Disclaimer : Kishimoto-Sensei
Pairing : SasuNaru donk…
Rate : T
Warning YAOI!! This fict is YAOI, don't like don't read!! okay…^^
Fict coLLab Tsuki dengan Zuki, wkwkwk…XD
~MY NEW LIFE IS YOURS, DOBE!~
By : Aoi no Tsuki
And
Mikazuki Chizuka
Uchiha Sasuke, seorang remaja kaya raya dari kalangan atas dan sangat tinggi derajatnya, lelaki yang sangat disegani dan sangat populer dikalangan para wanita sebayanya. Hari ini, tepatnya waktu pagi hari, terlihat di kediaman Uchiha, Sasuke sedang memasukan koper-koper berukuran lumayan besar ke bagasi mobilnya, dibantu oleh seseorang yang sosoknya mirip dengan dirinya. Namanya adalah Uchiha Sai, sepupu dari Sasuke.
Tanpa butuh waktu yang lama, mereka pun masuk ke dalam mobil berwarna hitam mengkilat dengan simbol kipas di pintu mobil mereka itu, membuktikan bahwa mereka adalah seorang Uchiha. Dan mobil yang mereka naiki pun melaju dengan kencang meninggalkan halaman rumah kediaman Uchiha dengan Sai yang menjabat sebagai sopir(?).
"Kenapa kita harus tinggal di desa?" Tanya Sasuke sambil memasang sabuk pengamannya.
"Bukannya ayahmu sudah memberitahukannya kepadamu ' kan ? Kita harus mengurusi lahan dan perkebunan Uchiha dan juga karena ulahmu yang terlalu bebas," Kata Sai dengan tenang dan tetap berkonsentrasi dengan acara menyopirnya.
"Kenapa bukan Aniki saja yang mengurusinya dan apa maksudnya dengan ulahku yang bebas itu?" Tanya Sasuke lagi dengan nada yang sedikit kesal.
"Sudahah Sasuke, sejak kapan kau jadi sedikit banyak bicara seperti ini?" Kata Sai dan diakhiri dengan helaan nafas sabar.
Sasuke tidak menjawab dan membuang nafas kesal, setelah itu, ia pun melempar pandangannya ke arah kaca mobil di samping kirinya yang menampilkan pemandangan keramaian kota yang akan segera ditinggalkannya itu. Lama kelamaan karena malas dan angin sejuk yang memelai-belai wajahnya, ia pun mulai menutup kedua matanya dan segera menuju ke alam bawah sadarnya.
***
"Suke… Sasuke… oi,"
Sasuke membuka kedua matanya, dan sosok Sai yang sebelumnya belum begitu jelas di matanya, kini terlihat sempurna saat beberapa kali ia mengedip-ngedipkan kedua matanya. Sasuke yang kesal karena terganggu tidurnya hanya bisa melempar pandangan 'Lain-kali-jangan-ganggu-tidurku' ke arah Sai.
"Hah… kita sudah sampai. Kalau aku tidak membangungkanmu. Apa kau mau tidur di dalam mobil terus menerus?" Kata Sai dan berjalan menuju ke bagasi meninggalkan Sasuke yang masih bersandar malas di kursinya.
Kedua mata Sasuke memandangi pemandangan desa di sekelilingnya, angin pedesaan pun dengan senang hati menabrak wajah porselen Sasuke dari pintu mobilnya yang dibuka Sai tadi. Membuat Sasuke menghirup nafas panjang dan membuangnya dengan perasaan lega.
'Sangat berbeda dengan kota ,' Batin Sasuke.
"Sas! Mau sampai kapan kau di situ? Aku bukan budakmu!" Seru Sai dari arah bagasi.
Sasuke yang mendengarkan seruan dan seupupu-tercintanya langsung berdecak kesal dan segera keluar dari mobil mereka. Setelah keluar, dibantingnya pintu mobil mereka itu dan berjalan dengan langkah kesal ke arah Sai.
"Lain kali kalau membanting pintu lebih keras lagi," Kata Sai menggeleng-gelengkan kepalanya cepat dan segera berjalan meninggalkan Sasuke seraya membawa dua koper di tangan kanan dan kirinya serta tas yang lumayan besar berada di punggungnya.
BRRAAKK!!
"SASUKE!" Bentak Sai menoleh ke belakang dan mendapati Sasuke yang membara satu koper besar di tangan kanannya.
