Bukan Akhir Persahabatan

:

Naruto Fanfiction

Spesial Chapter From Kehidupan Baru Boruto

:

Disclaimer : Masashi Kishimoto

:

Imajinasi879 a.k Taufiq879

::==\\==\\==::

:

:

:

Summary

Perpisahan bukanlah akhir dari persahabatan. Walau tak selamanya begitu, tapi ikatan batin yang terbentuk akibat persahabatan itu tidak akan mudah di lupakan. Persahabatan yang kuat akan melahirkan sebuah cerita yang hebat. Dan begitulah persahabatan Naruto dan Sasuke. Walau pernah berpisah akan suatu alasan, pada akhirnya mereka bertemu lagi dengan membawa keluarga mereka sendiri.

Warning

Sebuah cerita spesial yang masih berkaitan dengan cerita fanfiksi berjudul Si Miskin Boruto dan Kehidupan Baru Boruto. Di persembahkan khusus bagi seluruh penghuni situs Fanfiction ini khususnya bagi mereka penggemar Naruto Hinata dan Sasuke Sakura. Dan terlebih khusus lagi untuk para pembaca yang pernah membaca kedua judul cerita saya di atas.

Bagian pertama akan mengisahkan Uzumaki Naruto ketika berpisah dengan Sasuke dan menjalani kehidupan barunya setelah perang besar antara Mafia dan Techconnec hingga pada akhirnya bertemu lagi dengan Sasuke. Bagian Kedua akan mengisahkan Uchiha Sasuke ketika berpisah dengan Naruto dan menjalani kehidupan Barunya setelah perang besar antara Mafia dan Techconnec hingga pada akhirnya bertemu lagi dengan Naruto

Suka Pairnya tapi tidak suka Authornya, silakan tinggalkan pesan dan jangan di baca dari pada sakit mata.

:

:

:

Bagian 1 : Uzumaki Naruto

==\\==\\==

Setahun yang lalu terjadi sebuah pertempuran dahsyat di sebuah tempat di hutan Konoha yang melibatkan Techconnec dan Mafia, 2 organisasi non militer yang sudah berseteru sejak lama. Akibat pertempuran itu, banyak anggota dari kedua belah pihak berguguran.

Dan kini genap setahun pasca pertempuran besar itu. Keadaan pun kembali normal. Techconnec selaku perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia sudah berjalan layaknya perusahaan biasa tanpa adanya perseteruan yang mengarah kepada Kematian dan kehancuran.

Berbulan-bulan, Techconnec mulai melupakan semua hal-hal buruk yang terjadi setahun yang lalu. Di bawah pimpinan direktur tertinggi, Uchiha Sasuke, Techconnec menjadi satu-satunya perusahaan paling berpengaruh di Konoha.

Tepat pada hari itu, 2 orang paling berpengaruh dalam pertempuran besar itu sedang duduk bertatapan di sebuah ruangan dan terlibat dalam sebuah pembicaraan serius. Ia adalah Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto.

"Jadi kau... memutuskan untuk meninggalkan Techconnec?" tanya Sasuke.

"Ya, keputusanku sudah bulat. Aku sudah tidak mau berlama-lama lagi di sini," kata Naruto.

"Apa boleh buat. Kau sudah membuat Keputusan yang penting dan mungkin akan mempengaruhi hidupmu walau entah itu negatif atau positif," ucap Sasuke lalu berdiri dari kursinya dan menatap keluar jendela melihat jalan raya sehingga membelakangi Naruto, "dan apa alasanmu sehingga kau memutuskan untuk meninggalkan Techconnec yang selama ini sudah kita lindungi mati-matian bersama?" tanya Sasuke.

"Sederhana, Aku sudah tidak bisa membuat dosa-dosa lagi. dosaku sudah banyak dan di tambah pertempuran itu, dosaku meningkat drastis. Aku mau menjadi orang yang lebih baik dari yang sekarang. Makanya aku memutuskan untuk meninggalkan Techconnec dan kota ini untuk pergi ke sebuah kota dan menjalani kehidupan yang baru layaknya orang normal," ucap Naruto.

"Jadi begitu," Sasuke menghembuskan nafas, "padahal di sini kehidupanmu terjamin. Gajimu juga terjamin. Tidak ada jaminan jika di luar sana kau akan sukses. Jadi aku minta kau memikirkannya baik-baik," lanjut Sasuke.

"Aku sudah membulatkan tekat. Aku sudah menerima semua kemungkinan yang akan terjadi. Hidup miskin bagiku tidak masalah. Aku sudah mengalaminya bahkan sejak aku kecil," ucap Naruto.

"Baiklah. Kau yang buat Keputusan ini. Dan aku sudah tidak bisa melarangmu pergi. Tapi satu hal yang perlu kau ingat Naruto. Kau pergi dari Konoha meninggalkanku dan juga Techconnec tidak akan mengubah jati dirimu. Kau seorang pejuang Techconnec sama sepertiku dan pengawal yang lain," Sasuke berbalik dan menghadap Naruto, "dan kau pasti tahu apa yang di lakukan seseorang hingga mendapatkan gelar pejuang Techconnec, yaitu membunuh," ucap Sasuke.

"Aku tahu. Walau aku sudah berubah, gelar itu akan selalu menempel padaku, yang bisa kulakukan adalah membersihkan diriku dan tidak pernah berurusan dengan mereka lagi," ucap Naruto.

Sasuke berjalan mendekati mejanya lalu membuka laci. "Kapan kau mau pergi?" tanya Sasuke sambil mencari sesuatu dalam laci tersebut.

"Sekarang aku akan pulang dan bersiap-siap. Dan besok aku akan meninggalkan Konoha dengan menggunakan kereta," ucap Naruto.

Sasuke mengeluarkan sesuatu dari dalam laci dan memberikannya pada Naruto. "Bawalah. Aku mau kau selalu mengingat kami yang ada di Techconnec. Meski ingatan tentang pertempuran besar itu ingin kau lupakan. bawalah ini bersamamu. Ada banyak kenangan semasa perang yang tak boleh kau lupakan," ucap Sasuke.

"Baiklah. Akan aku bawa ini bersamaku. Tapi jika suatu ketika aku menjualnya, janganlah marah padaku," ucap Naruto.

"Terserah kau saja. Dan juga nanti sebelum pulang mampirlah ke bendahara untuk mengambil gajimu bulan ini dan ambil bonusmu. Jumlahnya memang tidak besar, tapi bisa untuk menyambung hidupmu selama beberapa bulan jika kau berhemat," kata Sasuke.

"Terima kasih," ucap Naruto lalu berdiri dan memasukan pistol yang di berikan Sasuke ke tas miliknya.

