Disclaimer: M. Kishimoto

Warning: AU,tanda baca nyasar, Sad end, Chara death, cerita ga jelas, sangat OOC,typos bertebaran,melenceng dari EYD yang berlaku dll

Ini adalah fanfic NaruHina ke empat saya jadi mohon kritik dan sarannya.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

.

Mohon maaf bila ada kesamaan ide dengan author lain. Ide ini murni dari otak Akemi yang rada konslet. Mungkin bila ada kesamaan itu merupakan unsur ketidak sengajaan dan mungkin err.. jodoh?

#plakk XD

Happy Reading :)

.

.

Summary: Konon, Jika seorang manusia bertukar darah dengan vampire pureblood, manusia itu akan berubah menjadi vampire. Namun, kenangan selama masih menjadi manusia akan lenyap dan takkan pernah kembali

.

.

"ARGGH! Hosh..hosh..hosh"

Nafas gadis bersurai itu tersengal tak beraturan. Deru nafasnya pun cepat, pendek-pendek. Gadis itu mengelap keringat yang mengucur di dahinya dengan punggung tangannya kasar.

Lagi-lagi, mimpi buruk itu!

Mimpi buruk yang berulang kali gadis itu coba untuk lupakan. Namun, meski berusaha sekuat apapun. Mimpi itu kembali menyambangi tidurnya. Mengingatkannya akan kenangan itu. Menyegarkan memorinya.

Kenangan itu selalu berhasil menyeruak masuk kembali, seolah menjadi pengingat dan dorongan pada pirinya akan kebenciannya pada Vampir.

TES

Gadis itu memejamkan matanya rapat. Setetes air mata tak terasa meluncur menuruni pipinya.

"Okaa-chan"

Xxx

Title: Bloody Love

Genre: Romance & Tragedy

Main Pair: Naruto U. & Hinata H.

xxx

Pagi hari yang mendung seolah matahari enggan membagi sinarnya untuk kota itu hari ini. Seolah Konoha sedang berduka muram kala itu. Gadis bersurai indigo itu membenahi penampilannya yang dirasanya sedikit dan segera bergegas berangkat ke sekolahnya, Konoha High School.

"Hinata"

Gadis itu menoleh ke asal suara. Segera berbalik dan membungkuk singkat tanpa ekspressi.

"Gomenasai, aku buru-buru, Tou-sama! Aku berangkat"

Hinata mencangklongkan tasnya dan berlari menjauh.

Pria paruh baya itu terlihat sedikit tersinggung. Namun, segera mengenakan kembali topeng raut tegas yang keras. Kokoh dan tak tergoyahkan.

"Maaf, Nak. Tapi, ini semua demi kebaikanmu"

Meski Hiashi terlihat tetgas dank eras, sebenarnya dirinya juga tersiksa. Bagaimanapun juga, dia adalah ayah. Dan sebagian besar seorangayah menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tak terkecuali Hiashi Hyuuga.

Xx

"Arhggh.. ugh.. sial!"

Naruto mengerang kesakitan. Seluruh tulangnya serasa remuk, tubuhnya terasa ngilu dan terbakar. Sialnya, Kemampuan regenerasinya menurun seiring dengan melemahnya kekuatannya.

Darah.

Naruto butuh darah agar kekuatannya pulih. Sekurang-kurangnya satu orang manusia cukup untuk saat ini.

"Yakushi brengsek! Aku bersumpah akan membunuhmu jika aku selamat!" umpat Naruto kesal.

Kudeta dari clan-clan bawahannya yang dipimpin oleh Kabuto Yakushi sukses menggulingkan monarki Uzumaki. Motif dari tindakan itu diduga karna rakyat menilai kekuasaan vampir yang terpusat di kerajaan sudah tak efektif lagi.

Setelah membunuh Raja dan Ratu Vampir, pasangan Minato dan Kushina Uzumaki. Mereka berniat membunuh tampuk penerus kekuasaan terakhir monarki tersebut, Naruto Uzumaki sang Pangeran Vampir. Beruntung Naruto berhasil lolos, tapi toh percuma saja sekarang Naruto sekarat dan akan bertemu dengan kedua orang tuanya di neraka. Sial!

Vampir pureblood –darah murni- memang kuat, apalagi jika di tambah gelar pangeran yang disandangnya serta kekuatan menurun dari orang tuanya. Hanya sedikit Vampir di dunia ini yang dapat menandinginya. Tai, jika di serbu oleh sepsukan Vampir yang di pimpin oleh salah satu Vampir elit kerajaan, Vampir pureblood manapun juga mungkin sudah menemui ajalnya sekarang.