"Bukannya dirimu yang bilang sendiri ' kan ? 'Lain kali kalau membanting pintu lebih keras lagi?'" Kata Sasuke seraya meniru perkataan Sai tadi.
'Uchiha tak peka,' Batin Sai seraya membalikkan tubuhnya dan meneruskan perjalannya yang sempat tertunda gara-gara ulah Sasuke.
Terlihatlah wanita paru baya yang sedang menyambut para Uchiha itu,
"Selamat datang di Desa Konoha ini, Sai-sama, Sasuke-sama." Kata pelayan itu dengan sedikit membungkukan badannya.
"Ya, terima kasih, Kurenai-san," Jawab Sai dengan senyumannya.
"Mari saya antar ke tempat tinggal anda selama di desa ini!" Seru wanita yang bernama Kurenai itu.
"Hn,"
Sai pun menuruti perkataan Kurenai dan berjalan di belakangnya. Mereka berdua pun berjalan seraya menyeret koper-koper mereka tersebut. Sasuke menautkan kedua alisnya saat di hadapannya sekarang terdapat sebuah rumah -err mungkin bisa di bilang gubuk oleh Sasuke- bercat putih polos dengan satu pintu utama dan dua jendela kayu kecil yang menghiasinya.
"Sai, ini gubuk siapa?" Tanya Sasuke menunjuk gubuk di hadapan mereka.
"Gubuk siapa? Ini rumah kita yang sekarang, Sasuke," Kata Sai kembali melanjutkan perjalanan untuk kedua kalinya dan kedua kalinya itu pula penyebabnya adalah Sasuke.
"KAU BERCANDA?" Seru Sasuke keras menatap Sai tidak percaya.
"Terserah kau mau bilang apa," kata Sai sekenanya tanpa berhenti dan memandang ke arah Sasuke.
"Nah, ini tempat tinggal anda yang sekarang ini, semoga nyaman untuk tinggal di desa ini. Ini kuncinya." Kata Kurenai sambil menyerahkan sebuah kunci kepada Sai.
"Ya, terima kasih sudah mengantar kami."
"Saya permisi dulu." Kurenai pun meninggalkan kedua Uchiha tersebut.
Sasuke hanya berdesis kesal dan mengekor langkah Sai. Dan pada akhirnya mereka berdua sudah sampai di depan pintu rumah mereka yang baru. Sai segera mengambil kunci yang berada di kantong celananya dan mengeluarkannya. Lalu ia pun mempertemukan ujung kunci yang dibawanya dengan lubang pintu di hadapannya. Dua kali putaran kekiri, dan bunyi 'klek' membuktikan bahwa sekarang keadaan pintu sudah siap untuk berperang(?). Sai pun memegang kenop pintu itu dan menariknya. Lalu dengan segera, ia pun masuk kedalam rumah diikuti Sasuke yang masih terbengong-bengong menatap tak percaya kepada keadaan rumah barunya dari dalam.
Satu fakta yang sekarang diyakini oleh Sasuke. Belum tentu benar bahwa pepatah yang mengatakan 'Jangan melihat buku hanya dari sampulnya' itu benar. Buktinya, dengan jelas sekarang pepatah itu tidak dapat menggambar keadaan rumah barunya.
"Aku mau kekamar," Kata Sai meninggalkan Sasuke yang masih memandangi rumah barunya.
"Hah... Aku tak yakin bisa betah untuk tinggal di sini!" Sasuke melihat-lihat isi dalam rumah barunya itu, dia sampai pada sebuah kamar yang lumayan besar dengan warna oranye yang menghiasi kamar tersebut. Sasuke pun duduk di atas tempat tidur yang di anggapnya sangat berbeda dari tempat tidurnya yang berada di kota.
'Keras! Kasur apa ini? Merepotkan!' Ujarnya dalam hati.
Sasuke terus mengamati suasana di kamar tersebut, dia beranjak dari duduknya dan menuju ke sebuah jendela kecil yang berada di kamar tersebut.
KLEKK...
Di bukanya jendela tersebut dan terkejutnya Sasuke melihat keindahan yang di pandangnya sekarang. Hamparan bukit-bukit dan juga sawah sangan jelas dari tempat Sasuke berdiri, udara sejukpun masuk ke dalam kamar tersebut. Sang Uchiha itu pun memejamkan matanya untuk menikmati kesegaran hawa pegunungan itu.