"Jaga dirimu. Dan jika suatu saat kau berkunjung ke Konoha, mampirlah ke tempatku. Aku akan selalu menerimamu," ucap Sasuke.

"Maaf Sasuke. Aku tidak bisa... aku sudah memutuskan untuk tak mengunjungimu lagi. aku ingin melupakan hal-hal buruk ini. Tapi... aku tidak akan pernah melupakanmu dan semua yang telah kau lakukan padaku," ucap Naruto.

"Ahh, jadi begitu. Mau bagaimana lagi. semua terserah padamu. Kau yang membuat semua Keputusan ini. Tapi jika kau membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk memintanya padamu. Selama ini aku berhutang nyawa padamu jadi jangan ragu," ucap Sasuke.

"Aku akan pergi sekarang. Aku mau bertemu dengan Bendahara dan mengambil uangku," ujar Naruto.

"Ya, silakan," ucap Sasuke.

Keadaan sunyi beberapa detik. Tak seorang pun dari kedua remaja yang baru menjadi orang dewasa itu berkata sesuatu. Sasuke dan Naruto hanya berdiri sambil bertatapan. Antara Naruto dan Sasuke tak memiliki sesuatu untuk di bahas lagi.

Hingga pada akhirnya Sasuke berkata sesuatu. "Sepertinya sekarang... sudah waktunya kita berpisah dan menjalani hidup masing-masing," kata Sasuke.

"Ya, kita adalah 2 orang dewasa yang akan menempuh hidup baru setelah hari ini. Jadi kita akan berpisah dan mungkin tidak akan bertemu lagi," ucap Naruto.

"Kalau begitu Selamat tinggal, kawan," ucap Sasuke.

"Bagaimana dengan sebuah jabat tangan perpisahan?" tanya Naruto.

Mereka pun melakukan jabat tangan persahabatan mereka yang sudah mereka lakukan semenjak SMA. Jabat tangan persahabatan itu cukuplah panjang hingga menghabiskan 10 detik hingga pada akhirnya berakhir dengan keduanya saling menepuk bahu satu sama lain.

==\\==\\==

Sudut Pandang Naruto (Naruto POV)

Setelah keluar dari ruangan Sasuke, aku melanjutkan perjalanan untuk menemui bendahara Techconnec untuk mengambil uang yang di janjikan Sasuke padaku. Aku berjalan dengan santai sambil melihat sekeliling untuk melihat Techconnec untuk yang terakhir kalinya.

Setelah mengambil uangku yang berjumlah sekitar 20 juta itu, aku berjalan menuju atap. Di sana aku melihati kota Konoha dan pemandangannya sekitar 10 menit hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan bersiap-siap untuk pergi besok pagi.

Aku tinggal di apartemen yang dulu pernah aku dan Sasuke tinggali sewaktu masih sekolah. Walau setelah Sasuke menjadi pimpinan Techconnec, aku tinggal sendiri di sana. Banyak kenangan di apartemen itu yang tidak bisa kulupakan. Banyak sekali kejadian suka maupun duka yang kulewati di apartemen itu.

Aku merapikan apartemen lalu menyiapkan semua barang-barang yang bisa aku bawa. Tujuanku adalah sebuah kota yang cukup jauh dari kota Konoha yaitu kota kumogakure. Semakin jauh semakin bagus untukku.

Keesokan paginya, aku pergi. Aku sempat mengirim kabar ke Sasuke yang mengatakan aku akan pergi. Sasuke pun hanya menyuruhku untuk berhati-hati. Dan setelah itu ia pergi menuju stasiun dengan memakai jasa taksi.

Setibanya di Stasiun, aku pun langsung memasuki kereta yang kebetulan telah datang. Bisa di bilang aku hampir saja terlambat. Dan perjalananku pun di mulai. Walau kota tujuanku jauh, tapi masih dapat di tempuh dengan kereta karena ada rel yang menghubungkan Konoha dengan kota kumogakure. Walau ada yang lebih jauh lagi sehingga tidak bisa di tempuh dengan jalur darat walau sebenarnya bisa hanya memakan waktu berhari-hari.

Tak terasa aku sudah menghabiskan waktu sekitar 10 jam di dalam kereta. Aku mengeluarkan sejumlah uang dan memanggil pelayan untuk memesan makanan karena perutku mulai lapar. Perjalanan tinggal beberapa jam lagi.

Beberapa jam kemudian kereta berhenti dan aku pun turun. Kebetulan aku membawa 2 tas sehingga tas pertama aku pakai dan tas kedua aku pegang. Aku pun berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi dan pergi mencari tempat tinggal.

==\\==\\==

Aku tiba di sebuah kompleks perumahan. Ada rumah yang di sewa di kompleks itu sehingga aku memutuskan untuk ke sana. Walau bukan rumah yang mewah, tapi bukan masalah bagiku.

Waktu saat itu sudah malam dan gelap. Aku masih berjalan mencari rumah yang di sewakan. Cukup lama aku berjalan hingga pada akhirnya aku berjumpa dengan tulisan yang bertuliskan "Di sewakan" aku mencari nomor telepon di tulisan itu dan menghubunginya.

Beberapa menit kemudian sudah tercipta kesepakatan. Aku bisa menyewa rumah itu dengan bayaran 2 juta sebagai setoran awal. Aku hanya perlu menunggu kedatangan pemilik rumah untuk membayar uang muka dan menerima kunci.

Karena tas yang aku gendong berat, makanya aku menaruhnya di tanah beserta tas yang aku pegang. Namun tiba-tiba saja seseorang muncul dan mengambil salah satu tasku. Aku pun berteriak "Woi, maling!" dan tanpa pikir panjang aku meninggalkan tasku yang satunya lagi dan berlari mengejar maling itu sambil berharap tasku yang kutinggal tidak ikut di ambil oleh maling yang lain.

Dia berlari dengan cepat. Tapi aku lebih cepat. Ia benar-benar mencari masalah dengan orang yang salah. Ia melihatku yang sudah tepat berada di belakangnya. Ia pun menambah kecepatannya begitu pun denganku. "Menyebalkan! Berhenti. Itu berisi uang untuk aku hidup!" ujarku sambil mengejarnya.

Aku melihatnya menjadi kelelahan. Aku pun berlari menyampinginya kemudian mendahuluinya. Ia berbelok namun aku dengan cepat menendangnya hingga terpental dan menghantam tanah dengan keras.

"Huhh, dasar menyebalkan," desahku padanya lalu mengambil paksa tasku darinya. "Kenapa kau mencuri tasku?" Tanyaku sambil berusaha meraih sesuatu yang ada di dalam tasku sambil melihatinya yang sedang berusaha kabur.

Aku mengarahkan pistol kepadanya. "Jawab aku? Kenapa kau mencuri tasku?" Tanyaku sekali lagi. melihatku menodongkan pistol ke arahnya membuatnya diam dan tak berani melawan ataupun kabur.

