Naruto dan Sasuke hanya milik Masashi Kishimoto
Narusasu
Warning : OOC, BL
Happy reading
My poor teacher
By Slyeranime
Namikaze High School adalah sekolah terbaik yang terdapat di konoha. Menyekolahkan anak disana adalah impian dari sebagian besar orang tua. Sayangnya sekolah itu tidak mudah di tembus, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk disana. Terdapat dua golongan siswa yang bisa di terima di sekolah itu. Golongan pertama adalah orang-orang yang memiliki banyak uang dan golongan kedua adalah orang-orang yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Dan Uchiha Sasuke termasuk dalam golongan ke dua.
Sasuke tidak berasal dari keluarga kaya raya, ia hanya bersandar dengan beasiswa yang diterimanya karena prestasi. Orang tuanya sudah meninggal ketika dia masih SMP, sedangkan kakaknya pergi meninggalkannya dan tidak pernah kembali. Jadi bisa di bilang ia sebatangkara. Sasuke tinggal di apartement kecilnya yang murah. Ia menyambung hidupnya dengan bekerja part time di tempat-tempat tertentu. Walau begitu, di sekolahnya Sasuke sangat di hormati. Ia di kenal sebagai murid yang paling berprestasi. Ia juga salah satu orang yang berjasa mengharumkan nama baik Namikaze High School karena prestasinya. Tidak heran jika ia menjadi murid favorit guru-guru dan primadona di kalangan Siswa-siswi.
Dan suatu ketika di ruang kepala sekolah…
"Uchiha Sasuke kau harus membantuku." Pinta Hatake Kakashi dengan nada memohon. Ia adalah kepala sekolah di Namikaze High School.
Sasuke memicingkan matanya untuk memandang wajah kepala sekolahnya itu . Ia penasaran, Mengapa tepatnya wajah Kakashi -yang biasanya selalu bersikap cuek dalam menanggapi masalah- kini terlihat pucat pasi. Menyadari tatapan aneh sang siswa, Kakashi menyerahkan sebuah map biru berisi biodata seorang siswa kehadapannya.
Sasuke mengerling nama Siswa yang bertuliskan 'Namikaze Naruto' lalu langsung melompat ke kalimat yang di tulis dengan tinta berwarna merah. ia mengerutkan alisnya ketika membaca setiap kata yang tertulis di kertas itu. Kata yang menunjukkan bagaimana kelakuan sang siswa di sekolah lamanya dulu. Yang bisa dikatakan, hampir setiap hari pemuda itu melakukan perkelahian, balapan motor, dan berprestasi buruk.
"Anak itu di transfer ke Sekolah ini." Jelas Kakashi, "dan akan mengikuti pelajaran mulai hari ini."
Sasuke terperangah. Bagaimana mungkin orang seperti ini bisa di terima disekolahnya yang diikat dengan begitu banyak peraturan. Nilainya pun sama sekali tidak bisa menjaminnya.
Lagi seakan-akan bisa membaca apa yang ingin di lontarkan sang siswa Kakashi mengarahkan jari telunjuknya kearah kertas biodata tersebut. Atau lebih tepatnya ke nama sang Siswa. Sasuke membaca nama itu lagi dan akhirnya mengangguk mengerti.
"Seperti yang kau ketahui, ia Putra Semata Wayang dari Namikaze Minato dan Kushina." Kakashi menekankan kata 'Putra Semata Wayang' yang membuat Sasuke mendengus melecehkan.
Cih memanfaatkan kekuasaan orang tua.
"Dan pagi ini," Kakashi melanjutkan, "Minato Namikaze sendiri yang memberi mandat kepadaku untuk mendidik putranya menjadi anak yang lebih baik."
Sasuke mengerutkan kedua alisnya. Sepertinya ia merasakan firasat buruk.
"Oleh karena itu Sasuke, aku mohon kepadamu."
Sasuke memilih untuk tidak menatap mata Kakashi. Sesungguhnya ia sama sekali tidak ingin di pusingkan dengan masalah. Kehidupannya sekarang ini sudah menguras tenanganya. Setiap hari ia sekolah lalu kerja part time, dan pada larut malam ia harus membuka bukunya untuk mempertahankan beasiswanya. Ia tidak akan punya waktu untuk mengurusi anak manja yang di yakininya akan menyusahkan hidupnya.
"Kau yang terbaik di sekolah ini Sasuke. Aku percaya padamu." Kakashi mulai melontarkan kalimat rayuannya. Bagaimanapun ia tidak punya pilihan. Baginya hanya Sasukelah satu-satunya orang yang mampu menyelesaikan masalah ini.
Sasuke tidak mengatakan apa-apa. Tapi Kakashi lagi-lagi mampu menebak apa yang ada di pikiran murid kesayangannya itu. oleh karena itu, ia kembali melakukan bujukan maut yang tidak akan di tolak Sasuke.
"Beasiswamu akan kunaikkan jika kau berhasil." Sahut Kakashi yang sukses membuat mata Onyx Sasuke melebar bergairah.
Kakashi tau, kelemahan terbesar Sasuke adalah uang. Orang susah sepertinya memang sangat membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Karena Sasuke mengerti betapa sulitnya mencari uang.
"50% dan aku setuju." Sahut Sasuke. Ia menatap Kakashi dengan penuh percaya diri.
"30%! itu sudah cukup banyak untukmu." Tawar Kakashi. Ia menutup kembali map di hadapan Sasuke dan memasukkannya ke dalam laci mejanya.
