[PROLOG]

Ia melangkahkan kakinya untuk yang pertama kali memasuki sebuah Sekolah baru yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu saat ini. Mata sipit nan tajam itu, hanya terfokus pada sesuatu yang ada di hadapannya tanpa memperdulikan suara bisikan para Siswa maupun Siswi yang membicarakan tentang dirinya.

Ia bernama Hwang Hyunjin. Siswa pindahan baru, yang berusia 17 tahun. Memiliki tinggi tubuh di atas rata-rata dari Siswa seusianya.

"Hwang Hyunjin, perkenalkan dirimu pada seluruh Siswa di Kelas ini."

Seorang Guru Lelaki berusia 30an, menyambutnya kala Hyunjin tiba di Kelas barunya. Guru berparas tampan dan tegas itu, mempersilahkan Hyunjin masuk dan menyuruhnya untuk memperkenalkan diri.

Tanpa memberikan sedikitpun senyuman, Hyunjin membungkuk sopan dan menyiapkan dirinya untuk menerima tatapan yang tertuju padanya dari seluruh Siswa yang berada di dalam Kelas tersebut.

"Annyeonghaseyo. Hwang Hyunjin iminida," singkatnya.

"Baiklah, kalian memiliki seorang teman baru. Kuharap kalian memperlakukannya dengan baik."

Sang Guru mempersilahkan Hyunjin duduk di kursi yang masih tersedia dan kembali pada tempatnya semula.

"Mari kita lanjutkan pelajaran kita hari ini."

"Kudengar, dia bukanlah Siswa yang baik."

"Benarkah? Darimana kau mengetahuinya?"

"Aku hanya mendengar berita tentangnya dari temanku. Dan apa kau tahu kenapa ia keluar dari Sekolah lamanya dan pindah ke Sekolah ini?"

"Tidak. Memangnya kenapa? Jarak Sekolahnya terlalu jauh?"

"Bukan. Ia terlibat dalam Kelompok berandal yang sering menghajar Siswa tidak bersalah. Ia bahkan pernah memukul seorang Siswi. Sungguh tidak jantan."

"Ia tampan, tetapi sepertinya itu hanya topeng. Aku harus berhati-hati padanya."

"Hey, kau Hwang Hyunjin 'kan?"

Hyunjin sedikit terlonjak saat ada seseorang yang menepuk bahunya secara tiba-tiba ketika ia sedang mendengarkan beberapa Siswi yang membicarakan tentang dirinya. Ia tidak mengenal siapa orang ini, dan ia pun tidak tertarik untuk sekedar mengetahui nama orang tersebut.

"Kita bisa bicara?"

Hyunjin tidak mengerti. Dan ia masih membungkam bibirnya rapat-rapat, memilih untuk mengabaikan Siswa yang memiliki tubuh lebih pendek darinya dan juga memiliki dagu yang panjang.

"Ikutlah."

Siswa ber-nametag Seo Changbin itu menuntun langkah Hyunjin untuk mengikuti langkahnya di belakang. Bel tanda istirahat sudah berbunyi beberapa menit lalu, dan tidak masalah bagi mereka untuk meninggalkan Kelas hingga bel tanda masuk berbunyi kembali.

Hyunjin hanya memperhatikan punggung Changbin dari belakang tanpa mengeluakran suara sedikitpun. Melewati beberapa Kelas dan juga beberapa Siswa yang menatap sinis ke arahnya.

Sebenarnya bukan salah Hyunjin kenapa ia diperlakukan seperti ini di Sekolah barunya. Ia pun tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan Sekolahnya yang hanya tersisa satu tahun lagi. Ia harus bertahan dan melawan seluruh pandangan miring dari Siswa terhadapnya.

Dan di sinilah mereka berada. Di suatu celah di antara dinding Ruangan Laboratorium dan juga Gudang yang sudah tidak terpakai. Karena, hanya tempat ini yang Changbin pikir memiliki privasi yang terjaga.

Ia hanya ingin berbicara berdua, secara empat mata, dan menyelesaikan masalahnya dengan Siswa baru bernama Hyunjin tersebut.

"Kau memiliki masalah?"

Akhirnya Hyunjin mengeluarkan suaranya saat mereka berhadapan. Tidak ada siapapun di sini, dan itulah alasan kenapa Hyunjin berani membuka suaranya.