"Maaf, ampun. Ampun. Saya terpaksa. Saya terpaksa mencuri. Tolong jangan bunuh saya. istri saya sakit, harus di operasi dan saya butuh uang. Maka saya mencuri. Tolong ampuni saya," jawabnya.

"Huhh, dasar. Kau ini. Padahal kau masih sehat dan masih mampu kerja. Kenapa kau malah mencuri. Jika istrimu sakit, sebaiknya kau bekerja ekstra dan bukannya mencuri," ucapku lalu memasukan pistol kembali ke dalam tas.

"Ampun. Maafkan saya. tolong jangan lapor saya ke polisi. Istri saya membutuhkan saya," ujarnya.

Aku tidak tahu apakah orang di hadapanku ini berkata jujur atau bohong. Tapi aku tidak terlalu memperdulikan hal itu. Yang penting tasku berhasil kudapatkan kembali. setelah mengembalikan pistol itu, aku mengeluarkan 10 juta dari tasku dan melemparnya ke arah orang di hadapanku.

"Beritahu namamu padaku," titahku padanya

"E-ezio. Namaku Ezio," ujarnya.

"Itu untukmu. Jangan mencuri lagi. dan kuharap istrimu benar-benar sakit. Tapi jika kau menipuku, maka jika kau memang punya istri maka istrimu itu akan sakit lalu mati," ucapku sambil menyodorkan uang itu padanya.

"Ini kebanyakan. Aku hanya butuh 7 juta saja," ucapnya.

"Ambil saja. Dan kuharap dengan uang itu kau tidak mencuri lagi. manfaatkan uang yang kuberikan padamu itu," ucapku lalu meninggalkannya.

"Terima kasih, terima kasih banyak. Aku akan selalu mengingat kebaikanmu," ucapnya sambil bersujud padaku yang sedang berjalan meninggalkannya.

==\\==\\==

Aku kembali ke rumah yang di sewakan itu lagi. aku di buat kaget karena tas yang aku taruh di bahu jalan hilang. aku menjadi panik sendiri dan mengutuk dalam hati si pelaku yang mencuri tasku.

Tapi tiba-tiba seseorang membuka pintu rumah yang di sewakan itu dari dalam. "Hey! apa kau yang tadi menelepon dan mau menyewa rumah ini?" Tanya orang itu padaku.

"Y-ya," jawabku ragu.

"Bagus, kemarilah. Oh apa tas di bahu jalan itu milikmu?" Tanyanya.

"Ya, apa anda melihatnya?" Tanyaku.

"Ya, aku menyimpannya karena kupikir milikmu. Kau ini ceroboh sekali. Di sini rawan, Banyak pencuri jalanan, kau harusnya berhati-hati. Masuklah, kita bicarakan administrasi di dalam," ucapnya.

Beberapa menit kemudian, rumah itu pun sudah kusewa dan bisa kutempati. Fasilitasnya pun sudah lengkap. Ada televisi, Kulkas. Ranjang, dan lain-lain. Setelah hari yang melelahkan ini, tak ada yang lebih baik selain tidur di malam hari.

3 hari kemudian, saat sedang sarapan aku di buat kaget dengan suara bel pintu. Itu aneh karena aku masih baru dan tentu belum memiliki tetangga dan bahkan belum mengenal mereka sehingga tak mungkin mereka bertamu. Aku berjalan dan membuka pintu. Ternyata dia adalah Ezio. Orang yang pernah merampokku.

"Ada apa?" Tanyaku datar.

"Umm... Ini," dia menyodorkan sejumlah uang padaku, "aku kembalikan sisanya. Maaf Cuma tersisa 3 juta. Tapi aku sangat berterima kasih. karena anda, istri saya selamat," ucapnya.

"Aku senang mendengarnya. Tapi sebaiknya kau simpan saja. Hitung-hitung modal untuk buka usaha agar tidak merampok lagi,"

"Anda baik sekali. Saya merasa bersalah dan malu karena pernah berusaha merampok anda," ucapnya.

"Jika waktu itu kau tidak merampokku, pasti belum tentu istrimu sembuh sekarang, hal itulah yang kunamakan takdir,"

Kami mengobrol cukup lama hingga pada akhirnya ia pamit dan pulang. Tapi sebelum dia pulang, ia mengatakan sesuatu padaku. "Jika kau mendapat masalah, bilanglah padaku. Jika kau di ganggu sama preman di sini, sebut namaku," ucapnya.

==\\==\\==

1 bulan sudah kulewati. Tapi aku belum juga memiliki sebuah pekerjaan. Uang-uang sudah habis kupakai untuk makan dan membeli perabotan rumah yang lainnya yang tidak di sediakan pemilik rumah.

Dan lagi kupakai untuk membayar biaya sewa sebesar 1 juta. Uang yang di berikan Sasuke pun sudah habis dan yang tersisa hanya uang simpananku yang tak lebih dari 10 juta. Kebiasaanku saat di Konoha sekarang terasa di sini. Di Konoha aku suka menghabiskan uangku untuk membeli semangkuk ramen spesial dan terkadang bukan semangkuk. Barang-barang di sini juga mahal. Mungkin aku sudah sedikit salah mengambil langkah.

Tapi tidak masalah bagiku. Aku pria dewasa yang bisa menjalani jalan yang telah kupilih. Aku harus mencari pekerjaan yang setidaknya memiliki penghasilan 2 juta per bulan agar bisa tetap tinggal di rumah ini. Kan sayang, aku sudah mengupgrade rumah ini menjadi lebih baik dengan perabotan-perabotan yang baru kubeli.

Walau aku sudah pernah mencari pekerjaan dan gagal untuk mendapatkannya, aku tidak putus asa untuk mencari. Awalnya aku mencari pekerjaan dengan gaji yang cukup besar dan gagal. Aku sadar, aku harus memulai dari bawah agar bisa sampai ke atas. Sama seperti di Techconnec, Aku tidak bisa langsung secara instan menduduki jabatan tinggi.

Awalnya aku di masukan Sasuke di Techconnec hanya sebatas pengawal biasa. Namun lama kelamaan aku menduduki posisi penting dan menjadi pelatih. Dan tak lama kemudian menjadi tangan kanannya dan menjadi pengawal andalannya dan menjadi ketua tim pengawal khusus Sasuke dan mungkin hanya hitungan bulan sejak aku meninggalkan Techconnec, aku bisa menjadi wakil direktur perusahaan telekomunikasi terbesar itu.

