Half Time Manager
Ch : 1 - Idol life isn't perfect
Cast : Johnny Seo Jaehyun Jung As Main, Other
Rating : T
Genre : Drama, Romance, lil bit Comedy
Standart Disclamer
*
Seoul.
Kota besar sekaligus Ibu Kota Korea Selatan yang terkenal akan dunia Hiburannya. Wajah rupawan yang menghiasi poster iklan atau bahkan ucapan Selamat Ulang Tahun dari Fans yang tertempel di Halte, Bis, Stasiun dan bahkan jalanan sekilas memberi pemikiran 'Hanya yang tampan atau cantik dapat menjadi terkenal', Dibalik itu semua, ada belasan bahkan puluhan para pemuda dan pemudi yang dilatih agensi ternama harus mengubur keingininannya debut tiap harinya. Walaupun kau bertahun-tahun di latih, jika sang pemilik memasukkan peserta pelatihan yang lain ke dalam sebuah grup, kalian bisa apa?
Tak jarang, mereka menghalalkan segala cara untuk meraih impian untuk debut. Sesama peserta yang dilatih semula berteman bisa menjadi musuh. Dulu yang selalu mengatakan 'kita susah dan senang bersama' namun saat salah satu dari mereka debut, lainnya akan di hempaskan begitu saja. Itu hanya baru perkenalan ke publik. Dan masih promosi di negaranya sendiri.
Dan bagi mereka yang hanya mengarahkan pandangannya keatas, gagal adalah akhir dari kehidupan mereka. Ditambah lagi Bullying masih sering terjadi di sana dan memungkinkan menambah beban hingga depresi. Kasus bunuh diri sudah menjadi makanan mereka setiap hari.
Di Balik sisi gemerlap dunia hiburan, terdapat seniman yang rela berkurangnya waktu berkumpul dengan keluarga asal ia bisa mengangkat derajat keluarganya. Privasi yang berkurang, Dan waktu tidur menjadi hal yang paling mahal untuk mereka.
Sebuah kota pun memiliki dua sisi layaknya mata uang. Beberapa pelajar banyak yang memutuskan kerja paruh waktu walaupun pemerintah melarang. Kalian bisa menemukan mereka di Coffee Shop, Mini market, atau bahkan menjadi pengantar pizza.
Siang itu, Sebuah ruangan pemotretan tampak para staf wanita yang benar-benar di suguhkan pemandangan indah.
Jemari lentik seorang wanita tampak memoles kuas dengan clear lipgloss pada bibir Seorang Model Pria di hadapannya. Tidak terlalu berlebihan dan hanya memberi kesan 'bibir sehat' pada model tersebut. Beberapa detik lagi pemotretannya untuk sebuah merek akan dilanjutkan. Setelah menyemprot air dan membuat rambut model pria tadi 'basah', wanita tadi berlari menuju pojok ruangan dan beberapa staff kembali bersiap dengan tugasnya masing-masing. Seorang fotografer mulai bersiap.
"Tampilkan wajah menggairahkanmu Johnny!" Fotografer tadi mulai membidik dengan kameranya.
Model tersebut, Johnny Seo, mulai menghiasi majalah dan iklan dari pertengahan tahun lalu. Banyak wanita yang menggilainya karena memiliki wajah yang berbeda. Darah campurannya memberikan pesona tersendiri. Apalagi Ia dari Chicago dan seorang Disk Jokey disana.
Johnny memberikan tatapan sensual. Ia sedang mempromosikan pakaian dalam pria terbaru untuk musim panas 2017.
Otot tubuh yang tidak terlalu jelas namun terlihat memukau. Cairan fake tan yang di semprotkan sewaktu persiapan tadi menambah kesan seksinya. Apalagi terkena paparan lampu yang membuatnya berkilau namun tidak berlebihan.
"Selesai! Good Job John!" Fotografer tadi menghampiri dan menepuk pundak Johnny bangga. Johnny menjabat tangan fotografer tadi dengan senyum di wajahnya.
"Terima Kasih" jawab Johnny sembari mengambil tisu basah dan mulai melap tubuhnya yang terkena Fake Tan tadi dengan di bantu oleh seorang staff.
"Kau tidak ingin meminum sampanye?"
