Awalnya... tidak ada apa-apa. Semua hal tidak pernah ada. Hanya kegelapan yang tidak mendasar tanpa ujung.

Dan kemudian, Tuhan berbisik, "Jadilah"—dan kehidupan mulai tercipta. Terciptanya bumi, terciptanya langit yang hampa tanpa ada apapun di sana, munculnya lautan serta daratan, benda-benda langit kemudian menebari langit, kehidupan berupa makhluk-makhluk darat dan air mulai mendiam bumi, dan akhirnya... manusia.

Semua tercipta dalam kurun waktu enam hari.

Dan pada hari ke-enam itulah Adam tercipta. Tidak lama berselang setelah itu, Lucifer juga diusir dari Surga. Bulu-bulu putih beterbangan berganti dengan sayap yang memilukan.

Dalam waktu yang berlalu, seorang manusia yang lain hadir sebagai pasangan Adam. Mereka—Adam dan Hawa—menghabiskan waktu di Surga. Menikmati segala yang ada; memakai perhiasan-perhiasan dari batu mulia; dan memakan buah-buahannya yang segar dan manis. Namun walau dengan segala kenikmatan itu, ketamakan mereka membuat mereka tetap memakan buah yang dilarang oleh Tuhan, hingga menyebabkan mereka dikeluarkan dari Surga.

Mulai saat itu, taman di mana pohon itu berada bahkan dijaga oleh Kerubim dan ada sebuah pedang yang terus memancarkan api yang tak pernah padam di depan taman tersebut.

Malaikat merasa miris, melihat pada ciptakan Tuhan yang bahkan tak mau mena'atiNya. Namun walau begitu... mereka percaya pada Ayah mereka, karena Ayah mereka mengetahui apa yang tidak mereka ketahui.

Adam berada di bumi. Mereka beranak-pinak di sana, sesuai apa yang diinginkan Ayah mereka. Sementara Lucifer membentuk 'dunia'nya sendiri di Dunia Bawah. Walau ada kecemasan tersendiri terhadap saudara mereka itu, mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk Lucifer.

Dan semakin waktu berlalu, semua terasa berjalan normal kembali seperti dulu di surga. Dalam kurun itu juga anak-anak Adam pun tumbuh dan menyebar ke seluruh dunia. Awalnya semua baik-baik saja, hingga akhirnya Surga kembali gaduh karena kemunculan seorang manusia di dalam Surga.

Manusia itu berambut pirang terang yang terlihat lembut bagai sutra terbaik. Wajahnya bak permata terbaik yang ada di surga. Matanya berwarna biru, dan dari mata itu seolah-olah bercahaya. Jika kamu mendekat padanya, maka terciumlah bau harum yang menguar dari tubuhnya. Para malaikat akan langsung setuju jika ada yang mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk dengan fisik sangat sempurna yang bahkan melebihi eksistensi mereka sendiri. Bahkan keberadaannya sempat mereka pertanyakan apakah sosok sebagus itu benar-benar seorang manusia.

Salah satu dari malaikat itu berseru, "Wahai anak domba yang tersesat! Apakah gerangan yang kau lakukan di tanah suci ini?"

Anak manusia tersebut melihat ke arah malaikat itu. Wajahnya nampak sayu dan redup, suaranya terdengar bagai suara lonceng, "Aku bukanlah salah satu anak domba. Dan aku bersumpah kepadamu, bahwa Pemilik Tempat ini bukanlah sesuatu yang aku sembah, jadi mengatakan aku salah satu anak domba adalah sesuatu yang salah."

Para malaikat itu tercengang. Banyak dari mereka mengartikan bahwa manusia ini adalah salah satu dari 'manusia yang menyimpang'— tetapi itu menjadi pertanyaan bagi mereka; 'lalu mengapa seseorang sepertinya berada di tempat suci ini?'.

Seorang malaikat menemui Ayah mereka. Meminta kejelasan akan apa yang terjadi. Tuhan tidak berkata apa-apa. Malaikat itu kembali bertanya, namun Tuhan tetap diam. Hingga akhirnya pertanyaan itu diulang hingga ketujuh kalinya, akhirnya Tuhan berfirman, "Kerajaan Surga adalah tempat ia akan berada dan tinggal. Bimbinglah Ia dan ajarkan apa yang telah aku ajarkan. Berilah ia makanan serta minuman ketika ia lapar dan haus. Tetaplah berada di sisinya dan sayangilah ia layaknya kalian menyayangi saudara kalian yang lain."

Setelah itu, malaikat tersebut tidak berani bertanya apapun lagi. Tuhan tak mau menjawab pertanyaannya, dan memberikan sebuah perintah. Dan tentu, perintah Tuhan mutlak. Maka daripada itu, tidak ada yang berani lagi menyinggung pasal manusia tersebut.

Ia menjadi manusia ketiga yang berdiam di Surga selain Adam dan Hawa. Berbeda dengan Adam, ia menolak segala bantuan dari para malaikat dan menghindari komunikasi dengan mereka. Ia lebih suka menyendiri di kebun-kebun surga ataupun pergi ke bukit-bukit. Yang jelas; dia suka menjelajah tempat-tempat di surga. Para malaikat pasti akan mengira dia bisu saking pendiamnya dia andai dulu dia tak pernah menjawab pertanyaan saudara mereka.

Tidak ada yang mereka tau mengenai manusia itu. Dan keberadaannya yang merupakan manusia atau bukan juga masih dipertanyakan. Auranya seperti manusia, namun terasa dingin dan mencekam. Karena ketidakjelasan ini, kemudian hari mereka sepakat untuk memanggilnya sebagai 'makhluk itu' daripada 'manusia itu', dikarenakan keberadaannya sedikit berbeda dengan manusia. Dan, satu-satunya yang mereka ketahui adalah nama makhluk itu bernama Naruto.

Keingintahuan serasa menggelitik mereka, khususnya untuk Gabriel. Wanita tercantik di Surga ini merasa penasaran dengan makhluk ini. Terlebih, Naruto sangat mirip dengan manusia—makhluk yang Ayah mereka ciptakan dan ingin agar mereka menyayangi manusia. Saat dulu Adam berada di Surga, ia tidak terlalu begitu mempertanyakan hal tersebut, namun setelah terusirnya Adam dan pertanyaan mengenai 'mengapa manusia yang dipilih' kembali berputar di dalam kepalanya, membuatnya berusaha untuk kembali mengerti. Dan ia harap, dengan mendekat pada makhluk itu, ia dapat memahami mengapa ia harus menyayangi makhluk tamak bernama Manusia.

"Pergilah" kata Naruto tegas.

Naruto berusaha menyingkir, namun walau begitu Gabriel bersikeras dan tetap mengekorinya. Mulutnya tidak berhenti meracau mengenai makhluk-makhluk yang ada di surga ini, dan ia meyakini Naruto dibuat pusing olehnya mendengar ucapannya yang tidak kunjung habis.

"Oh! Lihatlah! Seekor serigala tengah memakan rumput-rumputan dengan seekor domba!" Gabriel berkata antusias.

Naruto jengah. Dahinya bahkan berkerut. "Dan adakah yang salah dengan hal itu? Bukannya itu hal yang biasa?"

Gabriel memberikan senyum tipis. "Kamu hanya tidak tau... di bumi, domba dimakan oleh serigala."

Bersamaan dengan perkataan itu, mata Naruto melebar. Ia memperhatikan dengan baik serigala dan domba itu. Mungkinkah? Bukannya mereka nampak terlalu akrab untuk saling membunuh?

Naruto mendesis tidak suka. "Kau jangan berdusta!"

"Aku tidak bohong! Jika aku bohong, saat ini cahaya dari sayap-sayapku pastilah redup dan jatuh, kau tau?"

Naruto terdiam. Matanya nampak menunjukkan ketertarikan dengan kilatan cahaya dari matanya. Dan Gabriel berteriak kegirangan di dalam hatinya, merasa dapat menarik perhatian dari makhluk ini dan dapat mendekatinya.