"Kau lupa dengan apa yang telah kau lakukan terhadap Hyungku?" tanya Changbin menahan amarahnya.

Hyunjin bahkan bisa melihat kepalan tangan Changbin yang kuat.

"Bukan aku yang melakukannya. Tetapi Kelompokku."

Changbin berdecih.

"Kalian telah membuatnya cacat seumur hidup, Brengsek!"

.

.

.


-oOo- RED IS FIRE -oOo-


.

.

.

Author :

Yuta CBKSHH

Title :

RED IS FIRE [CHANGJIN]

Main Cast :

Hwang Hyunjin

Seo Changbin

Support Cast :

Straykids members

Rating :

M

Genre :

Romance, Drama, Hurt/Comfort, School-life

Length :

CHAPTERED

Disclaimer :

Fanfict yang terinspirasi dari beberapa pengalaman. FF ini ditulis oleh Yuta sendiri tanpa dibantu oleh siapapun. Plot cerita dari pemikiran tiba-tiba yang terlintas di otak Yuta. Cerita ini tidak memplagiat cerita dari orang lain atau cerita manapun. NO REPOST! NO COPAST! NO PLAGIAT! Semoga kalian suka dan bisa menerima cerita ini dengan baik^^

Warning :

BL-BoysLove / YAOI / SHOUNEN-AI / HUBUNGAN SESAMA JENIS. MATURE CONTENT INSIDE! NC-21! DLDR! DO NOT BASH BUT KRITIK ATAU SARAN SANGAT DIPERBOLEHKAN. ENJOY IT!

Summary :

[YAOI!] Red Glow adalah sebuah Kelompok yang beranggotakan 4 Siswa pemberontak dari Sekolah Elit ternama di Korea. Memiliki sebuah masalah dengan Fire Burst; Kelompok dari Sekolah lain yang beranggotakan 5 Siswa.

Salah satu anggota Fire Burst yaitu; Seo Changbin, terobsesi membalaskan dendamnya pada siapapun yang menjadi anggota Red Glow karena telah membuat sang Kakak cacat seumur hidup.

Hwang Hyunjin; salah satu anggota Red Glow terpaksa pindah ke Sekolah biasa karena ulahnya. Awalnya ia tidak takut pada siapapun, namun ketakutan itu muncul sejak ia bertemu dengan Seo Changbin...

satu-satunya orang yang paling ingin melihatnya hancur. (ChangJin) Slight ChangLix! All Straykids Couples! RnR!

Backsong :

Straykids – Mirror

~ HAPPY READING ~

.

.

.

[FLASHBACK]

Tubuh Hyunjin tersungkur di lantai yang dingin, untuk sekedar merangkakpun ia tak mampu. Ia hanya ingin meraih pintu dan masuk ke dalam Kamarnya, tetapi sang Ibu tidak membiarkannya untuk melakukan hal itu.

Wajahnya baru saja ditampar, perutnya ditendang dengan kuat dan suara teriakan yang memaki dirinya masih dilontarkan oleh sang Ibu.

"KENAPA KAU MEMPERMALUKAN IBUMU SENDIRI, HWANG HYUNJIN?! IBUMU LELAH BEKERJA UNTUK MENGHIDUPIMU! TETAPI APA YANG KAU BALAS PADA IBUMU HAH?! KAU MENCORENG NAMA BAIK IBU!"

Dulu, sang Ibu adalah seorang yang sangat lembut. Manusia terbaik yang pernah ia kenal di dalam hidupnya. Seorang pelindung yang telah ia anggap sebagai Malaikatnya. Namun semua itu hanya sementara, tepatnya, setelah sang Ayah meninggal dunia karena penyakit Kanker yang dideritanya, Ibunya berubah menjadi sosok yang kejam dan sering memukulinya tanpa sebab.

Sejak saat itu, sang Ibu menjadi tulang punggung Keluarga dan tidak pernah lagi memiliki waktu untuknya. Pernah Hyunjin kecil meminta sang Ibu untuk menghadiri acara Perpisahan Sekolahnya, tetapi sang Ibu tidak datang dan mengabaikannya. Lagi-lagi, ia hanya mampu menyendiri dan mendapatkan berbagai ejekan dari teman-teman sekelasnya karena ia tidak memiliki Orangtua yang peduli padanya.