'Menyejukkan!'
Setelah beberapa lama Sasuke mendapati sebuah bingkai foto yang terpajang di sebuah meja kecil di kamar itu. Dia mengambil bingkai tersebut, di lihatnya seorang bocah kecil berambut pirang dan bermata biru langit yang tersenyum bahagia dalam bingkai itu bersama kedua orangtuanya. Sasuke hanya bisa menatap foto itu dengan pandangan yang sayu.
"Permisi."
Mendengar sebuah sapaan dari arah pintu yang dibelakanginya, Sasuke pun dengan cepat meletakkan bingkai foto tersebut dan keluar dari kamarnya, didapatinya makluk Tuhan yang sengaja dihidupkan dengan rambut yang berwarna pirang mencolok dan mata blue sky, serta ada tiga garis-garis yang menurut Sasuke sangat aneh menghiasi kedua pipinya.
"Hn," kata Sasuke singkat dan berhadapan dengan orang tadi.
'Dia benar-benar manusia ' kan ? Sepertinya aku pernah melihatnya.' Batin Sasuke sekenanya.
"Maaf mengganggu, perkenalkan, nama saya Namikaze Naruto, saya adalah pegawai lahan perkebunan di sini, kebetulan saya ditunjuk untuk sebagai penyambut keluarga Uchiha-sama yang akan menetap di sini. Saya ingin mengucapkan, semoga anda betah tinggal di desa yang sederhana ini," ucap Naruto dengan senyum manisnya.
"Hah!? Kau pikir aku akan betah apa, untuk tinggal di tempat kumuh seperti di desa ini?!" Kata Sasuke dengan nada yang menghina.
"APAA?! Jaga bicaramu! Jangan mentang-mentang keluargamu punya lahan dan perkebunan di sini, kau bisa memaki-maki desa ini!" Bentak Naruto mulai naik pitam. Entah sejak kapan kesopanan Naruto kepada Sasuke hilang seketika itu juga.
"Terserahlah! Memangnya kau bisa apa? Tanpa perkebunan dan keluargaku, pasti kau tak bisa hidup!"
PLAAKK...
"Cih!!" Seru Sasuke merasakan pipi kirinya mulai memanas.
"Hei! Ada apa ini ribut-ribut? Sasuke apa yang kau lakukan?"
"Sai?" Kata Sasuke saat melihat kehadiran Sai yang mendekat ke arahnya. Ia pun masih memegangi pipinya yang mulai memerah.
"Ma… maaf!" Kata Naruto menundukkan badannya di hadapan Sai. Lalu Naruto pun pergi begitu saja, meninggalkan kedua Uchiha tersebut.
"Woi! Babu brengsek!" Seru Sasuke geram hendak mengejar Naruto. Namun, keinginannya dihalangi oleh Sai yang segera memegang lengannya.
"Jaga bicaramu, Sasuke! Jangan sampai aku turun tangan gara-gara tingkahmu itu!" Bentak Sai.
Sasuke hanya menanggapinya dengan kata 'Hn' saja. Sungguh Uchiha tidak sopan.
***
'Sialan!! Orang kota sialan! Aku benci mereka!' Seru Naruto dalam hati. Memang mungkin baru kali ini dia sampai sekesal ini pada seseorang.
"Hei!"
Naruto pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya itu.
"Sai-san?" Kata Naruto langsung membekap mulutnya.
"Aah… Maksud saya, Sai-sama," Kata Naruto lagi dan membungkukkan badannya sebagai tanda kehormatan.
"Iya, ini aku Sai. Jangan panggil namaku seperti itu, panggil Sai saja ya, Naruto, boleh memanggilmu seperti itu ' kan ?" Kata Sai menepuk pelan bahu Naruto sebagai tanda untuk Naruto segera berhenti membungkukkan badannya.
"Iya, Sai," Kata Naruto kemudian.
'Sangat berbeda dengan si Teme itu,' Batin Naruto.
"Maafkan tingkah dan omongan sepupuku ya! Dia memang seperti itu, mungkin butuh beradaptasi dulu di sini," Kata Sai mengibas-ngibaskan tangan kanannnya di depan mukanya sendiri dan tersenyum lembut ke arah Naruto.
"Maafkan aku, aku tadi lancang telah menamparnya," Kata Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan mempertontonkan cengirannya. Salah tingkah.
