Title : Linden
Genre : Family, Frienship, Romance.
Rating : Fiction T
Cast : Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Choi Minwoo (OC), Member Super Junior.
Disclaimer : all them belong to themselves and GOD. This is just my story.
Warning : Typos. Don't like it? Don't read, okay? dan jangan ngebash.
Linden
Kenangan di sepanjang Unter den Linden
Aku tak pernah tahu bahwa mencintainya itu dapat membuatku terbang melayang. Jantungku berdetak dengan keras. Berdentum-dentum tak beraturan. Iris obsidian miliknya berhasil menghipnotisku. Dan ketika saat itu tiba, tiga tahun yang sangat panjang terlewati, aku masih menemukan semangat cinta di obsidiannya yang berpindar terang.
Aku menatapnya dan ia pun menatapku. Sapphire dan obsidian saling bertemu. Memancarkan kelembutan dan keangkuhan masing-masing.
Aku berdiri di depannya. Terpaku dan terpukau disaat yang bersamaan. Seolah ada sihir tersendiri yang menarikku untuk semakin mendekat kepadanya.
Aku mempersempit jarak di antara kami. Harum khas dirinya yang asing bagiku mulai merasuki indra penciumanku. Merebak dan memenuhi rongga dada. Dan jantung ini pun seperti mengerti. Ia bertalu dengan cepat. Dan paru-paruku mengembang sempurna. Seakan paham bahwa harum khas ini adalah salah satu zat yang baik untuk dihirupnya.
Jarak kami semakin dekat. Aku bisa meraKibumn hawa panas yang berhembus dari hidungnya. Ia tetap menatapku tanpa berkedip sedikit pun. Matanya melembut. Kelip bintang seolah menyelip dan berpindar di sana.
Aku tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi. Tetapi dalam hitungan menit aku bisa meraKibumn harum tubuhnya menyeruak secara berlebihan di sekitarku.
Untuk pertama kalinya sejak obsidian ini menatapku. Ia berucap dengan lirih, menyelinapkan sebaris kalimat yang membuatku semakin kuat merengkuhnya. Mematenkan hakku atas dirinya.
Dirinya yang tidak pernah sekali pun pergi dari alam bawah sadar ku. Dirinya yang bagaikan candu bagi ku. Dirinya yang akan selalu menempati sudut hatiku.
"Aku merindukan mu."
Seumur hidup, Kyuhyun tidak menyangka bahwa ia harus dikirim ke Negara ini untuk menjalankan training konyol yang dibuat dan diperintah oleh Ayahnya.
Di dalam kepalanya sekali pun Kyuhyun tidak pernah membayangkan. Sekarang, mau membantah pun ia tidak akan bisa.
Kedua kakinya telah berpijak pada tempat yang berbeda. Seingatnya, dua hari yang lalu ia masih berdiri di tepian Sungai Han. Menanti senja yang bergulir pelan. Merasakan hawa sejuk sore hari.
Tetapi yang didapatinya sekarang adalah pohon-pohon yang mulai meranggaskan daunnya. Merontokkan dan membuat para dedaunan itu bergulir turun. Terbang entah kemana karena disapu angin.
Kyuhyun mendengus. Pasrah. Tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mengerjakan apa yang sudah diamanatkan kepadanya.
Ia melangkah pelan. Menyelipkan tubuhnya di antara para turis yang memenuhi Unter der Linden di sore hari.
Dan semenjak kedatangannya kemarin. Kyuhyun tidak pernah tahu bagaimana caranya bernafas dengan benar. Selalu ada yang menyumbat saluran pernapasannya dan membuatnya sesak. Mulutnya sudah gatal ingin menumpahkan semua omelan yang meloncat-loncat indah di kepalanya.
Tapi apa daya, supir yang menjemputnya di bandara hanya mengatakan bahwa ia harus mengantarkan Kyuhyun ke flat di tengah kota Berlin. Memastikan bahwa gadis berambut sebahu itu selamat sampai tujuan.
Kyuhyun bersumpah. Bila semua ini telah berakhir, maka ia akan mengikat kakaknya dan membuangnya jauh-jauh. Kalau perlu, manusia menyebalkan satu itu akan ia lempar ke lubang hitam. Agar hilang tanpa sisa sedikit pun.
Karena yang menyebabkan sekarang ia berada di Negara ini adalah akibat ulah kakaknya. Manusia itu mengusulkan dan meracuni ayahnya agar mengirimnya kesini. Dimana dulu tembok Berlin berada.