"Tidak, Terima Kasih. Aku akan ke Rumah Sakit menjenguk Managerku. Tadi dia cedera saat membawa koper berisi perlengkapanku" ujar Johnny sembari memakai asal Sweater putihnya tadi.
"Kau yakin tidak perlu supir? Aku akan meminjamkan supirku untukmu"
"Aku tidak suka merepotkan orang lain, Tuan. Terima Kasih atas tawaranmu" Johnny mengambil tas besarnya "Terima Kasih kerja kerasnya!" Teriak Johnny pada para staff.
Orang-orang yang berada di ruangan itu mengacungkan ibu jarinya. Johnny melangkah keluar dari ruangan dan menempelkan ponsel pada telinganya.
"Tunggu di sana, ya? Aku sebentar lagi sedang perjalanan menuju Rumah Sakit"
• Half Time Manager •
"Hah. Dasar! Gara-gara Pria Tua itu aku jadi telat pulang, kan! Ku harap Taeil-Hyung tidak keberatan jika hari ini aku datang terlambat" Seorang pemuda bersurai kecokelatan tampak duduk dengan menghentakkan kakinya berkali-kali tanda tidak sabar. Dia sudah menunggu bis selama 10 menit.
"Kenapa Bisnya juga terlambat?!" Mungkin hari ini bukanlah hari yang bagus untuk siswa kelas akhir sekolah menengah atas tersebut. Panggil saja dia Jaehyun. Jung Jaehyun. Ketua kelas 12-1 yang terkenal sedikit galak dan mudah marah. Tidak, Dia tidak jahat, Hanya saja Moodnya mudah berubah seperti wanita saat menjelang haid.
Ia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan halte tadi. Ia melepas Jas seragamnya dan melipatnya sembarang. Jarak antara Sekolahnya dan Kafe tempat Ia bekerja paruh waktu sebenarnya hanya lima belas menit. Dengan Bis. Jaehyun tidak tau berapa lama waktu yang akan Ia tempuh saat berjalan kaki.
Sebenarnya, beberapa bulan lagi Jaehyun akan cukup umur untuk bekerja. Ia tidak bekerja untuk membeli barang menengah atas atau pergi ke konser idolanya. Ia tinggal sendirian di Seoul. Orang Tuanya mengirimnya merantau karena ingin Jaehyun mandiri walaupun anak tunggal.
Jaehyun berjalan dengan sedikit sebal. Saat Konsultasi tentang Universitas yang rutin di lakukan siswa kelas akhir sekolah menengah atas, Jaehyun sempat mengutarakan keinginannya mengambil jurusan Desain. Namun entah mengapa gurunya menyarankan jurusan Akuntasi yang jelas-jelas Jaehyun tidak menyukainya. Sehingga ada sedikit cekcok diantara keduanya yang berakhir Jaehyun meninggalkan ruangan konseling saat itu juga.
Jaehyun tidak merasa ada bis yang akan datang. Ia masih berjalan tanpa memutuskan berhenti atau tidak. Ia merasa ujian datang kepadanya lebih awal. Keringat mulai bercucuran bebas dari dahi Jaehyun yang tertutup poni. Kemeja putih lengan pendeknya mulai basah. Dasi sudah terlepas begitu juga beberapa kancing atas. Jika begini rasanya, Jaehyun ingin menabung untuk membeli sepeda.
Cafe tempat kerja Jaehyun berada tak jauh dari sebuah Rumah Sakit. Berada diantara Butik dan kedai ramen. Ada sebuah gang kecil diantara cafe dan kedai ramen tersebut. Dimana para pegawai membuang sampah sebelum di angkut petugas kebersihan kota atau sekedar beristirahat. Tentunya pilihan aman untuk masuk ketika terlambat seperti Jaehyun saat ini. Bangunan cafe bagian depan sangatlah modern. 'Moon Cafe' yang disusun dari lampu hias putih dan lantai 2 gedungnya yang sangat indah dan ramai saat malam hari. Tidak seperti cafe pada umumnya yang bewarna cokelat atau cozy, Justru cat abu-abu yang terkesan minimalis. Ide Jaehyun saat pemilik cafe yang tak lain adalah gurunya sendiri melakukan renovasi dua bulan yang lalu.
