Lovely Complex

By BaekToYou

Genre : romance, school-life

Rated : T

a/n : oke, ini terinspirasi dari film Lovely complex. Yap, sama kayak judulnya, biar kalian nggak nganggep aku sebagai plagiat =-= plis, aku ga niru persis kayak di film. Kalo kalian nonton filmnya, pasti bakal langsung kepikiran baekyeol wkwk :v

udah ah, enjoy ya '-'

jangan lupa rcl

.

.

Kalian tahu? Sebelumnya aku bukanlah seseorang yang mempermasalahkan ukuran manusia, yah—setelah bertemu dengannya aku berubah. Aku membenci lelaki tinggi. Apalagi lelaki tinggi dengan rambut ikal berwarna norak yang kini sedang tertawa dengan mulut lebarnya di hadapanku. Ingin sekali kusumpal mulutnya dengan kaus kaki bulukan(?) milik eunhyuk hyung dari kelas 3 itu atau mungkin menyumpal mulutnya dengan sepatu bot merah kampungan yang dipaKai miss. Jessica?

"Kembalikan celanaku, bodoh!" umpatku. Coba kau ada di posisiku, berdiri di belakang pintu toilet karena celanamu di sembunyikan oleh makhluk tinggi bodoh ini.

"Huahaha! Aku tidak tahu dimana celanamu ByunBaek. Kau cari saja sendiri ya, aku mau pulang! Hei, Kai dan Sehun sudah jangan tertawa terus, ayo pergi! huahaha.."

Sialan. Sialan. Sialan. Park Chanyeol, aku mengutukmu!

Dan hari itu aku menunggu sekolah sepi hingga malam tiba dan mengendap-ngendap keluar menuju loker mencari celana olahraga.

Setidaknya itu kejadian dua hari yang lalu, dan sialnya entah kenapa kutukanku belum menunjukkan tanda-tandanya.

.

.

-BBCY-

.

.

"...yang pindah ke Korsika di abad ke-16 Ayahnya, Nobile Carlo Bounaparte, seorang pengacara, pernah menjadi..."

"Sehunie~ kau mau membelikanku boneka ini, eum?" Seorang namja unyuwh unyuwh menunjuk majalah yang terbuka lebar di hadapannya. Jari lentiknya tertuju pada boneka rusa berukuran besar dengan mata bulat—jangan lupakan tulisan; Pencet di perut, akan keluar bunyinya.

Sehun mengangguk. Namja itu duduk di depan Luhan sehingga mau tak mau ia selalu duduk menyamping agar bisa terus bercengkaram dengan kekasihnya. Eyes smilenya menyipit, "Apa imbalanku jika aku membelikanmu itu Hannie?"

Luhan menerawang, menaruh jarinya di bibir dengan pose menggemaskan. "Apa saja Hunnie.." dan Sehun langsung menyeringai senang. "Aku akan beli secepatnya Hanniekuh~" Kantung kresek sudah saya siapkan di pojok ruangan, saudara saudara.

Mari kita arahkan kamera ke tempat lain, tepatnya pada meja ke 4 dari depan. Ada sesosok namja mungil yang menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya. Dengkuran halusnya terdengar hingga sang guru yang sejak tadi mengajar—walaupun tidak dihiraukan oleh muridnya—merasa terganggu.

"...5 adik, yaitu Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline—" Mrs. Jessica melipat buku tebal itu keras dan berjalan menghentak-hentak hingga suara dari sepatu botnya terdengar jelas. Ia mendengus sebal hingga kedua alisnya yang di ukir (?) itu menyatu. Semua mata mengikuti kemana wanita berbaju merah, beranting merah dan sepatu bot merah itu berjalan.

"Byun Baekhyun!" panggilnya. Tak ada pergerakan dari Baekhyun. Jessica mengetuk-ketukan jarinya pada meja. "Byun Baekhyun! Wake up!" ia berkacak pinggang.

"Bukan begitu cara membangunkannya, Mrs. Jessica." Ucap lelaki berjumper hitam yang duduk tepat di sebelah Baekhyun. Jessica menoleh, masih dengan tatapan kesalnya ia hanya bisa diam melihat muridnya itu secara seksama.