Aku sadar. Aku harus mencari pekerjaan yang sederhana dengan gaji kecil. Nantinya mungkin aku akan menduduki posisi yang cukup penting di pekerjaanku itu jika aku bekerja keras. Aku berjalan menyisiri kota Kumogakure. Tapi aku tidak berani ke pusat kota karena pasti hanya orang-orang berpendidikan saja yang bisa bekerja di sana.

Aku melamar kerja di toko-toko namun di tolak dengan alasan sudah penuh. Warung makan, sama hasilnya. Perusahaan-perusahaan kecil, mereka mengatakan aku tidak berpengalaman. Yah, aku hampir putus asa.

Uangku memang masih sekitar 9 juta. Tapi itu tidak akan bertahan lama. Paling hanya cukup untuk beberapa Minggu ke depan. Aku pun belum membeli pakaian-pakaian baru yang sekiranya cocok dengan gaya di kota ini. Dan jika uangku tinggal 5 juta, mungkin ada baiknya jika ku pakai untuk pulang ke Konoha dan menemui Sasuke dan memohon padanya untuk menerimaku kembali bekerja di perusahaannya dan menyatakan bahwa rencana hidup baruku gagal.

Tapi aku tetap menjunjung tinggi prinsipku. Aku tidak ingin kembali ke Konoha dan bertemu Sasuke. Aku tidak mau mengingat masa lalu yang suram. Aku terus berjalan berharap aku menemukan sebuah tanda bertuliskan "Menerima lowongan." Tapi sepertinya itu hanya harapan yang tak terkabulkan. Aku hanya terus berjalan menyisiri kota untuk menemukan tempat yang bisa ku lamar.

Hingga tiba-tiba aku lewat di depan sebuah bangunan yang sedang di bangun. Dan aku pun mengingat masa laluku di mana aku dulu bekerja sebagai buruh bangunan. Saat itu aku bercita-cita untuk menjadi seorang pekerja bangunan yang bekerja untuk sebuah perusahaan konstruksi.

Aku melihat sang mandor yang sepertinya sedang berbicara kepada pemilik proyek. Aku pun mendekat dan bertanya pada si mandor. Saat aku memasuki area pembangunan, si pemilik proyek itu pun pergi meninggalkan sang mandor melakukan tugas-tugasnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" katanya begitu saya mendekat.

"Ini jasa perusahaan kontraktor apa ya?" tanyaku.

"Oh kami bekerja untuk PT. Bangun Mandiri asal Konoha. Masa anda tidak mengenali kami dari seragam kami? Dan juga padahal kami cukup terkenal di kota ini. Bahkan sampai ada 1 cabang perusahaan PT. Bangun Mandiri di kota ini" Tanyanya.

"Ooh, PT. Bangun Mandiri. Aku ingat. Kalian itu yang membangun rumah keluarga Uchiha kan?" Tanyaku.

"Ya, tapi itu tim yang lain. Bukan kami. Dan maksudku tim sebelum kami bekerja di Bangun Mandiri," ucapnya.

"Ya, saya mau bertanya? Apakah di sini masih menerima lowongan pekerjaan?" tanyaku.

"Jadi Cuma mau bertanya lowongan. Maaf, kami sudah penuh. Beberapa hari yang lalu kami baru menerima 5 orang baru dari kota ini," ucapnya.

"Hufft, baiklah. Tapi apa tidak ada posisi lagi. saya cukup berpengalaman walau tidak punya ijazah," ucapku.

Ternyata, ada seseorang yang sepertinya menguping pembicaraan kami. Dan dia adalah Ezio yang kemudian menghadap sang mandor. "Pak, izinkan orang ini bekerja di sini. jika memang penuh, saya siap di gantikan olehnya," ucap Ezio.

"Ada apa memangnya? Kenapa kau mau keluar agar orang ini bisa masuk?" Tanya sang mandor pada Ezio.

"Ceritanya panjang pak. Intinya berkat dia istri saya bisa di operasi," ucap Ezio.

"Begini saja. Kebetulan saya butuh orang untuk membuat saluran air atau got atau parit di area konstruksi ini. Dan kau lihat semua pekerja sibuk dengan bangunan utama. Jadi jika kau memang mau bekerja di sini, buatlah saluran air got di sini. akan kuberikan denah rancangannya padamu jika memang kau mau, tapi ada syaratnya. Hasilnya harus bagus sesuai yang aku harapkan," ucapnya.

Aku bahagia dan tanpa pikir panjang aku menerimanya. aku menerima dengan sepenuh hati. Sang mandor menyuruhku untuk bersiap sementara ia pergi untuk mengambil denah dan rancangan konstruksi saluran got di area konstruksi ini.

Tak lama kemudian ia menyerahkan kepadaku secarik kertas. Aku pun melepas mulai bekerja. Namun Ezio tidak membantuku karena ia masih sibuk mengangkati semen dan pasir. Aku bekerja sendiri dalam membangun saluran itu.

Mengambil pasir sendiri, batu bata sendiri, semen sendiri dan kerja pun sendiri. Tapi aku tidak mengeluh. Aku kerja sepenuh hati dan berharap suatu saat nanti posisiku bisa penting di tim ini. Ya, itu yang kuharapkan makanya aku memutuskan untuk bekerja di sini.

Aku mulai dengan mencampur semen. Setelah selesai aku mulai menyusun batu bata itu dengan semen. Aku mengikuti rancangan dengan sangat berhati-hati. Itu karena ini adalah got yang sudah di rancang sedemikian rupa dan bahkan jaraknya pun harus presisi. Panjangnya pun harus sesuai dengan yang ada di rancangan.

Aku pun sudah membangun saluran sepanjang 3 meter walau batu batanya belum kulapisi dengan semen. Hari pun sudah semakin sore dan banyak pekerja yang mulai meninggalkan area pembangunan.

Sang mandor menghampiriku. "Kerja bagus. Aku bisa menerimamu bekerja di sini. tapi untuk sementara tugasmu adalah membangun saluran got itu. Kau bisa pulang dan beristirahat sekarang," ucapnya lalu memberiku sebuah kardus.

"Apa ini?" Tanyaku.

"Itu seragam dan perlengkapan lainnya yang kau butuhkan dan harus kau kenakan selama bekerja, walaupun kau belum resmi kuterima, tapi seragam itu penting terutama perlengkapan keamanannya," ucapnya lalu pergi meninggalkanku. Tak lama kemudian Ezio menghampiriku dan mengajakku pulang.

Dalam perjalanan kami terlibat pembicaraan kecil. Ezio menceritakan pengalaman pertama ia merampok dan pada akhirnya ia tobat setelah menerima uang dariku. Aku pun menceritakan sedikit kebenaran pada Ezio. Aku menceritakan alasan kepergianku dari Konoha dan datang ke Kumogakure. Aku juga menjelaskan mengapa sampai bisa aku menodongnya dengan pistol yang kuambil dari tas yang hendak ia curi.