Hyunjin hanyalah seorang diri. Ia tidak memiliki Kakak maupun Adik. Ia merasa sangat kesepian di Rumah besarnya, di saat usianya baru saja menginjak 14 tahun. Itu berarti, sudah selama 3 tahun ia hidup tersiksa seperti ini.

"JANGAN HANYA DIAM, HWANG HYUNJIN! JAWAB PERTANYAAN IBUMU!"

Ibunya kini telah menjadi sosok yang lain di matanya. Tak lagi menjadi pelindungnya seperti dulu. Dan itulah alasan kuat kenapa ia sering melakukan kekerasan terhadap teman di Sekolahnya dan bergabung dalam Kelompok berandalan.

Dan apa yang terjadi saat ini, adalah apa yang ia dapat dari sang Ibu karena dirinya baru saja dikeluarkan dari Sekolahnya karena tindakan kriminal. Tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang Siswa dari Sekolah mewah dan elit seperti dirinya.

"M-maafkan aku, Bu..."

Hyunjin hanya mampu mendesis dan suaranya nyaris tak terdengar. Perutnya terasa mual karena baru saja ditendang oleh sang Ibu, dan kepalanya pun sedikit pusing karena baru saja berbenturan oleh lantai marmer yang sangat keras dan dingin.

"KAU MENGULANGINYA! APA LAGI YANG HARUS IBU LAKUKAN AGAR KAU MENJADI ANAK YANG BAIK EOH?!"

Hyunjin memilih untuk tidak bersuara, ia hanya melirik ke arah sang Ibu melalui ujung matanya yang mulai melangkah pergi meninggalkannya. Tubuhnya terasa amat sakit, tetapi ia berusaha untuk berdiri. Apapun yang telah Ibunya lakukan terhadapnya, ia tidak akan melawan. Alasannya, sang Ibulah satu-satunya orang yang ia miliki di Dunia ini. Ia tidak memiliki siapapun lagi.

"Ibu akan memindahkanmu ke Sekolah lain. Dan untuk kali ini, Ibu tidak akan memaafkanmu jika kau melakukan kenakalan lagi. Kau dengar itu?"

Setelah mengatakan kalimat itu, Ibu Hyunjin benar-benar menghilang dari pandangannya. Wanita paruh baya itu berjalan menuju Ruang Kerja pribadinya, yang terletak cukup jauh dari Kamar sang Putera.

"Kenapa tidak kau bunuh saja Puteramu ini, Bu?" desis Hyunjin dan mulai memasuki Kamarnya.

.

.

.


-oOo- RED IS FIRE -oOo-


.

.

.

Bersekolah di tempat yang baru, bukan berarti ia akan mendapatkan suasana yang baru. Semuanya nampak sama dan terasa sangat membosankan. Itulah yang Hyunjin rasakan saat ini. Ia begitu bosan mengikuti pelajaran yang telah ia ketahui di luar kepala. Ya, Hyunjin pada dasarnya adalah seorang Anak yang pintar, hanya saja, ia salah memilih teman dan bergaul dengan Siswa-siswa berandalan yang cinta akan kekerasan.

Pagi ini, Hyunjin datang lebih awal. Tidak ada seorangpun Siswa di Kelas barunya ini. Hanya dirinya, dan juga beberapa benda mati yang berada di sekitarnya. Ia cukup bersyukur, karena mendapatkan tempat duduk yang berada di dekat jendela, karena dengan begitu, ia dapat merasakan segarnya hembusan angin pagi yang sejuk. Bahkan Matahari pun, belum menunjukkan sinar hangatnya saat ini.

Suasana yang tenang seperti ini, begitu ia dambakan. Ia mencoba untuk memejamkan kedua mata indahnya, dan menikmati waktu berharga yang ia miliki saat ini.

"Hey, kenapa kau meringkuk seorang diri di sana?"

Hyunjin mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Sebelumnya, ia tidak memiliki seorangpun teman. Tetapi dengan keberadaannya Siswa ini, membuatnya merasa tidak sendirian.

"Namaku Han Jisung. Siapa namamu?"

Han Jisung; nama Siswa itu, menjulurkan tangannya pada Hyunjin bermaksud untuk berjabatan tangan. Dan Hyunjin yang terduduk sambil memeluk lututnya, perlahan meraih uluran tangan Jisung dan berdiri hingga mereka setara.

