Summary: Terlalu nista jika kita menjejalkan kata cinta pada hubungan polos nan suci mereka. Sebut saja manis. Semanis tiap langkah yang mereka ambil dengan sepasang kaki kecil mereka. /Chibi!HunHan /DLDR!
.
.
.
Cast own themselves. Author owns her fiction. © .:Disclaimer:.
Oh Sehun. Xi Luhan. © .:Cast:.
Multi Chapter. © .:Length:.
Shounen-ai. Real Person. Chibi Version of Real Person. Miss-typo. Out of Characters. Alternative Universe. Weirdo. © .:Warning:.
Don't Like Don't Read! No Plagiarism! © .:Author:.
.
.
.
Enjoy! :D
.
.
.
Their Little Foot
[A Side Story of 'You're Painting My Hearts']
icetwollucol
.
.
.
[Their First Step: Hold my Hands and I'll be Fine, my Friend]
.
.
.
—.—
.
.
.
Sehun kecil mengedipkan matanya sekali. Dua kali. Tiga, empat. Dan untuk hitungan yang kedelapan, Sehun kecil berhasil merubah ekspresi cengo miliknya dan memasang sebuah senyum tipis ala seorang Oh Sehun pada sosok di hadapannya. Sesosok bocah dengan surai pirang ber-style mangkok tengah mengenakan seragam yang sama dengan Sehun. Hanya saja yang membedakan adalah bocah itu memakai seragamnya lengkap—seragam plus dasi dan rompi kotak-kotak berwarna merah darah—sementara Sehun hanya memakai kemeja lengan pendeknya yang berwarna merah kusam tanpa rompi serta dasi. Bukan Sehun yang anak bandel. Ini hari Selasa, jadi tidak masalah kalau tidak memakai rompi serta dasi sekalipun.
Dan kembali pada bocah pirang tadi. Sehun kecil membatin tanpa sadar; Manis. Yang jelas dimaksudkan pada bocah pirang ini.
"Bagaimana menurutmu dengan penampilanku saat ini?"
Terdapat beberapa keringat menggantung di dahi Sehun kecil dan skeptis adalah ekspresi yang ditunjukkan bocah berusia 6 tahun itu pada pemuda kecil di hadapannya sekarang. Entah kenapa Sehun kecil justru membayangkan sebuah scene drama yang sering ditonton noona-nya di mana sepasang kekasih yang hendak berkencan dan tokoh wanitanya bertanya hal sejenis dengan apa yang dikatakan pemuda kecil ini dibandingkan dengan menjawab apa adanya pertanyaan bocah pirang ini tadi.
"Baguth." Jawab Sehun singkat pada akhirnya.
Ok, jujur dari lubuk hati kecilnya yang paling dalam. Sehun kecil ingin sekali memuji ini itu dengan bumbu kritikan ringan sana sini. Namun, kembali bocah kecil ini teringat akan dialog dalam drama favorit noona-nya. Si pemuda akan menjawab singkat dengan ekspresi cool kemudian si wanita akan tersipu malu. Tapi, hei! Sehun kecil sadar kalau ternyata di antara keduanya terlihat jelas tidak ada yang berpredikat wanita tapi 'wanita'. Dan sejak kapan, Sehun kecil mengerti dan belajar fungsi pemakaian tanda kutip satu?
"Benarkah? Ku rasa baru Sehun-ie yang memujiku terlihat bagus dengan seragam ini. Yang lainnya masih tidak mau bicara denganku karena rambutku." Luhan—nama bocah pirang itu—sedikit mengeluh ketika mengucapkan kalimatnya.
Sehun kecil diam. Bukan sedang memahami maksud ucapan Luhan—karena dia sudah tahu maksud ucapan itu sejak kemarin, Luhan memang sedikit dikucilkan karena warna rambutnya yang berwarna pirang mencolok, sejak hari pertamanya masuk ke sekolahan ini. Lebih tepatnya, Sehun kecil kembali teringat sebuah scene lain. Kali ini dari anime romance milik hyung-nya. Di mana si gadis yang berlagak sama persis dengan Luhan kemudian si pemuda akan membuatnya nyaman dengan sebuah rangkulan hangat dan kata-kata manis.
Namun, sekali lagi Luhan bukan gadis ataupun wanita meskipun sedikit 'seperti' mereka. Sehun kecil memukul kepalanya sendiri tanpa sadar. Ia masih terlalu kecil untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Tapi, terima kasih saja pada dua saudara tuanya yang seperti sengaja menjejalinya tontonan semacam itu padanya kemarin.
"Kenapa kau memukul kepalamu sendiri, Sehun-ah?" Luhan berujar khawatir. Reflek tangannya mengelus bagian kepala Sehun yang menjadi korban tangan pemuda kecil itu sendiri. Pipi Sehun kecil memanas lagi dan secara tiba-tiba. Sial, Sehun kecil selalu merasakan hal 'aneh' ini sejak mengenal Luhan sekitar 18 jam yang lalu. Bahkan, belum sampai 24 jam mereka menjadi teman. Tapi, Sehun kecil sudah merasa sangat betah berada di sisi Luhan.
"Tidak. Lupakan thaja! Ayo mathuk!"