Sejujurnya Kyuhyun menyukai tempat yang ia lewati ini. Sebuah jalan yang penuh akan sejarah. Membentang di jantung Berlin di bagian yang paling bersejarah. Jalan raya bergengsi yang di tepiannya dijajari oleh pohon-pohon linden. Dan di musim gugur seperti saat ini, daun-daun linden berguguran. Memenuhi sebagian tempat dimana akar dari pohon itu berpijak.
Kyuhyun menggerakkan kakinya ke salah satu tempat duduk di sekitar pohon linden yang masih sedikit rimbun. Ia menghempaskan tubuhnya. Menaruh tas berwarna coklat yang dibawanya sejak tadi ke atas meja. Ia merapatkan mantelnya saat angin sore berhembus kencang. Memang disaat musim gugur seperti, angin yang berhembus di sore hari terasa lebih dingin.
Tidak seperti sore hari disaat musim semi menjalankan tugasnya.
Obsidiannya bersinar. Bola mata berwarna hitam laksana malam itu beredar. Mengamati tempat dimana sekarang ia berada.
Di kanan dan kirinya penuh akan manusia. Turis-turis luar Jerman memenuhi setiap tenda yang ada. Mereka becengkrama dan bercanda. Sepasang muda-mudi, yang menurut perkiraan Kyuhyun baru berumur 15 tahun saling bercanda. Mereka tertawa bersama dan secara mendadak sang pemuda meniadakan jarak di antara keduanya.
Kyuhyun memutar kepalanya. Ia hanya mendengus. Sudah biasa bila remaja seumuran dua orang tadi melakukan kissing di tempat umum. Bukan hal yang tabu lagi.
Para pedagang kaki lima mulai menjajakan hasil makanan olahan mereka. Kyuhyun bisa menghirup aroma gulali yang manis. Merasuki indra penciumannya dengan bebas.
Kyuhyun mengedarkan pandangan lagi. Dan semenjak tadi yang ditangkap matanya adalah guguran daun-daun linden. Ujung bibir Kyuhyun terangkat. Ia merogoh tasnya dan mengambil kamera pocket berwarna biru tua miliknya.
Tidak ada salahnya jika ia mengabadikan gugur-guguran daun itu. Bisa dijadikan sebuah koleksi tersendiri untuknya.
Ia memfokuskan pada satu helai daun linden yang baru saja meloloskan dirinya dari ranting pohon. Melambai disapu angin. Lalu jatuh dan bergabung dengan dedaunan lainnya yang telah terlebih dahulu meranggas.
Kyuhyun tersenyum melihat hasil bidikannya. Setidaknya selama tiga bulan ia di Jerman, koleksi fotonya akan bertambah banyak bila ia tidak lupa membawa kamera pocketnya. Segala hal yang ada di sekitarnya ini pantas untuk diabadikan lewat selembar foto.
Telinga Kyuhyun mendengar coletah kecil dari seorang anak kecil. Kepalanya berputar dan matanya menangkap sesosok anak kecil. Tubuhnya dibalut mantel merah dengan bulu-bulu putih disekitarnya.
Chrismast. Batinnya tiba-tiba.
Bocah kecil itu menunjuk penjual gulali. Di belakangnya berdiri sosok laki-laki tinggi berwajah tampan. Kemudian laki-laki itu berjongkok dan mendengarkan apa yang sedang diucapkan oleh bocah kecil tadi. Laki-laki itu mengangguk, membuat bocah kecil yang hanya setinggi lututnya bersorak riang. Ia menunjuk gulali berwarna pink. Gulali itu seperti kumpulan gumpalan-gumpalan awan.
Ia mengucapkan terima kasih dengan heboh. Kemudian menarik tangan laki-laki tadi. Mereka berdua melewati meja Kyuhyun tanpa menoleh sedikit pun. Aroma jeruk menguar dari bocah kecil itu.
Kyuhyun tersentak. Sadar akan apa yang dilakukannya sejak tadi. Hal mustahil yang dilakukannya sendiri. Ia tidak pernah terpaku begitu lamanya pada sesuatu. Dan objek yang menjadi keterpakuannya tadi adalah seorang bocah kecil.
Ia mendengus, meenyadari tingkahnya yang diluar kendali, Kyuhyun memasukkan kameranya lalu beranjak berdiri.
Berjalan dan meninggalkan sejenak keramaian yang ada di Unter den Linden. Berjalan menuju arah flatnya. Yang kemudian dalam hitungan menit Kyuhyun mengumpat kesal. Ia lupa kemana arah flatnya berada. Tadi saat pergi ke Unter den Linden Kyuhyun diajak oleh tetangga disamping flatnya.
