Summary
Sakura memutuskan untuk lebih mendalami geisha disekolah pelatihan geisha. Di sana dia mengagumi Hyuga Hinata yang begitu sempurna. Namun semua pandangan Sakura terhadap Hinata seketika berubah. Terlebih lagi teryata identitas Hinata bukanlah seorang wanita tulen dan dia terpaksa harus melindungi Hinata bahwa di sekolah khusus wanita ini ada seorang pria yang bernama Hyuga Neji.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
My Boyfriend is a Geisha
"My Boyfriend is a Geisha" is mine
Naruto by Masashi Kishimoto
( Hyuga Neji & Haruno Sakura )
Romance, Drama, Humor, Angst
Au, Typos, Rate T, etc.
Please your review
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Prolouge
Dua gadis berbeda warna rambut itu menyusuri koridor dengan langkah yang amat perlahan. Tentu saja begitu karena gadis berambut hitam pendek yang tampak lebih tua dari gadis satunya yang memiliki rambut sewarna permen kapas itu memakai kimono lengkap. Tidak heran kalau langkahnya teramat pelan dan sebagai calon siswi baru, si rambut gulali harus maklum dengan situasi wajar di sekolah ini. Karena sudah menjadi peraturan tertulis yang mengharuskan semua geisha senior untuk memakai kimono dalam kegiatan sekolah sehari-harinya.
Si gadis berambut hitam itu - Shizune namanya - menjelaskan tiap inchi sekolah dengan detail kepada si rambut gulali. Senyum diwajahnya tak pudar sejak sedari dia bertatap muka dengan si calon siswi baru untuk pertama kalinya. Entah sadar atau tidak, dia terus saja bicara tanpa tahu bahwa lawan bicaranya itu sedang tidak fokus mendengarkannya. Meski dia cukup menanggapi seperti mengangguk, tersenyum atau sekedar mengiyakan ucapannya, namun sepasang emerald si rambut gulali tak pernah tertuju pada kedua bola matanya.
Gadis gulali itu seperti mencari sesuatu. Dapat diketahui dari kedu bola matanya yang tak pernah berhenti bergulir menjelajahi tiap tempat yang dilaluinya sejak dia memulai tur keliling calon sekolah barunya.
Pintu ruang kelas disisi kiri koridor bergeser terbuka. Dari sana keluarlah tiga orang gadis yang begitu berisik. Membuat perhatian siapapun tertuju pada mereka. Termasuk Shizune dan si gadis gulali yang memang sedang melalui koridor ini. Kedua emerald si gulali menyipit sedikit, memperhatikan ketiganya yang tampak seru membicarakan suatu hal. Sampai akhirnya dia menyadari sesuatu. Seketika matanya melebar tatkala dia mendapati sosok orang yang sangat dikenalnya berada diantara ketiga gadis itu.
"Ino !" Panggilnya cukup keras.
Seorang gadis pirang berkuncir ekor kuda menoleh. Tak sampai lima detik, sebelah aquamarinya yang tidak tetutup poni pirangnya melebar tatkala bersiborok pandang dengan si pemanggil. Perlahan senyumnya pun mengembang lebar.
"Sakura !"
Gadis gulali itu, Sakura, langsung menghambur dalam pelukan Ino tanpa mempedulikan Shizune yang diacuhkannya begitu saja. Shizune tersenyum melihat keduanya berbagi rasa dalam pelukan. Namun, coba lebih diamati lagi wajah manisnya dengan lebih seksama. Dipelipis kirinya terdapat tanda perempatan jalan yang samar dan senyumnya itu tampak sedikit menyeramkan apabila ada yang menyadarinya.
Dasar gadis tidak tahu sopan santun. Batin Shizune dongkol.
Pasalnya Sakura langsung meninggalkannya begitu saja tanpa mempedulikan dirinya yang masih memberikan pengarahan. Dan Shizune paling tidak suka dirinya diacuhkan.
Ruang pelatihan geisha pemula ini tampak sangat luas. Jauh didalam sana, para gadis-gadis muda terlihat sedang berlatih sendiri-sendiri. Ada yang sedang menyeduh teh, merangkai bunga, menulis kaligrafi, memainkan alat musik tradisional, menari dan menyanyi. Walau mereka melakukan kegiatannya masing-masing bukan berarti tidak ada yang tidak mengawasi mereka. Ada seorang wanita muda nan cantik yang mengarahkan setiap siswa. Dia tampak membenarkan, memberi contoh dan memberi pengarahan kepada siswi yang dirasanya belum benar dalam berlatih.
