Cryptic - The First

Cast: Kim Jongin, Do Kyungsoo, and other cast.

Genre: Romance, Fantasy(?)

Rated: T

Here we go! My first KaiSoo fic. Semoga gak mengecewakan :)

This is yaoi, boyXboy, jadi kalo gak suka mending jangan baca ._.

Well, Happy reading…. :)

.

.

.

.

.

Angin musim gugur masih bertiup, tidak begitu kencang, hanya saja cukup membuat bulu kuduk menegak. Kyungsoo masih terduduk di bangku kelasnya dengan tangan kiri menyangga kepala dan tangan kanan menulis beberapa tulisan asal di notebooknya. Tak jarang helaan nafas meluncur dari mulutnya. Sungguh ia tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan songsaenimnya saat ini. Kelas tambahan di tengah musim gugur? Yang benar saja!

Sudut mata bulat Kyungsoo menangkap satu lagi tatapan intens yang diarahkan pada dirinya. Sedikit salah tingkah, ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke papan tulis di depan kelas. Dengan perlahan ia menstabilkan nafasnya yang sedikit menderu. Entah sudah berapa kali hari ini mata bulatnya bertemu dengan tatapan mengintimidasi itu. Ia dapat merasakan dengan jelas pikirannya seakan dibawa ke tempat lain yang ia tak tahu apa namanya ketika manik hitam itu menembus tepat pada bola matanya. Dan ia juga begitu sadar, satu-satunya cara untuk lepas adalah dengan memutus kontak tak berkata itu.

"Kyungsoo!"

Kyungsoo kembali pada dunianya ketika gendang telinganya menangkap satu suara familiar dari samping mejanya. Seorang namja dengan postur tak jauh beda dengan dirinya tengah menatapnya sebal dengan tangan menyilang di depan dada. Mata sipitnya memandang Kyungsoo dengan tatapan bosan, sementara itu pipinya menggembung lucu membuat bibir tipisnya secara otomatis membentuk pout yang imut. Ah, Byun Baekhyun memang sosok yang benar-benar menggemaskan.

"Akhirnya kau mendengarkanku?" ujar Baekhyun sebal.

"N-ne," Kyungsoo menjawab dengan sedikit tergagap.

Baekhyun memutar bola matanya, ia tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya. Kyungsoo bertingkah aneh akhir-akhir ini, ia menjadi kurang peka dengan sekitarnya. Ia benar-benar tak tahu dengan apa yang terjadi dengan Kyungsoo, atau mungkin hanya belum menyadari?

"Ayo pulang! Sampai kapan kau akan duduk di sini? Kelas bahkan sudah kosong, aigoo," ujar Baekhyun sembari menarik tangan Kyungsoo untuk berdiri.

Kyungsoo hanya mengangguk, ia juga ingin cepat-cepat pulang dan menikmati masakan ummanya untuk makan malam. Pandangannya kembali terjatuh pada bangku kosong di ujung belakang kelas sebelum ia benar-benar ditarik oleh Baekhyun untuk keluar.

.

.

.

.

Langkah kaki Kyungsoo terhenti ketika mata bulatnya menangkap sebuah siluet yang cukup dikenalnya tengah berjalan di tangga menuju atap sekolah. Baekhyun yang masih menggandeng tangannya ikut berhenti, ia menengok ke belakang dan mendapati Kyungsoo tengah berdiri mematung. Ia kembali memutar bola matanya, lagi-lagi Kyungsoo berlaku aneh.

"Waeyo? Kenapa berhenti? Ayo kita pulang," ujar Baekhyun.

Kyungsoo memandang Baekhyun dan terlihat berpikir sejenak. Ia kemudian memutuskan untuk mencoba mengakhiri tanda tanya besar yang menghantuinya beberapa minggu ini.

"Baekkie kau bisa pulang duluan, ada sedikit urusan yang harus kuselesaikan," ujar Kyungsoo. Perlahan ia melepaskan genggaman tangan Baekhyun pada jari-jari mungilnya.