Lalu Kyuhyun ditinggal begitu saja. Saat tetangganya itu menyampaikan arah bila ingin kembali pulang. Seseorang menginstrupsinya, menariknya dan meninggalkan Kyuhyun seorang diri di tengah Unter den Linden.
Apa yang Kyuhyun suka dari Jerman?
Banyak.
Musim seminya. Musim gugurnya. Musim dinginnya.
Unter den Linden.
Festival cahaya yang ada di Berlin.
Brandenburger Tor.
Mercure checkpoint Carlie.
Reichstagsgebaude. Gedung DPR Jerman yang sangat menarik perhatiaannya.
Lalu apa yang Kyuhyun tidak suka dari Jerman?
Banyak sekali.
Ia bisa menuliskan seribu macam alasan mengenai ketidaksukaannya dengan Jerman. Menuangkannya semua unek-unek yang semakin bertambat ruwet semenjak tiga hari yang lalu.
Angin subuh malu-malu memasuki kamar Kyuhyun. Menyelip melalui ventilasi udara. Membelai lembut wajah Kyuhyun yang masih terlelap. Ditariknya selimut hingga leher. Menutupi tubuhnya dari jangkauan angin subuh yang terasa begitu dingin.
Musim gugur memang berbeda. Suhu pada malam hari terasa lebih dingin daripada biasanya. Dan pagi ini, saat jam baru menunjukkan pukul setengah enam pagi, udara subuh terasa semakin dingin. Membuat Kyuhyun enggan membuka matanya.
Ia hanya melenguh sesekali jika merasa kedinginan. Selimutnya sudah berlapis dua. Sebelum tidur tadi malam ia sudah mengomel terlebih dahulu. Tubuhnya yang lebih menerima udara tropis ini harus menyesuaikan diri dengan hawa dingin musim gugur Jerman.
Kyuhyun menggeliat ketika meraKibumn getaran di bawah bantalnya. Getaran yang semakin lama semakin bertambah intensitas getarnya. Kyuhyun memaksa matanya untuk terbuka. Sedikit menyipitkan mata karena menyusaikan dengan cahaya lampu kamarnya.
Seumur hidup Kyuhyun tidak akan pernah bisa tidur dengan keadaan gelap. Ia akan tidur lebih lelap bila lampu kamarnya menyala. Terang benderang. Membuatnya tidak takut akan apapun. Karena tanpa disadari, ia sering memikirkan segala hal yang berbau horror bila tidur di ruang yang gelap.
Kyuhyun mengetuk iphone-nya. Menjawab telpon dengan menggunakan loudspeaker. Suara di ujung sana membuatnya terbelalak kaget. Ia cepat-cepat duduk bersila. Menaikkan selimutnya dan melilit tubuhnya sendiri.
"BANGUUUUUN NONA JELEK." teriak suara di ujung sana.
Kyuhyun mendengus. Dasar manusia gila. Apa ia tidak tahu kalau sekarang masih pagi buta. Dan suaranya itu, tidak ada bagusnya sama sekali. Dasar gila, umpat Kyuhyun.
"Nggak usah teriak-teriak. Aku nggak tuli." seru Kyuhyun parau. Ia tetap duduk bersila. Menguap lebar dan mendengar ocehan selamat pagi dari sang kakak tercinta.
"Tahu tidak? Oppa menang tender. Keuntungannya besar banget untuk perusahaan kita. Nanti Oppa kirim ke kamu deh daftarnya. Nggak habis pikir, orang-orang hebat berjabatan tinggi itu dengan mudahnya menandatangi surat kontrak tanpa membacanya dengan teliti. Hanya keuntungan besar saja yang mereka lihat. Masa tender segede itu cuma dipandang sebelah mata. Ya Oppa ambil lah. Kece kan Kyu?"
"Hoy hoy dengar nggak sih?" tanya Kibum heboh. Pasalnya sejak tadi ia berbicara tidak ada sahutan sama sekali dari adiknya itu. Kyuhyun hanya berdehem tanda mendengar.
Kibum menghela nafasnya lelah. Dasar adik tidak tahu diri. Ia mengoceh panjang lebar hanya dibalas dengan deheman.
Kibum bersuara dengan tegas, memberi peringatan agar Kyuhyun tidak melanggar dan melakukan hal-hal aneh agar bisa cepat pergi jauh-jauh dari Jerman. Karena Kibum tahu bagaimana antinya Kyuhyun dengan Negara itu.