Gabriel tersenyum semakin lebar. "Bagaimana jika aku ceritakan lebih banyak tentang bumi kepadamu? Dan kemudian setelah itu maukah kamu menjadi temanku?"

Walau merasa enggan, Naruto mengangguk.

Gabriel mulai saat itu menjadi teman satu-satunya Naruto di surga. Ia menceritakan apa yang ia tau terhadap Naruto, dan mengajarkannya ajaran yang Ayah ajarkan. Namun jika itu menyangkut mengenai Tunduk kepada Ayah mereka, Naruto selalu menolak dengan halus.

Gabriel tidak mengerti... bahkan walau telah dengan jelas makhluk ini bertemu dengan Tuhan sang pencipta, ia tidak mau menyembahnya. Mungkinkah Naruto salah satu dari pemuja Lucifer? Layaknya manusia-manusia yang ada di bumi sana?

'Tapi lalu mengapa dia begitu dekat dengan Ayah? Ia bahkan sering menemui Ayah dan pada saat itu terjadi, mereka selalu berdua'

Gabriel tak pernah menemukan jawaban apapun mengenai kebingungannya.

Pada waktu yang bergulir selanjutnya, kekacauan kembali datang di dunia manusia. Berbeda dengan yang sudah-sudah yang diakibat oleh perbuatan manusia itu sendiri (seperti banjir dalam masa nabi Nuh), kali ini berasal dari sesuatu di luar hal tersebut. Para malaikat, malaikat jatuh, dan iblis bahkan dibuat bingung dan gelisah karena dengan tiba-tiba muncul eksistensi-eksistensi lain begitu saja memenuhi bumi dan menyebar ke seluruh dunia. Mereka membuat legenda mereka masing-masing dan membuat paham bahwa mereka itu harus disembah dan ditakuti oleh umat manusia. Bahkan terlahir eksistensi-eksistensi baru dari kepercayaan manusia yang salah.

—Sesuatu yang tidak diciptakan oleh Tuhan, Muncul dan membuat bumi dalam kekacauan dan bertindak seolah-olah penguasa. Dan terparah dari itu; kekuatan mereka berada pada kaliber yang menyamai seraph—bahkan ada yang lebih.

Tuhan bergeming. Tidak pernah menjawab pertanyaan dan keresahan malaikat-malaikat mengenai hal tersebut. Masing-masing dari dari tiga fraksi hanya membuat kesiagaan terhadap situasi tak terduga ini, dan berharap eksistensi mereka bukanlah musuh.

Berpuluh tahun berlalu, eksistensi mereka banyak yang menjadi besar. Dari bangsa yang minor yang disebut bangsa vampir, werewolf, siluman dan lain-lain. Hingga bangsa besar yang kemudian disebut sebagai mitologi Yunani, Norse, Hindu-Buddha dan lain-lain.

Dalam masa-masa itu, masing-masing fraksi dari berbagai eksistensi saling mencurigai satu sama lain. Dan sama layaknya manusia, meletusnya perang akan membawa kerugian bagi pihak mereka, sehingga mereka harus berhati-hati. Fraksi surgapun demikian. Akan sangat berbahaya jika surga sampai diduduki oleh fraksi lain. Memiliki sang pencipta disisi mereka bukan berarti membuat mereka tak terkalahkan. Terlebih... kondisi Ayah mereka entah mengapa semakin melemah akhir-akhir ini. Mereka juga tidak mengerti mengapa Sang Pencipta bisa melemah seperti ini.

"Mereka terus berpaling darimu, dan masihkah kamu tetap mencintai mereka?" Naruto mengatakan itu dengan ragu. Ada sedikit kepolosan terhadap pertanyaannya.

—Sebagai 'sesuatu' yang berbeda layaknya yang lain, Naruto tidak dapat memahami.

Tuhan berfirman, "Pintu maafku akan selalu terbuka lebar untuk mereka yang bertobat. Percayalah... mereka itu makhluk yang istimewa. Kamu akan mengerti pada saatnya tiba."

Naruto hanya diam membisu menanggapi perkataan Tuhan.

Merasa lelah berdebat, ia meninggalkan tempat itu dengan perasaan gusar. Terus berjalan hingga akhirnya bernaung di sebuah pohon dekat dengan sungai yang mengalirkan air susu menuju hulu sungai di sebelah kirinya.

Ia merebahkan diri di sana. Memejamkan mata, berusaha mendinginkan kepala. Mungkin... tidur akan membuatnya merasa lebih baik.

"Hei~ bangunnnn. Sedang apa kamu di sini?"

—setidaknya hingga si pengganggu datang lagi.

"Gabriel, berhenti berteriak. Kau berisik."

"Ehehehehe begitukah?"

Gadis itu duduk di samping Naruto yang rebahan. Memeluk kakinya dan melihat ke depan. Ia bersenandung.

Dan Naruto berusaha tidur lagi, terbuai dalam senandung halus Gabriel.

"Hei, mau bantal paha?"

—dan kata-kata itu cukup untuk membuat matanya melotot

Sebelum ia benar-benar memproses apa yang dikatakan gadis itu, ia dapat merasakan kepalanya tiba-tiba telah beralih tempat dan berada di paha Gabriel. Ini adalah posisi saat yang memberi bantal paha (Gabriel) duduk dengan menekuk tumitnya dan yang diberi diletakan di atas paha tersebut.

"Katakan, Gabriel... apa kau sakit? Apakah kau ingin menjadi yang terjatuh?"

"Eh? Lho?"

Walau dalam posisi ini melihat ke atas untuk menatap wajah Gabriel tak akan terlalu nampak karena payudara besar gadis itu menghalangi, Naruto dapat yakin bahwa wajah itu memang kebingungan. Dan karena melihat aset gadis tersebut terasa tidak sopan, Naruto dengan wajah agak memerah memalingkan wajahnya ke arah samping.

Yah... walau bagaimanapun, ia tetap tercipta dengan nafsu

"Dengar, Gabriel... kita telah banyak kehilangan saudara kita diakibatkan oleh nafsu syahwat. Mereka menuntut keadilan akan perasaan cinta. Mereka iri terhadap manusia karena dapat mencintai." Naruto menunjukkan wajah kesulitan. "Kau memiliki posisi cukup tinggi di Surga. Akan sangat buruk jika malaikat-malaikat lain berpikiran tidak baik tentangmu. Kau adalah salah satu panutan di sini—jadi berhati-hatilah dalam bertindak."

Mendapati perkataan seperti itu, Gabriel menjadi sedih. "Panutan... ya?" gadis itu menyisir halus helaian rambut Naruto dengan jari-jarinya. Itu cukup membuat risih, namun Gabriel tidak peduli dan tetap melakukannya. "Dan panutan ini juga tengah berada dalam kebimbangan juga, kau tau?"

"..."

"Segalanya semakin menjadi kacau. Di dunia bawah sana, Iblis dan saudara-saudara yang jatuh tengah dalam masa perseteruan panas karena saling mengklaim wilayah. Sepertinya, perang akan segera meletus di sana."

"Ah... ya, aku juga mendengarnya begitu."

"Baru-baru ini eksistensi baru semakin bertambah. Terlebih, itu berasal dari bangsa Naga. Dan mereka dikatakan sebagai naga jahat—bahkan oleh ras mereka sendiri. Walau bagaimanapun mereka termasuk salah satu ras terkuat hingga kini."

"Para penghuni gereja mulai mempertanyakan Kekuasaan Ayah. Tidak sedikit dari mereka yang mempergunakan eksistensi baru demi mencapai kekuatan, kekuasaan, dan uang. Iman manusia semakin hancur."

"Dan terburuk dari itu... Ayah semakin menutup diri dari kami. Ia tak mau mengatakan apapun. Dia terlihat sedih."

Naruto akhirnya bersuara. "Lalu di mana masalahnya?"

"Aku mulai meragukan bagaimana Ayah bertindak."