Semenjak itu, aku mulai akrab dengannya. Walau ia adalah mantan perampok, tapi aku tidak mempermasalahkannya karena dulunya mungkin aku lebih bengis dari sekedar perampok yang hanya mencuri sejumlah uang milik seseorang. Kini ia sudah bertobat dan mungkin mengabdi padaku yang sudah membuatnya berubah.

==\\==\\==

Aku merebahkan diriku di kasur. Hari ini pekerjaan cukup melelahkan bagiku. Mungkin ini karena baru pertama kali sejak terakhir kali aku bekerja sebagai buruh bangunan. Malam itu aku mengenang masa kecil di mana aku waktu itu bekerja juga sebagai buruh. Dan kini aku bekerja lagi sebagai buruh bangunan.

Setiap hari Ezio datang menjemputku untuk bersama-sama berjalan menuju area konstruksi. Namun sebelum menuju area konstruksi aku mengajak Ezio untuk sarapan terlebih dahulu di sebuah warung yang tak jauh dari area konstruksi. Dan setelah selesai sarapan, kami pun berjalan menuju area konstruksi untuk melanjutkan pekerjaan kami.

Aku pun mulai bekerja dengan ekstra kembali. kali ini targetku adalah menyelesaikan 5 meter kemudian kulapisi dengan semen. Namun ternyata semua di luar perkiraan. Aku mampu mencapai target saat siang. aku di ajak Ezio untuk makan dan setelah makan aku kembali lagi bekerja melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Dalam seminggu aku berhasil menyelesaikan got sepanjang 150 meter yang mengelilingi Area konstruksi sendirian. Sang mandor pun terkesan dengan hasilnya. Ia pun merekomendasikanku untuk menjadi pegawai tetap dan terdaftar di perusahaan pusat. Aku pun meminta sang mandor untuk merekomendasikan Ezio.

Aku pun turut membantu pembangunan bangunan utama. Dan dalam sebulan, proyek itu pun selesai dengan hasil yang memuaskan. Anggota tim yang berjumlah banyak membuat pekerjaan menjadi cepat selesai.

Aku pun menerima bayaran sebesar 5 juta. Dan merupakan gaji pertamaku setelah melakukan pekerjaan yang sangat menguras tenaga.

==\\==\\==

Karena aku dan Ezio merupakan buruh tetap atau kata halusnya pekerjai tetap, aku dan Ezio pun harus rela meninggalkan rumah untuk melakukan proyek di tempat lain dalam jangka waktu yang lama. Ezio pun harus rela meninggalkan istrinya untuk bekerja di tempat lain walau masih masuk wilayah kota Kumogakure.

Bekerja sebagai buruh bangunan tanpa Ijazah membuat kami tidak memiliki gaji tetap. Gaji hanya mendapat upah setiap Minggu yang jumlahnya bervariasi tergantung harga proyek yang kami kerjakan. Kadang cukup untuk kebutuhan kami dan kadang kurang. Honor kami terbesar adalah ketika proyek yang kami kerjakan selesai dan terkadang ada bonus. Bagiku upah berapa pun akan cukup selama aku bisa membayar sewa rumah dan tetap bisa makan selama selama seminggu walau jika di hitung-hitung jumlahnya tidak lebih dari 1,5 juta sebulan. Tapi bagi Ezio yang telah berkeluarga, upah yang ia dapat tidaklah cukup apalagi ia memiliki seorang istri dan 2 orang anak yang perlu makan dan sekolah. Mendengar cerita itu, aku memutuskan untuk tidak memutuskan mencari pacar dan menikah sebelum aku sukses dalam perjalananku ini.

Sudah genap setahun semenjak aku meninggalkan Konoha, Techconnec, dan Sasuke. Terkadang aku jadi memikirkan mereka bertiga di kala ingin tidur. Aku juga memikirkan kehidupan Sasuke yang begitu mewah dan selalu memakan makanan yang enak-enak. Sementara aku di sini terkadang hanya makan mi instan. Namun ada 1 hal yang paling kurindukan, yaitu Ramen. Di Kumogakure sangatlah sulit untuk mendapatkannya dan jika ada pun harganya cukup mahal. Bahkan ada malam di mana aku sangat ingin makan ramen yang membuatku tidak bisa tidur sampai pagi karena terus memikirkan itu.

Suatu ketika, tugas memanggilku lagi. Ada sebuah proyek besar di sebuah desa yang masihlah berada di dalam wilayah Konoha. Itu adalah proyek besar yang sangat mahal milik perusahaan Techconnec. Proyek itu di berikan pada tim kami yang sudah cukup terkenal dalam mengerjakan proyek-proyek besar di kota Kumogakure dan sekitarnya. Dan lagi pula timku ini sebenarnya penempatannya adalah di perusahaan pusat. Tapi karena di perusahaan cabang kota Kumogakure kekurangan tim pekerja bangunan, tim ini pun di datangkan dari Konoha. Walaupun begitu, pekerjanya bervariasi sehingga tidak semuanya orang Konoha.

Jadi keesokan paginya, aku bersama mandor dan 56 pekerja lainnya pun berangkat menuju desa itu. Setibanya di sana, kami pun segera menuju lokasi pembangunan dan membangun tenda peristirahatan tak jauh dari lokasi konstruksi akan berjalan. Sang mandor pun menjelaskan mengenai proyek yang akan kami kerjakan. Proyek itu adalah proyek pembangunan Laboratorium Teknologi Techconnec dan juga gudang penyimpanan barang milik perusahaan Techconnec. Bagi pekerja lain itu adalah proyek yang menguntungkan. Tapi bagiku itu adalah proyek yang membuntungkan karena aku harus mengingat kembali masa-masa suram sewaktu masih menjadi bagian dari Techconnec.

Tiba-tiba saja ketika sang mandor menjelaskan mengenai proyek ini pada kami, seseorang berjas biru tua bersama 2 orang berjas hitam yang merupakan pengawal Techconnec. Aku menjadi panik seketika, aku masih belum mau keberadaanku di ketahui oleh mereka. Ingin aku pergi dan keluar dari perusahaan konstruksi agar aku tidak perlu mengerjakan proyek ini yang malah membuatku terus mengingat masa lalu yang suram. Tapi itu adalah tindakan bodoh yang mungkin akan membunuhku karena kelaparan sebab tak punya uang.

Orang berjas biru itu pun menjabat tangan si mandor lalu bercakap-cakap dengan nada pelan. Lalu setelah itu, ia berbicara dengan kami. "Selamat sore semua! Perkenalkan nama saya Suigetsu, penanggung jawab proyek ini dari pihak Techconnec. Ini proyek besar dan kuharap bisa selesai tanpa kesalahan-kesalahan yang bisa merugikan kedua perusahaan."

