FIRST KISS
Pair : Eren Jaeger x Levi Ackerman
Disclaimer :
Karakter Shingeki No Kyojin milik Hajime Isayama. Saya hanya meminjam beberapa tokoh untuk ff abal-abal ini.
I hope you enjoy this story~
.
.
.
.
Eren Jaeger, pemuda berusia 15 tahun yang terlihat sedang mempercepat lari nya menuju sekolah. Usut punya usut, ternyata Eren telat dan sekarang ia di hukum berdiri selama 1 jam.
Eren mendengus kesal, seharusnya semalam ia tidak bermain PS hingga larut malam. Ia merutuki kegiatannya semalam.
"Sial, tahu begini aku tidak bermain PS semalam."
Terlihat dari kaca jendela yang memperlihatkan Jean dan Armin. Armin menatap Eren dengan tatapan kasihan, sedangkan Jean menatap Eren dengan tatapan bahagia. Dia memang tipe-tipe teman kurang ajar.
Eren kini hanya bisa meratapi nasibnya. Berdiri di halaman sekolah dan berhadapan langsung dengan matahari yang sangat terik.
"Baiklah, hari ini kalian kumaafkan. Cepatlah masuk kedalam kelas masing-masing." ucap guru BK mereka.
Eren sangat bersyukur, sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepadanya. Ia pun mengambil tas lalu melesat kedalam kelas.
Setibanya di kelas, Eren melihat semua temannya sangat ricuh.
"Armin, ini ada apa? Kenapa semuanya ricuh?" tanya Eren pada sahabatnya yang memiliki rambut pirang jamur.
"Mereka heboh setelah mengetahui bahwa Bertholdt dan Annie berpacaran." jelas Armin.
"What the- BERTHOLDT DAN ANNIE PACARAN?!" kini Eren jadi heboh sendiri.
"Jangan berteriak di telingaku, Eren." ucap Armin. "Bahkan mereka pernah berciuman." kini Armin melanjutkan ucapannya.
Sir Shadis pun memasuki kelas 10-A. Kelas dimana Eren berada.
"Hari ini, pemilik sekolah akan berkunjung. Kuharap kalian dapat bersikap dengan baik." ucap Sir Shadis.
Sir Shadis pun keluar dari kelas Eren.
'Huh, aku juga ingin merasakan sebuah first kiss' batin Eren.
"Kudengar pemilik sekolah ini adalah orang yang sangat kaya." ucap Connie, teman Eren yang memiliki kepala seperti lampu bohlam.
Jean pun memukul kepala Connie keras.
"Tentu saja ia kaya, kalau ia tidak kaya bagaimana ia bisa membuat sekolah sebesar ini, bego?!" ucap Jean keras.
"Aku juga dengar kalau ia itu tampan." ucap Sasha sambil melahap makanannya.
"Tapi, dia sangat dingin. Bahkan, ia tidak pernah tersenyum." ucap Mikasa dengan tatapan datarnya.
"Bukankah itu mirip denganmu, Mikasa?" ucap Jean. Mikasa menatap tajam Jean.
"Tapi, kudengar ia pecinta kebersihan, bahkan bisa dibilang OCD akut." kini Armin membuka suaranya.
Eren hanya menyimak pembicaraan teman-temannya. Ia hanya memikirkan tentang first kiss.
"Apa kalian pernah bertemu dengannya?" tanya Armin.
"Tidak, tapi yang ku tahu umurnya sudah 34 tahun. Dan, walaupun umurnya sudah mencapai kepala tiga, katanya wajahnya masih sangat muda!" ucap Historia histeris.
"Dan, katanya dia masih single." ucap Ymir.
"Apa kau pernah bertemu dengannya, Eren?" tanya Historia.
Eren yang bangun dari lamunannya pun menjawab pertanyaan Historia, "Belum."
"ASTAGA EREN! BAGAIMANA BISA KAU BELUM BERTEMU DENGANNYA?!" kini Connie berteriak kencang dihadapan wajah Eren. Dan efek sampingnya, wajah Eren penuh dengan cairan-cairan dari mulut Connie.
"Menjauhlah dariku, tuyul! Kau membuat wajahku basah dengan air liurmu yang menjijikan itu! Memang kau sendiri pernah bertemu dengannya, hah?!" Eren pun membersihkan wajahnya menggunakan sapu tangan.