BRUK

Xxx

Hinata tertarik pada percak darah yang mengotori jalan setapak itu. Mengikuti bercak darah hingga menuju hutan lebat yang sangat sepi dan berhenti pada sesosok pemuda tampan tergeletak di tanah tak berdaya. Luka dan lebam memenuhi sekujur tubuhnya yang dingin.

Awalnya Hinata terkesiap kaget lalu panik dan tak tau harus bagaimana. Hinata berniat berlari mencari pertolongan. Tapi, sedikit demi sedikit ada pergerakan kecil dari pria itu. Tiba-tiba pemuda itu menggeleng lemah seolah tau jalan pikiran Hinata. Segera Hinata membopong pemuda itu meski terhuyung-huyung menuju rumah sakit terdekat.

"Bertahanlah, ku mohon"

Kesadaran seolah demi sedikit menjauh darinya dan mengaburkannya hingga Naruto benar-benar tak sadarkan diri. Insting Naruto yang peka merasa tak aka nada bahaya jika dia bersama gadis manis yang menolongnya. Malah Naruto menganggap gadis itu bagai malaikat.

Xxx

"Engh"

Pertama kali yang ditatap oleh pemuda beriris sapphire itu ruangan yang putih. Tempat tidur yang nyaman dan sebuah tangan hangat yang menggenggam tangannya. Menoleh ke samping, Naruto bersumpah dia melihat melaikat. Tapi, Hei! Apa Vampir dapat kemurahan dari Tuhan berupa reinkarnasi? Kurasa tidak.

Malaikat cantik itu mengernyit. Wajahnya mengerut kesakitan dan deru nafasnya juga tersengal pendek-pendek cepat.

Naruto melepas genggaman tangan malaikat itu pelan. Malaikat itu tiba-tiba menjerit panik. Tanpa pikir panjang, Naruto memeluk Hinata dari belakang. Tak berapa lama Hinata mulai tenang. Deru nafasnya teratur dan kernyitannya mulai mengendur.

"Itu hanya mimpi buruk, Malaikatku"

Kata-kata Naruto bagai hipnotis yang menenangkan Hinata sehingga dirinya mulai rileks.

"Nah begitu lebih baik"

Xxxxx

"Engh"

Hinata menggeliat kecil.

"Kau sudah bangun"

DEG

Hinata Hampir terjungkal ke belakang saking kagetnya. Sejak kapan dirinya tidur berdua dengan Naruto dengan berpelukan pula.

"Kau bermimpi buruk tadi dan aku mencoba menenangkanmu"

Bahu Hinata kembali santai. Baru kali ini ada seseorantg yang begitu perhatian dan peduli padanya seperti itu hingga membuat Hinata terharu. Baru kali ini dirinya bangun tidur tanpa harus khawatir dengan mimpi itu lagi. Hinata benar-benar merasa tersentuh hingga ke lubuk hatinya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Hinata mencoba mengalihkan pikirannya dari bayangan pemuda disampingnya.

Naruto mengedikkan bahunya singkat. Acuh tak acuh.

"Cukup baik untuk saat ini."

"Ku pikir kau akan mati. Dokter berkata detak jantungmu Hampir tak ada dan darahmu juga abnormal. Aku sangat takut"

"Terima kasih"

Naruto tersenyum tulus. Hinata terpana.

DEG

Senyum pemuda itu sangat.. Hinata tak bisa mencari kata yang pas untuk mengungkapkannya. Mungkin menenangkan. Degup jantungnya kian berdetak cepat. Tiba-tiba pipinya memanas. Ada apa ini?

"Jangan menunduk, nanti wajah cantikmu tak kelihatan" Goda Naruto dengan seringai tampannya.

Hinata tersipu malu. Hinata melirik melewati poni tebalnya.

"Siapa Namamu?"

"Naruto"

"Hyuuga Hinata. Salam kenal"

"Senang berkenalan denganmu Hinata-chan"

Naruto tertawa riang. Tawa itu seolah menularkan suatu keceriaan hingga Hinata tak kuasa untuk menahan bibirnya hingga membentuk senyum tipis.

"Aku suka senyum Hinata-chan dan bagaimana keadaanmu setelah mimpi burukmu?"