Wanita muda yang ternyata adalah seorang guru itu kini sedang mengarahkan gerakan tari seorang siswi dengan berdasar pada gerakan siswi lain yang dianggapnya sudah benar. Siswi yang dijadikan contoh itu sangat senpurna dalam menari. Kedua tangannya meliuk gemulai mengikuti alunan nada alat musik tradisional yang dimainkan beberapa siswi lain.
Siswi yang sedang menari itu begitu cantik. Rambut panjangnya yang berwarna indigo digelung rapi dengan sebuah konde berukir bunga sakura. Terlihat bagaikan seorang putri. Tanpa Sakura sadari, dia tak mampu berpaling dari sosok Yamato Nadeshiko itu.
" Ada apa Sakura ? " tanya Ino yang menyadari kemana arah mata Sakura.
Yang dipanggil menoleh pada Ino.
" Kamu seperti sedang memperhatikan sesuatu " lanjutnya.
Sakura tersenyum lantas menggeleng, " Tidak, aku tidak sedang memeperhatikan apapun. "
Tiba-tiba saja Ino tertawa geli. Membuat dahi Sakura berkerut melihat respon gadis pirang itu atas jawaban yang diberikannya. Memangnya ada yang salah ?
" Kamu nggak bisa membodohiku pinky " sindir Ino dengan masih menyisakan sedikit tawanya.
Kedua alis Sakura bertaut. Dia sudah hendak membuka mulutnya untuk menguarkan beberapa sanggahan tapi Ino sudah terlebih dulu kembali angkat suara. Mulutnya pun kembali menutup.
" Hyuga-san memang memukau. Tidak hanya kamu tapi hampir seluruh siswi disini mengaguminya " ujar Ino tanpa memandang Sakura. Sepasang aquamarine Ino tertuju ke satu arah. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum dan matanya tampak membiaskan cahaya kekaguman pada objek yang dilihatnya.
Sakura yang penasaran memutuskan untuk mengikuti arah pandangan Ino. Dan tahulah dia apa maksud perkataan Ino tadi. Dari sudut matanya Ino dapat melihat wajah Sakura yang memerah karena malu. Dia tertawa geli dalam hati.
" Jadi gadis itu namanya Hyuga ? "
Pertanyaan Sakura menyadarkan Ino dari lamunannya. Dia menoleh cepat pada Sakura yang ternyata masih menatap gadis berwarna rambut unik itu. Dia mengangguk membenarkan, walau tahu Sakura tidak sedang melihat padanya.
" Ya, Hyuga Hinata. Cantik bukan ? " Jawab Ino sambil tersenyum.
Hyuga Hinata. Gumam Sakura Dalam hati.
Senang.
Perasaan aneh yang tiba-tiba muncul tatkala dia tahu bahwa dia sekamar dengan si Yamato Nadeshiko alias Hyuga Hinata membuat Sakura menyunggingkan senyum yang kelewat lebar.
" S–salam kenal, namaku Haruno Sakura. Mohon bantuannya. " sapa Sakura sambil membungkukkan badannya dalam-dalam. Dia tidak mau membuat kesan buruk dipertemuan pertama dengan Hyuga Hinata.
Setelah dirasanya cukup, Sakura pun menarik kembali tubuhnya. Berharap mendapat jawaban salam dari teman sekamarnya itu, justru Hinata hanya diam tak bergeming. Gadis itu hanya berdiri tegak tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Tak ada seulas senyum, wajahnya datar tanpa ekspresi dan kedua irisnya yang berwarna lavender menatap Sakura dingin.
Sakura yang memang sudah gugup sedari tadi menjadi semakin salah tingkah ditatap sedemikian menusuknya. Senyum yang terkembang lebar lenyap sudah dari bibirnya. Kedua tangannya yang saling bertaut kini justru saling meremas. Dia juga tidak berani menatap balik kedua iris unik milik gadis bermarga Hyuga itu. Jadilah dia menundukkan kepalanya. Memilih menatap ujung sepatu fantovelnya daripada bertemu mata yang seolah ingin melahapnya hidup-hidup.
Tabi tiba-tiba saja gadis Hyuga itu membungkukkan badannya. Membalas salam Sakura dengan sama sopannya seperti yang dilakukannya tadi.
" Salam kenal juga Haruno-san. "
Sakura terkejut. Terlebih lagi ketika mendengar suara Hyuga Hinata yang kelewat lembut. Suatu kenyataan yang diluar perkiraannya.