Sesungguhnya, Eren tidak tahu mereka sedang membicarakan tentang apa.
"SEMUA! CEPATLAH KELUAR! PEMILIK SEKOLAH SUDAH TIBA." teriak Marco selaku ketua kelas.
Semua murid pun keluar dari kelasnya masing-masing. Termasuk Eren, ia dengan terburu-buru turun ke lapangan sekolah.
Mobil ferrari berwarna merah pun melesat di lapangan sekolah. Murid-murid pun sudah memastikan jika pengendara mobil tersebut adalah sang pemilik sekolah.
"Mobilnya keren." ucap Jean
Pintu mobil pun terbuka, memperlihatkan sosok pria tampan dengan tubuh jangkung dan rambut pirang.
"Dia, tampan." ucap Armin. Entah efek matahari yang terik atau apa, wajar Armin menjadi memerah.
"Armin, kau kenapa? Sakit?" Eren terlihat panik saat melihat wajah Armin.
"Ti-tidak Eren, aku baik-baik saja." ucap Armin gugup.
Pria bertubuh jangkung tersebut berjalan dengan sangat elegan. Memamerkan senyumannya yang sangat menawan.
"Kau bilang tadi dia tidak pernah tersenyum, Mikasa." kini Eren sibuk menanyai Mikasa.
"Mana kutahu, Eren. Aku hanya sempat dengar." Mikasa membalas ucapan Eren dengan tampang datarnya.
Pria yang disebut-sebut sebagai pemilik sekolah pun berjalan ke lapangan sekolah. Terlihat banyak siswi yang berteriak-teriak saat pria itu berjalan didepan mereka.
Bahkan, Armin pun sempat ingin pingsan saat pria tersebut melewatinya dengan wajah yang menawan.
"Selamat pagi, perkenalkan. Namaku Erwin Smith." ucap pria bernama Erwin itu memperkenalkan diri.
"Astaga, dia sungguh tampan."
"Kyaa~ aku tidak menyesal bersekolah disini."
"Kudengar ia masih single."
"Kalau bersama dia, aku rela berkencan dengan om-om."
Dan masih banyak lagi ucapan yang keluar dari mulut para siswi lainnya.
"Ya, boleh ku akui dia memang tampan dan menawan, tapi tetap saja aku tak kalah tampan. Benarkan, Mikasa?" ucap Jean sambil menatap wajah Mikasa genit.
Mikasa pun membalas tatapan Jean dengan death glare miliknya.
Mobil sport berwarna putih pun tiba di lapangan sekolah. Para murid pun menatap mobil itu kagum.
"Gila! Itu semua adalah mobil-mobil mahal!" ucap Connie tampak kagum.
Keluarlah seorang wanita cantik yang terlihat ceria, dan... Hyperaktif mungkin?
"HALO SEMUA! SAYA HANJI ZOE, SALAM KENAL! BUAHAHA~" tawa wanita bernama Hanji tersebut membuat para murid sedikit takut dengannya.
"Apakah mereka sepasang kekasih?" tanya Sasha. Entah ucapan Sasha membuat hati Armin sedikit sakit.
"Katanya dia masih single kok!" ucap Armin sedikit ngotot.
Kini, sebuah mobil mewah lamborgini berwarna hitam mengkilat pun tiba di dalam lapangan. Demi kepala Connie yang plontos, mobil mereka semua sangat keren!
"Sebenarnya, kita ini berada di sekolah apa berada di acara pameran mobil mewah, sih?!" kini Reiner bersuara.
Mobil mewah itu pun terbuka dan menampakkan sosok pria dengan wajah dingin dan tubuh kurang tinggi nya. Walaupun kurang tinggi, wajahnya sangat tampan dengan rahangnya yang terlihat keras itu.
"Pft, dia ternyata lelaki cebol." ucap Jean berusaha menahan tawanya.
"Eh kuda, kau tahu dia siapa?" ucap Annie.
"Tidak, memang dia siapa?"
"Dia adalah pemilik sekolah ini." ucap Annie.
"WHAT THE- SI CEBOL ITU PEMILIK SEKOLAH INI?!" teriak Jean tidak percaya dengan ucapan Annie.
Pria yang dikatai cebol pun melirik kearah Jean.
"Berani nya kau memanggilku seperti itu, jika kau berani berkata seperti itu, maka bisa kupastikan kepala mu tidak akan menyatu dengan tubuhmu saat ini juga." ancam pria tersebut dengan wajah yang amat dingin.