Jaehyun memasuki pintu belakang dengan was-was. Seperti pencuri.
"Aku tau masalahmu di Ruang Konseling tadi. Kenapa tidak lewat pintu depan saja, Jae?" Jaehyun hampir pingsan karena serangan jantung mendapati atasan sekaligus guru baru di tempatnya memergoki terlambat dan mengendap-endap masuk.
Di hadapannya saat ini, Seorang pria berbadan kecil dengan rambut cokelat sedang memindahkan beberapa barang ke ruang penyimpanan. Taeil.
"Aku tidak sabar menunggu bis, Hyung. Dan aku tidak mau sangat terlambat. Aku tidak enak padamu.."
"Kau itu juga siswaku, Jae. Kita bertemu di Sekolah. Jadi aku bisa memaklumimu. Well, Aku kagum kau berani menyuarakan keinginanmu walaupun berakhir sedikit cekcok tadi. Dan jika kau tidak mendapat bis, kenapa tidak memberi tahuku? Aku bisa memberimu tumpangan"
"Kau sudah banyak membantuku, Hyung. Jadi tidak enak jika aku terus-terusan menyulitkanmu Hyung..."
"Baiklah... Baiklah... Mandilah sebelum bekerja. Aku akan meminjamkan parfumku padamu nanti" Taeil menepuk pelan pundak Jaehyun sebelum mengecek kembali list yang ia masukkan kedalam saku apronnya.
Jaehyun membeku dan menciumi daerah sekitar ketiaknya.
"Tidak bau..." ujarnya pelan.
"Tetap mandi!" sahut Taeil.
"Baiklah" jawab Jaehyun datar.
• Half Time Manager •
Johnny menutup wajahnya dengan masker dan sunglass sebelum memakai Helmnya. Ia memastikan jaketnya terpasang rapi dan tangannya terlindungi oleh sarung tangan kulit. Lalu menaiki Motor Ducatinya. Setelah melempar gelas karton putih dengan gambar siren, Ia mulai menyalakan motornya. Ia sedang menyamar. Tidak memungkinkan menaiki mobil. Terlebih lagi ia memiliki waktu terbatas dan harus menghandle pekerjaan minggu ini yang telah di setujui sendirian. Walaupun di bantu beberapa staff agensinya.
Ia mulai menarik gas dan keluar dari parkir bawah tanah. Sekilas, mungkin tidak ada yang menyadari jika Ia adalah seorang Model. Mengetahui situasi aman, Ia menambah kecepatan motornya dan memacu sepedanya melintasi jalanan yang sedang lenggang karena jam kerja. Kakinya dengan sigap memindah gigi saat menambah kecepatan. Ia harus benar-benar membagi waktu, Sekali lagi.
Johnny mengarahkan motornya memasuki halaman Rumah sakit dengan deretan kedai makanan di sebelahnya. Mungkin nanti ia akan mampir untuk segelas kopi sebelum jadwal selanjutnya. Mengingat Ia kurang tidur.
Hanya melepas Helm, Johnny mulai berjalan memasuki Rumah sakit sembari mengetikkan sesuatu pada ponselnya. Ia berjalan menuju lift dan menekan lantai 2, Lalu menyelusuri lorong yang membawanya menuju kamar 'A-11'.
Dibukanya pintu perlahan tadi dan seorang wanita paruh baya tampak duduk di nakasnya dengan beberapa perawat yang menyuapinya. Johnny melepas sunglass dan maskernya.
"Maaf Ibu, Aku terlambat" ujarnya dengan penuh penyesalan.
"Kau bekerja sangat keras, nak. Tidak apa-apa. Justru aku merasa membebanimu membuatmu kemari di padatnya jadwalmu. Kau pasti kurang tidur"
Johnny menerima piring berisi makanan dari perawat. Dan duduk perlahan di sebelah wanita tadi. Ia mengambil sedikit bubur dengan sendok.