"Hwang Hyunjin," gumamnya.

Jisung tersenyum dan memperhatikan penampilan Hyunjin dari atas hingga ke bawah.

"Seorang sepertimu, tidak pantas diperlakukan seperti ini. Ck! Apa yang salah dengan mereka semua?" ucap Jisung sedikit berdecih.

Hyunjin tahu, Jisung sedang menyinggungnya. Tetapi ia tidak melihat ada niat jahat yang disembunyikan oleh Jisung darinya. Jadi, apakah Jisung baru saja mengajaknya untuk berteman?

"Kau ingin menjadikanku sebagai temanmu?" tanya Hyunjin tanpa berbasa-basi.

"Bukan hanya teman, aku ingin kau menjadi Sahabatku."

Hyunjin menampilkan senyumannya. Senyuman tulus yang tanpa sadar ia tunjukkan pada orang lain selain Keluarganya. Jisung adalah teman pertamanya sejak ia masuk ke Sekolah Menengah Atas ini, dan hal itu membuatnya sangat senang.

"Terima kasih," ucap Hyunjin dengan lirih.

"Kau ingin berkenalan dengan temanku yang lain? Aku rasa, kita berempat akan cocok."

"Kau memiliki teman lain?" tanya Hyunjin sedikit terkejut. Jisung tertawa.

"Jangan samakan aku dengan dirimu, aku bahkan memiliki banyak teman. Yeah... walaupun mereka semua itu tidak berprestasi sepertimu."

"Tidak masalah, aku ingin berkenalan dengan mereka," jawab Hyunjin cepat.

"Baiklah, ikut aku."

Hyunjin dan Jisung berjalan keluar Kelas yang sepi, menuju ke sebuah Ruangan yang nyatanya menjadi Markas bagi Jisung dan teman-temannya. Hyunjin bahkan tidak tahu bahwa ada tempat seperti ini di belakang Sekolah mewah ini. Tetapi hal ini nyata. Ia seperti baru saja memasuki sebuah Dunia yang lain.

Dunia yang penuh kebebasan.

"Kau membawa anak baru?" tanya seorang Siswa yang memiliki bulu mata lentik dan berwajah manis pada Jisung saat ia baru saja tiba di Markas mereka.

Hyunjin membungkuk sopan pada Siswa yang menyambutnya tadi, yang ternyata memiliki nama Lee Minho. Dan hal yang dilakukan oleh Hyunjin, membuat tawa ketiga orang yang berada di sana tertawa keras.

"Tidak perlu seformal itu, kita ini memiliki usia yang sama," ucap Minho sambil menepuk bahu Hyunjin.

"Ya, Minho benar. Terkadang kita harus sedikit memberontak untuk mendapatkan kesenangan kita," ucap Jisung.

Hyunjin menggaruk tengkuknya canggung, dan tak sengaja matanya menangkap seseorang yang sedari tadi diam terduduk sambil menatap layar ponselnya. Ia tidak mengenal siapa orang itu, dan dilihat dari penampilannya, ia adalah orang yang pendiam.

"Oh, kenalkan. Ia adalah yang termuda di antara kami, ia lompat Kelas karena kecerdasannya. Dia bernama Yang Jeongin," ucapan Jisung membuyarkan konsentrasi Jeongin dan Jeongin tersenyum menyapa Hyunjin.

"Hai Hyung," sapanya.

"Namaku Hwang Hyunjin. Aku harap kita bisa berteman selamanya."

Dan itulah perkenalan awal mereka yang menjadikan mereka bersahabat hingga tak terasa persahabatan mereka telah berjalan kurang lebih 2 tahun. Melakukan banyak hal dan saling berbagi kesedihan maupun kesenangan satu sama lain. Saling mengenal lebih dalam dan menerima kekurangan yang miliki oleh masing-masing.

Untuk sekedar informasi, persahabatan mereka memang berawal dengan normal, tetapi satu hal yang membuat mereka ingin bebas, adalah kesamaan perasaan yang mereka alami. Mereka berasal dari Keluarga yang kaya raya, dan mereka tidak mendapatkan perhatian dari siapapun. Mereka sama-sama kesepian dan untuk melampiaskan kesedihan yang mereka rasakan, mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak sewajarnya.