"Kalau begitu cepat bangunkan, Park Chanyeol!" pekiknya. Entahlah, guru satu ini sepertinya tempramental.

Chanyeol melirik melalui sudut matanya, dengan malas ia merubah posisi duduknya yang sebelumnya menghadap depan kini menyamping. Diusapnya sepatu nike biru tuanya perlahan, "Anda harus melakukan seperti ini untuk membangunkannya."Chanyeol mengangkat kaki kanannya dan menendang dengan keras kaki meja Baekhyun hingga ia yang sedang tertidur tiba-tiba tersentak dan hampir jatuh.

JEDAAKK!

Baekhyun mendongak, mengusap matanya dan dahinya yang ikut memerah karena tendangan Chanyeol barusan.

"Bangun, pendek!"

Baekhyun masih mengaduh kesakitan, ia menoleh. "Kau yang menendang mejaku, eoh?"

"Itulah cara yang efektif untuk membangunkanmu, Tauge!" cerca Chanyeol yang disambut high five-an dari Sehun dan Kai di dekatnya.

"Jangan panggil aku tauge, dasar tiang jemuran!"

"Keroro~ lihat, mereka cute sekali.." celetuk namja cantik sambil menunjuk BaekYeol yang kini serempak menoleh padanya dengan pandangan; 'APANYA YANG CUTE HEI'. Sang keroro berwajah mesum itu mengusap pucuk rambut kekasihnya, "Menurutku kau lah yang paling cute, Taeminie-ku.." ...gombal.

"KAMI TIDAK CUTE!" pekik Baekhyun dan Chanyeol bersamaan.

Sehun tertawa. Ia meninju pundak Kai pelan. "Lihatlah, mereka kompak sekali, Kai. Bahkan aku dan Luhan tak sekompak itu." Baekhyun dan Chanyeol menoleh bersamaan, "SIAPA YANG KOMPAK!"

Baekhyun menggeram kesal. Ia mendongak menatap Chanyeol. "JANGAN IKUTI KATA-KATAKU, TIANG!" Chanyeol yang tidak terima balas menatap Baekhyun. "MINUMLAH SUSU DAN TUMBUH TINGGI, PENDEK!"

"Aku akan tertawa ketika kau berjalan ada pesawat yang menabrak kepalamu!"

Jessica yang sudah kembang kempis hidungnya mulai berteriak. Ia kembali menghentakkan sepatu botnya. "DIAM KALIAN!"

"Lebih baik kau paKai saja sepatu bot norak milik Mrs. Jessia agar terlihat tinggi!" dan bingo. Sehun dan Kai menepuk jidat mereka masing-masing. Seluruh seantero sekolah pun tahu hal yang Jessica puja seumur hidupnya adalah penampilannya. Fashion nomor satu. Selamat Park Chanyeol, kau membangunkan induk Singa.

"PARK CHANYEOL DAN BYUN BAEKHYUN, KELUAR KALIAN!"

.

.

-BBCY-

.

.

Semua tidak akan seperti ini kalau Park Chanyeol tidak menggangguku. Semua tidak akan seperti ini kalau aku tidak bertemu dengan Park Chanyeol, kan? Huh. Kalian bayangkan, aku dihukum menulis di seluruh papan tulis di sekolah ini. Kelas satu ada enam kelas, dikali tiga ada 18 kelas. Dan itu semua salah Chanyeol, bukan aku.

"Aku..tidak..akan..tidur..di kelas..dan..sepatu bot.. ..sangat..bagus.." ejaku seraya menulis dengan kapur. Benda putih ini membuat jari-jariku panas dan..udara sangat dingin disini. Sial, aku lupa bawa jaket.

"Hei pendek, pulang sana." Aku menoleh dan mendapati Chanyeol tengah bersandar pada pintu kelas 2-b. Benar, masih banyak papan tulis yang harus kutulisi dan parahnya ini sudah jam 9 malam. "Kau pulang sendiri saja. Aku belum selesai."

