disclaimer: harvest moon (c) natsume

a little trace that you left behind
nostalgia itu ada, samar namun riil.


"Apa kau merindukanku?" tanya Kai pada gadis berambut pirang yang duduk di sampingnya.

"Eh?"

Pertanyaan—yang dari nada dan tatapan Kai saat melemparkannya—tidak dimaksudkan sebagai basa-basi tersebut tak lantas dijawab Claire. Gadis itu merenung dalam-dalam, mencoba mengorek ingatan dan menyingkap isi hatinya dari lubuk terdalam.

... Rindu, hm?

Yang Claire ingat, tidak ada tangisan pilu atau ratapan sedih yang dialaminya sebagai wujud ketidakrelaan terpisah jarak. Tiada pula rasa ingin bertemu yang menggelegak, atau jenis emosi yang menggebu-gebu semacam itu.

Hanya, ia kerap kali menemukan dirinya terpaku menatap kedai bercat putih yang berdiri manis di pinggir Mineral Beach. Dengan dalih mengistirahatkan tubuh yang lelah usai mengurusi peternakan atau rehat sejenak setelah bertransaksi dengan Won, gadis petani itu akan duduk di kursi panjang yang terletak di depan restoran khusus musim panas tersebut. Lalu ia akan menoleh pada pintu restoran tersebut, dan membayangkan pintunya terbuka—di mana begitu ia memasukinya, sesosok koki andal berbandana ungu akan menyambutnya dengan sapaan ceria dan cengiran lebar yang kecerahannya menyaingi mentari musim panas yang bercokol di hamparan lazuardi.

Kehangatan musim panas akan menyelubunginya sesaat tatkala nostalgia—yang datang tanpa diundang—menguasai pikiran dan hatinya, sebelum akhirnya ia sadar bahwa sekarang sedang musim gugur atau musim dingin atau musim semi. Musim ketika Kai sedang berada entah di mana.

Claire rasa, gejolak sentimental—yang terkesan tidak berjuntrungan tersebut—merujuk pada satu hal.

Gadis itu mendongak. Sepasang matanya yang tak kalah biru dari langit musim panas berkilap, memancarkan luapan emosi. "Mm ... ya. Aku ... rindu."

"..."

Jawabannya simpel, namun jujur dan membuat sang penanya tertegun. Seolah tiba-tiba menderita bisu, mulutnya tak kunjung terbuka untuk menyampaikan respon.

Keheningan janggal yang menggantung di udara membuat Claire merasa kagok.

"Te-terutama masakanmu!" tambah Claire terburu-buru. "Aku sangat kangen dengan jus buah, jagung bakar, spagetti, pizza, dan snow cone buatanmu yang sangat enak itu."

Kai yang tadinya terpekur dalam keheningan kemudian seolah mendapatkan kesadarannya kembali. Cengiran pamer gigi khas dirinya segera ia kembangkan. "Hm, baguslah, baguslah! Dan oh, berhubung kau hapal isi menu restoranku, kurasa kau patut mendapat apresiasi. Aku akan mentraktir pelanggan tercintaku ini. Masing-masing seporsi dari masakan-masakan yang kausebutkan tadi, gratis untukmu, he he!"

Lelaki berkulit cokelat tersebut langsung mencekal pergelangan tangan Claire, lalu menariknya, mengajaknya berlari ke restoran pinggir pantainya. Keduanya memacu langkah bersama embusan angin musim panas yang hangat dan menggelitik wajah.

Di tengah perjalanan, lamat-lamat Claire mendengar Kai menggumamkan, "Syukurlah. Aku senang sekali."


End.