Pagi ini rasanya kakinya bagai telah tertanam sangat dalam di tanah, membuatnya enggang berjalan kearah sekolahnya, apalagi dengan berita hangat belakangan ini. Berita itu bagai pisau tajam yang menyatnya perlahan, seakan langsung membunuhnya itu tidak menyenangkan. berita yang membuatnya dibenci satu sekolahan, yang membuatnya ingin mengurung diri saja. Bolehkah aku mati tuhan? Batinnya saat sedang berdoa, mengadu kepada sang khalik. Namun ia harus tetap kesekolah bagaimanapun enggannya ia, ia tetap harus sekolah, kasihan ayah angkatnya yang telah capek membesarkan bahkan membayai hidup mereka dan sekolahnya yang terbilang tidak murah dizaman sekarang. 'Osh Semangat!' Batinnya menyemangati dirinya sendiri itu yang kini telah dapat dikatakan 'Mati segan, hidup pun tak mau'
:
Naruto © Masashi Kishimoto
Pain Of Love © Heiwajima Shizaya
Pair : SasuNaru
Rate : T
Status : Complate
Warning : AU, OOC, Shonen Ai, YAOI, BL, Gaje, Abal, Aneh, Typo(s) berserakan, hurt tapi gak hurt (?) and many more~
A/N : Silahkan dibaca minna-san, hope you all like it ^o^
RnR?
Don't like – Don't read
:
Greekkk
"Sstt pantes mukanya imut, suka sejenis sih."
"Cih! Banci."
"Lihat, aku kira dia polos ternyata, ckck!"
"Masih berani datang dia ternyata."
"Anak yatim piatu saja belagu!"
Dan masih banyak kata-kata hinaan yang terdengar jelas di dalam kelas bertuliskan XI B itu saat seorang pemuda manis berambut pirang masuk kedalamnya. Sakit, tentu saja siapa yang tidak sakit hati saat dihina? Marah, pastinya sedih apalagi disaat kau harus bersenang-senang dengan teman sebaya mu kau malah dijauhkan, miris bukan? Awalnya dia tidak diperlakukan seperti ini, malah cukup banyak kok yang suka dengannya apalagi dengan wajah imutnya yang terlihat polos itu, sanggup membuat banyak orang menyukainya, ah seandainya hal itu tidak terjadi, pemicu hal-hal buruk yang terjadi padanya sekarang. Dia, pemuda manis itu hanya dapat merenung dan duduk diam dikursinya, yang sekarang terisolasi, dia yang dulunya cerah bagai matahari, tidak bisa diam dan tergolong hyperactive itu berubah drastis menjadi seorang yang pendiam, bahkan pemurung. 'Tak masalah aku dijauhi, tapi kenapa harus kau juga? Kenapa harus kau yang menjadi dalangnya?' batinnya miris sambil membayangkan seorang pemuda yang biasa bersamanya itu.
Flashback
Pemuda itu tampan, sangat malah, rambutnya berwana raven yang indah dengan bentuk yang... cukup unik, melawan gravitasi, matanya onyx yang sangat kelam, dan otaknya sangat cemerlang. Siapa yang tak suka? Bahkan delapan puluh persen siswi disini mengidolakannya dan tak sedikit yang tergila-gila padanya, artis eh? Bukan, dia hanya siswa biasa yag terlalu silau, ya silau tapi juga dingin, dan hanya satu orang yang berhasil mencairkan kebekuannya. Dia, pemuda mungil juniornya, hyperactive, periang, manis dan terkenal akan kepolosannya, Uzumaki Naruto, seorang anak yatim piatu yang hanya dirawat dan dibesarkan oleh seorang guru bernama Iruka. Dan sekarang Naruto sedang memperhatikan sang pemuda tampan itu, Uchiha Sasuke yang sedang membaca buku, dengan merasakan debaran yang bergemuruh di dadanya. Ya, Naruto jatuh hati pada pemuda yang sering ia jahili itu, seniornya yang sangat brengsek baginya. Memang Naruto sadar ia berbeda sejak duduk dibangku kelas dua SMP namun inilah pertama kalinya ia merasakan namanya jatuh cinta, sama senior lagi. Dan rencananya hari ini ia akan mengungkapkannya pada Sasuke, meski kemngkinannya kecil untuk diterima tapi tak mengapa asal ia sudah mengungkapkan, ia hanya ingin senpainya itu tahu, dan ingin tahu tanggapannya. Apakah Sasuke akan menolak? Menjahuinya? Benci? Atau malah menerima –yang sangat sulit dipercaya oleh logika, kecuali dia sama dengannya –?
'Huft! Tenang Naruto, kau pasti bisa 'ttebayo.' batinya menyemangati.
Tap
Tap
Ia mulai keluar dari persembunyiannya (dibalik pohon) dengan ragu-ragu dan keringat dingin menghampiri senpainya yang masih asik membaca buku dikursi taman belakang sekolah mereka. Terbilang nekatkah menembak senpai terkenal di sekolah yang notabennya ramai dan banyak fangirls sang senior? Oh tidak, jika ini sudah jam empat sore,dan hanya ada siswa kurang kerjaan yang masih ada dilingkungan dan petugas sekolah saja yang ada, toh taman belakang mereka tempat yang sangat sepi, meski saat jam-jam sekolah.
