa gadisnya. Jadi dia hanya bisa ber-oh ria sembari memandag Tenten cemas. Setelah Tenten kembali membawa napasnya lebih normal, Neji meraih telapak tangan yang Tenten letakkan di atas meja.

"Maaf, harusnya tadi aku menjemputmu. Rumah sakit tempatku bekerja kan ada di seberang kantormu," ujar Neji yang justru membuat Tenten menjentikkan jari tangannya.

"Ah! Aku baru ingat. Tadi aku ditolong seseorang. Dia orang yang bekerja di rumah sakit seberang halte kantorku itu. Wajahnya cantik sekali, sayang aku tak ingat namanya."

"Kau ditolong perempuan?" tanya Neji ragu. Mungkinkah ada perempuan melindungi sesamanya dari perampok di malam yang sepi?

"Nah! Aku juga bingung. Wajahnya sangat cantik, tapi kenapa bisa sekasar itu saat menghadapi perampok ya?" tanya Tenten entah pada siapa.

"Seperti apa dia?" tanya Neji yang sepertinya paham kemana arah pebicaraan mereka.

"Rambutnya hitam pekat dan panjang. Aku duga dia pasti rutin mengoles minyak urang-aring di salon. Kulitnya juga putih bersih. Matanya hitam bening. Neji-kun, apakah kau mengenalnya? Kalian pasti bekerja di rumah sakit yang sama kan?"

.

.

.

"Haku, bantu aku!"

Pemuda bersurai hitam yang baru saja menyesap ochanya kini memutar bola mata bosan. Baru beberapa saat yang lalu dia dibawa teman semasa kuliahnya untuk nongkrong di kedai ramen ini. Dan semua curahan hati Suigetsu seputar hubungan cintanya sungguh membuat Haku muak. Apakah Haku benar-benar harus melakukan tugasnya sebagai pendengar curhat dengan baik?

Akhirnya, manik onyx itu mendelik malas pada Suigetsu. Pemuda bergigi taring itu meneguk ludah kikuk menanti respon sahabatnya. Ya, tentu saja Suigetsu sudah menceritakan semuanya. Dan yang ditunggunya saat ini adalah pencerahan dari sahabat baiknya itu.

"Apakah kau benar-benar ingin menikahi Karin?"

"Ya," jawab Suigetsu cepat.

"Tapi tadi kau bilang dia dekat dengan Juugo," balas Haku yang sambil mengangkah sebelah alisnya heran.

"Tapi bukankah aku juga sudah bilang kalau aku punya komitmen untuk menikahinya?"

Haku memalingkan wajah ke gelas ochanya dan menghela napas malas."Andai menikahi seseorang semudah orang-orang menganggapku gadis cantik, Sui-kun."

.

.

.

Tenten menelan suapan terakhir tiramisunya. Sambil mengunyah lembut makanannya, Tenten memandang Neji yang bertopang dagu memandang ke luar jendela. Sejak membuka percakapan di café mengenai perampokan yang nyaris terjadi pada Tenten, Hyuuga Neji tak mengatakan sepatah kata pun dan sekedar memesan makanan.

Setelah selesai makan, Tenten segera menyesap pelan strawberry lattenya sebelum berdehem. Pemilik manik lavender di hadapannya sontak terkesiap dan beralih pandangan menatapnya. Tenten menggigit bibir bawahnya, itu dilakukannya sejak mendapati raut wajah lelah yang tampak jelas pada paras pemilik manik lavender itu. Tak diragukan lagi, siapa pun juga belum tentu sukses menyembunyikan ekspresi lelah usai bekerja. Beruntung Tenten memiliki kekasih seperti Neji. Patut disyukuri mengingat Neji sering meluangkan waktu untuk mereka bertemu. Omong-omong, Tenten mulai penasaran akan alasan mereka bertemu kali ini.

"Neji-kun, apa ada yang ingin dibicarakan?"

Neji kembali terkesiap. Punggungnya bangkit dari sandaran kursi dan mengusap tengkuknya canggung."Hai. Ano, Tenten, err, darimana aku harus mulai?"

"Darimana saja. Ayo katakan!" Tenten bertopang dagu memandang Neji yang semakin merasa canggung. Sungguh, Neji tidak bisa membayangkan ekspresi Tenten nanti jika saja dirinya mengatakannya.

"Begini, aku mau tanya, err, bagaimana menurutmu jika aku segera menikahimu dalam waktu dekat?"

TBC

A/N:

Holla! Fura kambek dengan NejiTen terbaru. Disini aku pasang si model iklan produk kecantikan dan rekannya model iklan shampoo mandi. Maaf kalau cerita ini aneh. Makasih banget untuk kalian yang sudah (terlanjur -red) baca. Semoga kalian suka.

Mind to review?