Tak lama setelah tubuh tinggi Hinata menegak, barulah Sakura mendongakkan kepalanya. Hinata tersenyum. Manis sekali. Tak ada lagi ekspresi datar diwajahnya. Tak ada lagi tatapan sedingin es dikedua bola matanya. Seulas senyum yang sempat hilang dari wajah Sakura kembali muncul. Secara bersamaan dia pun dapat merasakan kedua pipinya yang serasa terbakar. Tahulah apa yang terjadi, gadis bersurai pink itu merona bak buah tomat yang siap panen, akibat dari luapan perasaan gembiranya karena Hinata telah menerimanya.
Sakura baru saja selesai mandi ketika dia mendapati kondisi kamarnya yang gelap gulita. Keningnya berkerut heran. Tingkat keherannanya pun menjadi bertambah tinggi tatkala melihat Hinata sudah tertidur pulas di tengah-tengah tempat tidur yang memang hanya ada satu di tiap asrama. Apa maksudnya ini ?
" Hyuga-san " panggilnya
Tak ada jawaban. Gadis itu sudah tidur rupanya. Tapi Sakura tidak bisa diam saja melihat kelakuan seenaknya gadis ini. Apa dia tidak ingat bahwa sekarang penghuni kamar ini ada dua orang ? Berarti mereka harus berbagi kan.
Sakura menghela napas. Ini harus diluruskan, pikirnya. Dengan ketetapan hati yang sudah bulat, dilangkahkan kakinya menuju dinding disebelah pintu kamar, dimana menempel sebuah saklar lampu disana.
Ctek.
Seluruh ruangan menjadi terang benderang.
Sakura berbalik, menyandarkan punggungnya pada tembok seraya bersedekap. Tatapannya tertuju pada punggung seseorang yang berbaring membelakangi pintu masuk ditengah tempat tidur. Sakura menghitung dalam hati. Menunggu.
Dan bingo ! Tepat dihitungan kelima, ada pergerakan di sana. Gadis Hyuga itu menggeliat. Sakura dapat mendengar dia menggumam atau lebih tepatnya menggerutu pelan. Akhirnya selimut itupun tersibak kasar. Menampakkan sosok gadis yang sedari tadi bergelung kini terduduk diranjang dengan muka kusut.
" Siapa sih yang menyalakan lampu " gerutunya.
" Aku, Hyuga-san. " Sakura menjawab tenang dari tempatnya.
Hinata menoleh ke asal suara. Dia mendengus kesal.
" Matikan lampunya, aku mau tidur. "
Sakura menyeringai samar. Dia melangkah pelan menuju tempat tidur. Hinata masih belum mengubah posisinya, setidaknya bergeser untuk memberikan sedikit tempat bagi Sakura, tetapi dia justru menatap Sakura dengan sebelah alis terangkat.
" Maaf tapi aku tidak bisa tidur tanpa lampu Hyuga-san " jawab Sakura.
Dia mendudukkan dirinya disamping ranjang. Mengangkat kedua kakinya ke atas ranjang sementara tangan kirinya menyibak selimut, bersiap menyembunyikan kai-kakinya dibalik kain tebal nan hangat itu. Namun baru satu kakinya yang menyusup masuk kedalam selimut, secara tiba-tiba Hinata menariknya, membuat pegangan Sakura terhadap selimut itu terlepas.
Sakura menatap Hinata dengan kening berkerut. Apa-apaan ini ?
" Kamu boleh tidur dimana saja asal tidak ditempat tidurku "
Kedua bola mata Sakura melebar. Bisa-bisanya dia berkata demikian. Pikir Sakura dalam hati.
Hinata berbalik memunggungi Sakura, merebahkan badan dalam posisi menyamping. Dia pun menarik selimut sebatas perut. Bersiap untuk tidur kembali.
Tiba-tiba saja Sakura tersenyum tanpa Hinata tau. Senyum ganjil yang...menyeramkan.
" Aku mengerti Hyuga-san. "
Tangan kanan Sakura terangkat perlahan. Tangan yang sudah mengepal itu berhenti tepat di depan dadanya. Aura hitam yang samar pun menguar sedikit demi sedikit dari tubuhnya. Sinar dimatanya pun menggelam dan bibirnya pun sudah tidak membentuk segaris senyuman lagi. Seringai lebar ala Joker dalam serial The Dark Knight lah yang kini menghias wajahnya.
Malam ini dia tidak akan membiarkan seorang Hyuga Hinata tidur nyenyak seperti malam-malam sebelumnya. Tidak karena telah berani membuat suatu perhitungan dengannya.