"Bu, Aku berhutang sangat besar kepada Ibu. Uangku untuk mendatangi ato mengiklankan sesuatu tetap tidak seberapa dengan kasih sayang Ibu. Ibu memang bukan orang yang melahirkanku. Tapi Ibu sudah membesarkanku dengan susah payah hingga saat ini. Aku mengajak Ibu kemari, agar aku bisa melihat keadaan Ibu setiap harinya. Aku tidak tahu apa yang terjadi jika perempuan itu tetap akan menjualku sebelum Ibu datang menyelamatkanku"
"Dia Ibu Kandungmu, Johnny"
"Ibu Kandung mana yang rela menjual anaknya demi membeli sebotol minuman keras? Kudengar dari teman sekolahku, Dia meninggal beberapa minggu yang lalu. Bunuh diri karena Ayah membawa pulang wanita yang sedang mengandung"
"Kau tidak ingin menjenguk Ayahmu?"
"Mungkin dia lupa jika memiliki seorang putra dari wanita yang dulu Ia kuras hartanya. Aku tidak peduli, Bu. Aku memiliki Ibu dan itu sudah cukup"
Wanita itu mulai membelai surai cokelat Johnny perlahan.
"Tidak baik terlalu lama menyimpan luka. Tapi juga jangan menyiksa diri untuk melupakannya. Aku tau jika kau benar-benar membenci masa lalumu. Tapi ingat, setinggi apapun kau nantinya. Jangan lupa dimana dulu kau beranjak. Dimana akarmu. Jangan. Aku tidak memaksamu. Tapi, Alangkah baiknya kau melihat mereka walaupun hanya sebentar. Aku tidak menghalangimu. Ayah angkatmu juga bilang begitu kan sebelum pergi?"
Johnny terdiam.
"Baiklah. Aku akan mengunjunginya jika jadwal kosong"
• Half Time Manager •
Jaehyun mulai bekerja dimana mulai jam makan siang. Ia sedikit kepayahan meracik menu selain kopinya. Dengan cepat, Ia mencoba meracik beberapa pesanan dalam Sticky Note yang mulai menumpuk. Matcha Latte, Chocolate Mint Latte yang terbanyak. Ia sedikit kesusahan menuang air hangat agar tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Dan juga campuran susu full cream yang hangat membuatnya harus berkonsentrasi.
"Jaehyun, Aku memerlukan bantuanmu di belakang!" teriak Taeil.
"Tapi..."
"Biar aku saja" Barista dengan name tag 'Seok Min' yang baru saja datang menghampiri Jaehyun.
"Baiklah. Kau tidak keberatan kan?"
Yang ditanyai Jaehyun menggeleng. Jaehyun melempar kain tebal yang ia gunakan untuk memegang tempat susu full cream yang panas tadi dan berjalan menuju Bagian penyimpanan. Di sana ada Taeil dengan daftarnya lagi.
"Sebentar lagi kiriman untuk bahan kue datang. Tapi aku harus menjemput sepupuku di Bandara. Kau tidak keberatan kan? ingat pastikan kau mengecek kualitas bahannya saat kurir tersebut masih di sini. Jadi jika ada yang kurang bagus kau bisa meminta tukar. Lalu berikan sepuluh ribu won ini untuk tips agar dia tidak sembarangan saat mengirim barang beberapa hari lagi" Taeil menyodorkan daftar pesanan bahan kue dan uang sepuluh ribu won kepada Jaehyun, "Dan tolong letakkan di rak dekat penyimpanan susu agar tidak tercampur dengan bahan yang lain. Banyak pegawai baru dan kau harus hati-hati. Aku berangkat dulu. Kurirnya akan datang tak lama lagi. Selagi menunggunya kau bisa makan" Taeil menyambar Coatnya dan meninggalkan Jaehyun.
"Aku ingin Tteokbokki" gumam Jaehyun
• Half Time Manager •
Tanpa mengetuk atau permisi terlebih dahulu, Johnny membuka pintu ruangan 'A-25' yang beruntungnya jauh dari kamar sang Ibu. Ia berjalan menghampiri pria yang sedang memperhatikan beberapa lembar kertas di hadapannya.
"Johnny pihak Gucci menawarimu kerja sama untuk-"
"Mulai saat ini, Kau bukan lagi managerku" Johnny mengeluarkan surat pemberhentian yang ditanda tangani pihak agensinya.
"Ada apa John?"
"Kau kira aku tidak tahu kebusukanmu hah?"
"Johnny"
"Akuilah kau menabrak pembatas jalan bukan dari tempatmu menuju ke tempatku. Kau hanya harus pergi dan aku akan melupakan semuanya"
"Kau bicara apa hah?"