Tap
Tap
"Hn, Dobe?" kata Sasuke yang sadar akan kehadiran Naruto dibelakangnya, masih membaca buku tebalnya.
"Etto, ada yang ingin... eum aku bicarakan." ucap Naruto terbata, menyusun kalimat diotaknya.
Mengerenyit samar kedua alis Sasuke saat melihat kouhainya yang aktif ini tiba-tiba menjadi gugup begini, dan kamana panggilan Teme-senpainya itu?
"Hn."
"Um, A..no Senpai, uhm–" kesal, Sasuke kesalihat gaya bicara Naruto yang terkesan gugup itu, apa susahnya sih bilang langsung seperti biasa? Toh juga mereka lebih suka bertengkar (menghina) bukan gugup-gugupan begini! "Ck! Langsung saja Dobe!"
"Eh?" tersentak mendapat teguran dari suara berat yang dingin itu, Naruto pun seakan merutuki keputusan bodohnya ini. "Ma-maaf!" ucap Naruto sambil membungkuk, menambah kebingungn dan rasa kesal Sasuke. "Itu... aku menyukaimu, senpai." lirihnya tidak basa-basi lagi, namun dengan nada yang begitu halus dan pelan, hingga ia tak yakin Sasuke dapat mendengarnya. 'Bodoh!'
"Hn." balas cuek Sasuke sambil berdiri mengambil tasnya dibangku dan melenggang pergi tanpa menoleh sediktpun kearahnya lagi.
"Eh?" bingungnya, kepalanya yang menunduk tadi pun melihat punggung Sasuke yang semakin mengecil sambil mengerjabkan pelan mata biru bulatnya.
Tes
"Ditolak yah?" lirihnya sendiri, tanpa sadar air mata telah jatuh dari matanya "Huh, bahkan melihatku saja tak sudi dia." tambahnya lagi dengan miris.
Dan dibalik semak-semak yang tak mereka berdua sadari,sedari tadi ada seseorang yang dengan bahagianya menjeprat-jepretkan kamera mahalnya.
"Berita bagus!" senyum sadisnya.
Flasback End
Seharusnya ia tahu akibatnya, ya Sasuke pasti jijik dengannya yang notabane seorang penyuka sejenis bahakan bereni mencintai dan mengungkapkan padanya. Tapi tetap saja, rasa sakit itu pasti ada dan menderanya, sakit yang tak bisa disembuhkan dengan mudah, sakit yang menyiksa. Begini yah rasanya? batinnya miris.
Dan entah kenapa dan bagaimana bisa keesokannya saat ia tiba disekolah, semua murid memandangnya dengan tatapan mencemooh, ia bingung, ada apa dengan temannya? Dan semua terjawab ketika ia melewaati mading yang memang tak jauh dari ruang kelasnya. Disitu ada beberapa foto ia dengan Sasuke yang ada ditaman dengan judul yang sangat besar dan dibold 'PIRANG HOMO DITOLAK PANGERAN SEKOLAH!' dan seketika ia mencopot semua foto-foto itu, ia malu tapi rasa takutnya akan tanggapan dari Sasuke lah yang lebih besar. Dan saat ia telah melepas semua,seakan sebuah keajaiban dengan timing yang pas, Sasuke pun melewatinya bersama kedua sahabtnya, Nara Shikamaru dan Hyuuga Neji, tapi yah hanya melewatinya, tanpa menegur seperti biasa dengan dua kata andalannya bahkan melirikpun tidak. Dan ia sadar bahwa tanpa foto itu pun Sasuke telah membencinya, sangat membencinya. Tanpa terasa air matanya kembali mengalir belum lagi ditambah tatapan menghina dan merendahkan ia dapatkan dari teman-temannya, terutama para siswi dan tak jarang pula ia tangkap beberapa kalimat hinaan yang dilontarkan kepadanya, ia tak mengka Sekolahnya begitu tertutup akan perbedaan, meski memang jepang menerima kaumnya tapi itu belum legal, dan juga hanya sebagian tapi ia benar-benar tak menyangkan sekolahnya mayoritas membenci orang seperti dirinya. Dan kehidupan nerakanya disekolah pun harus dialami mulai saat itu.
'Gomen ne, Teme aku membuatmu ikut dipandang rendah meski penggamarmu tetap memujamu, gomen ne sudah lancang mencintaimu, gomen ne.' batin Naruto mengucapkan maaf bagai mantra.
'arigatou sudah mau berteman selama setahun belakangan ini Teme, arigatou telah mengizinkan aku mengenalmu Teme.' batinnya lagi berterimakasih sambil membayangkan kejadian-keajadian yang telah mereka alami.
"Sukida Sasuke." lirihnya pelan
Dan
BRUKHHH
Haruskan berakhir sampai disini, Dobe?
FIN
Okayyy Shi tahu ini gaje, jadi maafkan Shi yang membuatnya karena dengan berat hati Shi akui, ide ini melenceng dengan tujuan awal XD tapi meski gaje nan absurdnya ini fict Shi tetap berharap ada orang-orang yang dengan tulusnya membaca, menyukai bahkan mereview ini fict XD #dies
So, Mind to review?
Jaa mata ne~