Sasuke menimbang-nimbang. 30% cukuplah untuk membayar sewa apartementnya selama satu tahun.
"Baiklah aku setuju." Balas Sasuke dengan satu anggukan angkuh. Ia tidak bisa melihat senyuman penuh kemenangan dari Kakashi akibat sebuah masker hitam yang menutup daerah mulutnya.
Beberapa menit kemudian, pintu ruang kepala sekolah menjeblak terbuka. Dan seorang pemuda berambut jabrik berwarna kuning dengan mata biru samudra masuk ke dalam ruangan tersebut. Tas ranselnya berada di tangan kirinya, dan Jas seragam sekolahnya berada di tangan kanannya. Dua kancing kemeja atasnya ia biarkan terbuka. Dasinya bahkan sudah tak terlihat dimanapun.
Pemuda bernama Namikaze Naruto itu memandang dua orang penghuni lainnya yang terlihat kaget dengan kedatangannya.
"Yo! Namikaze Naruto!" Sahutnya setengah berteriak. Ia memandang Kakashi dan memamerkan cengiran lima jarinya seakan-akan Kakashi adalah teman sebayanya.
Kakashi hanya bisa tersenyum maklum dengan perbuatan tidak sopan siswa baru di hadapannya itu. Ia melirik Sasuke dan berkata, "Naruto senang bertemu denganmu. Sasuke bisa kau antarkan Naruto ke kelasnya."
Sasuke memutar bola matanya kesal. Dengan seenaknya dia melemparkan segala tanggung jawabnya kepada pundak Sasuke. Tapi setelah membayangkan uang sewa apartementnya selama satu tahun, Sasuke akhirnya mengangguk juga.
"Ikut aku." Perintah Sasuke ia berjalan ke luar ruangan. Sedangkan pemuda Namikaze itu mengikuti Sasuke dalam diam.
Narusasu Narusasu Narusasu Narusasu
"Cih, ternyata Tou-san punya yang seperti ini di Jepang." Sahut Naruto keras. Ia memandang setiap koridor yang dilaluinya dengan terkesima.
Sasuke tidak mengatakan apapun. Ia hanya fokus dengan tujuannya untuk sampai di kelas secepat mungkin lalu memikirkan rencana untuk mendidik pemuda tolol yang berjalan di belakangnya itu.
"Oi chicken butt. Siapa namamu?" Terdengar suara kasar dari arah belakang Sasuke. Sasuke tidak perlu berbalik untuk tau siapa si sumber suara itu.
"Uchiha Sasuke." Jawabnya singkat masih memandang lurus kedepan walau dalam hati ia ingin sekali meninju wajah pemuda di belakangnya karena telah menghinanya.
"Oh ya, si Pria masker mengatakannya tadi." Naruto mengingat-ngingat.
Tepat ketika suasana kembali tenang, tiba-tiba Sasuke merasakan benturan keras di belakangnya yang sukses membuatnya jatuh bersujud ke depan. Sasuke melihat tas berwarna orange tergeletak di sampingnya. Lalu ia menengadahkan kepalanya untuk memandang Naruto yang kini berdiri dihadapannya.
"Baiklah teme, sesungguhnya kau orang yang paling kurang ajar yang pernah ku temui." Desis Naruto. ia menunduk angkuh memandang Sasuke yang masih dalam posisi bersujud di hadapannya. "Perlu kuingatkan dimana posisimu? Atau kau tidak tau siapa aku? Dengarkan aku brengsek, jika kau bersamaku, dilarang berjalan di depanku karena akulah yang memimpin!"
Sasuke tidak menjawab apapun. Ia hanya balas menatap pemuda di hadapannya itu tanpa ekspresi. Ini bukan pertama kalinya ia di perlakukan seperti ini. Di marahi, dibentak, bahkan di pukuli sudah pernah ia rasakan di tempat kerjanya. Orang miskin seperti dia memang sudah sering di injak-injak oleh orang lain. Semuanya ia lakukan untuk mendapatkan uang. Inilah mengapa Sasuke sangat menginginkan uang, karena untuk mendapatkan selembarnya saja Sasuke juga harus membuang harga dirinya jauh-jauh.
Sasuke sudah hapal bagaimana cara untuk menghadapi orang yang seperti Naruto. Satu-satunya cara adalah diam, lalu tatap matanya agar dia tau bahwa ia didengarkan.
Melihat Sasuke tidak berusaha melawannya, Naruto tersenyum puas. Ia mengalihkan perhatiannya dari Sasuke dan memandang sekelilingnya. "Dimana kelasku?"
"Kelas 213." Jawab Sasuke. Ia meraih tas Naruto dan bangkit berdiri. Ia mengernyit sedikit merasakan rasa sakit di punggungnya. Namun tetap berjalan mengikuti Naruto tanpa berhenti.
Ini tidak semudah yang ia pikirkan. Pemuda Namikaze ini ternyata memiliki sifat yang sangat buruk. Tidak heran mengapa ia dipindahkan ke sekolah ini.
Sesampainya di kelas, kelakukan Naruto bahkan semakin menjadi-jadi. Sama seperti yang ia lakukan di ruang kepala sekolah tadi, ia membuka pintu kelas atau lebih tepatnya membantingnya terbuka lalu berjalan ke depan kelas. Ia berhenti sebentar untuk mengerling siswa-siswa yang menatapnya dengan kaget.