Jean memandang takut pria cebol di depannya, ia bisa merasakan aura membunuh.
Pria cebol tersebut pun menghampiri dua kawannya yang sudah datang lebih dulu.
"Yo, Levi! Selamat datang di SMA Shiganshina." ucap Hanji sambil berteriak.
"Berisik, mata empat." Levi pun berucap cuek lalu menatap seluruh murid sekolahnya.
"Saya adalah Levi Ackerman, pemilik sekolah ini. Saya mendapat laporan bahwa sekolah ini memiliki lingkungan yang dipenuhi dengan banyak sampah." ucap Levi menatap dingin semua murid.
"Sekarang, semuanya bersihkan seluruh isi sekolah ini dari sampah! Jika tidak, maka akan kupastikan nyawa kalian dengan tubuh kalian akan berpisah." ucap Levi serius.
Semua murid menatap Levi dengan tatapan takut, mereka pun berhamburan untuk membersihkan sekolah.
"Kudengar dia jika sudah mengancam, dia tidak akan main-main dengan ancamannya." ucap Historia.
Semuanya sukses ketakutan ketika mata tajam Levi memperhatikan mereka.
.
.
.
.
"Baiklah, apa semua anak kelas 10-A sudah berkumpul?" ucap Marco, sekarang murid kelas 10-A sedang berkumpul di dalam kelas.
"Sudah." sahut Ymir.
"Sekarang, aku akan membagi kelompok untuk membersihkan sekolah." ucap Marco lalu menuliskan nama-nama murid kelas 10-A di papan tulis.
Kelompok A : Eren, Armin, Mikasa, Jean, Sasha, Connie.
Kelompok B : Marco, Historia, Reiner, Ymir, Annie, Bertholdt.
"Kelompok A, akan membersihkan setiap ruangan di dalam gedung. Dan kelompok B, akan membersihkan di luar gedung." ucap Marco.
Semua pun bubar untuk menjalankan tugas mereka. Hari ini pun mereka tidak belajar karena sibuk membersihkan seluruh sekolah.
"Levi, kurasa kau membuat proses belajar mengajar di sini jadi terganggu." ucap Erwin.
"Cih, apa mereka betah belajar dengan lingkungan yang kotor seperti ini?!" kini Levi menatap tajam seluruh murid yang sedang membersihkan sekolah.
"Dasar, pengidap OCD." celetuk Hanji santai.
Levi hanya menatap Hanji tajam. Kalau saja Hanji bukan temannya, mungkin ia sudah merobek-robek wajahnya yang gila itu lalu memberikannya sebagai makanan para hiu yang kelaparan.
Levi pun bangkit dari duduknya.
"Kau mau kemana?" tanya Erwin.
"Toilet." jawab Levi singkat, padat, dan jelas.
Levi berjalan dengan elegannya. Semua murid memberikan hormat kepadanya, tetapi Levi menatap mereka semua dengan acuh. Ia tidak suka menatap mata orang lain kecuali dengan orang terdekatnya.
"Selamat datang, tuan Ackerman." ucap Petra dengan hormat.
"Bukankah kau penanggung jawab kebersihan di sekolah ini?" tanya Levi tanpa menatap wajah Petra.
Petra yang notabene nya sangat mengagumi sosok Levi pun merasa gugup.
"Iya, tuan." jawab Petra dengan sangat hormat.
"Dasar tidak berguna." ucap Levi dengan suara sarkatis. Meninggalkan Petra yang malu dengan Levi.
Levi pun berjalan menuju toilet dan mengunci pintu nya agar tidak ada yang masuk kedalam. Saat sedang mencuci wajahnya, terdengar suara dengkuran yang cukup keras dari dalam wc.
"Cih, siapa yang tertidur di dalam wc." Levi mendengus kesal. Ia membuka pintu toilet dan menemukan sosok bocah tertidur sambil duduk di atas kloset.
'Bocah sialan.' batin Levi.
Levi berniat mengangkat tubuh bocah tersebut. Jangan salah sangka, walaupun tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi tenaga nya kuat. Bukan, ia bahkan terlalu kuat.
Bukannya bangun, bocah tersebut malah memeluk tubuh Levi erat.
"eunghh, aku juga ingin merasakan first kiss." kini bocah tersebut malah mengigau sambil memeluk Levi. Tunggu, bocah itu bilang apa? Menginginkan sebuah first kiss?