Pakaian yang didekap Sakura terjatuh dilantai. Tubuhnya membatu seketika. Napasnya pun tertahan, mulutnya terbuka sedikit dan kedua bola matanya membeliak lebar. Seluruh badannya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki gemetar hebat dengan wajah yang memias seputih cat tembok.
Disana, didalam kamar mandi, sesosok manusia berambut indigo yang digelung tinggi-tinggi juga tengah bersiborok mata dengannya. Dengan ekspresi yang tak jauh beda dengan Sakura. Syok dan kaget, raut wajah yang sungguh berbeda dari yang biasa diperlihatkannya secara umum. Air wajah yang selalu tenang dan berwibawa hilang tak berbekas dari parasnya yang kini tampak pucat.
Disan, didalam kamar mandi, sesosok manusia berambut indigo yang digelung tinggi-tinggi tampak bertelanjang bulat. Tanpa ada selembar benang pun menutupi tubuhnya yang polos. Namun bukan hal itu yang menyebabkan Sakura sampai begitu terguncang kalau hanya sekedar melihat tubuh tanpa busana sesama jenisnya. Tetapi, apa yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri benar-benar diluar nalarnya dan tidak bisa dipercaya.
Sosok berambut indigo yang digelung tinggi-tinggi itu bertubuh ramping. Otot-ototnya yang menonjol terbentuk sempurna, baik dikedua lengannya maupun di perutnya yang rata. Tidak ada buah dada yang menonjol. Dadanya rata membidang dengan kedua bahu yang lebar.
Mata Sakura bergulir ke bagian bawah tubuh sosok itu. Seketika itu juga dia merasa pasokan udara disekitarnya pun tercekat hanya untuk sekedar memekik tertahan. Apa yang dilihatnya benar-benar mengejutkan.
" AAA...mmpphhh ! " teriakan Sakura teredam oleh dekapan tangan seseorang yang sama sekali tidak diduganya. Sepasang emeraldnya semakin membeliak begitu menyadari milik siapa tangan besar yang tiba-tiba membekap mulutnya.
Sosok pemilik tangan itu telah berdiri menjulang dihadapannya tak kurang dari semeter. Membuat Sakura benar-benar menyadari bahwa identitas sosok yang sempat diragukannya itu adalah memang benar si gadis Hyuga, teman sekamarnya. Dan Sakura pun tahu bahwa gadis...bukan ! si Hyuga ini sangat-sangat marah. Aura kemarahan yang menguar dari tubuhnya lengkap dengan tatapan kedua matanya yang nyalang seoalah siap untuk melakukan apa saja terhadapnya.
" Diam atau kucekik hingga mati " ancamnya dengan suara berat dan dalam khas seoarang lelaki.
Tubuh Sakura yang memang sudah gemetar semakin bertambah gemetar lagi ketika mendengar suara baritone - yang berbanding terbalik dengan suara si Hyuga yang lembut - itu menyusup masuk kedalam indera pendengarannya.
Tak ayal, kepanikan pun memenuhi dirinya hingga dia mencoba untuk melepaskan diri. Dipegangganya tangan yang masih membekap mulutnya, berusaha melepasnya dan dia pun mencoba untuk mendorong si pemilik tangan. Tapi kekuatannya seketika menguap begitu kulit jemarinya bersinggungan dengan kulit dada si Hyuga yang masih basah.
Tanpa Sakura kehendaki, kedua bola matanya kembali bergulir ke bawah, ke daerah terlarang yang harusnya tidak boleh dilihatnya. Cepat-cepat dia mengalihkan tatapannya dari sana. Tepat pada saat itulah pandangannya mengabur. Dunia serasa berputar sampai akhirnya rasa pusing yang teramat sangat menyerang kepalanya dan kegelapan pun langsung memeluknya.
" Apa ?! Bagaimana bisa Hyuga Hinata berubah menjadi seorang lelaki ? Kamu pasti menculiknya ! " tuduh Sakura sambil menuding wajah Hinata yang terlihat santai-santai saja.
Si lawan bicara yang dituduh Sakura itu hanya bisa menghela napas lelah. Dia masih tetap mengeringkan rambut indigo panjangnya dengan handuk tanpa mempedulikan si gadis gulali yang dengan seenaknya mencapnya sebagai orang yang telah menculik Hinata selang satu detik setelah dia tersadar dari pingsannya. Padahal sudah dia jelaskan bahwa dia bukan penculik dan Hinata yang dikenalnya itu memang adalah dirinya.
" Cepat kembalikan dia atau aku akan melaporkanmu ke polisi ! " lanjut Sakura dengan ancaman.