Guru Kurinai yang merupakan guru matematikanya memandang Naruto dengan heran lalu mengalihkan perhatiannya kearah Sasuke yang menutup pintu kelas dalam diam. Ketika Sasuke membalas tatapannya, guru itu telah kembali memandang Naruto.
"Ingat namaku baik-baik." Naruto berkata dengan suara keras. "Namikaze Naruto."
Beberapa anak menahan nafas mendengar nama itu. Sepertinya mereka menyadari siapa tepatnya siswa yang berada di hadapan mereka ini.
Puas dengan reaksi teman-temannya, Naruto berjalan ke bangku paling sudut dan paling belakang yang di huni oleh Rock lee. Siswa beralis tebal itu mulai gemetaran ketika Naruto berhenti di samping mejanya dan menatapnya dengan tatapan mengancam.
Tanpa mengatakan apapun, Lee dengan tergesa-gesa mengambil buku-bukunya dan menyambar tasnya sendiri lalu pindah ke bangku lain yang kosong. Naruto segera duduk menggantikan Lee, kemudian menyandarkan kepalanya ke atas meja dan tertidur. Ia tidak memperdulikan tatapan was-was dari orang-orang di sekitarnya.
Sasuke adalah satu-satunya orang yang paling tenang. ia berjalan kearah meja Naruto dan meletakkan tasnya di sampingnya, dan berbalik kembali menuju kursinya sendiri yang terletak di meja paling depan. Suara bisikan mulai terdengar ketika Sasuke mulai membuka bukunya dan membaca dalam diam.
Narusasu Narusasu Narusasu Narusasu
Pada jam istirahat, kelas semakin ramai. Banyak siswa yang berasal dari kelas lain berkunjung ke kelas Sasuke untuk menghilangkan rasa penasarannya terhadap kabar yang mengatakan tentang kehadiran Putra pemilik sekolah. Sebagian dari mereka hanya mengintip dari jendela dan sebagiannya lagi berdiri di depan pintu. Semuanya berbisik membicarakan Naruto.
"Permisi, jangan berdiri di tengah jalan aku tidak bisa lewat!"
"Sakura tunggu aku!"
Dua gadis berambut pink dan kuning muncul dari kerumunan. Mereka memandang kesal kepada kerumunan orang yang sukses membuat bajunya kusut. Sepertinya untuk masuk ke dalam kelas butuh banyak perjuangan.
"Sasuke-kun." Sapa perempuan berambut pink. Ia berjalan mendekati Sasuke dan menarik bangku kosong ke samping Sasuke. Ia meletakkan kotak bentonya yang berwarna pink ke atas meja Sasuke dan duduk di bangku kosong tersebut.
"Sakura jangan curang!" Teriak Ino. Tidak mau kalah ia meletakkan kotak bentonya tepat di hadapan Sasuke. Membuat gadis di sampingnya berteriak tidak terima.
"Ne,ne,ne, Sasuke-kun, hari ini kau pilih yang mana?" Ino berbicara dengan nada genit. Ia memamerkan isi bentonya yang di hias seperti bunga.
"Ckckck, makanan apa itu?" Balas Sakura melecehkan, "Coba lihat, buatanku jauh lebih lezat."
Sakura membuka isi bentonya yang telah dihias dengan gambar hati.
Yah beginilah keseharian mereka setiap hari. Sakura dan Ino salah satu fans Sasuke di sekolah yang terkuat tentunya, selalu datang membawa bento untuk di berikan kepada Sasuke. Sedangkan Sasuke akan langsung menerimanya dengan senang hati. Bukan karena ia suka tapi karena ini salah satu cara untuk menghemat uang. Lagipula kedua gadis itu sangat senang jika Sasuke mulai memakan bekal buatannya.
Sasuke memandang kedua bento tersebut dalam diam. Baginya yang mana saja tidak masalah selama gratis. Ia mengambil sumpit yang Sakura tawarkan dan mulai mengarahkannya kearah bento Sakura –ia bisa mendengar teriakan penuh kemenangan Sakura dan desisan kekesalan Ino- tapi langkahnya terhenti ketika tangan tan meraih kotak bento tersebut dan mengangkatnya ke luar jangkauan Sasuke.
"Hei!" Teriak Sakura memelototi pemuda berambut Jabrik yang kini mulai memakan bentonya tanpa repot-repot menggunakan sumpit.
Naruto yang masih mengunyah telur gulung buatan Sakura, membalas Sakura dengan tatapan bertanya.
"Itu untuk Sasuke!" Bentak Sakura. Ia semakin kesal begitu mendengar teriakan bahagia Ino yang menandakkan Sasuke mulai melahap bento buatannya.
Naruto meletakkan bento Sakura ke atas meja. Kemudian memandang gadis berambut pink itu lekat-lekat.
"Gadis jepang ternyata cantik juga." Katanya membuat gadis dihadapannya blushing.
Sakura dan Ino adalah gadis yang paling cantik dan paling popular di sekolahnya. Sayangnya kedua gadis itu jatuh hati dengan lelaki yang sama, yaitu Sasuke. Tapi Sasuke malah tidak pernah menunjukkan ketertarikan kepada kedua gadis itu, kecuali bento buatan mereka.
"Untuk apa kau suka dengan pria pengecut seperti dia? Lebih baik denganku saja." Kata Naruto, ia melirik Sasuke dengan meremehkan. "Apa kau tau siapa aku? Aku Namikaze Naruto."