Levi terlihat sangat risih di peluk seperti itu, ia berusaha melepaskan pelukan bocah tersebut.
"Menyingkir dariku, bocah biadab." Levi melepas paksa pelukan tersebut. Membuat si bocah jatuh terjungkal ke lantai.
"Yak! siapa yang berani membuatku jatuh, hah?!" bocah itu masih mengusap-usap pantat nya yang kesakitan. Ia pun membelalakkan matanya saat melihat Levi.
"Levi-sama?!" bocah tersebut langsung bangkit dari duduknya.
Levi menatap bocah itu tajam. Tapi, hanya sebentar lalu membelakangi bocah tersebut.
"Siapa namamu?" tanya Levi.
"Eren, Eren Jaeger."
"Kenapa kau tertidur di dalam toilet, bocah?" tanya Levi dengan wajah dingin.
"A-anu, saya ketiduran tadi." ucap Eren memandang Levi takut.
"Cepat bersihkan sekolah ini, jika tidak akan kubunuh kau." ancam Levi.
Eren menelan ludahnya paksa, ia sangat ketakutan sekarang.
"B-baik, Levi-sama." Eren pun berniat keluar dari dalam toilet. Tiba-tiba, ia terpeleset dan memeluk punggung Levi yang sangat kokoh.
Levi yang terkejut atas pelukan Eren pun mebelalakkan matanya.
"Ma-maaf, sungguh aku tak sengaja." ucap Eren langsung melepaskan pelukannya.
"Apa yang kau lakukan bocah?" Levi pun membalikkan badannya agar menghadap Eren.
Eren yang setengah mampus ketakutan pun hanya menunduk ketakutan.
Levi, orang yang notabene nya tidak suka bertatap mata dengan orang pun tertarik untuk menatap mata hijau zamrud milik Eren.
"Tatap mataku, bocah." ucap Levi tajam, tangannya yang kekar pun memegang dinding, mengekang tubuh Eren dalam dekapan nya agar tidak bisa pergi kemana-mana.
Eren yang takut pun hanya pasrah didalam kekangan Levi. Ia menatap wajah Levi yang sangat dingin.
DEG
Jantung Levi berpacu sangat cepat, mata hijau zamrud milik Eren sangat menarik perhatiannya.
"L-levi-sama?" panggil Eren ragu-ragu.
Levi yang melihat raut wajah Eren pun menyeringai tipis. Wajah Eren terlihat sangat menggemaskan sekarang.
"Hei bocah, aku punya permainan yang sangat seru untukmu." ucap Levi.
"A-apa?"
Levi pun mendekatkan wajahnya ke telinga Eren. Eren bisa merasakan deru nafas Levi di telinganya. Ia merasa sangat geli.
"Permainan tatapan mata." bisik Levi dengan suara rendah.
"M-maksudnya?"
"Bocah tolol, maksudku kita beradu tatap mata. Yang kalah harus mematuhi perintah yang menang." ucap Levi sarkatis.
Eren mengangguk. Ia harus menang kali ini.
"Permainan dimulai dari sekarang. Satu... Dua.. Tiga." Levi pun kembali menatap mata hijau zamrud Eren.
Eren pun menatap mata Levi yang terlihat tajam. Eren menatapnya sangat antusias.
Eren pun menatap mata Levi yang tajam. Ia tidak menyangka, seorang Levi Ackerman. Pemilik sekolah yang terkenal akan sikap nya yang dingin kini tengah bertatap mata dengannya.
Tanpa sadar, Eren pun menatap bibir milik Levi.
"Kurasa kau menyukai bibirku, bocah." ucap Levi dengan nada menggoda.
"T-tidak. Aku tidak menyukai bibirmu!" wajah Eren pun memerah karena tertangkap basah sudah mencuri pandang ke bibir sexy Levi.
Levi menyeringai, ia sangat terpesona dengan mata cantik Eren. Levi, seorang pemilik sekolah berusia 34 tahun yang terpesona akan mata cantik Eren, remaja yang baru menginjak umur 15 tahun.
"Kurasa, aku terpesona dengan mata indahmu, bocah." ucap Levi masih menatap Eren.
BLUSH
'Sial, kenapa jantung ku rasanya mau copot.' Eren berteriak dalam hati.