Kudengar langkah sepatu yang tadi menendang mejaku mendekat. Chanyeol merampas kapur, mematahkannya lalu membuangnya keluar jendela. Ia mengendikkan bahunya seperti orang bodoh. "Tadi saat aku pulang, kulihat ibumu—oh apa harus kuberitahu ya?"

Ibuku apa? Ibuku apa hei? Ku pelototi Chanyeol, tapi dia malah membalikkan badannya keluar kelas. Melambaikan tangannya yang besar dan yang sering menggeplak kepalaku itu. Tapi, ada apa dengan ibuku? Tanpa ba bi bu, aku langsung berlari dengan sedikit tak sengaja menabrak Chanyeol. Sebenarnya bukan berlari juga, mungkin hanya berjalan tergesa-gesa.

Sejak ayahku meninggal, aku jadi trauma. Aku tak mau ibu pergi juga. Makanya, perkataan Chanyeol tadi maksudnya apa? Ada apa dengan ibuku? Eh tapi, rumah Chanyeol kan beda arah..

Aku berhenti. Pikiranku melayang kenapa Chanyeol bisa tahu apa yang terjadi di rumahku padahal rumahnya berlawanan arah. Aku masih terdiam. Mungkinkah ia berbohong?

"Baekhyun awas!"

Apa? Aku menoleh. Kulihat sorotan cahaya yang makin mendekat ke arahku. Apa ini? Kutolehkan kepalaku ke belakang. Sosok Chanyeol yang berlari mendekat ke arahku seolah diperlambat. Tangan kanannya merengkuh kepalaku dan satunya menarik pinggangku.

Kini wajahku dengan wajahnya hanya terpaut beberapa cm. Oh Tuhan, ini park Chanyeol? Park Chanyeol si tiang listrik yang suka cari masalah itu? kenapa...kenapa...kenapa...argh! kenapa...kenapa wajahnya tampan!

Shit.

Shit.

Shit.

Bruk.

"Auwh..s-sakit? Eh.." ku buka mataku. Ku kira aspal jalan itu keras dan pasti akan terasa sakit jika aku terhempas. Tapi nyatanya kenapa malah tidak sakit?

"Tolong ya Byun Baekhyun, bisa berdiri kan? Kau kira berat tubuhmu ringan?"

What the shit. Aku langsung bangun dan membersihkan tubuhku yang sepertinya menyentuh tanah saja tidak. Uh, wajahku memanas. Aku malu sudah di tolong oleh musuh bebuyutanku sendiri. Dimana harga diriku? Tidak. Harga diri Byun Baekhyun tidak boleh hilang.

Tanpa menunggu Chanyeol aku langsung berlari pulang.

.

.

-BBCY-

.

.

Baekhyun masuk ke dalam kelasnya. Tapi tiba-tiba wajahnya langsung berubah masam dengan muka datar melihat dua sahabatnya di pojokkan dengan kekasih masing-masing. Pacaran sih tidak apa-apa, tapi masalahnya itu—silahkan lihat sendiri.

Luhan membuka tabloid tebal dengan judul Bobo(?) di covernya. Ia menunjuk tas mcm berwarna putih dengan corak gambar merah. Dengan menatap Sehun, bola mata di sayu-kan berkedip kedip, bibir mengerucut dan tangan mengatup ia memohon pada Sehun.

"gwiyeomi~"

Sehun tidak sadar bahwa sudah ada aliran darah dari hidungnya melihat tingkah polah kekasihnya itu. Ia buru-buru mengusapnya dan menangkup pipi Luhan. "Kita beli sekarang!"

Baekhyun memutar bola matanya. Jujur ia merasa kasihan dengan Sehun, tapi Sehun juga terlalu bodoh—atau polos? Dengan begitu mudah luluh ketika melihat Luhan beragyeo. Kini ia mengalihkan pandangannya pada KaiSoo.

"Akh—"

Apa coba? Bukan yadong wee.