Keheningan melanda kelas tersebut ketika Naruto selesai memperkenalkan dirinya. Sakura mundur beberapa langkah dari Naruto. Sepertinya ia sadar bahaya yang mengancamnya. Ia menarik Ino bersamanya dan berlari keluar kelas.
"Sampai bertemu lagi, Honey!" Teriak Naruto melambai-lambaikan tangannya.
Setelah Sakura menghilang dari penglihatannya. Naruto mengalihkan perhatiannya kepada Sasuke yang sepertinya tidak terpengaruh dengan keributan yang Naruto lakukan. Sasuke tetap memakan bento buatan Ino dalam diam, tidak memperdulikan Naruto yang duduk di samping menggantikan tempat Sakura tadi.
Naruto menatap Sasuke lekat-lekat lalu mendesah kesal, "Flower boy?"
Sasuke tidak menggubris Naruto. ia melahap telur gulung terakhirnya dan menutup kotak bento ino. Ia masukkan ke dalam tas bermaksud untuk mengembalikannya kepada Ino nanti. Dan hal itu sepertinya membuat Naruto marah. Ia mencengkram kerah baju Sasuke dan membuat mata Onyx Sasuke menghadap ke arahnya dengan kasar.
"Dengarkan aku, brengsek!" Bisik Naruto mengancam.
Beberapa anak yang melihat kejadian itu hanya mampu memandang kedua orang itu dalam diam. Beberapa lagi langsung berlari memanggil guru.
Sasuke membalas tatapan Naruto. Sesungguhnya Sasuke sama sekali tidak takut dengan pemuda yang tingginya setara dengannya itu. Alasan mengapa ia diam adalah karena ia benar-benar menginginkan janji yang di berikan Kakashi kepadanya. Tapi bukan berarti Sasuke tidak bisa marah. Kelakukan Naruto sudah membuatnya muak, kesabarannya sudah habis.
"Tidak ada yang perlu di dengarkan dari anak tolol sepertimu!" Balas Sasuke. Ia menatap Naruto dengan pandangan menantang.
Naruto melepas cengkramannya dari Sasuke. Kedua mata birunya melebar penuh keterkejutan. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Sasuke akan balas menantangnya. Tapi keterkejutannya tidak bertahan lama, karena Naruto berhasil kembali menguasai dirinya.
"Kaulah yang seharusnya mendengar-"
Kata-kata Sasuke terhenti ketika tinju Naruto mendarat dengan keras dipipinya. Sasuke yang tidak menyadari pukulan Naruto terjatuh dari kursinya. Sasuke merasakan darah di dalam mulutnya. Pukulan Naruto sepertinya sukses membuat gusi Sasuke berdarah. Belum sempat Sasuke menyadari keadaannnya, Naruto kembali menendang perut Sasuke secara bertubi-tubi membuat punggung Sasuke menghantam kaki kursi yang tadi di dudukinya.
Siswa lain menahan nafas horor. Tak ada yang berani menghentikan Naruto, sampai teriakan dari Azuma sensei, guru olahraga memecah keheningan. Azuma menarik Naruto menjauh dari Sasuke. Ia menahan kedua tangan Naruto dan menyeretnya ke luar kelas. Spontan semua murid menyingkir dan memberi jalan kepada senseinya dan Naruto yang mengamuk. Kurinai yang tadinya berjalan di belakang Azuma, menghampiri Sasuke dan menunduk menatap muridnya yang di penuhi dengan luka-luka lebam di wajahnya. Kurinai membantu Sasuke berdiri.
"Biar kuantar ke UKS." Kata Kurinai. Tapi Sasuke menggeleng.
"Aku pulang saja." Balas Sasuke. Ia melonggarkan dasinya yang terasa mencekiknya.
Kurinai memandang seragam kotor Sasuke. Kemudian mengangguk mengizinkan. Tanpa membuang-buang waktu, Sasuke memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, lalu berjalan keluar kelas. Kembali siswa yang berdiri di depan pintu dan koridor memberikan ruang untuknya melangkah.
Sulit. Ini terlalu sulit. Sasuke tidak menyangka bahwa Naruto bisa berbuat sejauh ini kepadanya. Siapa sangka ia akan di pukuli di hadapan teman-temannya. Kalau sudah begini Sasuke mana bisa menyerah. Ia bersumpah akan membalas perbuatan Naruto padanya. Lihat saja ia pasti berhasil.
Narusasu Narusasu Narusasu Narusasu
Keesokan harinya setibanya di sekolah, Kurinai menyuruh Sasuke ke ruang Uks untuk memastikan lukanya tidak apa-apa. Sesampainya di ruang UKS, Tsunade memaksanya untuk beristirahat sebentar. Alhasil Sasuke baru masuk ke kelas pada jam perlajaran terakhir. Ia tidak mengacuhkan tatapan teman-temannya dan bisikan-bisikan tentang dirinya. Sasuke tidak perduli tanggapan orang tentang dirinya. Lagi pula tidak ada satupun diantara mereka yang ingin di jadikan sahabatnya. Ia tidak membutuhkan seorang sahabat, karena itu hanya menyita waktu saja.
Di sudut ruangan Sasuke memperhatikan Naruto sedang tertidur di tempatnya dengan kepala di atas meja. Ia bahkan masih tertidur ketika pelajaran selesai. Sepertinya para guru memilih untuk membiarkannya saja.