Levi menyeringai melihat ekspresi wajah Eren, sungguh menggemaskan.
Eren sudah tidak tahan lagi, rasanya matanya sangat panas sekarang.
"Kenapa bocah? matamu terasa panas?" ledek Levi.
"T-tidak!"
"Mengaku sajalah, kau tidak bisa mengalahkan ku, bocah tengik." ledek Levi.
Eren merasa kesal dipanggil begitu.
"Aku tidak akan kalah darimu, pria cebol!" umpat Eren.
"Brengsek, berani nya kau memanggilku seperti itu." Levi pun mencium bibir Eren dalam, ia segera menahan tengkuk Eren dengan tangan besarnya agar bibir mereka tidak lepas.
Eren tidak percaya, ia akhirnya merasakan rasanya berciuman. Tidak, ia selalu mendambakan ciuman yang romantis di tengah turunnya salju, atau di dekat bunga sakura yang bertebaran. Bukannya berciuman di toilet, apalagi bersama om-om cebol mesum macam Levi!
Walaupun cebol, harus Eren akui kalau Levi sangat tampan dan macho. Dan, bisa-bisanya tangan Eren menyentuh perut Levi yang berotot dan ber-abs itu.
"Eunghh- L-levi- akhhh~" Eren mengerang saat Levi mengusap tengkuknya, ia merasa sangat geli.
"L-lepashhh- akhhh~" Eren kembali mengerang saat lidah Levi masuk kedalam mulutnya. Mengabsen gigi nya satu-persatu.
Eren tidak kuat, ia kehabisan nafas sekarang. Dengan sekuat tenaga, Eren mendorong tubuh Levi agar menjauh darinya. Levi yang merasakan dorongan Eren pun semakin memperkuat ciuman mereka.
Don't judge a people by a cover.
Mungkin itu yang menggambarkan sosok Levi Ackerman. Jangan pernah menganggap nya lemah karena tubuhnya yang kurang tinggi. Karena sesungguhnya, kekuatan Levi 100 kali lipat lebih besar di bandingkan Eren.
Eren sangat salah jika menganggap Levi lemah.
Levi pun melepas ciuman mereka secara sepihak.
"Mau melawanku, bocah?" ucap Levi dengan wajah serngai. Eren kini benar-benar takut.
"L-lepaskan aku, dasar om-om cebol mesum!" ucap Eren berusaha menyingkirkan tangan kekar Levi yang berada di tengkuknya.
"Bangsat, akan ku buat kau menderita setelah ini bocah binal." Levi pun melepas kan tangannya dari tengkuk Eren dan pergi begitu saja meninggalkan Eren.
"Aish, dasar pedofil." ucap Eren kesal lalu keluar dari toilet.
.
.
.
.
"Eren, darimana saja kau?" tanya Mikasa pada Eren.
"Toilet." jawab Eren singkat.
"Kau kenapa Eren? Kenapa wajahmu begitu kesal?" kini Armin mulai bertanya kepada Eren.
"Aku benci." jawab Eren dengan raut wajah kesal.
"Hati-hati, benci bisa berubah menjadi cinta." goda Sasha sambil memakan roti nya.
"Sialan kau, Sha." Eren pun mulai kesal digoda.
"Sudah sudah, kau benci dengan siapa sih, Ren?" tanya Armin bijak.
"Itu."
"Itu siapa?"
"Dia."
"Dia siapa?"
"Ya, dia pokoknya."
Ingin rasanya Armin melempar tubuh Eren dari lantai 20.
"Eren, sekarang kau bersihkan ruangan musik. Aku sudah lelah membersihkan seluruh ruangan daritadi." ucap Jean sambil menyeka keringatnya.
"Baiklah." Eren pun menuruti perintah Jean untuk membersihkan ruangan musik. Ia merasa mood nya hari ini kurang baik.
'Sial, my first kiss ku kenapa harus dengan om-om cebol mesum itu?!' Eren pun merutuki Levi dalam hati.
Tanpa ia sadari, sepasang mata tajam tengah memperhatikan dirinya.
"Kita lihat saja, kau akan mendapat hukuman dariku, bocah binal." ucap Levi dengan penuh seringai
.
.
.
.
TBC
*
Author's Note :
Halooo! Saya disini membawa ff abal-abal. Ini ff pertama saya di fandom ini. Saya ini penggemar berat pair Levi x Eren. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Tuhan.
-levieren225