Dan mereka menamakan diri mereka dengan "Red Glow".

Berawal dari melanggar peraturan, melakukan pelanggaran itu secara berulang dan tidak jera kala mendapatkan hukuman. Mereka berempat mulai menjadi perbincangan di antara Siswa lain karena membentuk sebuah Kelompok. Tidak ada julukan spesial bagi Kelompok mereka, tetapi Siswa lain mengenal mereka sebagai Red Glow.

Hingga suatu hal terjadi pada Red Glow.

Telah terjadi suatu pengkhianatan yang dilakukan oleh Jeongin. Ya, Jeongin berdekatan dengan seorang Lelaki yang menjadi salah satu Anggota Kelompok musuh mereka. Kelompok yang berjumlah 5 orang dan berasal dari Sekolah biasa.Yaitu, Fire Burst.

Hyunjin mengingat betul hari itu, hari dimana Jisung marah besar pada Jeongin dan Jeongin hanya terdiam tanpa suara sebagai tanggapannya.

"Jeongin, kau tidak bodoh untuk mengetahui bahwa kau telah berdekatan dengan Lelaki yang menjadi Anggota Fire Burst musuh kita. Kau tidak bodoh, Yang Jeongin!"

Minho mencoba untuk melerai perdebatan di antara mereka, sementara Hyunjin hanya terdiam dan menyaksikan keributan itu dalam diam.

"Lalu apa yang salah Hyung? Ia baik terhadapku, dan ia sama sekali tidak melukaiku!" balas Jeongin. Wajahnya nampak memerah menahan tangis.

"Kau hanya akan dipermainkan oleh Byungchan brengsek itu! Ia hanya akan memanfaatkanmu untuk membuat Red Glow hancur!" lagi-lagi Jisung berteriak.

"Tidak, ia bukanlah orang yang seperti itu. Ia bahkan menyembunyikan hubungan kami dari Anggota Fire Burst untuk melindungiku!" tangis Jeongin pecah. Minho memeluk Jeongin untuk menenangkan anggota termuda Kelompok mereka tersebut.

"Jauhi dia," final Jisung. Ia tidak ingin berakhir berkelahi dengan Jeongin. Ia masih mampu menahan emosinya.

"Tidak, aku tidak bisa."

Ya, Jeongin memiliki perasaan yang besar pada Byungchan, dan tidak semudah itu untuk meninggalkan Lelaki yang dicintainya.

"Tinggalkan dia atau aku akan menghabisinya? Kau bahkan tahu, bahwa aku tidak pernah bermain-main dengan perkataanku. Sangat mudah bagiku untuk menghabisinya, Yang Jeongin."

Jisung memperingatkan Jeongin, dan tidak gentar oleh apapun ekspresi yang ditunjukkan oleh Jeongin.

"Lebih baik kau tinggalkan dia, Jeongin. Jangan pernah bermain-main dengan musuh."

Kali ini, Hyunjin angkat bicara. Membicarakan tentang cinta, Hyunjin merasa sangat muak. Tidak seharusnya cinta masuk ke dalam kehidupan mereka yang bebas dan liar.

"Hyunjin Hyung, aku hanya jatuh cinta. Aku yakin tidak akan mengganggu kalian karena perasaanku ini," ucap Jeongin dengan suara yang bergetar.

"Atau kau memilih untuk keluar dari Red Glow?" tanya Hyunjin. Wajahnya terlihat sangat datar dan mengerikan.

"Aku tidak ingin berpisah dengan kalian maupun keluar dari Red Glow. Kita telah lama bersama-sama," jawab Jeongin cepat.

"Tidak ada pilihan lain," gumam Jisung yang juga telah sangat muak.

"Aku akan memberi pelajaran padanya."

Setelah mengatakan hal itu, Jisung beranjak pergi kemudian berlari sejauh mungkin. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada musuh sialannya yang bernama Byungchan tersebut agar menjauhi Jeongin.

Sementara Hyunjin yang merasa ada hal buruk yang terjadi, memilih untuk menyusul Jisung dan berlari tak kalah kencang. Meninggalkan Minho yang masih memberikan kekuatan untuk Jeongin.

"Apa yang harus aku lakukan Hyung? Hiks! Aku tidak ingin ia terluka," isak Jeongin. Ia menangis keras di dalam pelukan Minho.