Sasuke masih duduk di tempatnya ketika semua para siswa meninggalkan kelas yang hanya mensisahkan dirinya dan Naruto. Setelah kelas kosong, Sasuke membuka tasnya mengambil buku catatannya dan berjalan mendekati Naruto yang masih tertidur.
Sasuke memutar kursi di depan meja Naruto dan duduk menghadap pemuda berambut jabrik. Sasuke memandang Naruto dengan penuh kebencian sebelum melemparkan buku catatannya ke kepala Naruto.
"Ouch!" Keluh Naruto. Ia mengangkat kepalanya dan mengelus-ngelus daerah yang tadinya terkena hantaman buku Sasuke. Ia memandang buku di atas mejanya bingung.
"Pelajari!" Perintah Sasuke.
Naruto yang terkejut dengan kehadiran Sasuke, hampir terjatuh dari kursinya.
"Ka-kau- mau apa kau?" Naruto meneriaki Sasuke sambil memelotot.
Sasuke mengernyit memandang Naruto, apa orang ini tidak mengerti bahasa manusia?
Sasuke mengambil buku catatannya lalu membukanya dan menaruhnya kehadapan Naruto.
"Baca dan resapi!" Katanya tegas. Sasuke menyandarkan punggungnya di kursi dan melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap tajam pemuda di hadapannya.
Naruto menatap buku Sasuke lalu memandang Sasuke. Bibirnya melengkung menunjukkan senyum berbahaya. "Teme, apa pukulanku kemarin sudah membuatmu gila? Untuk apa kau berbaik hati menyuruhku belajar?"
Sasuke memutar bola matanya. Sepertinya ini membutuhkan lebih banyak kesabarannya.
"Idiot, Kemarin kau hanya beruntung. Aku tidak mengira kalau anak manja sepertimu bisa melakukan tindakan bodoh seperti itu. Yah memang tipe orang sepertimu lebih memanfaatkan otot daripada otak. Dan yang harus kau ingat, aku melakukan ini semua bukan untukmu, tetapi untuk diriku sendiri. atau lebih tepatnya ini semua atas perintah ayahmu sendiri." Jelas Sasuke. Ia mengetuk ngetukkan jari telunjukknya ke buku di atas meja.
Ekspresi Naruto berubah ketika Sasuke menyebutkan Ayahnya. Ia terlihat lebih marah. "Untuk apa Ayahku menyuruh orang yang lebih lemah dariku untuk mengajariku! Aku tidak sudi!"
Sasuke berdecak kesal. Ia tidak tahan lagi. Sasuke mengambil bukunya yang terbuka lalu memukul kepala Naruto sekeras-kerasnya. Naruto yang tidak menyangka dengan serangan mendadak Sasuke hanya bisa kembali mengelus kepalanya.
"Beraninya kau!" Teriak Naruto murka. Tapi belum sempat Naruto berdiri dari kursinya, Sasuke menendak meja di hadapannya yang sukses mengenai perut Naruto membuatnya kembali duduk di kursinya. Nartuto memegang perutnya sambil mengernyit kesakitan.
"Bukankah sudah ku katakan? Kemarin kau hanya beruntung." Kata Sasuke dengan nada penuh penekanan. Ia tersenyum puas melihat Naruto yang masih mengeluh kesakitan.
Sasuke kembali meletakkan bukunya di atas meja dan menunggu Naruto untuk membacanya. Tapi Naruto hanya diam saja dan menatap Sasuke kesal. Onyx bertemu biru. Beberapa menit kemudian mereka habiskan dengan saling melemparkan tatapan saling ingin membunuh.
Ketika ruangan mulai gelap dan lampu dengan sendirinya menyala barulah Sasuke memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya kearah jam tangan Naruto.
"Aku tidak punya waktu mengurusimu. Kau bawa buku itu dan pelajari di rumahmu." Perintah Sasuke. Ia memakai tas ranselnya dan berjalan menuju pintu keluar. Ia melirik Naruto untuk terakhir kalinya sebelum berlari pulang kerumahnya.
Di kelas yang kosong, Naruto masih duduk di tempatnya tanpa mengatakan apapun. Ia memandang buku catatan Sasuke di atas mejanya lalu memasukkannya ke dalam tas. Sejujurnya ia benar-benar marah, belum pernah ada orang yang berani melawannya sebelumnya. Biasanya orang yang sudah di pukulinya hingga babak belur tidak akan pernah berani muncul di hadapannya lagi. Tapi Sasuke malah mendekatinya dan memberinya perintah tanpa rasa takut. Memang benar posisi Sasuke lebih menguntungkan dari dirinya. Faktanya karena kejadian pemukulannya kemarin, Naruto mendapat teguran keras dari Ayahnya. Dan jika ia terlibat dalam perkelahian lagi maka Minato menjanjikan Naruto akan menyesali perbuatannya seumur hidupnya.
Tapi bukan Naruto namanya kalau tunduk begitu saja.
"Menarik." Gumam Naruto. "Kita lihat saja seberapa hebat dia."
Narusasu Narusasu Narusasu Narusasu
Pada jam istirahat, Sasuke lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Bagaimanapun juga ia harus mengejar ketinggalannya kemarin. Ia tidak boleh lengah, salah sedikit saja Sasuke bisa kehilangan beasiswanya. Ia bisa sekolah disini dengan modal beasiswa itu. Masuk ke sekolah ini tidak mudah, ia telah berkorban banyak. Oleh karena itu ia tidak akan membiarkan orang idiot itu menghancurkan segalanya.