Mata Naruto melebar. Dan sesaat... ia melihat sayap Gabriel berubah hitam walau hanya sedikit. "Tarik kembali kata-katamu itu. Perkataanmu berbahaya."

Gabriel menghiraukan. "Mikael-nii bahkan bilang, 'mungkin seharusnya kita membuat seluruh manusia tunduk patuh terhadap Religi Injil. Dengan begitu makhluk-makhluk yang tidak jelas datangnya darimana itu akan lemah dan berhenti menyombongkan diri di atas tanah Ayah'."

"Itu menghancurkan tujuan Tuhan. Manusia diciptakan agar mereka dapat memilih jalan mereka sendiri."

Pandangan gadis itu kosong. "Ya... aku tau, aku tau."

Walau berkata begitu, Naruto merasa Gabriel tetap berada pada pendiriannya yang salah.

Kerap kali waktu yang ia gunakan dipakai untuk mendengarkan ajaran yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia diperlakukan dengan begitu istimewa. Setiap kali Tuhan mengajarinya, mereka selalu berdua. Malaikat sekelas Mikael bahkan tidak diperbolehkan masuk saat mereka telah berdua dan dalam proses ajar-mengajar seperti ini.

Walau bukan bahagian surga... walau merupakan 'sesuatu' yang berbeda... Tuhan memperlakukan dirinya layaknya dirinya juga merupakan ciptaannya. Mengasihinya. Menyayanginya. Hingga terkadang ia lupa diri dan menganggap dirinya memang diciptakan oleh Tuhan yang ada di depannya.

—dan jika ia ingat kembali pada kenyataannya, ia menangis dalam jangka waktu lama, hingga Air mata itu digantikan oleh air mata darah, dan ketika air mata darah itu mereda... ia buta.

Tuhan dengan sedih mengembalikan kembali mata itu menjadi melihat lagi.

"Aku selalu ingin diciptakan olehmu."

Ia sering mengatakan itu. Dan pada saat itu Tuhan akan selalu menghiburnya dan mengajarinya mengenai memperbaiki cara berpikir yang salah.

Baginya... Tuhan telah seperti Ayahnya sendiri.

Ia berpikir masa-masa seperti ini akan terus berlanjut hingga hari penghakiman tiba. Ia pikir ia masih dapat diajari oleh Tuhan agar ia menuju jalan yang benar. Ia pikir semua akan berlangsung baik-baik saja.

—tapi pemikiran itu salah

—pada akhirnya hari Yang Dinantikan Tiba

Perang tiga fraksi pecah,

Tuhan terpaksa turun tangan sendiri menuju Dunia Bawah demi menghentikan perang yang berlarut-larut. Ribuan malaikat dikerahkan di bawah komandonya bersiap menuju Dunia Bawah.

Pasukan itu terhenti ketika hampir mencapai gerbang Surga. Ada seseorang yang berdiri di sana, merentangkan kedua tangannya. Dari wajahnya nampak keyakinan sekaligus perasaan marah.

Semua pasukan menjadi tegang ketika Ayah mereka menguarkan kekuatan gila-gilaan. Namun wajah dari Naruto tidak berubah sama sekali. Ia bahkan tidak gentar.

"Katakan pada-Ku, apa yang tengah kau lakukan?" Tuhan bertanya.

"Saya mohon kepada Engkau... wahai Tuanku!" Untuk pertama kalinya dia memanggil Tuhan yang tak pernah ia akui sebagai sesuatu yang pantas untuk ia hormati. "Jika Anda pergi, itu hanya akan menjadi bunuh diri! Kita telah tau apa yang akan terjadi! Jadi kumohon... ini hanya akan berakhir seperti apa yang telah diduga."

Tuhan berfirman, "Walau begitu, Aku harus tetap pergi. Menyingkirlah atau akan aku anggap kau sebagai makhluk yang telah membangkang. Dan tidakkah kau ingat apa yang terjadi pada Lucifer? Kuberikan hukuman pada orang-orang yang menentang sepertinya. Dan masihkah kau tidak mau belajar dari orang-orang terdahulu?"

Kali ini, Naruto gemetar mendengarnya. Dibenci Tuhan adalah hal terburuk yang akan pernah ia alami seumur hidupnya. Meski begitu, ia meyakini bahwa ia tidak boleh mundur.

Ia bersujud. Kepalanya menyentuh tanah dengan dalam. "Sa-saya mohon kepada Anda... Saya mohon... saya mohon..." Air mata tidak dapat ia bendung lagi dan pecah. "Jika saya kehilangan anda, sebagai makhluk yang diciptakan tanpa tujuan seperti saya, saya akan menjadi Makhluk Yang Bingung (tanpa tau apa yang harus dikerjakan dalam hidupnya). Saya tak akan memiliki pegangan lagi. Saya tak punya tempat untuk pulang lagi." Suaranya serak. Naruto merasa serasa akan kehilangan suaranya kapan saja dari tiap kata yang menyakitinya terus ia ucapkan. "KARENA ITU! SAYA MOHON DENGAN SANGAT KEPADA ANDA!"

Seluruh pasukan melihat itu dengan iba. Merekapun merasakan hal yang sama. Ayah mereka dalam kondisi lemah saat ini. Akan sangat berbahaya jika turun sekarang.

Tetapi keputusan Tuhan itu mutlak.

"[Dalam kengkang panas rantai yang mengikat, mengiris dalam tanpa terlepas, mengikis ketidakmungkinan yang mutlak]"

Tubuh Naruto menggigil mendengar mantra itu mulai dilantunkan oleh Tuhan.

Keputusan telah diambil. Kehendak mutlak yang diinginkan Tuhan tak dapat ia tentang lagi. Dan kini hukumannya telah tiba mendatanginya.

Empat rantai emas muncul dari ketiadaan. Mengikat kedua tangan dan kakinya. Ia tak dapat menggerakan tubuhnya walau satu buah jaripun.

"[Dua kuasa yang diberi, tak terbantah walau raja tetap berada di singgasana, titah yang tak dapat ditentang]"

"[Yang pertama: kau tak dapat menggunakan kekuatan aslimu dalam jangka waktu yang lama]"

Dua buah salib dari besi panas seukuran tubuhnya muncul dari ketiadaan dan menusuk punggung pemuda itu. Mereka masuk ke dalam tubuhnya, hingga akhirnya keseluruhan besi itu hilang dan telah berada dalam tubuh Naruto. Naruto bernafas berat merasakan tubuhnya serasa remuk... beserta kekuatannya yang mulai tersegel.

"[Yang kedua: Jika kau memaksa turun dan ikut dalam medan pertempuran, dirimu akan disalib dan menerima siksaan dengan deburan ombak terus menyerbumu hingga seseorang dengan hati yang tulus akan kedamaian datang menyelamatkan atau terus begitu hingga hari kiamat tiba]"

Rantai-rantai itu mulai menghilang dan Naruto dapat menggerakkan tubuhnya. Tapi tubuh tidak berhenti menggigil—bahkan bertambah parah. Dengan perintah itu, semua akan menjadi mutlak. Jika Naruto melanggar lebih dari ini... dapat dipastikan terus berada di tiang salib sambil disapu oleh laut adalah hal yang akan menantinya ke depan.

Merasa tidak ada lagi yang perlu dilakukan, pasukan Surga akhirnya kembali menuju ke tempat mereka seharusnya pergi. Mereka melewati Naruto yang masih bersujud begitu saja. Melirik prihatin pada pemuda itu.

Hingga akhirnya mereka semua menjauh, terbang jatuh menuju bawah.

Dan hanya tersisa Naruto sendiri di sana.

"Sial... sial... SIAL... SIALLLLLLLLLANNNNNNNN!"

Pada akhirnya, Surga dipenuhi teriakan Naruto yang terus meracau layaknya orang yang telah gila hingga ber lamanya.

Ah... apa ini sudah dua hari berlalu?

—atau tiga?

Ia lupa. Ia tidak tau.