"Kau menggoda Tiffany kan? Jangan kira aku tidak tahu. Kau ingin membuat skandal baru?"
"Dude. Apa kau juga tidak lupa sesuatu? Aku memegang rahasiamu juga"
"Dan aku tidak peduli karena aku akan mengembalikan semua perjanjian itu" ujar Johnny final.
Johnny mengambil tasnya, "Aku memasang penyadap suara di mobilmu itu, Sehun"
Johnny menutup pintu kamar tersebut dan berjalan menuju lift. Ia lupa jika Maskernya terjatuh di kamar Sehun, Managernya tadi. Ia juga tidak menyadari ada seorang wanita yang memperhatikannya, lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Saat Ia berjalan menuju pintu keluar Rumah sakit.
"Itu Johnny Seo!" teriak beberapa wanita dari parkiran rumah sakit.
Johnny membelakkan matanya dan kebingungan mencari masker di saku jaketnya. Ia tidak menemukannya. Sialan. Ia berlari menutupi wajahnya dengan lengan jaketnya. Melupakan jika Ia membawa motornya.
Namun beberapa wanita dengan seragam sekolah menengah tadi mengejar Johnny yang mau tak mau membuat Johnny harus bersembunyi. Ia melihat ada sebuah Truk di dekat kedai ramen dan ada sebuah gang kecil untuk Ia bersembunyi di sana.
'BRUAK'
"ADUHH"
Johnny tidak melihat kedepan saat Ia berlari dan rupanya telah menabrak seseorang dan mengakibatkan Tteokbokki yang orang ditabraknya tumpah.
"YAA" pekik orang itu.
"Maaf! Maaf! Aku tidak sengaja! Akan ku ganti dua kali lipat nanti!"
"Johnny Oppa!"
Johnny cemas karena Ia rasa para gadis tadi mengejarnya. Ia segera menarik Jaehyun untuk berdiri dan membantu membersihkan Tteokbokki dari apron cokelatnya.
"Itu dia!"
Johnny bersembunyi dibalik tubuh Jaehyun.
"Ya! ya! ya! lepaskan aku!" Jaehyun mencoba melepaskan tangan Johnny yang berada di pundaknya.
"Usir mereka dan bilang kau adalah managerku! Aku akan mengganti semuanya nanti" bisik Johnny. Johnny melirik name tag yang dipakai pemuda di hadapannya.
"Johnny kami berniat menjenguk teman kami dan kebetulan bertemu denganmu. Bolehkah kami meminta alamat emailmu?"
Jaehyun yang suasa hatinya sedari tadi tidak begitu tenang langsung meletakkan tangannya di pinggang.
"Pergi sana! Kalian akan menjenguk teman kalian kan?"
"Cih! Memangnya kau siapanya dia hah?" salah seorang gadis itu memandang tidak suka kearah Jaehyun.
"Aku managernya. Kalian mau apa hah?"
Gadis-gadis tadi terdiam, saling berbisik lalu pergi tanpa di suruh lagi.
Jaehyun menoleh ke arah Johnny yang sedang menetralkan nafasnya akibat berlari.
"Memangnya kau siapa sih sehingga mereka mengejarmu?" tanya Jaehyun ketus namun seakan tidak berdosa.
Johnny menganga. Ada orang yang tidak mengenali dirinya. Johnny keluar dari gang kecil tersebut dan menoleh ke kanan dan kiri. Ia melihat ada sebuah butik di seberang jalan yang menampilkan posternya.
"Jangan lari kau! Kau harus tanggung jawab! Kau menumpahkan Tteokpokkiku dan tepung- HEI"
Johnny menggandeng tangan Jaehyun dan berjalan bersama untuk ke butik di seberang jalan. Johnny berdiri di dekat posternya. Mengacak rambut dan berpose seperti di poster tersebut.
"Sama atau tidak?" tanya Johnny.
Jaehyun memandangi poster dan Johnny bergantian. "Kau yang berada di poster itu?"
"Iya. Aku Johnny Seo"
"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya"
Johnny tersenyum miris.
"Mana ganti ruginya?"
Johnny berniat membuka dompetnya namun Jaehyun melihat mobil Taeil sudah berhenti di depan cafe.