Senyum Hinata luruh seketika. Hinata mendengus kesal. Padahal selama ini dirinya selalu menunjukkan tata karma tak tercela di hadapan orang lain. Tapi di hadapan Naruto, perasaannya menjadi lega. Hanya Naruto satu-satunya pria yang membuat Hinata menjadi seperti saat ini. tapi tak dapat di pungkiri ada suatu kepedihan di sorot amethystnya.

"Yah, Vampir memang cukup menakutkan. Tak heran banyak yang membenci mereka. Biasanya mereka menimbulkan mimpi buruk untuk oran-orang" Cibir Naruto lebih pada dirinya sendiri setengah hati.

"Aku tak takut pada Vampir aku bersumpah akan membunuh Vampir yang aku temui!" Sorot mata Hinata seolah bergelora dengan semangat baru.

"Mereka membunuh ibuku! Aku melihatnya dengan mataku sendiri"

Hinata menangis. Naruto tersentak kaget tak percaya. Hinata pun meyakinkan Naruto dengan menceritakan seluruh kronologi kejadiannya secara runtut dari awal hingga akhir. Cerita panjang itupun diakhiri dengan helaan nafas sedih yang menghantam Naruto tragis.

Ada sebuah rasa bersalah pada diri Naruto. Memang dirinya tak pernah memikirkan perasaan korban-korbannya selama ini hingga akhirnya Hinata menyadarkannya dengan suatu kesadaran pahit yang mencekik tenggorokannya.

Hidup yang tak mengenal jarak, waktu dan batas membuatnya berpikir sinis. Toh hanya seorang manusia apa bedanya dengan manusia yang lain. Dari sejuta atau bahkan lebih dari yang lain. Apa bedanya?

Toh manusia adalah makhluk lemah yang bahkan sedikit cengkraaman dari ras sepertinya akan menemui penciptanya.

Tapi, Hinata berbeda!

Sungguh tragis.

"Aku bersumpah akan menjagamu, Hinata-chan"

Naruto memeluk Hinata tak yakin. Namun, di sisi lain Hinata meyakini dengan tekad kuat bahwa hari-haruinya setelah ini akan lebih berwarna.

Dan itu memang benar.

Xxx

"Apa yang dia lakukan dirumahmu?"

Geram seorang pemuda bersurai raven. Hinata menunduk takut. Melangkah mundur selangkah demi selangkah. Sekujur tubuhnya merinding.

"Kau pikir aku tak tau kau sembunyikan dia dimana?"

Hinata terisak ketakutan. Kemarahan Sasuke, tunangan yang tak diharapkannya adalah hal terakhir yang diinginkan Hinata di dunia ini.

PRANG

"Aku tak tau apa maumu"

Sasuke menatap kosong jauh. Tanpa titik fokus, seolah Sasuke menerawang ke masa lalu. Sorot matanya terluka.

"Kau memintaku membantu perusahaan ayahmu. Aku berusaha sekuat tenaga. Kau bilang masih tak cukup. Meskipun mengorbankan harga diriku, aku berlutut di depan ayahmu agar mendapat restunya. Tapiapa balasanmu,hah?"

Hinata merasa terpojok dan tersudutkan. Hinata tak dapat menyalahkan Sasuke. Hinata ingin bertriak pada Sasuke bahkan dunia bukan dirinya yang meminta bantuan Sasuke tapi ayahnya yang meminta padanya dan Hinata tak kuasa menolak. Jika disuruh memilih, Hinata rela putus sekolah dan bekerja untuk menghidupi keluarga kecilnya.

Ayahnya terlalu depresi dan pesimis untuk berusaha bangkit semenjak kematian istrinya, Ibu dari anak-anaknya yang meninggal karn di bunuh Vampir. Peristiwa itulah yang menjadi awal dari serentetan musibah yang mengawali kesedihan Hinata hingga akhirnya di jodohkan dengan Sasuke. Pemuda yang sama sekali tak dicintainya.

Tiba-tiba Sasuke memicingkan matanya dan menyudutkan Hinata di pojok ruang sempit yang menjadi tempat pertemuan mereka sekarang ini. Hinata panik. Belum lagi tangannya yang membekap mulut Hinata agar tak berteriak dan mencengkram kedua pergelangan tangannya diatas kepalanya agr tak memberontak.

"Tolong! Siapapun tolong aku sekarang! Naruto-kun, ku mohon"

BRAK

TBC

Akemi M.R galau gegara aku bisa ikutan NHTD#4 jaadi gamau cuap-cuap gaje ga jelas kek kemaren – kemarn

#pundung T.T