Selama waktu itu yang ia lakukan hanya berteriak dan meracau. Ia lelah. Ia lapar.

Dengan menyeret kaki-kakinya, ia berjalan kembali masuk ke dalam surga. Mendekati pohon terdekat untuk memetik buah-buahannya. Tubuhnya yang penat bersandar di pohon.

Sungguh, dia sudah tak tau lagi apa yang harus dilakukan. Jika dia turun, maka dia akan dicap sebagai pembangkang. Jika dia tidak turun, maka mungkin saat ini ayahnya telah...

Naruto menggeleng.

Ah... entah kenapa, sekarang ia ingat, dulu kejadian seperti ini juga pernah terjadi. Sebuah momentum untuk memilih salah satu saja, dan akan dibuang jika melanggar perintah. Jika ia pikir-pikir, itu sudah sangat lama sekali. Manusia bahkan belum diciptakan, dan tentu saja; saudaranya Lucifer masih berada di Surga.

Lucifer...

"Ah, sudah berapa lama aku tidak bertemu dengannya?"

Seorang malaikat berperingkat sama dengan Mikael. Pria baik hati yang dulu sudah ia anggap seperti kakak.

"Jika dipikirkan lagi, ini juga salahku karena ia menjadi seorang pembangkang. Andai... andai dulu 'hal itu' bisa kucegah. Andai dulu aku memiliki keputusan yang bulat, hal ini pasti tidak akan terjadi."

Naruto tersenyum miris. "Keputusan yang bulat ya? Bukannya jika begini tidak ada yang berubah. Aku... harus segera membuat keputusan."

Naruto berdiri. Ia sudah yakin dengan pendiriannya.

Ia berjalan.

Ia berjalan cepat.

Ia mulai berlari.

Berlari secepat yang ia bisa.

Melewati gerbang Surga. Melewati ketidakpastian yang ada di hatinya. Ia mulai berlari; menjauh dari dari masa lalu.

Dan jatuh bebas, menuju Dunia Bawah berada.

"Dan ini adalah keputusanku."

Perang tiga fraksi semakin berkecamuk ketika Dua Naga Surgawi saling bertarung di tengah kacaunya perang. Tidak sedikit korban yang jatuh diakibatkan kena imbas dari pertarungan dua naga itu.

Tuhan akhirnya terpaksa menyegel dua naga surgawi tersebut, membuat ia kelelahan dan akhirnya mati.

Itu adalah sebuah kerugian amat besar bagi fraksi surga. Namun disisi itupun, malaikat jatuh kehilangan seluruh gubernurnya. Sementara pihak iblis kehilangan seluruh pemimpin mereka, kecuali satu iblis lagi yang berhasil bertahan sampai saat ini; Lucifer.

"Uhuhuhuhu~ sungguh perang yang melelahkan"

Banyak korban di sana sini. Bahkan Lucifer percaya pilar-pilar Iblis telah menghilang dalam jumlah puluhan. Itu buruk sekali.

Lucifer tersenyum misterius. Duduk di atas bebatuan, menatap pada gelimangan mayat di sana-sini. Ini sungguh pemandangan yang manis baginya.

Perang sekarang menjadi sepi senyap. Setelah segala kegaduhan yang terjadi, semua menjadi tidak ada yang bisa berkata-kata lagi ketika Tuhan akhirnya mati menyegel Naga Surgawi, sementara dua fraksi lain berkabung karena kehilangan pemimpin-pemimpin mereka. Dua fraksi yang lain menjadi bingung, karena tidak tau apa lagi yang harus dilakukan.

Maju? Atau mudur?—yang mana?

Kehilangan pemimpin adalah akhir dari pihak mereka. Tanpa ada pemimpin, tidak ada yang memberi perintah. Dan saat ini mereka berada dalam detik-detik penentuan antara terus maju menerjang hingga mati atau mundur dengan penuh kemaluan.

Pihak iblis masih memiliki satu pemimpin, jadi mereka merasa lebih lega. Walaupun begitu, pemimpin mereka sama sekali tidak memberi perintah apapun saat ini.

"Tuanku, ini adalah momentum terpenting ras kita. Mohon bimbing kami menuju kemenangan, karena inilah saat yang tepat! Mereka semua tengah kehilangan mental mereka saat ini!" dia adalah seorang iblis dengan wajah keras. Wajahnya nampak sekali telah melihat neraka perang. Lucifer yakin orang ini telah kehilangan banyak sekali teman-teman seperjuangannya hingga menyebabkan mata tersebut dipenuhi dengan dendam.

Lucifer tergelak. "Aku bahkan bertanya-tanya apakah kalian akan seperti itu juga saat sebentar lagi aku akan mati ahahaahhaaha!"

"Anda tak akan mati! Anda adalah yang terkuat saat ini! Ancaman sudah tak ada lagi!"

Dari sudut mata merah itu, Lucifer memberikan lirikan. Gigi-gigi bertaringnya terlihat saat ia tersenyum lebar. "Tak ada ancaman, huh? Sayangnya, ancaman terbesarku tengah meluncur kemari layaknya sebuah komet." Ia bangun dari tempatnya. "Sepertinya, peranku akhirnya sudah hampir usai. Dan sesuai skenario yang tertulis dalam panggung boneka ini, aku harus disingkirkan."

Iblis itu menunjukkan wajah bingung. "Apa yang tengah anda bicara—"

Ucapan Iblis itu tak ia lanjutkan ketika ada sesuatu yang jatuh dari langit menuju mereka. Lucifer beserta Iblis itu pergi menjauh. Ketika 'sesuatu' itu telah menyentuh tanah, lubang sepanjang 5 meter tercipta.

Lubang itu penuh dengan asap yang menghalangi pandangan. Dan ketika asap itu menghilang, nampaklah Naruto di sana. Matanya birunya bersinar terang, memancar hawa membunuh pada Lucifer.

Lucifer mendarat tidak jauh dari Naruto. "Oh, halo~ saudaraku~. Sudah sangat lama tidak melihatmu. Kau tidak berubah ya."

"Dan kau banyak berubah."

Lucifer dahulu yang dikenalnya, mempunyai rambut pirang cerah yang terlihat bagai sutra. Matanya biru dan nampak seperti permata air yang jernih. Auranya lembut dan hangat. Enam pasang sayapnya putih menyilaukan. Air mukanya begitu terlihat menenangkan orang yang melihatnya.

—namun sekarang, pria itu terlihat menakutkan. Ia masih tampan. Wajah tampan itu tidak berubah. Hanya saja, rambutnya berubah merah-hitam legam. Matanya merah yang nampak membuatmu serasa akan mati melihat matanya. Auranya mencekam dan gelap. Dan sayapnya sungguh memilukan untuk dipandang. Dan air mukanya penuh akan rasa membunuh.

Saudara yang dulu dia kenal sudah tidak ada.

"Pada akhirnya, kau juga ikut bermain dalam panggung boneka ini, Naruto."

"Jangan samakan aku denganmu. Aku tidak akan dikendalikan siapapun. Aku akan memilih jalanku sendiri."

"Ohohohoho sungguh perkataan yang hebat. Kau tau? Ayah telah mati. Dan masihkah kau mau mengatakan hal itu?" tanya Lucifer menantang.

"Tapi ajarannya akan selalu aku ingat. Lagipula, kita sudah tau bahwa cepat atau lambat pada akhirnya Tuhan akan meninggal." Kenangan itu kembali menuju permukaan. "Ya, kau dan aku, kita berdua tau hari yang ditakdirkan ini akan tiba... persis seperti pertemuan pertama kita ribuan tahun yang lalu."

"Yah, aku tidak akan menyangkal akan hal tersebut." Lucifer mengangkat bahu. "Dan sesuai skenario, aku akan ditumbangkan di sini. Eee... atau aku yang akan menumbangkanmu?"