"Oh tidak! Bosku sudah datang! Ayo tanggung jawab!"
Jaehyun menarik tangan Johnny begitu saja lalu kembali ke Cafenya. Menghampiri Taeil yang sedang menunggunya untuk mendengar alasan kenapa bisa berantakan seperti itu.
"Jaehyun.. Kenapa?"
"Aku yang membuat berantakan. Aku tidak sengaja menabrak Jaehyun tadi. Aku bersembunyi dari beberapa gadis yang mengejarku. Aku akan bertanggung jawab untuk ini" Johnny membuka suara.
"Maaf Hyung" cicit Jaehyun pelan.
Taeil memandangi Johnny dari atas hingga ke bawah.
"Kau sepertinya tidak asing"
Mata Johnny berbinar melihatnya.
"Aku pernah melihatmu. Tapi dimana ya..."
Patah hati Johnny seketika. Jaehyun menuntun pandangan Taeil ke arah Butik di seberang mereka dan menunjuk Poster Johnny di sana.
"Ah iya! Di poster itu! Tapi aku lupa siapa namamu"
Johnny memukul dahinya pelan.
"Johnny. Johnny Seo"
"Ah iya. Johnny Seo! Jadi kapan kau akan bertanggung jawab?"
Johnny membuka dompetnya namun ia hanya menemukan sepuluh ribu won di sana.
"Sial aku lupa menarik uang tunai"
Taeil memutar bola matanya bosan "Kau berniat tanggung jawab atau tidak? Kau tidak mau namamu tercemar kan?"
"Sungguh! Aku hanya membawa sepuluh ribu won!" Johnny menunjukkan dompetnya kepada Taeil, "Begini saja. Kuberi kartu kreditku dan aku akan mengambilnya besok. Untuk mengganti ini. Dan untuk dia, Aku menawarkan pekerjaan sebagai manager karena aku tadi menyuruhnya berpura-pura menjadi managerku. Bagaimana?"
"Tapi dia harus fokus pada ujian kelulusan dan masuk ke Universitas. Mana bisa dia menjadi managermu?"
"Hanya menemani saja. Dia berhasil mengusir para penggemarku tadi.. Dan kebetulan aku baru saja menghentikan Managerku yang sekarang. Hanya sebentar. Jika tidak cocok tak apa"
Johnny memberikan kartu namanya kepada Jaehyun dan kartu kreditnya kepada Taeil.
"Aku tidak mau" tolak Jaehyun.
"Kenapa?"
"Kau ini menyebalkan. Dan membayangkan aku harus mengaturmu? Rasanya tidak jauh berbeda menemani anak-anak"
"Pekerja dibawah umur ilegal kan?"
Jaehyun terdiam kaku.
"Jae.. Kau membutuhkan uang untuk tambahan masuk ke universitas kan? Terima saja mungkin upahmu lebih banyak.." bujuk Taeil.
"Aku bisa dengan aksesku memasukkanmu kesebuah Universitas dengan mudah"
"Jangan mengajarinya curang, Johnny-ssi. Aku gurunya"
Jaehyun terdiam. Johnny tetap memberinya kartu nama.
"Aku ada jadwal dua jam lagi. Aku menunggu keputusanmu"
• Half Time Manager •
Jaehyun berjalan ke sana dan ke mari yang lama-lama membuat Taeil jengah. Sedikit pusing.
"Dia kan bilang hanya untuk menemani kan? Diskusikan saja apa keingininan dan kesibukanmu nantinya, Jaehyun. 3 bulan lagi kau akan meninggalkan SMA. Kurasa tidak apa-apa mengingat kau mudah menyerap pelajaran di sekolah" saran Taeil.
"Tapi dia menyebalkan, Hyung. Lihat! Seragamku kotor"
"Tidak baik menilai orang begitu saja, Jaehyun"
"Tapi kesan pertama itu penting Hyung"
"Pulanglah dan buat keputusan. Jika kau bisa memberinya jawaban saat Ia mengambil kartu kreditnya besok, Itu lebih baik. Bawalah kartu kreditnya"
"Kau belum-"
"Aku hanya melihat keseriusannya. Kurasa Omongannya bisa di pegang dan dia berusaha menjaga namanya dengan baik"
"Ya Hyung. Terima Kasih sudah mengingatkanku. Aku pulang dulu"
• Half Time Manager •
Jaehyun memasuki flatnya tidak sabaran. Ia mencari kotak dimana Ia menyimpan uang. Bulan ini ia memerlukan uang untuk membayar flatnya karena sang pemilik menaikkan harganya. Dan juga Ia merasa membutuhkan sepeda.