" Denger ya. Mau kayak apapun kamu berusaha buat kabur dari sana. Appa bakal tahu. Jadi jangan coba-coba. Arraseo?"
"Ya." jawab Kyuhyun malas.
Ia bukan anak kecil yang harus diberi tahu berkali-kali. Ia juga bukan gadis tuli. Ia mengerti. Ia paham. Siapa juga sih yang mau kabur begitu saja? Memangnya dia bodoh. Setidak sukanya ia dengan Jerman, Kyuhyun tidak akan kabur begitu saja.
Apalagi setiap hari ia akan disuguhkan dengan pemandangan guguran para daun linden. Hanya orang bodoh saja yang akan kabur secepat itu, tanpa menikmati bagaiman indahnya musim gugur di Jerman.
"Udah ya kakak ku tercinta. Adik mu ini masih mengantuk. Dah. Dan pagi." Kyuhyun memutuskan telpon sepihak. Tidak mempedulikan sang kakaknya yang kembali mengomel.
Ia melemparnya kembali ke bawah bantal. Dan juga kembali menghembaskan tubuhnya. Memeluk guling dan menutup matanya.
Tetapi belum ada sepuluh menit ia terpejam. Alarmnya berbunyi nyaring. Meraung-raung membangunkannya. Kyuhyun menutup telinganya, menulikan sejenak dari suara alarm itu. Ia menggerutu jengkel. Mengomel dalam hati. Menyebalkan. Suara alarmnya ini benar-benar mengganggu.
Ia melempar selimutnya dan melompat turun. Mematikan alarm jam wekernya. Menyeret kaki dan masuk ke dalam kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat.
Dari dulu kalau sudah sang kakak mengganggu paginya, maka tidak akan ada kesempatan untuknya kembali tidur. Sudah dipastikan Kyuhyun akan memulai pagi menjadi lebih awal.
Suara celotehan meluncur deras dari bibir mungil Minwoo. Ia bersenandung. Menyanyikan lagu anak-anak yang kemarin baru diberikan oleh gurunya. Kakinya melompat-lompat kesana kemari.
Kedua tangannya membawa piring yang berisi selembar roti yang telah diolesi dengan selai nanas. Ia melangkah pelan-pelan ketika mendekati pintu kamar Daddy-nya.
Ditaruhnya piring roti itu di atas meja yang berada di dekat pintu. Meja kecil yang penuh akan frame fotonya.
Minwoo menarik kursi yang ada di sebelah meja itu, membawanya hingga depan pintu. Lalu dengan hati-hati dibukanya pintu kamar Daddy-nya itu. Setelah terbuka, ia melompat turun dan mengambil piring roti tadi.
Minwoo berlari memasuki kamar saat melihat Daddy-nya berdiri di depan kaca. Ia memeluk kaki Daddy-nya karena tingginya baru selutut Daddy-nya.
"Good morning Daddy," serunya heboh. Cengiran khasnya terpampang jelas di wajah manisnya. Membuat pipinya yang chubby semakin terlihat gembul.
Siwon menoleh. Ia tersenyum mendapati putranya bergelanyut manja di kakinya. Diangkatnya tubuh Minwoo, memeluknya. Membuat Minwoo tertawa geli. Siwon mengecup pipi tembem Minwoo.
"Pagi my lil prince. Are you okay?"
"Of course Daddy." teriaknya.
Siwon terkekeh. Keningnya menempel di kening Minwoo. Memeriksa kondisi tubuh putra kecilnya ini. Rasa hangat seketika menjalar ke tubuhnya. Anak ini masih demam.
Minwoo menggoyangkan kakinya minta diturunkan. Siwon mengerti, diturunkannya putranya itu.
Lalu setelah itu, sepiring roti tersaji di depan wajahnya. Ia berjongkok, menyamakan tingginya dengan Minwoo.
"Untuk Daddy. Selai nanas." seru Minwoo.
Diambilnya roti itu lalu memotongnya. Menyuapkannya ke dalam mulutnya dan ke mulut Minwoo. Bergantian seperti itu hingga roti selai nanas buatan Minwoo habis dilahap mereka berdua.
"Daddy. Hari ini aku sekolah ya?" pinta Minwoo. Tangannya terkatup di depan dada. Menatap Daddy-nya dengan mata berkaca-kaca. Cara tersendiri agar Daddy-nya memberi ijin.