Pada saat Lucifer mengatakan hal itu, sebuah demonic power pekat berbentuk tombak menuju pada Naruto. Serangan yang telah dipadatkan itu tidak mengenai apa-apa, dan hanya membuat lubang di tanah. Walau lubangnya terlihat kecil, Lucifer yakin kedalamannya mencapai 30 meter.

Saat Naruto menghindar dengan lompatan cukup jauh, sebuah serangan dari arah jam tiga datang padanya. Serangan demonic power berupa balok itu sangat besar. Tanah dibawahnya saja digilas sampai habis. Dan Naruto berhasil terkena serangan itu. Ia tenggelam di dalam balok demonic power besar tersebut, sebelum akhirnya balok tersebut meledak.

KABOOMMMMMMM

Lubang besar tercipta dari ledakan itu. Iblis tersebut bernafas lega, terbang mendekat menuju Lucifer.

"Glaive, bukankah tadi kusuruh kau untuk pergi yak?"

Pria berwajah keras yang botak itu suara, "Tuanku tenang saja. Dia sudah kubereskan. Dengan serangan sebesar itu, aku yakin ia mati. Lagipula, aku dapat merasakan dia tidak memiliki kekuatan yang benar-benar hebat."

Lucifer tersenyum pahit. "Ya, dia memang tidak memiliki power yang melimpah sepertiku. Eee... atau harus kukatakan sudah gak punya lagi? Toh kekuatan aslinya sudah disegel. Tapi yah~" Lucifer memperhatikan asap di depan sana. Sesosok orang nampak berjalan di sana. "Kemampuan refleks, teknik, dan bertahan yang ia miliki adalah hal yang paling sialan yang pernah ketemui sejauh aku hidup."

Lucifer melihat lagi ke Glaive. "Sebelum kau mati dalam beberapa detik lagi, ada yang ingin kau sampaikan dulu, Glaive?"

"Huh? Apa yang tengah anda bicarakan. Saya tidak akan ma—"

SHUTTT

DUKKK

Kepala itu pecah berlubang. Tubuh Glaive jatuh ke tanah.

"Ah, dia malah mati duluan." Ucap Lucifer enteng. "Kemampuan pertahanan Aura dan Kompres serangan, kan? Tidak ada gunanya melawanmu dengan serangan pemusnah. Kubah tak terlihat sepanjang 2 meter mengelilingimu dengan kau sebagai pusatnya. Sayangnya, kubah tersebut mampu memantulkan kekuatan jumlah besar sekuat apapun serangan itu. Dan terlebih dari itu, kubahmu menyerap serangan jumlah besar itu dan dikembalikan dalam serangan yang dipadatkan dan tidak dapat dihindari—uhuhuhuhu, aku jadi keingat tombak gae bolg" Ia melihat lagi lubang kecil dengan panjang 30 meter yang ia tembakan dengan tombak. "Namun, kubah itu tidak akan sanggup menahan terhadap serangan yang fokus terhadap satu titik."

"Ya, kau benar. Kubah ini tak akan sanggup menahan serangan berfokus pada satu titit. Tapi walau begitu apa kau sempat untuk menyerangku, eh, Lucifer?" Naruto memberi ekspresi meremehkan. "Butuh empat detik bagimu untuk memadatkan serangan pada tingkat padat luar biasa. Itu cukup bagiku untuk menghindar dan memenggal kepalamu."

"Ahahahaha aku tidak dapat menyangkal hal itu. Terkutuklah kecepatan sialan yang kau miliki itu." Tujuh tombak demonic yang dipadatkan melayang di sekitar Lucifer. "Tapi tak bisa mengalahkanmu? HAHAHAHA! Banyak cara untuk mengalahkanmu, saudaraku!"

"Heh... mari kita lihat!"

Tombak-tombak itu ditembakkan layaknya laser. Melubangi tanah-tanah dan hal-hal yang menghalangi. Ketika serangan-serangan itu tidak kena, Lucifer kembali membuat tujuh tombak demonic yang dipadatkan. Ini sangat merepotkan untuk Lucifer. Selain kenyataan Naruto harus dibunuh dengan serangan yang berfokus pada satu titik, dipastikan butuh serangan amat padat untuk benar-benar membunuh Naruto. Serangan yang setengah-setengah walaupun berfokus pada satu titit, dia yakini tak akan membunuh makhluk sekaliber Naruto. Butuh konsentrasi tinggi dalam pemadatan, dan sulit mengontrol banyak tombak demonic, hingga hanya dapat tujuh saja yang ia ciptakan. Walau Cuma tujuh, dengan kecepatan empat detik penciptaan tombak, ini sudah cukup. Setidaknya, empat detik adalah kecepatan pemadatan yang luar biasa.

Ketika Naruto terbang, tombak-tombak yang tidak kena itu meluncur ke langit sampai tak terlihat lagi. Saat Naruto di bawah, tombak-tombak itu melubangi tanah-tanah maupun pepohonan. Lucifer terus menjaga jarak pada saat ini, sementara Naruto, menghindari serangan tombak-tombak dengan terus ke kiri dan ke kanan, melompat, berguling, dan gerakan-gerakan sulit bagai akrobat. Ia akan menghentikan kecepatannya sampai nol saat sebuah tombak akan mengenainya, dan akan menggunakan kecepatan terbaik yang ia miliki saat ini. Kembali lagi pada kecepatan nol dan kemudian bergerak lagi dengan cepat.

Itu sebuah kecepatan yang gila, bisa dibilang. Tapi orang-orang yang jeli tau; itu bukan hanya sekedar kecepatan. Itu Agility. Kecepatan hanya berupa sampai berapa cepatnya 'sesuatu'. Namun Agility, memacu pengguna untuk melakukan naik-turun kecepatan dengan luar biasa. Secara mudah, kamu dapat membayangkan bagaimana rasanya saat berlari sekencang yang kamu bisa, tapi saat kamu berusaha untuk berhenti, butuh beberapa detik untuk menghentikannya, kan?—tapi dengan Agility, kamu dapat langsung berhenti begitu saja, dan menikung dengan tajam.

Serangan jarak jauh yang berusaha dilancarkan Lucifer serasa tidak berguna, Naruto semakin memotong jarak, hingga akhirnya pemuda itu hanya berjarak tiga meter dari pria itu. Ditangannya sudah ada pedang cahaya, menebas horizontal menuju Lucifer. Raja setan itu menangisnya dengan sebuah pedang dari demonic. Naruto berusaha menebas kaki Lucifer, tapi Lucifer melompat kecil. Saat Naruto berputar, efek dari putaran membuat serangannya menjadi ganas, hingga Lucifer yang menangkis terlempar sedikit mundur. Ia berusaha menusukkan pedangnya, tapi Lucifer berusaha menangkis. Merasa serangan itu percuma, ia merengsek menuju belakang, kemudian berusaha menikam dari belakang, namun Lucifer menahan dengan pedangnya. Mereka tiba-tiba berada di posisi lock.

"Ah, sudah kuduga ini tidak akan berjalan dengan begitu mudah, eh... saudaraku."

Tangan Lucifer agak gemetaran menahan serangan itu. Tenaga yang ia terima dari Naruto sedikit agak besar dari dirinya... dia tidak diuntungkan soal posisi saling adu kekuatan fisik seperti ini.

"Aku sudah melampauimu, Lucifer! Aku tak akan lagi berada di belakangmu dan menjadi bayang-bayangmu! Aku... aku tak akan bergantung lagi pada makhluk sepertimu!"

Wajah itu mengeras. "Oh, mulut besar. Lihat siapa yang berbicara. Makhluk buangan sepertimu tak pantas berkata seperti itu. Kau pikir siapa dulu kalau bukan aku yang merawatmu saat kau masih bocah."

"Aku bukan makhluk buangan!" Naruto mendorong dengan lebih kuat. Pemenang berdasarkan posisi lock ini sudah terlihat dengan jelas. "Namaku Naruto, itulah nama yang pertama kali yang kuterima! Dan Tuanku adalah The God of Bible! Aku memiliki tempat untukku pulang! Aku tidak sepertimu!"