Sasuke menghela nafas lelah. Kejadian tadi pagi masih terngiang jelas dalam benaknya. Kejadian dimana Namikaze Naruto berdiri di hadapannya, merobek buku -yang Sasuke berikan kepadanya- di hadapannya dan melemparkannya tepat ke wajahnya. Sasuke masih ingat tatapan sinis yang Naruto berikan padanya sebelum berjalan ke bangkunya sendiri.
Sebenarnya Sasuke ingin sekali memukul wajahnya dan membuatnya babak belur. Hanya saja ia tahu, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalahnya. Api tidak bisa di lawan dengan api. Api harus di padamkan dengan air. Sayangnya, Sasuke kesulitan untuk menjadi air yang tenang. Lagipula ia bukan tipe orang yang suka bersosialisasi. Ia lebih suka sendirian. Tapi bagaimanapun juga Sasuke harus berhasil. Ia butuh uang itu. Ia letih terus-menerus bekerja tanpa kenal waktu. Keterlambatannya kemarin sudah cukup membuatnya jengah. Seandaninya orang tuanya masih hidup, ia pasti tidak akan mengalami hal sulit seperti ini. Atau seandainya kakaknya tidak pergi mungkin tanggung jawab berat ini akan berada di pundak Itachi bukan di pundaknya. Sasuke memandang Foto yang sedari tadi berada di tangannya. Dalam foto itu ada dirinya yang masih berumur lima tahun duduk di pangkuan ibunya, sedangkan ayah dan kakaknya berdiri di masing-masing sisinya.
Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya cepat berusaha mengusir kerinduan yang hampir menyelubunginya. Ia selipkan foto itu ke dalam dompetnya dan meraih buku kosong yang ada di tasnya. Kita lihat saja selama apa Namikaze Naruto itu bisa bertingkah.
Di kelas Sasuke sengaja masuk lewat pintu belakang agar lebih cepat sampai di tempat Naruto. Naruto yang seperti biasa berada di alam mimpi terlonjak kaget begitu menerima pukulan keras dari pemuda Uchiha. Ia menyeringai kesal begitu melihat buku catatan baru terparkir di atas meja.
Di sampul buku tersebut tertulis :
"Baca dan Pelajari!"
Naruto memelototi punggung Sasuke. Ia mengebrak meja dan berjalan ke luar kelas. Si uchiha itu sukses menghancurkan moodnya. Apa sih yang harus ia lakukan agar si brengsek itu berhenti mengganggunya? Mungkin ia harus membuat rencana baru. Rencana yang lebih matang dengan memanfaatkan kelemahannya.
Ketika jam pelajaran selesai, Naruto telah menghilang. Buku yang Sasuke berikan padanya masih berada di posisi dimana Sasuke menaruhnya terakhir kali. Sepertinya Naruto sama sekali tidak menyentuh buku itu. Sasuke mengambil buku itu lalu menaruhnya di dalam laci meja Naruto.
Minimal si idiot itu tidak merobeknya lagi.
Sasuke meregangkan otot-ototnya. Luka-luka memar di sekujur tubuhnya sudah tidak terlalu sakit lagi. Tapi tubuhnya semakin letih, akhir-akhir ini ia terlalu banyak menguras tenaganya waktu tidurnya pun semakin sedikit.
Tanpa pulang ke rumahnya, Sasuke langsung menuju ke tempat kerjanya. Ia hanya perlu mampir ke toilet di sekolahnya untuk berganti baju lalu berangkat. Setiap hari pada pukul setengah tujuh sampai sepuluh malam, ia akan sibuk bekerja di sebuah restoran kecil sebagai pramusaji. Pada hari liburpun, Sasuke juga bekerja di tempat lain. Semua uang yang ia dapatkan di gunakan untuk sewa apartement dan untuk mengisi perutnya.
Narusasu Narusasu Narusasu Narusasu
Pelajaran olahraga adalah salah satu pelajaran yang di benci Sasuke. Bukan karena Sasuke tidak berbakat, hanya saja pelajaran itu terlalu menguras energinya yang ia siapkan untuk pekerjaannya setiap malam. Untungnya pada waktu itu guru Azuma –orang yang menolong Sasuke dalam perkelahiannya dengan Naruto- menyuruh Sasuke untuk duduk di pinggir lapangan. Dengan alasan Sasuke terlihat belum sembuh benar akibat peristiwa waktu itu. Sasuke dengan senang hati mematuhinya.
Dari kejauhan Sasuke menyadari bahwa Naruto ternyata memiliki kelebihan dalam pelajaran olahraga. Ia menjadi pelari yang tercepat saat permainan footsal dan juga pencetak gol terbanyak. Guru azuma yang pada awalnya bersikap dingin pada Naruto, akhirnya lunak juga karena kelincahan sang pemuda blonde tersebut.
Sasuke terkesima ketika melihat tendangan salto Naruto yang sukses menaikkan angka timnya, tapi ia cepat-cepat mengalihkan perhatiannya, ketika Naruto secara mendadak memandangnya dan melemparkan pandangan meremehkan kepada Sasuke.
"Cih sok pamir." Gumam Sasuke.