Di saat Suigetsu berbicara, para pengawalnya terus memperhatikan sekitar dan memandangi kami satu-persatu. Aku menjadi panik seketika. Namun beruntung aku memakai jaket Hoody sehingga aku bisa menutupi kepalaku dan menutup mulutku agar tidak di kenali oleh kedua pengawal itu. Dan ada alasan kuat mengapa mereka bisa mengenaliku. Akulah pemimpin tertinggi pengawal Techconnec. Walau aku tidak mengenal mereka, tapi mereka tetap akan mengenalku. Meskipun mungkin orang bernama Suigetsu itu tidak mengenalku karena aku sama sekali belum pernah bertemu dan bahkan melihatnya.

Menutup kepala dan mulut ternyata mengundang atensi para pengawal dan Suigetsu. Terhadapku. Aku tetap tenang karena kedua pengawal itu kembali memilih memperhatikan sekitar ketimbang memperhatikanku.. "Kau, kau kenapa? Apa kau sakit? Kuharap tidak karena aku tidak akan mengizinkan orang sakit bekerja di sini dan menghambat proses pembangunan. Siapa namamu? Akan kupastikan kau mendapat izin istirahat beberapa hari hingga kau sembuh," ucap Suigetsu.

"Naruto, pak," ucapku dengan pelan. Dan lagi atensi para pengawal itu terundang untuk melihat ke arahku dengan rasa penasaran. "Naruto, jika kau memang sakit istirahatlah. Aku tidak mau ada yang sakit tapi memaksa bekerja, nyawa itu mahal dan kami di Techconnec sangat menghargainya terutama para pekerja lapangan milik Techconnec," ucap Suigetsu.

"Saya tidak sakit pak. Hanya kedinginan. Ini pertama kali bagi saya ke desa, tak kusangka udaranya dingin sekali," ucapku sedikit berbohong.

"Oh begitu, ya memang sedikit dingin. Tapi suhu udaranya tidak berbeda jauh dengan di Konoha," ucap Suigetsu lalu pergi.

Keesokan paginya, aku pun terbangun dari tidur akibat suara ribut yang di timbulkan oleh rekan-rekanku yang sedang bersiap-siap untuk bekerja. Diantaranya ada yang sedang menyiapkan alat-alatnya, ada yang sedang makan, ada yang berolah raga, ada juga yang masih tertidur, dan ada yang ngopi sambil merokok. Tidak ada yang mandi dan itu adalah hal biasa karena jika bekerja jauh dari rumah, mereka semua hanya mandi saat menjelang tidur.

Pekerjaan pun dimulai dengan menyiapkan lokasi konstruksi dan alat-alat bantu konstruksi seperti crane dan lain-lain. Dozer pun mulai di kerahkan untuk meratakan tanah. Berhubung rancangan Laboratorium Techconnec ini terdapat ruang baseman, maka mereka pun mulai menggali tanah.

Untuk proyek ini, ada dua tim yang dikirim untuk menangani proyek besar ini. Dan tim yang lain itu menangani gudang penyimpanan Techconnec. Pekerjaan berlangsung dengan khusyuk hingga malam tiba dan semua pekerja kembali ke tenda peristirahatan masing-masing tim.

Mala itu, aku memutuskan untuk sedikit berkeliling desa. Namun saat hendak keluar dari pagar pembatas Area Konstruksi, seseorang memegang pundakku. Secara refleks aku pun berbalik dan bersiap-siap membanting orang itu jika saja ia berniat jahat terhadapku. Ternyata salah seorang dari 2 pengawal Suigetsu mendatangiku malam itu.

"Anda tuan Uzumaki Naruto bukan?" tanyanya.

"Ya, benar. Ada apa?" tanyaku.

"Kami selama ini di tugaskan oleh tuan Sasuke untuk mencari keberadaan anda. Dan akhirnya aku telah menemukan anda di sini. Akan kuberi tahu berita baik ini pada tuan Sasuke," ucapnya.

"Tidak, jangan bilang apa-apa soal aku. Aku tidak ingin Sasuke mengetahui keberadaanku. Dan jangan pernah mengungkit soal ini pada Sasuke. Ini akan menjadi perbincangan terakhir kita di tempat ini. Jangan pernah lagi menemuiku tanpa alasan yang jelas. Beritahukan temanmu," ucapku lalu pergi meninggalkannya.

==/==/==

Sebulan kemudian, proyek itu sudah 50 persen selesai. Bayaran perbulan pun sudah di terima oleh semua pekerja mulai dari buruh hingga tukang. Suigetsu saat itu datang kembali dan menyarankan semua pekerja untuk beristirahat 5 hari dan boleh meninggalkan desa. Saat itu sang mandor memutuskan untuk pergi ke Konoha menemui keluarganya, sementara Ezio pun memutuskan pulang untuk bertemu keluarganya juga.

Aku pun hanya memutuskan untuk menikmati libur ini di desa. Aku memanfaatkannya untuk berkeliling desa dan menemui penduduk-penduduk desa yang ramah sekaligus membeli beberapa perlengkapan mandi dan camilan. Saat itu pagi dan aku belum sarapan sehingga setelah membeli semua yang kubutuhkan, aku memutuskan untuk mencari sarapan. Aku berkeliling hingga menemui hamparan sawah yang luas. aku melihat sebuah rumah dengan sebuah warung di depannya. Kupikir itu adalah warung makan karena aku mencium bau masakan yang menggiurkan. Aku semakin yakin ketika aku melihat 2 orang di sana yang sedang duduk dan memakan sesuatu. Aku pun mendekati warung itu untuk memesan sebuah makanan untuk sarapan.

Aku duduk di antara penduduk desa yang sedang menikmati makanan mereka. Kusapa mereka sebentar agar aku dan mereka merasa nyaman kemudian memanggil pemilik warung. Kaget adalah hal pertama yang kurasakan ketika melihat pemilik warung tersebut. Aku tak menyangka di desa terdapat gadis berparas cantik seperti dia. Suara saat ia menyambutku sebagai seorang pembeli pun terdengar sangat lembut. Memandang matanya saja sudah membuat hatiku serasa ingin memilikinya. Tak dapat kupungkiri lagi jika dia adalah satu-satunya gadis yang pertama yang dapat membuat perasaanku seperti ini. Dia adalah cinta pada pandangan pertamaku.

"Anda mau pesan apa?" Tanya gadis itu dengan lembut.

Aku bingung. Aku melihat setiap menu yang tersaji kemudian melihat makanan yang di makan oleh kedua orang di sampingku. Aku menjadi bingung ketika melihat makanan itu, aku sama sekali belum pernah melihatnya sehingga aku memutuskan bertanya, "itu makanan apa ya? Aku belum pernah melihatnya?" Tanyaku sambil menunjuk makanan itu.