"Tempat untuk pulang kau bilang?!" kali ini, Lucifer benar-benar tersulut. "Ayah juga akan membuangmu! Ini adalah hal yang sama saat dia membuangku! Dan kau masih berkata kau memiliki tempat untuk pulang?!"

Kala itu, Lucifer yakin untuk pertama kalinya ia melihat wajah penuh keyakinan pada wajah Naruto. Semangat yang sepertinya tak akan padam. Keras layaknya baja. "Walau aku akan menderita sekalipun... walau aku ditinggalkan sekalipun... tapi aku akan selalu percaya. Ajarannya akan selalu kuingat. Kasih-Nya akan selalu kukenang. Oleh karena itu!"

DUKK

CRASSHHHH

"Aku tak akan kalah oleh orang payah yang melarikan diri sepertimu!"

Pedang itu menyabet melintang pada dada Lucifer. Darah menciprat dari sana. Lucifer segera mundur jauh ke belakang. Ia memegang dadanya yang terluka, dan dari sana api hitam mulai meregenerasi luka yang ia miliki. Lucifer juga ahli dalam bidang penyembuhan, dan sudah berada tahap masterisasi. Jadi luka dari cahayapun dapat ia sembuhkan. Tapi mendapat serangan cahaya dari malaikat sekaliber Mikael, tetap saja akan sangat berbahaya, tapi dalam kasus ini...

"Energi cahayamu sangat lemah, eh." Lucifer tersenyum pahit. "Bahkan mungkin cuma setingkat dengan malaikat dengan dua sayap—atau malah dibawahnya?" Lucifer tergelak. "Tidak peduli kenyataan aku kalah dalam kecepatan dan teknik sepertimu, jika tidak punya serangan kuat, kau juga akan tetap kesusahan untuk membunuhku."

Naruto mengancungkan pedangnya. "Walau begitu, kekuatan inilah yang akan membunuhmu. Aku dan kau tau—di panggung boneka ini, kau ditakdirkan mati olehku."

"Yah, kau benar. Aku tidak menyangkal. Kita sudah mengatakannya sebelum ini berlangsung; aku akan mati. Tapi... bukan berarti aku akan langsung menyerahkan kepalaku begitu saja."

Lucifer menyatukan kedua tangannya. Ia merapal mantra pendek. Tanah retak, dan dalam kedipan mata tanah-tanah hampir saja saling menghimpit Naruto. Dari bagian-bagian retak itu muncul bebatuan kecil yang menuju padanya. Tingkat kekuatannya melebihi shotgun. Ia sempat menghindar, namun tangannya tergores oleh bebatuan tersebut dan darah mengucur dari sana.

Tangan-tangan dari kegelapan pekat muncul dari tanah dan menahan tubuhnya. Salah satu tangan juga mencekik lehernya.

"Iblis hebat dalam sihir. Kurasa itu sudah menjadi pengetahuan umum. Dan aku, sudah memasteri sihirku." Ucap Lucifer. "Sudah kubilang; banyak cara untuk membunuhmu. Kubahmu itu bukan berarti bisa menahan segala serangan. Selama aku tidak menggunakan serangan tipe pemusnah, dan dapat memberikan serangan-serangan kejutan, kau bahkan akan kesulitan. Akan kutunjukan padamu contohnya. Yah... pokoknya, lumpuhlah."

Dari bawah tanah, muncul demonic power dalam bentuk duri-duri dan menusuk Naruto. Tubuh Naruto di angkat ke atas, seluruh tubuhnya tertusuk duri demonic yang telah berubah bentuk. Merubah demonic menjadi berbagai bentuk seperti itu bukan perkara mudah.

Saat duri-duri demonic itu menghilang, tubuh Naruto jatuh ke bawah. Dari balik tubuhnya yang bersimbah darah itu, tubuhnya mulai dipulihkan dengan uap panas yang menguar dari tubuhnya. Walau begitu, darah yang sudah hilang tidak dapat diregenerasikan. Itu hanya menutup luka luar. Jika terus seperti itu, Naruto bisa mati kekurangan darah.

"Ah, sudah kuduga ini akan merepotkan. Andai aku dapat memusnahkanmu dengan serangan besar-besaran, kau pasti sudah mati." Lucifer tersenyum bengis. "Tapi jika tidak bisa, aku tinggal harus terus melukaimu, kan?"

"Aahaha... ahahahahahaaha..."

Kening Lucifer berkerut. Ia bingung. "Apa yang lucu?"

"Title 'kebanggaan' dari tahta 'tujuh dosa besar' yang melekat padamu memang mencirikanmu. Lucifer, apa kau tidak sadar bahwa sejauh ini aku sama sekali tidak menggunakan kekuatan apapun selain kecepatan dan pedang cahaya tingkat lemah?"

"Bukankah memang cuma itu yang kau bisa? Dulu saat aku merawatmu juga begitu... kau tidak ahli dalam bidang lain. Sihir tingkat rendah yang kuajarkan padamupun tak bisa kau kuasai."

"Aku tidak ahli hal seperti itu, kurasa."

"Lalu?"

"Coba lihat dirimu sendiri."

Saat Lucifer memfokuskan pada dirinya sendiri, akhirnya ia menyadari bahwa ia tengah dalam ilusi. Hanya dengan melepas aura iblisnya lebih kuat, ilusi lemah itu (walau begitu, ia tetap bertanya-tanya kenapa ilusi yang mudah dipatahkan itu sulit untuk disadari) terlepas, dan ketika ia menyadari, ia sudah disalib di tiang salib dengan tangan dipaku. Ada sebuah belati yang menancap di bahunya, dan entah kenapa belati itu rasanya perih sekali. Dan disalib di sana, entah kenapa tubuhnya serasa remuk semua.

"Sad on crux (kesedihan di tiang salib), itulah nama kekuatan ini. Setiap luka yang aku terima, juga akan diterima oleh orang yang telah kutandai. Mediator kekuatan ini adalah—"

"Menyentuh lawan, bukan? Sepertinya kau melakukannya saat kita adu pedang tadi."

"Seperti yang dapat diharapkan dari seorang jenius." Puji Naruto.

Lucifer mengerahkan tenaganya, dan keluar dari salib sana. Saat ia berusaha melepaskan diri dari paku-paku yang memaku tangan-tangannya, darah mengucur dari sana dan perih. Ia terjatuh berlutut di tanah setelah keluar dari salib setinggi dua kali tubuhnya itu. Ia ingin mengeluarkan belati yang menancap dari bahunya, tapi dia sadar sekarang bahwa belati itu sudah seperti menyatu dengan daging-dagingnya. Ia melihat ke belakang, menatap tiang salib itu. Tiang salib itu terbuat dari besi hitam legam dan ada aura ngeri yang dipancarkannya.

Kemudian Lucifer menatap Naruto tidak percaya. "Apa yang kau pikirkan? Kau berniat mati denganku? Peranmu di panggung boneka ini setauku masih belum berakhir."

"..."

Sesaat perkataan itu, sebuah pedang besar dari demonic power terbang pada Lucifer. Lucifer menghindarinya. Dan lalu pedang-pedang lain dari demonic power beterbangan menuju dirinya. Beberapa juga berbentuk tombak. Saat ia menyadari, tempat mereka berada sudah seperti tanah kuburan pedang dari demonic power. Mereka yang menancap di tanah terus keluar dari tempat mereka menancap, kemudian terbang menuju dirinya layaknya anak-anak panah yang menyerbu. Lucifer dapat merasakan, bahwa pedang-pedang itu terbuat dari kekuatan yang sama dengan dirinya. Dan sejak tadi kekuatan dari tubuhnya terus berkurang sedikit demi sedikit.

"Kekuatanku diserap rupanya. Kau tidak dapat menggunakan demonic power lagipula." Lucifer tergelak lagi. Ia benar-benar suka tertawa. "Bagus sekali! Tidak seru jika kau langsung menyerah!"

"Aku memang sudah menyerah kok."