Kalau tau pelajaran olahraga hanya akan membuatnya menganggur seperti ini, ia akan bangun lebih siang. Sasuke mengucek-ngucek matanya yang mulai mengantuk. Ia beranjak dari tempatnya dan pergi mencari keran air untuk menghilangkan rasa kantuknya.
Sasuke membilas wajahnya yang terasa kaku dengan air dingin. Begitu matanya sudah kembali segar, ia mengambil sapu tangan di kantung celananya untuk membersihkan sisa air di wajahnya.
"Tadi aku keren kan?" Sebuah suara tiba-tiba memecah keheningan. Sasuke menengadahkan kepalanya dan mendapati Naruto yang berdiri di hadapannya dengan cengiran lima jarinya.
Sasuke tidak membalas, ia hanya menatap Naruto dalam diam. Sasuke melipat sapu tangannya dan kembali memasukkannya ke dalam saku celananya. Ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke lapangan berusaha untuk tidak memperdulikan sang pemuda blonde.
"Kenapa? Apa kau letih bekerja setiap malam. " Naruto kembali berkata, "Kasihan orang miskin sepertimu sepertinya susah sekali mendapatkan uang."
Mendengar ini langkah Sasuke terhenti, ia menoleh ke arah Naruto, lalu menyeringai melecehkan. "Anak manja sepertimu mana mungkin tau bagaimana susahnya mencari uang."
Naruto terperangah. Mata birunya melebar karena jengkel, "Teme!"
Sasuke hanya membalas Naruto dengan senyuman. Ia melanjutkan langkahnya sambil bergumam, "dobe!"
Naruto menatap punggung Sasuke dengan penuh amarah. Setelah punggung itu sepenuhnya menghilang. Ia menendang tembok di sampingnya dengan penuh emosi. Belum pernah ia di remehkan seperti ini. Naruto bersiap ingin pergi, ketika ada sesuatu yang lain menarik perhatiannya. Benda itu tergeletak di lantai tidak jauh dari tempat Sasuke berdiri tadi.
Sasuke mulai menyadari bahwa dompetnya hilang ketika jam istirahat. Ia merogoh kantung celana olahraganya, lalu semua kantong di dalam tasnya. Tapi ia sama sekali tidak menemukan di mana tepatnya benda itu berada.
"Sasuke-kun? Ada apa?" Sakura menyapa Sasuke yang berjalan melewatinya.
Mulai panik Sasuke berlarian di koridor. Ia menyusuri semua tempat yang tadi di lewatinya. Tapi hasilnya nihil.
Ia berhenti sebentar berusaha mengingat-ngingat, dan Naruto secara mendadak muncul di kepalanya. Tanpa membuang-buang waktu Sasuke kembali ke kelasnya. Ia berhenti di depan meja Naruto dengan nafas ngos-ngosan.
Naruto yang sedang asyik membaca komik dengan kaki di atas meja, tidak mengubris Sasuke yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Apa kau lihat dompet berwarna hitam terjatuh saat kita bertemu tadi pagi?" Tanya Sasuke. Ia menatap Naruto penuh harap.
Naruto tanpa mengalihkan perhatiannya dari komik di tangannya, berkata dengan nada tidak perduli. "Tidak lihat."
Naruto merasakan hembusan nafas kekecewaan Sasuke di dekatnya. Ia baru mengangkat wajahnya ketika pemuda raven telah kembali hilang dari hadapannya. Setelah memastikan Sasuke telah pergi, Naruto menarik dompet Sasuke dari dalam saku celananya dan tersenyum penuh kemenangan. Rasanya menyenangkan juga berhasil mengusili pemuda raven itu. Naruto membuka isi dompet itu, ia mendengus geli ketika mengetahui betapa sedikitnya jumlah uang yang dimiliki Sasuke.
"Bahkan uang jajanku sehari saja jauh lebih banyak." Gumamnya sambil tertawa-tawa.
Saat bel berbunyi, Sasuke masih belum kembali. Pemuda bermata onyx itupun masih tak terlihat ketika jam pelajaran terakhir dimulai. Naruto memandang bangku Sasuke yang kosong lalu memandang keluar jendela. Saat itu turun hujan deras. suhu udarapun terasa semakin dingin. Naruto memperbaiki posisi duduknya. Ia memandang sekeliling kelas yang terlihat belajar dengan kidmat. Ini pertama kalinya Naruto terbangun saat jam pelajaran. Entah mengapa ia tidak bisa tidur, rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Naruto kembali membuka dompet Sasuke, lalu memandang ke bangku Sasuke yang kosong.
Apa uang yang sedikit ini berjumlah sangat banyak di mata Sasuke? Batin Naruto.
Semakin lama hati Naruto semakin tidak tenang. Bunyi petir dan derasnya hujan sepertinya sukses membuat Naruto merasa semakin gelisah. Ia bahkan tidak bisa duduk dengan tenang di tempatnya. Benaknya di penuhi oleh Sasuke. Dimana dia sekarang? Apa yang ia lakukan? Apa dia baik-baik saja? Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalanya. Naruto menggeser mejanya sedikit untuk memberikan sedikit ruang kepada kakinya yang mulai gatal untuk berlari ke luar kelas. Dan sebuah buku terjatuh dari laci Naruto. Naruto menunduk dan memungut buku itu. Buku yang dulu tidak di perdulikannya, yang ia pikir telah diambil kembali oleh pemiliknya, ternyata selama ini berada disisinya menunggu untuk di buka. Naruto meletakkan buku itu di atas mejanya lalu membuka setiap halaman demi halaman. Buku yang berisi tulisan rapi Sasuke itu menerangkan salah satu pelajaran yang paling sulit baginya. Hanya saja catatan ini lebih singkat dan lebih mudah di mengerti.
