Based on Anime Akagami No Shirayuki
Fanfiction Obi x Reader
**Picture's material is not mine, i just edited it
**Timeline story is mine, inspired by another Obi x Readers fanfiction and the anime/manga itself
Sorry if its OOC XD i will try harder!
Love Obi ❤ ^^
Akagami No Shirayuki © Sorata Akidzuki
Chapter 1 : First Sight
.
.
.
.
Kota pusat wilayah Clarines, Wistal memang tak pernah sepi, baik siang ataupun malam hari selalu ada aktivitas yang tampak disana. Clarines memang tanah kerajaan yang dikenal dengan kemakmuran dan kedamaiannya. Banyak kegiatan masyarakat atapun kerajaan yang ada disana. Salah satunya acara adu pedang yang tengah berlangsung. Selama tiga hari mendatang, para peserta yang telah terdaftar akan menjalani tahap demi tahap babak penyisihan hingga acara puncaknya pada hari ketiga, delapan orang kontestan yang bertahan akan menjalani babak final.
Delapan kontestan akan beradu pedang kembali sehingga hanya menyisakan dua kandidat terbaik untuk memperebutkan juara pertama dengan hadiah berupa predikat pendekar pedang amatir dari kerajaan Clarines dan satu kantong kecil koin emas murni yang nilainya cukup besar untuk masyarakat setempat.
Hampir sore.
Kau menguap berkali-kali menahan rasa kantuk yang menyerang dirimu di tengah menunggu babak penyisihan dimulai. Sudah sedari tadi siang kau berada di pusat kota kerajaan Clarines itu, dari kemarin pagi kau berangkat dari wilayah perbatasan Clarines - Tanbarun dengan menumpang gerobak jerami milik tetanggamu yang kebetulan juga memiliki kepentingan di pusat kota tersebut.
"Kepada para kontestan adu pedang, silahkan berkumpul dan duduk di belakang panggung, acara akan segera dimulai!" teriak penjaga pos. Kau dengan langkah malas mendekat. Dalam hatimu mengeluh, kenapa hari ini cukup panas, sedangkan dirimu seharian mengenakan jubah bertudung berwarna putih. Ada alasannya kenapa kau melakukan ini. Pertama, kau itu cukup terkenal di sebagian wilayah-wilayah ini, Kedua, rambutmu agak merepotkan jika dilihat banyak orang dan yang terakhir, kau memang suka menyembunyikan identitas.
"Zen, kau yakin akan merekrut orang lagi?" Mitsuhide menekan pelipisnya frustasi. Ia selalu terkejut dengan keputusan pangeran kedua Clarines yang sudah lima tahun lebih ia jaga. Dan apa yang ada dibenaknya kini?
"Aku ingin menambah personil orang-orangku. Mitsuhide, Kiki, dan Obi... ayo kita berangkat melihat turnamen adu pedangnya. Semoga kita bisa mendapatkan orang yang berpotensi!"
Zen saat itu bersemangat sekali, bahkan sampai mengajak Shirayuki ikut serta bersamanya. Dan untung saja pekerjaannya meracik obat baru bersama Ryuu sudah diselesaikan lebih cepat.
"Shirayuki, Emm... bisakah kau membujuk Zen untuk tidak melakukan ini? Ahh! Apakah kita bertiga kurang menjadi pengawalnya?!" bisik surai biru itu kepada gadis di samping Zen.
"Ku-kurasa kita tahu seperti apa Zen," jawab Shirayuki sambil tersenyum melucu.
"Kau terlalu banyak berpikir. Keriputmu akan lebih cepat datang nantinya" sambung seseorang. Nada sarkatis ini, pasti Kiki. Sontak Mitsuhide menoleh malu, semburat semerah tomat bahkan nampak begitu jelas di kulit kecoklatan milik pengawal dengan predikat bagus itu.
"Ja-jangan begitu, Kiki!"
Obi mati-matian menahan rasa ingin tertawanya. Gagal. Pemuda bermata kucing ini lepas kendali, "Ya ampun... suami istri memang beda sensasinya, benarkan!?"
"Obi!"
"Obi!"
Kedua orang yang diledeknya serentak meneriakkan namanya dan sukses membuat Obi makin tertawa senang dibuatnya, Sedangkan Zen dan Shirayuki hanya bisa memasang tampang bodoh menanggapi teman-temannya yang aneh.
Pedang kayumu menari lincah menangkis setiap ayunan pedang kayu milik salah seorang pemuda yang menjadi lawanmu. Kau kini memasuki babak semi final.
Ke kanan
Ke kiri
Ke Atas
Ke Bawah
Dan... Serangan penutupan yang berupa gerakan tusukan telak yang menuju kearah leher lawanmu. Kau menang dan masuk final. Bersamaan dengan itu, rombongan Zen telah tiba untuk melihat final kontes pedang ini. Zen juga sengaja menyamar, ia ingin melihat kemampuan sang juara kontes pedang ini tanpa dibantu dengan laporan dari para pengawalnya.
"Tuan, nampaknya kita terlambat. Sudah hampir final," lapor Obi pada Zen. Pemuda bersurai putih itu mengangguk dan menolehkan pandangannya pada Shirayuki.
"Zen, bagaimana kalau kita kesana? Sepertinya ada yang menjual minuman herbal. Aku ingin membelikan Kepala tabib dan Ryuu," ucap gadis bertinggi 162 senti itu bersemangat. Warna emerald di iris kedua mata indahnya berkilauan membuat Zen otomatis terpaku beberapa saat. Obi melirik nakal kearah tuannya itu, dan tentunya Pangeran kedua Clarines itu mengetahuinya. Ia tahu pemuda yang lebih jangkung darinya itu senang sekali jika berurusan dengan menggodanya.