"Hah?!"

Pada saat Naruto mendongak setelah menunduk sekian lama, ia menunjukkan wajah menangis dengan ekspresi kosong. "Lucifer, ayo kita mati sama-sama saja. Kita menyusul Ayah yang sudah tiada."

Hati Lucifer serasa dicengkram. Bukan dalam artian sakit yang sebenarnya, tapi hatinya serasa terluka dalam arti batin. Ia tidak menyangka Naruto akan menyerah secepat itu. Ia ingat, saat bocah dulu Naruto adalah anak yang tidak bisa diam dan dia bilang dia akan melampauinya dengan penuh semangat. Anak itu adalah anak yang penuh tekad baja, ia selalu bangga pada anak itu dahulu.

TUNGGU

Kenapa juga tiba-tiba dia malah melamun masa lalu dan serasa menyesalinya?!

Itu terlalu tiba-tiba. Seorang pendosa seperti Lucifer sudah terlalu lelah untuk menyesal.

Dengan melepas kekuatan Iblisnya lebih banyak lagi, Lucifer akhirnya terlepas dari ilusi tadi... dan menyadari bahwa tubuhnya saat ini ditusuk dua puluh tombak demonic lebih. Tombak-tombak itu sudah dipadatkan, jadi lukanya fatal sekali. Walau akhirnya dapat Lucifer sembuhkan dengan healing, tetap saja akhirnya ia banyak menguras tenaga.

"The fool's world. Kekuatan ini memanipulasi hati seseorang untuk mengingat dosa-dosanya di masa lalu. Ia terjebak dalam ilusi, dan tanpa orangnya sadari, kau akan melakukan apa yang kuperintahkan. Kau bahkan diam bagai patung tadi ketika kuperintahkan untuk diam."

"Pemicunya adalah tiang salib tadi, apa aku salah?"

"Yap."

Akhirnya pula, untuk kesekian kalinya dia dibuat sadar bahwa ada suara sesenggukan dari tiang Salib bekas ia disalib itu. Itu adalah suara tangisnya. Dia yakin, masih ada seseorang yang disalib di sana. Jika tebakannya tidak salah, maka itu adalah replikanya.

"Jika kau penasaran, akan aku katakan... yang disalib di sana adalah dirimu saat ini tengah menangis darah. Satu bola matamu sudah tak ada dan Cuma ada lubang yang menganga dimata kiri tersebut. Itu... mungkin berhubungan dengan tangismu saat tidak mau bersujud dan menghormati Adam."

"Hahaha, membayangkan untuk melihat ke belakang saja rasanya sudah membuatku gemetaran."

Naruto tersenyum kecut. "Kau akan tetap melihatnya, Lucifer."

Yang Naruto maksud di sini adalah bahwa dia akan bertarung di sekitar tiang salib itu berada. Dengan begitu, kemungkinan Lucifer akan melihat ke replika dirinya di tiang akan menjadi besar, sehingga dia dapat diberi ilusi lagi.

"Dan kau pikir akan kubiarkan?"

Naruto menerjang. Targetnya bukan Lucifer, tapi merengsek menuju tempat tiang salib itu berada. Kecepatan Naruto tidak dapat ditandingi Lucifer hingga akhirnya Naruto dapat lewat.

Lucifer frustasi. Terlebih, pedang-pedang demonic beterbangan ke mana-mana. Ia tidak dapat menghancurkan mereka semua dengan serangan pemusnah agar lebih mudah, karena bisa saja Naruto mengambil keuntungan dan masuk ke dalam area serang itu dan menggunakan Kubah Aura dan mengkompres serangannya dan dikembalikan. Setiap serangan kompresisasinya tidak dapat dihindari, dia Cuma akan mati. Jadi, dia Cuma dapat menembakkan demonic-demonic power dan menghancurkan pedang-pedang yang datang padanya, seraya membagi fokus kepada Naruto. Mata Lucifer sendiri hanya melihat ke arah kaki Naruto, karena melihat lurus ke depan dapat membuatnya terjebak ilusi. Serangan dari pedang? Sudah jelas dia mengandalkan insting bertarungnya untuk merasakan datangnya serangan.

Mereka terlibat pertarungan di dekat tiang salib.

Mulutnya merapal mantra-mantra pendek. Tangan-tangan kegelapan berusaha untuk menangkap Naruto, dan Naruto terus menghindarinya. Sementara bebatuan terus menembak ke arahnya. Dan tanah yang tidak nyaman untuk dipijak karena terus berusaha menjepit, atau menghentikan pergerakannya dengan menjadi lumpur.

Naruto sempat terpikir untuk melakukan pertempuran di atas udara, dan memamfaatkan pedang-pedang beterbangan secara maksimal. Karena kenyataan itu adalah kekuatan yang diambilnya dari orang yang ditandai, dan butuh konsentrasi penuh untuk mengendalikannya, dia tak dapat menerbangkan pedang itu secara maksimal. Yang Cuma bisa dilakukan pedang itu adalah terbang dan mengejar target. Dia tidak dapat melakukan belokan tajam, ataupun melakukan tipuan. Tapi tentu saja, mengingat jumlah yang menyerang banyak, itu bagus sekali untuk support.

—tapi, jika dia naik ke atas, dan tiba-tiba dia terluka dan akhirnya Lucifer kembali di salib, ia takut bahwa lukanya akan membuatnya tak sadar diri untuk beberapa saat dan jatuh ke bawah. Jika kepalanya terbentur kala keadaan kritis begitu, bisa-bisa kemampuan regenerasinya tidak aktif.

Saat ia berhasil menusukkan pedang cahaya yang ia punya ke bahu Lucifer, Lucifer terpaksa menembakkan peluru batu dan menembus perut Naruto. Jika tidak dilakukan mungkin saja Naruto akan melakukan tebasan tiga kali beruntun dengan pedang hingga tubuhnya terpotong. Karena Lucifer sudah tau apa yang akan terjadi jika dia melukai parah Naruto, dia segera menguarkan kekuatan iblisna sehingga terlepas dari ilusi, dan tengah di salib lagi. Tubuhnya serasa remuk lagi. Dan belati dibahunya bertambah satu.

Lucifer keluar dari salib itu. Ia kembali berusaha menyerang Naruto. Walau sangat kuat, kenyataannya kekuatan ini masih dapat diatasi dengan kemungkinan dia tidak akan mati sebesar 5%. Andaikan... andaikan Lucifer berhasil memenggal kepala Naruto, Naruto pasti mati. Sementara tubuhnya akan serasa diremukkan. Tetapi ada perbedaan besar di sini. Otak jeniusnya menyadari bahwa rasa sakit yang diterima adalah sebesar apa yang dirasakan oleh Naruto rasakan.

Jika dia dapat menahan rasa sakit yang diterima saat Naruto mati, mungkin ada kemungkinan dia akan selamat. Karena rasa sakit itu dialirkan dibagi ke seluruh tubuhnya dengan bentuk remasan. Berbeda lagi ceritanya jika rasa sakit itu berfokus menikam ke jantungnya. Dia pasti akan mati.

Terus menyerang tubuh Naruto adalah hal buruk. Walau luka yang mereka terima akan sama, Naruto punya tubuh yang tiga kali lebih kuat dari makhluk supranatural manapun. Jadi sudah jelas Luciferlah yang akan mati duluan sementara Naruto hanya akan luka cukup parah.

Jadi, Lucifer hanya perlu memenggal kepala Naruto.

"Bicara itu gampang. Tapi dalam prosesnya sulit sekali." Lucifer mendesis frustasi.

Musuh yang terus berputar-putar di titit di mana kau tidak dapat melihat lurus. Pedang-pedang yang terus-terusan beterbangan layaknya anak panah. Sihir-sihir yang harus dirapal. Dan kenyataan dia tidak dapat menggunakan kekuatan maksimalnya karena kekuatan demonicnya tidak boleh dalam bentuk tipe serangan pemusnah.