"Oh ayolah Soo, ini sudah malam dan aku tak peduli dengan urusanmu. Kita harus pulang sekarang," Ia tak akan membiarkan Kyungsoo melakukannya mengingat tingkah aneh Kyungsoo akhir-akhir ini.

"Gwaenchana Baekkie, aku berjanji akan segera pulang. Kau percaya padaku kan?" ucap Kyungsoo mencoba meyakinkan.

"Kau yakin semua akan baik-baik saja?" tanya Baekhyun memastikan.

"Ne! Semua akan baik-baik saja," jawab Kyungsoo.

Baekhyun menghela nafasnya sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, segera pulang jika semuanya sudah selesai oke?"

"Arasseo," ujar Kyungsoo sembari tersenyum, meyakinkan sahabatnya.

.

.

.

.

Kyungsoo melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju atap sekolahnya. Ketika ia sampai pada anak tangga teratas ia menghela nafasnya. Ia tak tahu yang jelas ia merasa sangat gugup saat ini. Dengan sedikit bergetar tangan mungilnya menggapai engsel pintu di hadapannya. Detik berikutnya ia membuka pintu cokelat itu dan mengedarkan visualnya ke setiap sudut atap.

Tidak ada apapun kecuali berbagai tanaman yang memang sengaja ditumbuhkan di atap sekolah. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai melangkah mengitari atap itu.

Nihil.

Tidak ada apapun atau siapapun. Ia mendongakkan kepalanya ke atas dan mendapati semburat oranye di langit musim gugur yang seolah mengejeknya.

Kyungsoo masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia bersumpah ia melihat seseorang memasuki atap ini sebelumnya. Ia bersumpah ia melihatnya. Teman sekelasnya, Kim Jongin memasuki atap tak berapa lama sebelum dirinya.

.

.

.

.

.

Satu sore yang lain di tengah musim gugur, Kyungsoo kembali terperangkap dalam tatapan yang menjebak itu. Mata bulatnya terus saja terpaku pada manik hitam yang seakan tengah menyeretnya untuk terjun lebih dalam. Dingin, sepi, sesak, gelap. Kyungsoo tidak mau, ia ingin lepas. Rasanya sungguh tersiksa. Ia tak yakin ia akan memutuskan untuk melanjutkan hidupnya jika rasa seperti ini terus membayanginya.

Satu tetes kirstal bening jatuh menyusuri pipi putih Kyungsoo ketika koneksi itu terlepas, membawa Kyungsoo kembali pada kesadaran.

"Kim Jongin!" seru Kyungsoo sembari berdiri dari bangku kelasnya.

Beberapa anak yang masih tersisa di kelas memandang Kyungsoo dengan tanda tanya besar di kepala mereka. Pipi Kyungsoo yang terlihat basah semakin menarik perhatian mereka. Sementara itu sosok yang dipanggil Kyungsoo tadi kini tengah berada di ambang pintu kelas, ia menoleh menghadap Kyungsoo yang nampak kalap. Salah satu sudut bibirnya tertarik, menciptakan satu seringaian remeh di wajah tegasnya. Beberapa detik berikutnya ia melanjutkan langkahnya yang tertunda dan meninggalkan ruangan kelas itu.

Kyungsoo mengedipkan kelopak matanya beberapa kali, setelah tersadar Jongin sudah tak ada di ruangan itu ia bergegas berlari mengejarnya. Sesutu terjadi, Kyungsoo yakin akan hal itu, ia hanya tak mengerti. Satu rasa dalam dirinya menyeruak, ia tak yakin hanya saja rasanya seperti, ia harus menyelamatkan Jongin. Entahlah.

"Yak! Kyungsoo!"

Baekhyun berseru memanggil nama Kyungsoo ketika ia melihat sahabatnya itu berlari keluar kelas. Ia baru saja ingin mengejar Kyungsoo ketika dirasakannya lengannya ditahan oleh seseorang. Ketika ia menolehkan kepalanya ia mendapati Park Chanyeol berdiri di belakangnya. Raut wajah Chanyeol terlihat begitu serius, sungguh berbeda dengan Chanyeol yang biasanya selalu terlihat santai dan sedikit hiperaktif.