"Lebih baik ia yang terluka, daripada kau. Kita semua hanya tidak ingin salah satu dari kita terluka karena Fire Burst," ucap Minho.

"Jisung, apa yang ingin kau lakukan?!" teriak Hyunjin pada Jisung yang baru saja menaiki motornya.

"Aku akan menemui Byungchan brengsek itu di Rumahnya. Tidak perlu mengikutiku, aku bisa menghabisinya seorang diri."

Tiba-tiba ia teringat oleh kalimat terakhir yang diucapkan oleh Jisung padanya kala itu. Sebelum Jisung terpaksa dikirim ke luar Negeri oleh kedua Orangtuanya sebagai hukuman, karena melakukan kekerasan pada seorang anggota Kelompok musuh mereka yang bernama Byungchan. Sudah sekitar 2 bulan ia tidak bertemu dengan Sahabatnya tersebut. Dan jujur, ia sangat merindukan sosok Jisung yang begitu baik terhadapnya selama mereka bersahabat.

Hyunjin menggigit bibir bawahnya dan kepalanya mulai menunduk. Menghela nafasnya berat dan menyesali dirinya yang tidak dapat membantu Jisung. Meskipun Jisung hanya menjadi pergi sementara, tetapi hal itu menjadi penyesalan tersendiri baginya. Terlebih, ia kini telah pindah Sekolah dan akan sulit untuk bertemu ketiga temannya tersebut.

Hyunjin menautkan jari jemarinya di atas meja, dan memandangnya dengan tatapan lemah.

Tanpa menyadari ada seorang Siswa yang sedari tadi memperhatikannya dari jendela luar Kelas tersebut.

'Anak baru itu... kenapa terlihat sangat kesepian?'

.

.

.


-oOo- RED IS FIRE-oOo-


.

.

.

"Changbin Hyung, kenapa kau melamun? Apa kau ada pikiran?"

Felix; Kekasih Changbin, menghampiri Changbin yang sedang terduduk seorang diri di dalam Markas Fire Burst. Sebuah Rumah kecil yang sudah tak terpakai, yang sering mereka gunakan untuk berkumpul bersama Anggota Fire Burst mereka yang lain. Kim Seungmin dan Kim Woojin.

Hanya saja, kali ini mereka harus kehilangan Ketua Kelompok mereka untuk sementara karena tengah menjalani perawatan pasca kekerasan yang dilakukan oleh Jisung. Ya, Byungchan mengalami luka yang cukup parah dan belum pulih sampai saat ini.

"Tentang Byungchan Hyung, aku sungguh menyesal karena tidak berada di sampingnya saat kejadian itu berlangsung," jawab Changbin tidak bersemangat.

Ia membiarkan sang Kekasih memeluknya, kemudian meraih kedua tangannya. Felix menunjukkan senyumannya pada Changbin.

"Berhentilah menyesali kejadian itu. Lagipula, itu telah lama terjadi. Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak bersedih lagi di hadapanku Hyung?"

Changbin membalas senyuman Felix dan mengangguk.

Sebenarnya, bukan itu yang membuat Changbin murung sepanjang hari ini. Melainkan seorang Lelaki yang baru saja pindah ke Sekolahnya. Dan yang membuatnya terkejut, Lelaki itu adalah salah satu anggota dari Red Glow; Kelompok musuh yang telah menghabisi Byungchan.

Dan kalian tahu? Byungchan adalah Kakak kandungnya yang sangat ia hargai.

Felix tidak mengetahui hal itu, karena mereka berada di Sekolah yang berbeda dan juga berada di satu tingkat di bawah Changbin. Felix tak sengaja bertemu dengan Changbin dan menyatakan perasaannya secara terbuka pada Changbin. Ceritanya cukup panjang, hingga Changbin menjadikan Felix sebagai Kekasihnya dan membawa Felix untuk bergabung ke dalam Kelompoknya.

"Aku berjanji tidak akan menyesali hal itu lagi. Terima kasih telah berada di sampingku selama ini," ucap Changbin.

Ia cukup bersyukur karena Felix telah memasuki kehidupannya yang sepi, dan Lelaki manis itupun sangat memahami dirinya. Felix adalah orang yang baik, namun ia rela menjadi orang yang tidak baik dan bergabung dalam Kelompok berandalan seperti Fire Burst. Itu tidaklah masalah baginya, karena yang terpenting adalah ia bisa terus bersama Lelaki tampan tersebut.