"Ini adalah gado-gado, makanan yang berasal dari luar negeri. Enak lo, aku sarankan kau pesan seperti yang kumakan," ucap orang yang makanannya aku tunjuk.

"Baiklah, lagi pula aku menjadi penasaran. Aku pesan satu," ucapku.

Beberapa menit kemudian, makanan itu sudah tersaji di atas piring dan di letakan di hadapanku. Dengan ragu aku mengambil sendok dan mulai memandangi makanan itu. 2 orang di sampingku tak lama kemudian membayar dan pergi meninggalkan aku seorang diri. Aku melihati makanan itu dengan seksama. Bagiku makanan itu terlihat aneh, tapi rasa penasaranku membuatku memesan dan ingin mencicipinya. Akupun mulai menyendoknya dengan ragu dan tiba-tiba saja gadis itu pun mendatangiku.

Dengan malu-malu kulihat ia bertanya, "k... kau bukan dari desa ini ya? Aku belum pernah melihatmu," ucap gadis itu sedikit malu.

"Iya, aku adalah buruh bangunan yang mengerjakan proyek besar di desa ini. Oh ya, ini makanan dari mana? Aku belum pernah melihatnya," tanyaku karena penasaran.

"Itu berasal dari negara Indonesia. Aku membuatnya berdasarkan resep turun-temurun dari ibuku. Ibuku orang Indonesia sehingga ia tahu betul mengenai makanan ini. Dulu ibuku sering mengajariku memasak makanan Indonesia. Tapi aku hanya berani membuat ini untuk di masukan ke dalam daftar menu karena mudah membuatnya," ucapnya.

Aku pun mulai tertarik untuk mencoba. Perlahan aku memasukan makanan itu ke mulutku dan begitu mulai menyentuh lidah dan mulai kukunyah, luar biasa adalah hal yang kurasakan saat itu. "Wah, ini enak sekali. Tidak salah aku memesan ini. Makanan yang kau buat ini sangat enak, Resep turun-menurun itu memang yang terbaik," ucapku yang ternyata membuat gadis itu tersipu malu.

"Kau hebat, ehh. Tapi namamu siapa?" Tanyaku namun tak mendapat respons dari gadis itu. Aku pun memperkenalkan namaku terlebih dahulu, "namaku, Uzumaki Naruto. Aku berasal dari Konoha," ucapku.

"A... Aku H... Hyuuga Hinata. Salam kenal," ucap gadis itu.

Setelah memperkenalkan nama, aku dan Hinata pun semakin dekat. Ia yang awalnya malu-malu karena aku orang asing baginya pun mulai terbiasa. Aku makan sambil bercerita mengenai diriku padanya dan ia pun mendengarkan dengan antusias. Namun tentu saja Aku tidak mau menceritakan mengenai banyak hal terutama saat masih berada di Techconnec.

Namun karena makan sambil berbicara, akupun tersedak. Hinata dengan cepat lari dan mengambil air lagi setelah air yang sebelumnya di berikan sudah habis kuminum. Hinata datang dan memberikanku segelas penuh air yang langsung kuminum sampai habis.

"Terima kasih, Hinata. Syukurlah, kau tepat waktu. Tadi aku sempat kesulitan bernafas," ucapku penuh syukur.

"Sama-sama, tapi jangan makan sambil bercerita lagi ya, kau membuatku khawatir," ucap Hinata.

Setelah makan, aku pun membayar dan pergi. Rasanya aku begitu bahagia bertemu dengan gadis itu. Dia cantik dan penampilannya lebih natural ketimbang gadis-gadis kota yang selama ini aku temui di Kota Konoha.

Keesokan harinya aku kembali untuk menikmati sepiring gado-gado buatannya untuk Sarapan. Dan setelah makan, aku tidak langsung pulang, aku bercerita dengannya selama 15 menit. Setelah itu, aku pun kembali ke tenda peristirahatan. Namun siangnya aku kembali datang menemui Hinata lagi untuk makan siang. aku dan Hinata kembali bercerita lagi hanya durasi percakapan itu lebih lama karena kami berdua sama-sama tidak sibuk dan kebetulan membutuhkan teman untuk menghabiskan waktu.

Aku sedikit membantunya di warung seperti mencuci piring dan memperbaiki meja dan kursi yang sedikit rusak. Aku melakukannya untuk mengisi waktu karena di tenda sangat sepi dan itu membosankan menurutku. Aku melakukannya dengan senang hati dan Hinata menerima baik bantuanku.

Keesokan harinya, aku kembali datang untuk Sarapan. Namun hari ini ia memberiku gado-gado gratis sebagai tanda terima kasih karena aku sudah membantunya kemarin. Hari itu warungnya cukup ramai sehingga ayahnya yang merupakan seorang petani pun turut membantunya.

Ayahnya memang belum mengenalku, tapi setidaknya aku harus berusaha keras untuk membuatnya mengenalku walau penampilannya cukup untuk membuatku takut untuk berbicara padanya. Saat ayah Hinata mengangkat beberapa karung beras aku memutuskan untuk membantunya. Namun ia tidak menerima bantuanku dan malah menyuruhku kembali ke warung. Dan ternyata cukup berat untuk mengenalkan diriku pada orang berpenampilan seperti itu.

Setelah warung mulai sepi, aku dan Hinata kembali bercerita. Aku menceritakan kejadian di mana ayahnya menolak bantuanku. Hinata pun menceritakan alasannya.

"Ayahku seperti itu karena ia tidak ingin lagi berhutang entah itu hutang budi atau materi. Hutang telah membuat keadaan kami seperti ini. Pertama kali ayahku berhutang pada Juragan tanah di desa ini. tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibuku dengan melakukan sebuah operasi. Namun sayangnya operasi yang mahal itu tidak dapat menyelamatkan nyawa ibuku untuk waktu yang lama karena beberapa hari setelah operasi, penyakitnya kambuh lagi. kami sudah mencoba meminta uang kami kembali namun sayangnya mereka tidak memberikannya pada kami. sebenarnya kami ingin membawa masalah itu ke jalur hukum. Tapi kami sadar kami tidak punya uang yang cukup agar dapat memenangkannya," katanya.

"Kau bilang yang pertama, jadi ada yang kedua?" tanyaku penasaran.

"Ya, kami berhutang lagi pada orang yang sama karena ayahku membutuhkan modal besar untuk dapat bertani kembali. sebelumnya semua harta kami habis karena di pakai untuk operasi itu. Selama berbulan-bulan ayahku berusaha untuk melunasi hutang-hutang itu. Bahkan sampai meminjam uang dari orang lain untuk membayar hutang juragan itu agar rumah dan sawah ayahku tetap milik kami," kata Hinata.