Baekhyun memandang Chanyeol gusar. Ia harus mengejar Kyungsoo sekarang. Ia mencoba memberontak dan menarik lengannya dari cengkraman namjachingunya-Chanyeol-. Namun tentu saja kekuatannya tak seberapa dibandingkan dengan Chanyeol mengingat ukuran tubuh mereka yang memang berbeda jauh.

"Yeollie, aku harus mengejarnya," ujar Baekhyun sedikit memohon.

Chanyeol hanya menggeleng sembari melukis senyum tipis di wajahnya dengan sorot mata yang mencerminkan rasa, menyesal?

"Kau tak bisa selalu mencegah mereka Baekhyunnie,"

Selanjutnya Baekhyun hanya bisa mengehela nafasnya panjang. Ia kembali memandangi pintu di mana Kyungsoo menghilang dengan alis mata yang sedikit bertaut.

.

.

.

.

.

Warna oranye di langit sore kembali menyapa Kyungsoo di atap sekolah. Kali ini Kyungsoo berdiri dengan kedua tangan mengepal erat. Di hadapannya Jongin tengah berdiri membelakangi dirinya. Nafas Kyungsoo masih saja memburu meskipun ia sudah berhenti berlari sejak sekitar sepuluh menit yang lalu. Intensitas detak jantungnya begitu cepat, membuatnya berpikir dua kali untuk langsung memulai pembicaraan.

"Kim Jongin," ujar Kyungsoo akhirnya.

Hening, tidak ada jawaban. Jongin masih saja berdiri membelakangi Kyungsoo dengan kedua tangan berada dalam saku celana seragamnya. Kelopak mata Kyungsoo berkedip lelah, ia dapat merasakan telapak tangannya kini berkeringat. Ia sedang tak menatap mata Jongin sekarang, namun entah kenapa perasaan yang begitu dibencinya kembali menyergap.

Kyungsoo mencoba menetralkan nafas dan detak jantungnya. Ia tak mau seperti ini, ia harus segera lepas dan sebisa mungkin membawa Jongin bersamanya.

"Jelaskan padaku," ujar Kyungsoo berusaha tegas.

Kyungsoo bersumpah jantungnya kini berlari bahkan lebih cepat ketika dilihatnya Jongin berbalik menghadap dirinya. Wajah tegas itu datar untuk beberap saat sebelum sebuah seringaian mengerikan kembali terlukis di sana. Kyungsoo merasa dirinya hampir gila ketika ia bahkan tak bisa menguasai dirinya. Air mata kembali mengalir dari mata indahnya tanpa ia hendaki.

"Apa yang kau lakukan padaku?," lirih Kyungsoo.

Raut wajah Kyungsoo datar meskipun air mata tak berhenti mengalir di pipi putihnya. Ia merasa dirinya hampir meledak. Rasanya tersiksa. Ia tak mengerti, dan ini membuatnya frustasi.

"Hentikan Kim Jongin, ini menyakitkan!" erang Kyungsoo.

Jongin masih saja terdiam di tempatnya, mata kelamnya menatap intens pada Kyungsoo.

"Jelaskan padaku! Aku tak mengerti," ujar Kyungsoo mulai memohon.

Jongin memiringkan kepalanya, ia terlihat seolah menikmati pemandangan di mana Kyungsoo memohon dan terlihat begitu tertekan. Detik berikutnya ia kambali menegakkan kepalanya, manik hitamnya kini menatap lurus pada kelereng hazel milik Kyungsoo.

"Kau yakin kau ingin mendengar penjelasanku, Do Kyungsoo-ssi?"

Untuk pertama kalinya suara Jongin terdengar. Suara yang terkesan datar, dengan seringai meremehkan yang masih terpampang di wajah tampannya.

.

.

.

.

.

TBC.

Finally!

Give me ur comment please..

Pengen tau gimana pendapat KaiSoo shipper tentang KaiSoo fic pertamaku.

Dan apakah fic ini patut dilanjut atau enggak :D

Gamsahamnida….^^

another'kyungie_