Changbin mengubah posisi duduknya kini menjadi bersampingan dengan Felix. Kemudian dengan perlahan, ia membawa Kekasih yang satu tahun lebih muda darinya itu ke dalam ciumannya yang manis.

Namun tidak lama ciuman itu berlangsung, bayangan wajah Hyunjin muncul di dalam pikirannya kala ia memejamkan kedua matanya. Sontak ia segera melepaskan ciuman itu dan membuang pandangannya ke sembarang arah.

Kenapa bayangan wajah Hyunjin yang sedang termenung seorang diri di Kelas mereka tadi pagi muncul secara tiba-tiba? Padahal saat ini ia sedang bersama sang Kekasih.

Atau... karena ia yang terlalu berobsesi untuk menghancurkan siapapun yang menjadi anggota Kelompok Red Glow yang telah melukai Hyungnya?

Ya, ia harus segera menghancurkan Hyunjin selagi mereka masih dipertemukan oleh Takdir.

.

.

.


-oOo- RED IS FIRE-oOo-


.

.

.

Hari ketiga Hyunjin menjalani aktivitas di Sekolah barunya. Masih sama dengan hari sebelumnya, ia masih menjadi perbincangan para Siswa yang mengetahui seluk beluk riwayat hidupnya. Ia mengetahui bahwa ia telah melakukan hal yang tidak terpuji di Sekolah lamanya, ia sering melakukan hal-hal yang kasar terhadap Siswi tanpa alasan yang jelas.

Ia hanya tidak suka melihat perempuan-perempuan itu, terlebih beberapa dari mereka yang menyukainya. Ia tidak ingin berdekatan dengan seorang pun perempuan, karena setiap ia melihat perempuan, ia akan teringat oleh sang Ibu yang menyiksanya.

Ia terluka pada fisiknya. Namun ia jauh lebih terluka pada hatinya.

Hyunjin bangkit dari kursinya, ia ingin ke Kantin untuk mengisi perutnya yang mulai lapar. Di sepanjang perjalanan, ia harus menutup telinganya rapat-rapat dari bisikan para Siswa yang membicarakannya.

Kenapa tidak ada seorangpun di Dunia ini yang dapat memahami perasaannya? Kenapa semua orang terkesan memojokkannya bahkan Ibu kandungnya sendiri?

Hyunjin mengurungkan niatnya ke Kantin dan berlari menuju belakang Sekolah. Ia ingin berteriak dan memukul sesuatu. Sekolah ini bagaikan Neraka baginya. Ia sungguh tidak sanggup bersekolah di sini seorang diri lebih lama lagi.

PRANG!

Hyunjin menendang keras sebuah tong yang berada di depannya. Ia memandang ke sekeliling dan tidak ada seorangpun di sini. Kemudian ia membawa dirinya pada jendela Kelas yang telah pecah—karena Ruangan Kelas itu sudah tidak terpakai—menatap refleksi dirinya di kaca jendela itu dengan nafas yang terengah-engah.

Wajahnya penuh luka akibat pukulan juga tamparan dari sang Ibu. Tidak ada lagi keceriaan di wajahnya seperti ketika ia masih kecil dulu. Ia ingin kembali pada masa itu. Tetapi ia tidak bisa. Ia sudah terlanjur hancur dan sendiri.

"Ini pelajaran untukmu karena telah merusak masa depan Hyungku."

Suara itu...

Suara yang tak asing baginya. Muncul dari arah belakang dan membuatnya terpaksa harus membalikkan tubuhnya untuk menatap orang yang baru saja berbicara padanya.

"Kau yang menyebarkan keburukanku pada seluruh Siswa di Sekolah ini?" tanya Hyunjin menahan emosinya.

Changbin tertawa kecil dan menempatkan dirinya beberapa langkah di depan Hyunjin. Ia menyelipkan kedua tangannya pada saku celananya.

"Kau pikir siapa lagi yang melakukannya?" tantang Changbin.

Ini hanyalah permulaan. Ia akan membuat Hyunjin lebih tersiksa daripada ini.

"Sudah kukatakan, bukan aku yang melukai Hyungmu!"