"Belum terkumpul. Aku sudah sangat berhemat padahal" gumam Jaehyun.
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Jaehyun. Dari sang Ibu.
'Kurangi makan sup rumput lautmu agar tidak gagal dalam ujian. Maaf bulan ini Ibu terlambat mengirimkanmu uang. Nenekmu sakit. Jangan khawatirkan nenekmu, Ibu menjaganya. Belajar saja yang rajin'
Jaehyun menghela nafas kasar. Haruskah Ia menerima tawaran Johnny?
"Andai saja kau tidak menyebalkan, aku sudah menerimamu tadi"
Jaehyun mencari kartu nama yang di beri Johnny. Jaehyun tidak yakin jika nomor yang tertulis disana milik Johnny atau tidak. Tapi Ia mencoba meneleponnya. Sekali dua kali tidak di angkat membuat Jaehyun jengkel. Apa Johnny menipunya?
Namun tak lama kemudian ada panggilan masuk ke ponselnya dengan nomor lain.
"Halo?"
"Aku Jaehyun"
"Ah begitu ya... Tidak apa-apa. Ini soal tawaranmu tadi sore"
"Aku bersedia tapi aku akan mengajukan beberapa syarat untukmu"
"Baiklah... Datanglah ke tempat tadi"
Dengan sedikit berat hati, Jaehyun menyetujui permintaan Johnny. Ia sangat membutuhkan uang dan upahnya bekerja tidak begitu mencukupi kebutuhannya. Ia mengambil kertas dan menuliskan beberapa peraturan.
"Semoga dia menyetujuinya"
• Half Time Manager •
"Hina, Bilang pada mereka jika aku sudah memiliki manager baru untuk menggantikan Sehun" Johnny melepas dasi kupu-kupunya di dalam mobil.
"Baiklah" seorang gadis yang tengah memilah kertas di hadapan Johnny mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.
"Tapi Ia masih siswa akhir sekolah menengah atas dan tiga bulan lagi kelulusannya. Sehingga aku menempatkannya untuk mengatur jadwalku saja. Atau mengajaknya ikut jadwalku jika ada waktu"
"Tidurmu nyenyak, kan? Johnny Seo?"
"Hina, Aku selalu memikirkan sesuatu jika aku akan bertindak"
"Tapi waktu itu kau tidak"
"Kecuali saat itu. Aku benar-benar membutuhkan uang"
"Jadi. Kau yakin?"
Johnny hanya mengangguk.
Mobil Van yang ditumpangi Johnny melaju di Highway yang ramai. Lampu-lampu dari kendaraan yang lain membuat pemandangan indah dijalanan. Sedikit membuat penat pengendara berkurang. Dimanapun Johnny melempar pandangan, Ia di suguhkan dengan gedung pencakar langit dengan papan iklan yang menggambarkan potret dirinya untuk sebuah merk. Entah Ia harus bangga atau tidak dengan hal itu.
Johnny memejamkan matanya. Sekelibatan memori terlintas di pikirannya. Ia bisa menjadi seperti ini memanfaatkan teman lamanya. Tiffany. Seorang penyanyi solo yang kini sedang naik daun.
Terjadi saat Tiffany mengajak Johnny berkolaborasi. Namun karena Ia bercerita kepada Tiffany jika ia tidak bisa karena harus menunggui ibu angkatnya yang sakit, Tiffany mengajukan sebuah hal yang tidak bisa Johnny tolak. Dan membuat namanya terkenal seperti sekarang.
"John... Sudah sampai" suara interupsi gadis berkebangsaan Jepang yang baru beberapa bulan menjadi penanggung jawab atas penampilannya membua Johnny tersadar.