Dilihatnya Kai yang berwajah sangar, kejam, tegas dan penuh karisma itu membuat tangannya seolah sedang menggenggam sebilah pisau dan merobek dadanya. Padahal tangannya kosong, Cuma terkepal.

"Akh—" rintihnya. Baekhyun jawdrop (rahangnya turun ke lantai, jadi mangap gitu) ia cengo. Kini Kai yang dadanya sudah robek, ia mencabut hatinya dan menatap Kyungsoo yang berada di seberang bangku dengan tatapan yang mendramatisir suasana. Lalu ia lempar hatinya itu ke arah Kyungsoo.

Dan hap. Baekhyun sweatdrop. Kyungsoo menangkapnya dan menaruh hati Kai ke dalam dada bagian kiri. Bisa dilihat pipinya bersemu merah dengan tubuh di maju mundurkan—malu. Baekhyun memutuskan untuk tidak peduli, ia duduk.

Matanya melirik pada seseorang yang sedang bertelungkup di meja. Dan ketika manik matanya yang sipit itu bertemu pada sepasang telapak tangan Chanyeol, Baekhyun terdiam. Tangannya melepuh.

...kapur.

"Eungh.." Baekhyun langsung menghadap ke depan. Kalau Chanyeol memergokinya, harga dirinya bisa benar-benar hilang.

"Hey dude, wassup? Ready for the prom night?" Sehun datang, menepuk pundak Chanyeol. Sementara Kai masih sibuk melempar (?) organ tubuhnya yang lain pada Kyungsoo. Chanyeol menatapnya malas, "Prom night, huh?"

"Oh no, jangan bilang kau lupa?" Sehun memastikan dan ia menepuk jidatnya ketika Chanyeol hanya menguap sebagai jawaban. "Gosh, dude. Prom night nanti malam dan kukira yang belum dapat couple itu kau dan—" Chanyeol mengikuti kemana arah mata Sehun.

Baekhyun yang sedari tadi menguping, tiba-tiba menolehkan kepalanya ke arah Sehun dan Chanyeol. "Tidak mau!" pekik Chanyeol dan Baekhyun bersamaan lalu kembali membuang muka masing-masing.

"Aish. Terserah kalian sajalah. Lagipula apa salahnya berbaikan sih?" gerutu Sehun yang sepertinya sudah muak melihat Chanyeol dan Baekhyun bertengkar untuk hal sepele.

"Berbaikan dengannya? Sampai manusia di dunia tinggal satu pun aku tidak mau!" pekik Baekhyun lantang. Chanyeol yang tersulut ikut membalas, "Bodoh, manusia tinggal satu ya kamu sendiri! Mana bisa memilih!"

...benar juga. Kau bodoh Byun Baekhyun.

"B-beraninya mengataiku bodoh, jangan kira kau tinggi, otakmu juga tinggi! Aku lebih pintar!"

"Duh pintar ya? iyalah, otakmu menekan tubuhmu sampai pendek seperti itu!"

"Kau!" Baekhyun geram. Ia berdiri menantang Chanyeol, walaupun tidak sadar dirinya malah akan terlihat pendek. "Apa?!" balas Chanyeol, ia berdiri tapi sedikit menunduk. Dalam hatinya ia terkikik, Baekhyun tidak bertambah tinggi sejak mereka duduk di bangku smp. Mungil dan menggemaskan. Tunggu—kenapa kau bilang dia menggemaskan Chanyeol?

Mereka berdua malah terdiam, sementara penonton (baca ; Sehun, Kai, Luhan, Kyungsoo dan teman temannya yang lain) mulai gugup entah kenapa. Suasana kelas hening dan itu membuat Baekhyun memiringkan alisnya heran. "Kenapa kalian menonton aku dan idiot ini?!"

"Hei, siapa yang kau bilang idiot?"

"Kenapa kau marah sih?! Berarti, merasa idiot ya?"

"Tidak! MemaKai sepatu bot merah di dalam kelas itu baru idiot!"

Krik.

Krik.

.

"PARK CHANYEOL, BYUN BAEKHYUN! IKUT AKU KE KANTOR!"

.

.

TBC or DELETE?

.

.