Gerakannya mengeringkan rambut terhenti. Dia berpaling pada Sakura yang berdiri menyudut di pojok kamar. Sejak tersadar dari pingsannya gadis itu langsung menjaga jarak dengannya. Dia terlihat takut walau kedua emeraldnya masih berani menatangnya.
Hinata kembali menghela napas. Gadis ini tipe yang keras kepala. Gumamnya dalam hati.
Dia melangkah ke tempat Sakura. Kedua matanya tak lepas dari sosok gadis kurus berwarna rambut aneh yang bergerak semakin gelisah seiring dengan mendekatnya dia.
" Mau apa kamu ? Jangan mendekat ! " ujarnya panik.
Hinata terus saja mendekat, mempersempit jarak diantara mereka.
Tep
Langkahnya berhenti dengan jarak kurang lebih setengah meter didepan Sakura. Tangan kananya terangkat. Diletakkan tangannya di sisi kiri kepala si gadis gulali - menahan tubuhnya agar tidak mendempet tubuh Sakura - yang kini lebih memilih untuk menundukkan kepalanya.
Ditatapnya gadis itu tepat di manik matanya sebelum dia mendekatkan wajahnya hingga sejajar di telinga gadis yang hanya setinggi lehernya.
" Dengar, aku lah Hinata. Aku mempunyai alasan tersendiri kenapa harus mengubah namaku dan identitasku serta berada di sini. " bisiknya penuh penekanan.
Tak ada jawaban. Hinata jejadian itu dapat merasakan tubuh Sakura yang menegang.
Akhirnya dia menarik kembali tubuhnya dan melangkah menjauhi Sakura. Gadis itu mendongak. Menatap punggung Hinata jejadian dengan napas memburu.
" Namaku yang sebenarnya Hyuga Neji. "
Kedua emerald Sakura melebar. Hinata alias Neji menolehkan sedikit kepalanya, menatap Sakura dari balik bahunya.
" Hanya kamu yang tahu dan asal kamu tahu... " lanjutnya lagi seraya menggantung kalimatnya.
Sakura terdiam, hanya kedua alisnya yang sedikit bertaut. Tanda bahwa dia menyimak dan menunggu ucapan Neji selanjutnya.
" Bahwa orang yang mengetahui identitas asliku tidak akan pernah kulepaskan dari pengawasanku barang sedetikpun karena keberadaanmu dapat mebahayakanku. "
Sakura merasa tertohok hingga dia tak mampu berkata-kata. Neji kembali memunggunginya dan mengeringkan rambutnya lagi dengan handuk.
Sakura menggeram pelan. Kedua tangannya perlahan mengepal. Emosinya tersulut karena telah merasa dipermainkan oleh lelaki nyasar yang menyamar dengan tenangnya di tempat ini. Tangan kanannya terangkat dengan telunjuk yang menuding tepat ke wajah Neji.
" Harusnya aku yang bilang begitu baka. Kamu lah yang dapat membahayakan diriku di sini karena berada satu ruangan dengan seorang lelaki"
Neji menoleh. Tak lama kemudian sebuah seringai tampak diwajahnya.
" Jadi begitu, dasar wanita mesum "
Wajah Sakura langsung merona, " Apa ?! "
" Tenang saja nona. Aku homo "
Sakura kembali dibuat tertohok untuk kedua kalinya. Apa benar yang dikatakan gadis...bukan ! Tapi apa benar yang dikatakan pemuda ini ?
" Aku pun tidak berminat pada gadis kurus sepertimu kalau aku tidak homo sekalipun "
Sakura kembali mendidih. Untuk pertama kalinya, Sakura benar-benar merasa benci pada seseorang. Dan Hyuga Neji adalah orang yang dibencinya pertama kali dalam enam belas tahun hidupnya.
Arena Author :
Holla minna san :D
Perkenalkan saia author newbi, Sakura Hanami. Kalau yang biasanya saya hanya menjadi reader (ada yang tau saya ga ya ?) dan me-review setiap cerita (ga selalu sih) yang saya baca, maka sekarang saya memutuskan untuk mencoba beralih menjadi seorang author.
Ini masih percobaan dengan melepas prolog yang merupakan inti cerita dari beberapa chapter fanfic saya. Maka dari itu saya mohon kepada para pembaca untuk me-review "calon karya" saya ini. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk membangun semangat 45 saya yang masih tertidur, hehehe.
Sampai jumpa di Chapter 1 ya dan saya juga berharap (sangat banget malah) semoga fic ini benar-benar terealisasi.
Sekian dan terima kasih. Ditunggu ya Reviewnya :D
Salam
Sakura Hanami
