Istri untuk Hokage

Disclaimer: Mashashi Kishimoto is owner Naruto. Story's mine.


(1 of 2)


Siapa yang sangka, bocah yang terkenal rusuh dan tak bisa diam itu dapat meraih cita-citanya. Menghabiskan hampir seluruh umurnya untuk mendapatkan pengakuan dari warga desa.

Pencapaiannya tidaklah mudah. Menjadi seorang Hokage adalah cita-cita tertingginya. Kerja keras, berusaha sekuat tenaga dan pantang menyerah adalah label tak terlihatnya.

Dan setelah menelan pil-pil pahit-manis kehidupan juga perjuangan yang telah menahun, kini ia dapat bernapas lega.

Sudah teraih. Sudah sempurna—nyaris sempurna. Hanya satu hal yang membuat tetua dan obaachan-nya, Tsunade, terus mengurut pangkal hidung.

Istri untuk Hokage.

Ternyata itu tema pertemuan Naruto bersama para tetua hari ini. Bocah rubah yang telah menjelma sebagai pria tampan dan menawan itu kini duduk dengan kedua siku bertumpu di atas paha. Tengah menangkup kedua pipinya sendiri.

Bosan, bahkan nyaris tertidur—jika Shizune-neechan tidak menjitaknya—ketika para tetua memberi wejangan tentang apa itu rumah tangga. Memberi sugesti untuk memikirkan keturunan Hokage, untuk penerusnya nanti.

"Nah, Naruto…" nyaris saja Naruto menjatuhkan kepalanya dari tumpuan kalau saja tidak segera tersadar.

"Ya, yah? Apa?" sahut Naruto sekenanya, tak peduli sang obaachan sedang menatapnya angker.

Tsunade menghela napas. Rasa-rasanya ia akan semakin menua jika Rokudaime Hokage itu terus bertingkah layaknya bocah.

Naruto kembali mendengarkan dengan seksama tentang sebuah pilihan yang Tsunade jelaskan.

Hyuuga Hinata. Cantik, anggun, lemah gemulai. Memiliki kekkei genkai yang hebat. Keturunan klan terpandang. Sudah mampu menciptakan jurus sendiri.

Yamanaka Ino. Cantik bagaikan Barbie. Memiliki jutsu istimewa, yakni pengendalian perasaan, suasana, dan hati. Menyenangkan bukan, jika Hokage sedang murka dan istri Hokage sendiri yang menenangkannya secara paksa.

Shizune menahan tawa mati-matian mendengar penuturan barusan.

Beberapa penjelasan calon-calon selanjutnya masih belum membuat Hokage keenam itu bergeming. Ia memandang tak minat pada foto-foto dan biodata yang disuguhkan di atas meja rapat.

Sesungguhnya Naruto merasa sedikit terhina. Dirinya seperti bujang lapuk yang tak laku-laku hingga membuat para tetua terpaksa mencarikannya jodoh.

"Kau bilang, wanita yang kau tawarkan padaku adalah terbaik dari yang terbaik?" Naruto membolak-balikan file-file itu seperti mencari sesuatu.

Tsunade mendengus. "Mereka semua memiliki bibit, bebet dan bobot yang baik bukan?"

"Tapi kenapa tak ada Sakura-chan?"

Shizune tersedak. Para tetua beserta Tsunade terdiam.

Sakura memang seorang kunoichi handal, memiliki kemampuan yang tak terbantahkan. Merupakan medic-nin terbaik di lima desa setelah Tsunade sendiri tentunya. Kepintarannya pun tidak bisa diragukan. Secara fisik, Haruno Sakura sangatlah cantik dengan rambut dan warna mata yang begitu menawan dan unik.

Sudah rahasia umum pula, Hokage keenam itu tergila-gila dengan Sakura sejak genin, bahkan sejak pertama bertemu. Sudah dapat dipastikan, Naruto akan menyetujui pernikahan—bahkan melaksanakannya detik itu juga, jika bisa—kalau calon istrinya adalah Haruno Sakura. Cinta pertamanya.

"Apa yang membuat kalian tak memasukan Sakura-chan dalam pilihan?"


To be continue...

Next chapter (sepertinya) bakal jadi long shot.

semakin banyak respon, semakin cepat update *kedip2 genit*