Zen berdehem pelan, "Obi! Kau tinggalah disini. Jangan mengikuti kami."
Itu hukuman untuk Obi. Hehe...
"Ahh! Aku ingin cepat pulang. Udara disini benar-benar panas!" keluh seseorang yang terdengar di telinga Obi. Nadanya sangat lembut dan membuat pemuda jangkung itu otomatis mengalihkan pandangannya dari Zen dan Shirayuki, mencari sosok yang mengeluh tersebut dan tanpa disadari keduanya bertubrukan.
Kau mengutuk tudung jubahmu dalam hati. Memang merepotkan sekali, tudungnya terlalu besar untuk ukuran kepala seorang gadis. Sedari tadi kau menyadari bahwa sudah berapa puluh orang kau tabrak.
"M-maaf," ucapmu pelan sembari menegakkan sedikit kepalamu, mengintip kira-kira siapa gerangan yang menjadi sasaran tubruk badanmu. Ia tinggi sekali, sehingga kau harus mengadah lebih.
Obi tak menjawab. Ia hanya menatap sosokmu di balik jubah putih. Dan... tanpa sadar Obi sesaat terpana, ketika iris amber cantik milikmu bertemu pandang dengan iris chrysoberyl milik Obi.
Kaupun juga sama dengan Obi. Saling terpaku selama beberapa detik.
Indah.
Kau diam-diam mengagumi bentuk mata orang dihadapanmu ini, cat-eye liked. Kau bukanlah tipe yang gampang terkagum akan suatu hal, tapi ini nyata. Bahkan sampai lima detik yang demi tuhan begitu lama baru menyadarkanmu yang tengah terbang dalam pikiranmu sendiri.
Kau cepat-cepat menunduk kembali, "Sekali lagi mohon maaf, s-saya permisi!"
Kau melangkahkan kakimu dengan cepat membaur bersama kerumunan menjauhi sosok Obi.
Ini bukan gayamu.
Ini bukan dirimu.
Yah, kau mengutuk sikap bodohmu. Haha.
Babak final
Hebat
Keren
Tangguh
"OBI!" pekik Zen tertahan melihat anak buahnya tercengang melihat pertandingan final ini.
"Huh? Ada apa, tuan?" jawab Obi asal, masih separuh pusat pengelihatannya terpaku dengan pertandinganmu. Zen berusaha menahan kepalan tangannya untuk tidak menjitak kepala pemuda bertinggi 179 senti didepannya ini, bahkan Shirayuki mencoba menenangkannya.
"Dia hebat, tuan. Kau tidak mau merekrutnya? Menurutku dia sekelas Mitsuhide-san." gumam Obi pelan namun masih terdengar sampai di telinga Zen. Pemuda surai putih itu masih kesal karena Obi mengabaikannya namun memilih setuju dengan mengangguk. Dia berfikir andai saja Mitsuhide dan Kiki jadi menemaninya mungkin mereka dengan tangan terbuka menerima permintaan Zen untuk menambah personil.
"Dia perempuan lho, tuan."
Tunggu...
Perempuan?
"Yakin?!" Zen tanpa sadar membuka mulutnya kaget. Ia kira orang yang bertudung putih itu sosok pemuda yang memiliki badan kecil namun terlatih.
Obi mengacungkan jempolnya dan menyeringai senang.
Pedang kayumu terus melakukan serangan beruntun. Kelebihan dari gerakanmu adalah gerakan menusuk, jadi sulit bagi lawan untuk menyerang balik karena harus memblokir arah ujung pedangmu jika kau menyerang. Pertahananmu juga sangat bagus. Badanmu terlatih sejak kecil jadi hasil latihanmu kini memang berguna. Lincah, luwes dan cepat. Kecepatan pedangmu bisa dikatakan diatas rata-rata.
Dan terbukti.
"Pemenangnya Shiro!" ujar juri mengangkat tangan kananmu setelah kau berhasil menjatuhkan pedang milik lawanmu dan dengan gerakan cepat ujung pedang kayumu sudah berada di depan dahi lawanmu.
Sorakan dari masyarakat setempat sangat antusias.
"Tunjukkan dirimu, Shiro!"
"Kau hebat, Shiro!"
"Aku ingin melihat wajahmu, Shiro!"
Itulah beberapa teriakan yang ada dan... sifatmu yang malas menanggapi hanya tersenyum kecil dan mengisyaratkan semua diam dengan gerakan jari telunjuk yang kau tempelkan diantara bibir cherry mu itu.
"Ssst... Shiro adalah rahasia..."
Masyarakat kembali heboh mendengar suaramu.
"Dia perempuan!"
"Suaranya manis!"
"Aku yakin dia cantik!"
Zen dan Obi hanya tertegun tak percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Wajah mereka sangat mudah dibaca 'WOW'. Sedangkan Shirayuki sepertinya bingung. Zen mengintip di sudut matanya, "Ada apa, Shirayuki?"
"Eh? T-tidak... Hanya saja sepertinya aku pernah mendengar suaranya. Serasa familiar di ingatanku..." Surai merah berkilauan itu masih memutar ingatannya. Ia yakin pernah mendengar suaramu.
"KYAAA!" jerit seseorang di tengah kerumunan. Kau yang masih berada di atas panggung bisa langsung melihat kearah sumber suara.
TBC
How? Uda lama nggak nulis T.T semoga sukaa yaa... feel free leave comment for this story's sake ^^ Thank You!