"Dan apa sekarang utang-utang itu sudah lunas?" tanyaku.

"Belum, masih beberapa juta lagi. tapi juragan itu sudah mulai mendesak ayahku untuk segera membayarnya. Dan lagi warga yang uangnya ayahku pinjam untuk membayar hutang ke juragan itu pun mulai menagih hutang pada ayahku. Sekarang semua hutang ayahku kepada warga desa sudah lunas. Tapi juragan tanah itu belum," ucap Hinata.

Dan setelah bercerita di warung, Hinata mengajakku untuk melihat sawah milik ayahnya. DI sana kulihat hamparan sawah yang sangat luas tepat di belakang rumah Hinata. Aku tak menyangka jika hamparan sawah itu semua milik ayah Hinata. Tapi banyaknya hutang membuat kehidupan keluarga Hidup bahagia. Penghasilan yang di dapat pun harus di beri 75% kepada juragan sawah itu agar semua hamparan sawah yang luas ini tidak menjadi milik juragan itu.

Di beberapa petak sawah, Aku menyaksikan padi-padi yang hangus terbakar. Dari kondisinya bisa kupastikan itu terjadi beberapa hari yang lalu. Aku pun lekas bertanya pada Hinata.

"Petak sawah yang terbakar itu karena apa?"

"Uhh... Itu karena tindakan para anak buah juragan itu. Ia menagih utang ayahku sementara ayahku masih belum panen. Sebagai ganjarannya mereka membakar beberapa petak sawah yang sebentar lagi mau panen dan menambah utang milik ayahku sesuai dengan bunga yang pernah tertanam sewaktu ayahku meminjamnya."

"Jika ayahmu tidak mampu membayar mereka, maka seluruh lahan sawah ini dan rumahmu akan di ambil oleh juragan itu, apa aku benar?"

"Hmm... Seperti itu. Kami sudah tidak punya harta lagi. dan bertani hanyalah satu-satunya pekerjaan ayahku. Jika sampai lahan-lahan ini di ambil, kami akan kesulitan mencari tempat tinggal dan bertahan hidup. lahan-lahan sawah inilah yang sudah menopang kehidupan kami."

"Seandainya ada yang bisa kulakukan untuk membantumu. Sayangnya aku Cuma seorang buruh dengan penghasilan minimal," ucapku pelan sambil melihat hamparan sawah.

"Kau sudah kuberi tahukan. Ayahku tidak mau menerima bantuan apapun karena takut berhutang. Cuma ada 2 jalan agar hutang-hutang ayahku lunas. Yaitu membayarnya dengan harta dan membayarnya dengan memberikan diriku pada juragan itu."

Betapa kagetnya diriku mendengar jalan kedua itu. Aku benar-benar tidak setuju dengan itu sehingga aku berkata, "aku tidak setuju dengan jalan kedua itu. Meskipun aku baru mengenalmu beberapa hari ini dan bukan siapa-siapanya kau, aku tetap tidak menyarankanmu untuk mengambil jalan kedua itu."

"Aku mengerti. Ayahku pun tidak setuju. Tapi bagaimanapun mengumpulkan uang yang banyak dalam jangka waktu 3 bulan itu sangatlah susah. Apalagi di tengah krisis panen seperti ini. Selama ini anak buah juragan tersebut di kenal bengis. Dan sepertinya ayahku telah salah meminjam uang. Kakakku, Hyuuga Neji sampai rela kehilangan nyawanya demi melindungi aku dan ayahku saat anak buah juragan itu hendak membakar rumah kami. berkat pengorbanan kakakku, juragan itu memberi kelonggaran waktu untuk ayahku dapat melunasi utangnya."

"Aku tidak bisa membayangkan seberapa menderita kalian karena mereka. Jika aku bisa dan punya kesempatan, aku akan membalas perbuatan mereka pada kalian," ucapku begitu yakin.

"Tidak, Naruto. Dendam tidak akan menyelesaikan apapun. Aku dan keluargaku sudah merelakan Kepergian kakakku. Yang bisa kami lakukan sekarang adalah membayar seluruh hutang kami tepat waktu agar tidak ada kekerasan seperti 5 tahun yang lalu," ucap Hinata.

"L..Lima tahun yang lalu? Berarti utang kalian sudah sangat besar jika di hitung bunga dari awal peminjaman hingga sekarang," ucapku kaget.

"Ya, dan kami masih sanggup untuk membayar utang itu. Makanya kami bekerja keras," ucap Hinata.

"Berapa sisa utang kalian jika boleh aku tau?"

"900 juta. mereka memasang bunga sebesar 20% sehingga jumlahnya kini bisa sebesar itu,"

"Tidak ada yang bisa kulakukan sekarang. Itu jumlah yang sangat besar, jika ayah Hinata tidak bisa melunasinya, maka waktulah yang akan menentukan kapan hamparan sawah ini akan menjadi milik mereka. Tapi mereka keterlaluan juga. 20% itu bunga yang cukup besar apalagi jumlah hutangnya sangat besar. semakin lama maka akan semakin besar dan tuan Hiasi tidak akan bisa melunasinya," batinku penuh kekhawatiran.

::==::==::

:
:

:

Bagaimana menurut kalian, apa cerita ini bagus?

Kutunggu jawaban kalian di Review.

Satu hal lagi, seperti yang kalian tahu, cerita ini mengambil latar sebelum cerita Si Miskin Boruto. menceritakan mengenai Naruto dan Sasuke setelah perang besar antara Mafia dan Techconnec.

Untuk bagian 1 dan 2 hanya menceritakan Naruto saja. Tapi nanti di chapter 3 kemungkinan sudah mulai meceritakan tentang Sasuke sejak berpisah dengan Naruto.

Bagi kalian yang belum membaca cerita Si Miskin Boruto dan Kehidupan Baru Boruto pasti akan sedikit kebingungan dengan cerita ini. Meskipun latar waktunya sebelum kedua cerita tersebut.

Cerita ini mungkin tidak akan update cepat ya. Mohon bersabar karena cerita utama Saya belum kelar. Keberlanjutan cerita ini akan terjamin jika mendapat respons positif dari pembaca. Kali ini saya akan memperhatikan jumlah pembaca dan pereview. Jika memuaskan akan saya lanjutkan. Dan tidak, saya akan menghapus cerita ini dan membuat cerita baru.

Guest atau punya akun tidak masalah selama reviewnya itu positif dan berbobot. Khusus untuk Spesial Fanfiksi ini kedua hal itu (Review dan Pembaca) akan saya perhatikan untuk menentukan keberlanjutan cerita. Jujur saja tahun ini saya punya banyak ide cerita. Dan saya selalu optimis akan di sukai banyak orang.