Itu... buruk—terlalu buruk untuk Lucifer bayangkan malahan.

Naruto benar-benar salah satu dari master tipe teknik yang sulit dikalahkan.

Untuk pertama kalinya, akhirnya Lucifer kembali masuk ke dalam the fool's world. Tubuhnya kembali ditusuk oleh pedang dan tombak. Lucifer muntah darah. Tidak jauh darinya Naruto juga tengah memuntahkan darah karena kelelahan.

Sekilas keduanya nampak dalam kondisi buruk, tapi faktanya Naruto masih memiliki tenaga tiga kali lipat lebih banyak.

Walau melihat sekeliling dengan Cuma melihat ke bawah. Ia tersenyum pahit. Sudah ada delapan tiang salib yang berdiri di sekitar sini. Pantas saja dia semakin sulit untuk bergerak dan termakan untu melihat salah satu replikanya. Jika ini musuh biasa, dia yakin dengan menutup matanya dan mempercayakan indra perasanya cukup untuk menyerang. Tetapi ini adalah petarung spesial seperti Naruto yang punya aura membunuh yang pekat... dia tak akan berkutik jika hanya mengandalkan indra perasanya.

Setelah itu, Lucifer akhirnya kembali berusaha menyerang Naruto. Target utama adalah memenggal kepala. Dan sebisa mungkin mengunci pergerakannya. Terus berusaha walau berkali-kali justru tubuhnya yang terkena serangan dari Naruto, atau terpaksa menyerang titik lain yang membuatnya kembali ke tiang salib. Lucifer bahkan sudah tidak tau lagi berapa kali dia di salib karena hilangnya fokusnya.

Dan pada akhirnya, pemenangnya telah diketahui.

Lucifer roboh. Luka menganga yang sudah tidak dapat diobati lagi membuat genangan darah.

"Aku... sudah skakmat ya?" ucap Lucifer. Ia sama sekali tidak berkata sombong lagi. Perkataannya penuh dengan keputusasaan.

"Ya, itulah keadaannya."

"Sudah berapa kali aku disalib?"

"lima belas kali. Itu rekor yang bagus. Jika iblis biasa, satu kali disalib saja mungkin dia sudah akan mati."

"Sungguh pertarungan yang membosankan sekali. Padahal kuharap aku dapat saling adu lempar bom demonic besar agar membuat bom jamur."

"Maaf jika tidak dapat memenuhi ekspektasimu. Tapi aku lebih suka menyudutkan musuh daripada adu serangan."

"Yah, benar-benar dirimu, tak pernah berubah sejak dulu."

"..."

Lucifer menarik nafasnya yang terasa kesusahan, dan menghembuskannya. "Sepertinya peranku berakhir di sini."

"...Ya."

Langit ungu di atas dirinya, membuat Lucifer memandang jauh. "Diriku dulu sangat mencintai ayah. Dan ayah amat menyayangiku. Semua dulu berjalan begitu damai bagiku. Semuanya sempurna..."

"..."

"Tapi pada akhirnya rasa sayangku itu sepertinya membawaku pada perasaan kekuasaan. Aku menolak untuk bersujud terhadap Adam—bahkan setelah Adam kembali ke tanahpun, aku tetap tak akan pernah bersujud kepadanya." Wajah Lucifer mengeras. "Makhluk barbar seperti mereka itu... seharusnya musnah saja."

"Kau juga makhluk barbar, Lucifer."

Lucifer tergelak. "Ya, kurasa juga begitu." Ucapnya. "Tapi karena rasa dendam dan iri itulah... yang membuatku menjadi salah satu pemeran di sini; menjadi boneka yang menari di atas panggung. Dan peranku telah usai." Warna matanya mulai memutih. "Naruto... apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Aku akan tetap menari di atas panggung. Peranku... masih belum berakhir." Tangan Naruto terkepal. "Aku akan tetap di sisi ayah hingga ajal menjemput."

"Begitu ya. Kau benar-benar makhluk yang setia."

"..."

"Se-sepertinya waktuku sudah tiba."

Tidak berselang... Lucifer menghembuskan nafas terakhirnya. Naruto menyaksikan hal itu hingga akhir. Ia berlutut, dan menutup mata Lucifer. Ada perasaan sedih dalam hatinya melihat seseorang yang ia kenal telah meninggal.

Ia mendongak, menatap langit. Oh... sungguh di sini langitnya sangat ungu dan kelam. Berbeda dengan Surga yang penuh cahaya. Akankah tempat ia akan dihukum langitnya juga berwarna seperti ini? Atau justru biru cerah seperti yang dikatakan Gabriel tentang bumi?

Ketika ia memikirkan lagi, ia merasa ketakutan. Entah kenapa hari-hari di mana ia tidak dapat berbicara dengan Gabriel agak menghantuinya. Ia... sudah tak dapat melihat gadis itu lagi dalam jangka waktu lama. Ia juga tidak dapat lagi melihat ramainya kesibukan malaikat di surga.

Ia... akan sendirian lagi.

—dan rantai-rantai keluar dari sebuah lubang hitam.

Rantai-rantai itu mengikat kedua tangannya, kakinya, dan lehernya.

Ia ditarik ke dalam sana. Rasa sakit perih dari rantai itu serasa membuatnya mau pingsan. Ketika ia melihat lagi pemandangan Dunia Bawah untuk terakhir kali, ia melihat Gabriel tengah terbang dikejauhan sana, tengah menangis menuju dirinya dalam kecepatan tercepat yang ia bisa.

Naruto tersenyum pahit. Kemudian, saat ia telah masuk sepenuhnya ke dalam lubang hitam itu... semuanya menjadi gelap.

—dan kini ia tengah disalib dibebatuan karang di tepi laut, yang ombaknya selalu besar.

Hampir disetiap detiknya ombak-ombak itu akan datang dan menenggelamkannya untuk sementara, membuat air memasuki hidungnya dan batuk karena rasa tenggelam. Setiap hari ia menggigil kedinginan. Apalagi saat malam suhu menjadi turun.

Ia kehujanan. Ia kepanasan.

—ia kesepian.

Tubuhnya ringkih dan lemah. Kurus dan hanya menyisakan kulit yang membungkus tulang. Rambutnya panjang sampai ke mata kaki. Wajahnya tampak seperti ikan mati.

Sudah berapa lama waktu berlalu? Lima tahun? sepuluh tahun? dua puluh tahun?

Rasanya tidak sependek itu. Jauh... jauh lebih lama. Ia tak pernah menghitungnya. Itu tidak penting.

Baginya, yang terpenting adalah ia akan terus percaya. Ia akan terus percaya akan datangnya belas kasih Tuhan. Ia percaya bahwa suatu hari nanti seseorang itu akan datang dan mengeluarkannya dari hukuman.

dan ia akan selalu percaya—

—walau seberapa lamapun waktu berlalu

TBC

A/N:

Halo~ Saya Author baru. Setelah membaca fanfic sekitar beberapa waktu yang lalu, saya berminat untuk mencoba menulisnya. Saya masih amatir, mohon bantuannya senpai-senpai sekalian.

Jika ada yang nanya, kenapa gak ada yang lain diperlihatkan selain Lucifer dan ajudannya, itu karena Tuhan mati dengan tanpa bekas. Mikael serta seraph yang lain tengah dilanda tekanan mental kuat hingga langsung mundur. Dan iblis, malaikat, dan malaikat jauh yang punya posisi lebih rendah gak berani ikut campur dalam pertempuran Lucifer dengan Naruto.

Saat saya memikirkan kekuatan apa yang bagus untuk Naruto, yang berkesan inovatif untuk fandom ini. Akhirnya saya menggunakan kekuatan 'kubah yang tak dapat ditembus', 'kemampuan membalik serangan', 'ilusi', 'kecepatan luar biasa', 'pencurian kekuatan', dan 'sad on crox yang membuat lawannya dikutuk'. Mungkin hampir semua kekuata Naruto bakal tipe teknik dan support.