Changbin terkejut. Bukan karena Hyunjin berteriak padanya, melainkan airmata yang baru saja menetes melalui pelupuk mata Hyunjin. Juga... ia baru menyadari bahwa banyak terdapat luka di wajah maupun lengan Lelaki berparas sangat cantik itu.

"Kau dan Kelompokmu sama saja. Kalian melakukan hal yang sangat kotor," Changbin berdecih.

Namun Hyunjin memilih untuk terdiam, karena pikiran maupun perasaannya benar-benar kacau saat ini.

"Ini hanyalah permulaan, Hwang Hyunjin. Kau akan merasakan apa yang Hyungku rasakan."

Changbin berjalan lebih mendekat pada Hyunjin dan menatap Hyunjin dengan mata tajamnya.

"Aku akan membuat hari-harimu bagaikan di Neraka," lanjutnya. Kemudian Changbin beranjak begitu saja meninggalkan Hyunjin seorang diri di sana.

.

.

.


-oOo- RED IS FIRE-oOo-


.

.

.

"Seo Changbin, aku sudah memperingatkanmu berkali-kali untuk tidak melakukan pembalasan dendam apapun pada Red Glow. Aku harap kau mendengarkan ucapan Hyungmu ini."

Changbin menatap acuh pada sang Kakak yang terduduk di kursi rodanya. Byungchan mengalami patah tulang di kedua kakinya setelah bertabrakan dengan sebuah Mobil karena menghindari kejaran Jisung. Semua terjadi murni karena kecelakaan, maka dari itu ia tidak ingin sang Adik melakukan hal bodoh hanya karena mereka adalah Kelompok musuh.

Untuk sekedar informasi, Byungchan masih menyembunyikan status hubungannya dengan Jeongin dari seluruh anggota Fire Burst. Ia sudah berjanji untuk melindungi Jeongin karena ia begitu menyukai Lelaki manis itu. Apapun yang terjadi, ia akan tetap mempertahankan cintanya sampai kapan pun.

"Hyung, kau kehilangan masa depanmu dan itu karena ulah mereka. Apakah aku harus berdiam diri begitu saja? Aku benar-benar marah pada mereka," balas Changbin.

Ingin sekali Byungchan memberitahu sang Adik bahwa bukan tanpa alasan kenapa ia diserang oleh Jisung, namun ia terlalu takut untuk mengatakan bahwa ia menjalin sebuah hubungan yang terlarang bersama salah satu anggota Kelompok musuh mereka.

"Ia sudah mendapatkan hukuman yang pantas. Apalagi yang kau inginkan eoh? Membunuh mereka? Dan menikmati masa mudamu di balik jeruji besi?"

"Aku hanya ingin menghancurkan mereka satu persatu. Aku akan memulainya dari Hyunjin. Tuhan memang sedang berada di pihakku, karena ia baru saja pindah ke Sekolahku. Luar biasa bukan?"

"Hentikan ambisimu itu, hal itu tidak akan mengubah apapun."

"Kenapa kau begitu membela Kelompok mereka Hyung?!"

Ia teringat oleh Jeongin. Kekasihnya yang telah 2 bulan terakhir tak ia jumpai. Ia sangat merindukan Kekasih mudanya itu, namun keadaan tak memungkinkan mereka untuk bertemu. Ia harap, Jeongin masih mau bertahan menjadi Kekasihnya.

"Mereka berasal dari Keluarga yang sangat kaya raya. Kau tidak akan bisa melawan mereka yang memiliki uang banyak," jawab Byungchan.

Itu memang benar. Terbukti, Jisung terbebas dari hukumannya sebagai Tahanan sementara, dan dipindahkan ke luar Negeri oleh Orangtuanya. Uang bisa membungkam segalanya. Dan ia tidak ingin sang Adik justru terjerat dalam masalah yang dibuatnya sendiri.

Changbin menelan ludahnya kasar. Ia tahu bahwa ia bukanlah orang yang kaya raya. Namun ia tidak ingin berhenti begitu saja. Ia sudah terlanjur penasaran oleh sosok Hyunjin dan ingin sekali menghancurkan Lelaki itu.

"Kau tidak akan bisa menghentikanku, Hyung."

.

.

.

.

.

.

To Be Continued...

.

.

.

.

.

.

If this story deserves to be appreciated, please leave a comment and vote.Thank you~