Siwon menggeleng. Ia tersenyum lalu menggendong Minwoo dan berjalan ke dapur.
Siwon mendudukkan Minwoo, ia berputar dan mengambil gelas tinggi. Membuatkan susu coklat untuk Minwoo. Hanya hangat-hangat kuku, karena Minwoo tidak terlalu suka susu panas atau yang terlampau dingin.
Disorongkannya segelas susu tadi ke depan wajah Minwoo, menyuruh Minwoo untuk meminumnya. Sedangkan ia sendiri kembali mengambil cangkir untuk membuat kopi.
"Daddy boleh ya?" pintanya, masih mencoba untuk membujuk Daddy-nya. Minwoo menumpukkan sikunya, menatap Daddy-nya memohon.
Siwon menggeleng, disesapnya kopi panas itu. Lalu menaruhnya di atas meja, ia menumpukkan sikunya dan balik menatap Minwoo. Menatap kedua bola mata kelabu milik putranya itu.
"No dear. Kau masih demam, ingat? Hari ini di rumah saja. Nanti Daddy bawakan pie linden. Mau?" tawar Siwon.
Mata kelabu Minwoo berbinar terang mendengar bahwa Daddy-nya akan membawa pie linden. Pie berwarna hijau yang menggoda iman. Pie yang dibuat dengan campuran ekstrak daun linden.
"Mau Daddy." serunya gembira.
Siwon mengacungkan jempolnya. "Sekarang habiskan susumu. Setelah itu kita pergi ke rumah Andrio." ucapnya.
Minwoo mengangguk semangat, diteguknya habis susu coklat buatan Daddy-nya. Ia meloncat turun setelah mengahabiskan susunya, berlari ke kamar dan mengambil tas. Tas berwarna merah dengan gambar kura-kura yang berisi mainan.
Siwon menggendongnya. Mereka memasuki lift dan turun ke lantai dua. Melangkah pelan menuju kamar nomor 2121 milik keluarga Dash setelah keluar lift.
Minwoo mengecup pipi Daddy-nya dan melambaikan tangan. Ia berlari masuk bersama Andrio, meninggalkan Daddy-nya dan Aunty-nya di depan pintu.
Siwon mengangguk maklum saat Erynina mengejeknya, senyum simpul mampir sejenak di wajahnya.
"Titip Minwoo ya, hari ini aku tidak sampai sore. Hanya ada satu kelas perkenalan, setelah itu selesai." beritahunya. Erynina mengangguk-angguk paham.
"Ya ya. Pergi sana sebelum Minwoo berlari keluar," suruh perempuan itu. Siwon terkekeh, ia mengecup pipi Erynina dan beranjak pergi.
Sahabat baiknya itu hanya mendengus saja, untung Sebastian –suami Erynina- sudah pergi ke kantor terlebih dahulu. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan mereka berdua akan adu mulut dulu karena ulahnya tadi.
Hai =) (nyengir lebar hehehe)
Lama tidak bertemu. Merindukan saya? Sepertinya tidak (digampar). Oke saya tahu saya tidak menepati janji untuk mengupdate Kyuhyun's Baby? Entah kenapa mood menulis saya sedang mengambang-ambang entah kemana. Sehingga malas menulis. Idenya bertebaran di kepala tapi tangannya malas merangkai kata.
Sudah jadi sebagian. Tetapi saya tidak mau mengupdatenya kalau hanya menulis sedikit.
Jadi sebagai gantinya, saya update cerita baru tentang Kyuhyun, Siwon dan Minwoo. Sebagai ganti akan kerinduan dengan sosok Minwoo.
Sebenarnya ini juga dari naskah novel saya yang baru setengah jalan, agak malas untuk melanjutkan karena mendapat review yang menohok hati sampai nangis berhari-hari ._.
Ehmmm. Semoga ketidaktepatan saya menepati janji bisa dimaafkan dengan cerita ini ya. Setidaknya untuk beberapa chapter ke depan cerita akan rutin di update. Tidak janji berapa hari sekali diupdatenya. Tapi pasti di update, karena ceritanya sudah ada tinggal di edit saja.
Semoga kalian yang membaca suka dengan cerita ini.
Bila berkenan meluangkan waktunya mohon untuk diberi kritikan, saran, komentar dan lain sebagainya.
Oh ya, bila tidak suka, tolong jangan dijelek-jelekkan ya ceritanya. Ya saya tahu tidak semua orang menyukai cerita yang saya tulis.
Itu saja.
Enjoy.
Bye.
Suci.
