I Don't Deserve You

Summary: Aku, sudah berulang-ulang melakukan kesalahan, kehinaan, tapi, kenapa kau tetap berada disampingku dan melindungiku?

Rated: T

Genre: Fantasy & Romance

Pairing: Sasori x Fem!Deidara

Warning: OOC, GenderBent, Typo(s), Bahasa kurang baku, Gaje, dsb.

Naruto © Masashi Kishimoto

Thanks a lot to Kyori Sasodei ^.^

Don't Like? See your 'back' button above? Please press it before you get burned

Gomenne, kali ini belom ada scene Sasodei nya. Baru penjelasan doang. Hehe.. (^/\^)

Tokyo, Jepang.

"Huaaahhh… Aku cukup lelah dengan hari ini. Bagaimana dengan mu, Sasori?" ucap seorang perempuan sambil meregangkan tubuhnya yang kelihatannya memang sudah lelah.

"Hn..." jawab pria yang diketahui bernama Sasori itu secara singkat.

"Hanya 'Hn'? Kau ini orangnya membosankan, ya? Hanya akan menjawab yang lain selain 'Hn' untuk sesuatu yang penting saja," komentar perempuan berambut biru itu.

"Yah, tentu saja. Sama saja dengan pekerjaan ini, Konan."

Pekerjaan?

'Pik!'

Perempuan yang bernama Konan itu melihat jam tangan dibalik kemeja putih dan jas hitamnya. Pukul 02.14. "Oke, ini sudah larut malam, bahkan hampir subuh, Huahh… Tak ada habis-habisnya, deh, padahal kita hanya ditugaskan di satu distrik saja." Perempuan itu langsung menyenderkan pundaknya ke tiang dibelakangnya.

"Sasori, apa kau saja yang mengurusnya? Aku cukup lelah kali ini, sungguh. Tenang saja, aku tak akan kemana-mana. Lagipula jika aku pergi entah kemana, kau masih bisa kan menemukanku?" Tanya perempuan itu sembari melipat tangannya dibelakang kepalanya.

"Terserah." Lagi-lagi ia menjawab dengan singkatnya walau bukan dengan kata 'Hn' saja.

"Oke."

'Fuutsss….'

Pria berambut merah itu segera melompat dari tingginya menara katedral yang menjulang tinggi ke langit. Namun, nyatanya, ia selamat-selamat saja. Kali ini ia berteleportasi ke sebuah rumah sakit.

Kini, Sasori sudah berada di salah satu kamar yang berada di rumah sakit tersebut. Didalam rumah sakit itu ia dapat mendengar banyak sekali doa-doa yang dipanjatkan dengan jelas. Ia merasa bahwa ia lebih sering mendengar doa-doa yang benar-benar didalami sampai ke hati dibandingkan gereja-gereja atau tempat ibadah yang lain. Terlebih di kamar yang saat ini ia kunjungi. Ia mendengar doa-doa dan isak tangis dari keluarga yang berada disekitar laki-laki tua, yang sepertinya akan menemui ajalnya. Orang yang ingin Sasori temui.

Ya. Ia ingin menemui laki-laki yang berusia 85 tahun yang kini terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit itu.

Sasori menatap jam tangan dibalik lengan kemeja putih dan jas nya. "Jam 02.16.53. Sekarang jam 02.16.50. Oke, 3… 2… 1…"

"Apa itu aku? Apa itu aku yang terbaring ditempat tidur itu dan dikelilingi keluargaku?" Tanya pria tua itu, yang kini berdiri disamping Sasori.

"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku hanya ingin bertanya satu hal dulu padamu." Pertanyaan Sasori terpotong karena pria tua itu menatapnya. "Apa yang paling berharga selama hidupmu?"

Pria tua itu terdiam, namun tak lama ia menjawab "Keluarga. Ya, keluargaku," jawabnya.

"Baiklah, kau telah menjawab pertanyaanku. Itu memang kau. Orang yang terbaring disitu adalah kau. Tapi, kini hanya tubuh duniawimu saja. Sekarang, kau harus ikut denganku," sahut Sasori yang kali ini menjawab pertanyaan tersebut dengan penuh dengan penjelasan.

"Apa kau adalah seorang shinigami?" Kali ini pria tua itu bertanya lagi.

"Entahlah. Aku hanya menjalankan tugasku saja." Kini Sasori menggiring pria itu keluar dari kamar itu dan menghilang.

Menara Katedral…

"Hn, Bagaimana? Sudah selesai?" Tanya Konan yang duduk dan menyender di tiang atap katedral itu. Ia dapat merasakan kehadiran partnernya tanpa melihatnya sekalipun.

"Hn." Lagi-lagi Sasori menjawabnya dengan singkat

"Kau ini, monoton sekali hidupmu itu Sasori. Padahal kau harusnya bersyukur karena kau adalah malaikat dan jauh lebih sempurna daripada manusia," komentar Konan dengan nada yang malas.

Sasori dan Konan, mereka adalah utusan dari sekumpulan malaikat yang ditugaskan untuk mengantarkan manusia ke tempat yang akan dituju selanjutnya. Tidak. Mereka bukan malaikat pencabut nyawa yang menarik roh manusia keluar dari tubuhnya dan membawanya pergi. Mereka tak berhak untuk mencabut nyawa manusia. Tugas mereka hanya bertanya satu pertanyaan pada orang yang mereka jemput dan mengantarkan mereka saja. Tidak lebih.