Naruto membuka setiap halaman demi halaman. Ia sama sekali tidak mengerti bagaimana mungkin Sasuke bisa menulis secepat dan serapi ini. Ia masih ingat ketika ia merobek buku catatan pertamanya pada pagi hari dan pada jam istirahat Sasuke sudah kembali memberikan buku ini padanya. Naruto terlalu sibuk memerhatikan buku di hadapannya sampai-sampai tidak menyadari bahwa kelas telah kosong. Untuk kesekian kalinya ia kembali memandang tempat kosong Sasuke. Hanya ada tas dan beberapa buku yang tersusun rapi di meja itu. Naruto melirik keluar jendela, memandang langit yang mulai gelap dan hujan yang mereda. Tapi udara malah tambah dingin.
Suara gesekan pintu yang terbuka dan langkah kaki yang cepat langsung menarik perhatian Naruto. ia menoleh ke arah Sasuke dan langsung merasakan beban berat di hatinya. Entah mengapa ia merasa sesak nafas.
Sasuke berdiri di dekat Naruto dengan wajah pucat. Seragamnya basah total. Rambutnya yang biasanya berdiri melawan arah gravitasi, kini tunduk. Tubuhnya gemetar karena kedinginan.
"Apa kau benar-benar tidak menemukannya?" Suara Sasuke yang biasanya terdengar tenang dan dalam kini bergetar. "Dompet itu berwarna hitam berbentuk segi empat. Kau tidak lihat?"
Naruto tidak langsung menjawab. Ia terlalu shocknya mengetahui bahwa Sasuke terus mencarinya tanpa memperdulikan dinginnya cuaca dan derasnya hujan. Ada rasa penyesalan di hatinya. Siapa yang sangka pemuda Uchiha yang begitu tangguh bisa terlihat begitu lemah dan kecil di hadapannya. Seharusnya Naruto merasa senang sekarang. Ia berhasil membuat Sasuke menderita dan membayar semua perlakuan yang ia terima selama ini. Tapi apa yang dirasakan Naruto malah sebaliknya. Rasa beban di hatinya bertambah berat begitu memandang mata Onyx Sasuke yang terlihat seperti memohon bantuannya.
Naruto menjilat bibirnya yang kering. Ia ingin minta maaf karena telah berbohong, tetapi kalimat yang keluar dari bibirnya adalah sebaliknya, "kau itu bodoh sekali ya? Untuk apa kau mati-matian mencari benda ini."
Naruto mengeluarkan dompet itu dari sakunya lalu meletakkannya di atas meja. Ia menggigit bibirnya sendiri. Ia benci dengan dirinya dan kesal dengan harga dirinya yang begitu tinggi.
Sasuke menatap benda itu. Ia mengambil dompetnya dengan ekspresi yang sulit untuk di baca. ia memeriksa isinya dan memastikan bahwa itu benar-benar merupakan dompetnya. Ia menarik keluar fotonya bersama keluarganya seraya menghela nafas lega. Ia masukkan kembali foto itu lalu tersenyum penuh arti. Sampai seketika ia sadar bahwa pemuda blonde yang telah membohonginya masih berdiri di sisinya.
Sasuke memandang Naruto dengan tatapan terluka. Tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya. Kemarahannya sepertinya membuat bibir Sasuke beku.
Naruto tidak berani buka mulut. Ia lebih memilih memandang bahu Sasuke ketika melihat mata Onyx Sasuke berkaca-kaca. Ada Sesutu yang menusuk-nusuk dadanya.
"Aku menyerah." Sahut Sasuke akhirnya. Ia melangkah menuju kursinya sendiri. membereskan barang-barangnya, lalu meninggalkan Naruto yang masih terpaku di tempatnya.
Inilah pertama kalinya Naruto merasakan perasaan ini. Perasaan aneh yang begitu misterius baginya. Kakinya terasa gemetar dan dadanya sesak. Ia bingung dan tidak mengerti. Mengapa jatungnya berdetak begitu cepat? Mengapa hatinya begitu sakit? Mengapa ia begitu ingin mengejar pemuda raven itu dan memohon maaf kepadanya?
Dan yang paling membuatnya heran adalah Mengapa ia tidak rela Sasuke menyerah terhadapnya?
Jaaaaa akhirnya saya memutuskan untuk memotongnya disini hahaha
Naru terlalu jahat ya? Narusasunya jadi kurang terasa? Sengaja kok *ketawa evil
Anggap saja ini sebagai pembalasan atas Fanfic saya yang Just one Kiss, disitu Sasukenya minta di gamparkan? Nah di sini Narutonya yang minta di gampar *gampar author
Sebenarnya mau saya jadikan satu chapter, tapi kayaknya kebanyakan deh, jadi mending saya potong disini aja dan saya jadikan dua chapter.
Mohon maap apabila banyak typo
Ada yang ingin dituliskan mengenai fanfic saya satu ini? Ketidakpuasan? Kritikan yang membangun? Atau pujian? *Cengengesan
Ada yang tertarik tentang kelanjutannya nanti?
Yuk Silahkan di ripiuh ^_^
Tidak ada kata terlambat untuk meripiuh loh