Sehun kecil menggeleng pelan dan melangkahkan kakinya. Hendak memasuki kelas. Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah tangan mencengkram pelan pergelangan tangan kanannya.
"Belum masuk, 'kan? Kenapa tidak di sini saja?"
Sehun kecil mengernyitkan dahinya heran. Namun, ketika melihat ekspresi yang tergambar di wajah Luhan. Sehun kecil mengerti maksud bocah ini. Luhan takut terabaikan ketika mereka masuk ke dalam kelas. Mengingat betapa populernya Sehun kecil di kelas dan betapa masih terkucilkannya Luhan kecil di kelas barunya ini. Sehun kecil tersenyum. Entah untuk apa?
"Eh?"
Luhan sedikit terkejut ketika Sehun kecil mengibaskan cengkraman lemahnya dan justru menggenggam tangannya sekarang. Ia mendongak dan memandangi wajah sedikit kelewat datar Sehun dengan bingung.
"Aku bothan duduk dengan Jongin. Ku latha dia juga ingin thebangku thama Kyungsoo. Jadi, kamu denganku thaja, oke?"
Sehun mengeratkan genggamannya pada tangan mungil Luhan. Menyalurkan sebuah keberanian pada Luhan. Mata Luhan berbinar. Agaknya terharu. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum geli. Mengingat Sehun mengucapkan kalimatnya dengan nada penuh semangat sementara wajahnya datar tak wajar.
"Aku kelihatan bodoh, ya?"
"Tidak. Tidak, kok."
"Kalau begitu mau tidak duduk denganku?"
Entah kenapa sekali lagi Luhan terkikik geli. Namun, cepat-cepat dia membuang rasa gelinya dan menerima tawaran Sehun sebelum pemuda kecil itu berubah pikiran.
"Tentu saja, aku mau. Tapi…"
"…benarkah tidak apa-apa?"
Sehun kecil menghela nafas. Memasukkan tangan kirinya yang tidak menggenggam tangan Luhan. Memandang malas wajah manis Luhan yang menampakan rasa sungkan berlebih. Sebenarnya, Luhan yang dewasa sebelum waktunya atau memang orang tuannya yang terlampau menekan bocah kecil ini untuk bersikap dewasa atau memang bocah ini sendiri yang terlampau dewasa sementara dirinya masih kekanakan dan egois. Tapi, menurut Sehun pun kekanakan dan egois itu sangat wajar untuk anak seusia mereka. Jadi, menurut Sehun memang Luhan lah yang kelewat dewasa.
"Thudah ku bilang, 'kan? Aku memang mau denganmu. Jadi jangan memikilkan yang lain. Bukannya kita teman?"
Luhan terdiam sejenak. Duh, anak ini sedikit overacting kelihatannya. Kemudian ia tersenyum dan menggeleng cepat.
"Bukan kita bukan teman…"
"Melainkan sahabat mulai sekarang."
Sehun tersenyum tipis mendengarnya. Wajahnya memang masih sama datarnya. Namun, kilatan matanya tak bisa berbohong. Kalau anak ini juga senang mendengarnya.
"Ya, thahabat."
Sehun menarik Luhan untuk mendekat ke arahnya. Dan tersenyum tipis sebelum menggandeng Luhan masuk ke dalam kelas dan menuju sebuah bangku paling ujung belakang di mana kemarin Luhan mendudukkan dirinya di sana sendirian. Dan bertepatan setelahnya guru cantik mereka masuk ke dalam kelas membawa bermacam materi untuk tingkatan mereka.
Inilah langkah kecil mereka. Dengan tautan jemari mungil keduanya. Bersama memerangi rasa takut dan gelisah masa kecil keduanya. Mungkin, suatu hari mereka akan segera lupa dengan momen ini. Namun, biarkan aku yang membingkainya rapi sehingga setidaknya ada satu sejarah kecil yang telah mereka lalui demi kebersamaan yang menunggu.
.
.
.
—.—
.
.
.
[Their First Step]
—END—
.
.
.
a/n: Pendek. Aneh. Dan membosankan. Ada yang mudeng gak sih ama maksud ini chapter? Kalo gak ya maap. Deskripsi saya yang betele-tele kadang emang gak nyambung di bacanya. Ini side story YPMH yang nyeritain bagian yang dilewati sesudah pertemuan HunHan sampai keduanya segede di omakenya. Untuk beberapa orang yang menginginkan Chibi!HunHan lagi Enjoy! dan untuk diri saya sendiri yang begitu menggilai fanart Chibi!HunHan sekarang ini. OMG, they're so fucking cute… gonna bite some damn thing like a crazy wizard. Berasa pengen jitak yang gambar saking senengnya. XD
Special Thanks To:
someone98line. vnyj. ssnowish. 0312luLuEXOticS. kim sangraa. baby reindeer. justdenis. rinie hun. ajib4ff. dian deer. Nurfadillah. Brigitta Bukan Brigittiw. RZHH 261220. Sonewbamin.
Yang sudah berkenan mereview YPMH. Terima kasih banyak. :))
.
.
.
.
.
.
Let me know what you think about this 'thing' with your review. So, Mind to review?