Sasori menatap partnernya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. "Justru karena itu," Kini Sasori duduk di depan partnernya "pekerjaan kita inilah yang monoton. Kita hanya menjalani apa yang ditugaskan saja. Tak lebih. Sama saja bukan?" Sasori menatap kepada partnernya sebelum ia memandang keluar dari atap katedral itu.

Konan menatap partnernya yang kini menatap keluar. "Lalu, apa maksud dari kata-katamu itu?"

"Apa kau tidak berpikir? Bahwa manusia itu adalah mahkluk yang unik?"

Konan menatap partnernya dengan tidak percaya dan menahan tawa "Pffttt… apa tadi katamu? Wah, kau ini malaikat yang aneh ya? Disaat semua malaikat itu tidak ada yang tertarik untuk mengetahui seluk beluk manusia, kini kau mengatakan mereka itu unik?"

Lagi, Sasori hanya menatap parnernya dengan tatapan serius dan tak bisa dijelaskan dan membuat Konan tertegun. Ia mengetahui bahwa Sasori itu tidak suka bercanda dan tentu saja juga seperti malaikat pada umumnya. Baiklah, kali ini ia sungguh-sungguh tak ingin menertawakan partnernya itu.

"Banyak manusia yang mencoba menguak rahasia kita. Walaupun mereka tidak berhasil menguak sepenuhnya, tapi itu saja sudah cukup. Mereka merasakan sakit, senang, suka, duka, dan lainnya. Namun, kita, para malaikat, hanya melaksanakan perintah dari Yang Maha Kuasa saja. Dirancang sedemikian rupa agar tak takut melawan ketakutan." Sasori menjelaskan.

Konan hanya tertegun mendengarkan penjelasan dari partnernya itu. Ia juga jadi berpikiran bahwa ada benarnya juga kata-kata Sasori. Ia tidak menyangka bahwa partnernya yang ia kenal dengan tatapan dingin, monoton, dan tidak peduli dengan apapun selain tugas, ternyata mempunyai pemikiran yang seperti itu. Kali ini Ia merasa cukup kagum dengan partnernya.

Kali ini, Konan menatap Sasori dengan lembut. "Tak kusangka kau mempunyai pemikiran seperti itu, Sasori. Well, aku jarang sekali memuji seseorang, tapi kali ini, aku cukup bangga denganmu."

"Suddenly, I think wanna try to a lil' bit closer with some human," ucap Sasori.

"Well, It's an insane mind I think, tapi kalau kau mau, aku sih mendukungmu saja. Namun, tetap ingatlah, walaupun kau mulai berbaur beberapa dari mereka, tetap saja kau adalah seorang malaikat, dan tak boleh ada yang mengetahuinya. Kau tetap mempunyai konsekuensi." Konan mulai menyampaikan pendapat.

Mereka berdua terdiam dan kini menatap lagi keluar. Angin malam itu sungguh menyejukan siapapun yang merasakannya. Namun, tidak bagi perempuan yang kini berjalan di jalan yang berada tepat di samping gereja itu.

"Sasori…" Konan tak melanjutkan kalimatnya. Ditatapnya kali ini perempuan dengan surai pirang yang berada di jalan kecil itu.

"Aku tahu, Konan. Aku tahu persis. Aku dapat merasakan kesedihan yang ada di dalam hati perempuan itu." Bagi malaikat seperti mereka, mereka memang dapat merasakan apa yang dirasakan manusia, namun mereka adalah balatentara sorgawi yang tak boleh termakan perasaan.

"Kita selalu melihatnya melewati tempat ini, nyaris setiap hari…" Lagi –lagi Konan tidak melanjutkan kalimatnya.

"HAH!" Mereka bersamaan mempunyai suatu pemikiran yang sama.

"Bagaimana? Apa kau mau mencobanya? Pertama-tama, dimulai dari dia. Kau harus mencari tahu apa saja tentang dia," tanya Konan sambil menyarani.

"Tentu. Tapi, untuk kali ini, aku ingin off dulu," ucap Sasori dan menghilang secepatnya.

'Entah kenapa, aku merasakan sesuatu yang menarik akan terjadi' Batin Konan, sembari menatap tempat kepergian partnernya dan melihat kearah si perempuan pirang itu berjalan.

TBC

Author's Bacots: WOAH! Akhirnya update fanfic lagi. Nyaris setahun gak update fanfic dif ffn. Tiba-tiba aja ada kepikiran buat nulis lagi. Well, alas an kenapa author (hamper) gak nulis ff lagi di ffn adalaahhh…. *jengjengjengjeng…* banyak alasan ah. Susah nyeriatinnya, ntar jadi curhat lagi :p. oh iya, saya kepikiran fanfic ini saat saya lagi noton ulang lagi TV shows "Supernatural" Season 5 Episode berapaa gitu, saya lupa, hehe… Ketika saya lagi nganggur, ada salah satu temen saya yang punya user name Schein Mond disini, sms saya dan ngomong "WOE! BIKIN FANFIC GAK! ATO GAK GUE CABUT JABATAN LO SEBAGAI DUKUN JASHIN!?" *?* saya juga bingung maksudnya apa? Kebetulan juga si schein mond itu ulang tahun hari ini. :p

Satu lagi, menurut para readers tercintah muach muach… *readers: muntah2 , nimpukin batu kearah sinead* fanfic saya yang berjudul "Mad Christmas dilanjutin aja, enggak? *mundung dipojokan*

Oke, sebelum author kebanyakan bacot, mind to review before you press 'back' button? NO FLAME yah *seketika author ngeluarin aura gak enak*, tapi nerima kritik kok, jangan pedes-pedes yah, hoho…