Ia segera turun dan memasuki rumah mewahnya sementara Mobil Van tadi meninggalkannya. Jalanan menuju rumah Johnny naik. Kawasan tidak terlalu padat dengan suasana seperti desa. Kebanyakan Artis memilih Apartemen mewah untuk tempat tinggal mereka, Namun yang Johnny butuhkan adalah kenyamanan pada lingkungannya.
Rumah Johnny dari luar tidak terlalu mencolok. Namun tenang. Ada Carport yang luas di rumahnya. Rumah tersebut memiliki dua lantai dengan fasilitas rooftop yang nyaman untuk melepas penat. Dan kolam renang kecil didalam ruangan.
Johnny melempar jasnya begitu saja. Interview tadi membuatnya sedikit kelelahan. Karena sebelumnya ia juga kurang tidur setelah mengikuti acara amal di luar Seoul kemarin. Johnny menghempaskan dirinya di sofa beludru warna pastel. Dan sedikit menarik nafas yang panjang.
• Half Time Manager •
Jaehyun dengan sabar menunggu ramennya matang. Ia mengaduk perlahan agar bumbu dan sayurannya tercampur. Entah ia merasa ingin menghangatkan badannya. Seingatnya ia sedikit kelelahan.
Ia juga menyiapkan sebotol besar kola. Semangkuk ramen pedas dan panas tampaknya nikmat jika ditemani kola dingin.
Jaehyun memindahkan panci kecil tersebut keatas meja makannya. Dan mulai menghirup aroma ramen yang membuat hidungnya sedikit lega. tampaknya ia terserang gejala flu. Namun tampaknya dengan ramen yang hangat membuatnya sedikit lebih baik.
• Half Time Manager •
"Hyung, aku hari ini libur tapi aku memiliki janji dengan Johnny di cafemu. Tak apa kan?" tanya Jaehyun saat berpapasan dengan Taeil.
"Kau sungguh menerima tawarannya?"
"Ibuku akan sediki terlambat mengirimkan uang"
"Baiklah. Tidak apa-apa. Kau sudah memikirkannya matang-matang?"
"Sudah"
"Bagus" Taeil mengusap pelan pundak Jaehyun.
Jaehyun segera berlari menuju halte. Dan beruntungnya kali ini ia mendapatkan Bis. Walaupun sedikit padat. Jaehyun mendapatkan pesan jika Johnny sudah berada di sana.
Jaehyun berlari begitu Bis yang Jaehyun tumpangi berhenti di halte tak jauh dari cafe tersebut. Ia suka tepat waktu dan beruntungnya kurang lima menit dari waktu yang di janjikan.
Ia tidak ke ruangan pegawai, namun mencari Johnny dan memesan Matcha Frappucino.
"Aku tidak tahu ada hal apa yang membuatmu setuju dengan tawaranku. Tetapi aku senang mendengarnya"
"Aku mengajukan beberapa syarat"
"Baiklah. Aku akan menurutinya. Apa maumu?"
Jaehyun mengeluarkan kertas yang ia buat semalam dan mengajukannya kepada Johnny. Johnny membacanya dengan seksama.
"Apa??" tanya Johnny tidak terima.
"Apanya yang apa?"
"Gaji pertama di bayar di muka. Ada jaminan apa agar kau tidak lari setelah aku membayarnya?"
"Pemilik Flatku menaikkan harga sewanya dan ibuku terlambat mengirimiku uang"
Johnny terlihat berpikir.
"Tinggal lah di tempatku"
"Apa?"
"Kau butuh tempat tinggal kan? Lagi pula aku tinggal sendiri. Kau bisa menemaniku dan membicarakan apa pekerjaanmu"
Jaehyun mengusap poninya kasar.
"Bagaimana? Aku juga bisa mencarikanmu tutor nantinya tanpa potong gaji"
"Tanpa potong gaji?"
"iya"
"Dan aku tetap mendapatkan uangku walaupun aku tinggal denganmu?"
Johnny mengeluarkan beberapa lembar seratus ribu won di hadapan Jaehyun.
"Anggap saja itu uang saku untukmu. Kau bisa tinggal di tempatku"
"Tunggu... Kau tidak akan menjualku kan?" Jaehyun memicingkan matanya.
Johnny memberikan tatapan menggodanya dan membuat Jaehyun sedikit bersemu.
"Menurutmu?"
To Be Continued
