No Doubling Back
Fanfiction by TimamiYIPPIE

Disclaimer: ES21 isn't mine. It belongs to Riichiro Inagaki and Yusuke Murata. Title is inspired by Jason Mraz's song. The song might as well be the soundtrack to this fic.
A/N: RnR PLEASEEEEE! This is my comeback after a year (?) of no writing about anything. hahaha.


'Tolong pulang cepat ya hari ini, ibu ada acara kantor. Tolong urus adikmu.'

Gadis itu menatap pesan singkat di layar telepon genggamnya dengan lesu. Ia terus menerus menulis ulang balasan yang akan ia kirimkan pada ibunya. Ia lelah berbohong, lelah menghindar, lelah bersembunyi. Sang gadis menghembuskan nafas panjang. Ia kuatkan tekadnya dan iapun mengirimkan balasannya.

'Ibu, maaf. Aku harus menemui Juumonji-kun sehabis sekolah. Hanya sebentar, oke? Maaf bu.'

Tidak lama, ibunya membalas lagi. 'Untuk apa kamu bertemu dengan bocah itu lagi?

Si gadis menggigit bibirnya pelan. Alisnya berkerut, emosinya mulai naik. 'Tidak apa-apa. Hanya bertemu saja. Mengobrol, sudah lama tidak bertemu.'

Tidak lama, ibunya membalas lagi. Si gadis langsung menghapus balasan itu, tanpa dibaca. Ia seakan muak akan omongan ibunya. Ia tahu, kekasihnya bukanlah seseorang yang baik di mata ibunya. Tapi ia adalah orang yang baik, bertanggung jawab, setia. Ia berhenti berkelahi dan berusaha mengatasi kecanduannya akan rokok demi bersama sang gadis.

Si gadis berusaha menahan air matanya. Ia tahu, ibunya tidak akan diam sebelum ia mengakhiri hubungannya dengan Juumonji. Namun hatinya belum siap. Meskipun otaknya berpikir dengan jernih, hatinya menunda tindakan yang seharusnya ia ambil. Cinta, kalau dibandingkan dengan logika, tidak akan bertemu.


Gadis itu berjalan ke arah lapangan American Football untuk menemui kekasihnya. Ia suka menonton Juumonji-kun berlatih. Melihatnya bersemangat, berjuang bersama Deimon Devil Bats. Setiap kali ia duduk di pinggir lapangan dan menyaksikan latihan kekasihnya, jantungnya berdegup kencang, seakan ia jatuh cinta untuk pertama kalinya. Sang gadis tersenyum sendu. 'Apakah memang harus berakhir seperti ini?' pikirnya.


Juumonji dan gadis itu berjalan beriringan. Matahari baru akan tenggelam di belakang mereka. Angin sepoi-sepoi musim semi bertiup, menghembuskan udara sejuk diantara mereka.

"Juumoji-kun." Gadis itu memanggil pelan.

"Ya?"

"Kenapa kamu suka padaku?"

"Pertanyaan macam apa itu? Yah, sejujurnya aku tidak tahu. Yang jelas aku benar-benar sayang padamu." Jawabnya sambil terkekeh.

Gadis itu tersenyum kecil. Air matanya hampir turun, namun ia tahu ia tidak boleh menangis.

"Kamu kenapa?" Juumonji balik bertanya.

Gadis itu terdiam, tidak mampu berbicara. Jika ia menjawab, maka tangislah yang akan keluar.

"Ibumu?" Juumonji bertanya lagi.

Gadis itu masih terdiam, hanya mengangguk pelan.

Juumonji terdiam. Ia menghembuskan nafasnya dengan sedikit berat dan merengkuh gadis itu di pelukannya. Lalu, tangisan gadis itu pun meledak.

Berbagai macam pikiran berlalu lalang dalam kepala gadis itu. Segala cercaan ibunya, hal-hal kecil yang Juumonji lakukan untuknya – hal-hal yang membuatnya paling bahagia. Ia memeluk Juumonji erat, yang dibalas dengan kecupan hangat di dahinya.

"Maaf Juumonji-kun." Ujar gadis itu.

"Tidak apa. Jangan dipaksakan jika ini hanya membuatmu sedih."

Gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap Juumonji sendu. Wajah Juumonji tentu saja sedih. Ekspresi yang tidak pernah ia inginkan. "Mungkin takdir kita bukan untuk satu sama lain, ya, Juumonji-kun?"

Juumonji hanya tersenyum getir.

Gadis itu memberi satu kecupan lembut, salam perpisahannya pada orang yang paling ia kasihi. "Sayonara, Juumonji-kun." Ujarnya sambil berpaling.


End. (Not a happy comeback, huh? Enjoy otherwise.)