"Ya, tak apa. Biarlah!" Kata Sai pendeka dan pergi meninggalkan Naruto.
'Laki-laki baik,' Batin Naruto tersenyum simpul dan melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
***
Sore hari di perdesaan memanglah sangat indah, tentram dan nyaman. Dan untuk memeriahkan keagungan itu. Seorang pemuda laki-laki berambut piranglah yang menjadi bonusnya. Naruto.
Naruto berjalan dengan santai sambil bersiul-siul riang. Entah apa yang dinyanyikannya, yang pasti jika ada orang di sekitarnya mendengarnya. Mungkin hanya dibilang angin yang dengan ajaibnya bernyanyi tidak jelas(?).
Tanpa sengaja saat dirinya melewati sebuah rumah yang sangat dikenalnya, ia pun berhenti bersiul dan memandang kesal ke arah rumah itu. Sungguh, melihat rumahnya saja sudah sekesal ini, bagaimana kalau ia bertemu dengan penghuninya yang memiliki rambut seperti rambut pantat ayam itu? Pastilah perasaannya akan jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Karena tidak betah, Naruto pun pergi meninggalkan rumah itu dan meneruskan jalan-jalan sorenya. Tapi memang takdir mungkin berkata lain. Jalan itulah yang membuatnya malah semakin dekat dengan rumah itu. Kenapa? Karena jalan di desanya mengintari rumah itu. Mau tidak mau Naruto harus melewati jalan itu. Walauun ia ingin melewati sawah, itu juga percuma.
Saat dirinya sampai di belakang rumah itu. Naruto dapat melihat sosok laki-laki yang dianggapnya menyebalkan sekaligus penghuni rumah itu sedang memandangi sebuah sumur di hadapannya.
'Kenapa dia memandangi sumur itu sampai segitunya?' Batin Naruto aneh.
Naruto segera mengalihkan pandangannya saat obyek yang dilihatnya tadi juga memandang ke arahnya. Naruto pun hendak menggunakan taktik 'langkah seribu'. Namun, hal itu batal karena orang itu malah memanggilnya.
"Oi, Dobe!" Seru Sasuke kepada Naruto.
'Dia memanggilku apa tadi?' Batin Naruto dengan urat di keningnya yang sedikit ketara dan membentuk gambar 'X'.
"Apa, TEME?!" Kata Naruto masih membelakangi Sasuke.
"Hei, Dobe! Bagaimana cara menimba sumur ini?" Kata Sasuke tanpa perasaan malu sedikit pun!
Naruto hanya menghela nafas sesak dan berbalik ke arah Sasuke. Lalu, ia pun membalikan tubuhnya dan berjalan ke arah Sasuke. Pagar yang sempat menjadi penghalang baginya pun dengan lincah di lompatinya. Dan tanpa butuh waktu yang lama, Naruto pun sudah sampai di hadapan Sasuke
"Hah! Dasar anak kota ! Masa' tidak bisa kau, Teme?" Ucap Naruto dengan nada meremehkan.
Sasuke hanya mendengus kesal menanggapi 'remehan' Naruto.
"Liat aku baik-baik!"
Naruto pun memperagakan cara menimba air sumur itu. Diulurnya tali yang menjadi penumpunya hingga ember yang tadinya bearada di atas pun kini menjadi di bawah. Saat Naruto merasa bahwa embernya sudah terisi penuh oleh air, ia pun menarik kembali talinya.
Terus seperti itu hingga menghasilkan bunyi 'decitan' kecil setiap kali katrol yang menjadi inti cara tersebut bergesekan dengan tali yang sendari tadi di tarik Naruto. Setelah ember itu berada di atas, Naruto pun mengambilnya dan membawa ke sisi satunya, lalu meletakkannya di tanah.
"Nah! Seperti itu, kau mengerti, Teme ?" Kata Naruto memindahkan isi ember itu ke ember yang satunya.
"..."
"Teme?" Kata Naruto saat dirinya tidak mendapat respon apa-apa dari yang bersangkutan.
"Hn," Jawab Sasuke pendek, dan masih memperhatikan Naruto.
"Jangan melihatku seperti itu!!" Bentak Naruto merasa risih.
"Merepotkan!" Kata Sasuke membuang mukanya.
"Ya, sudah aku tinggal ya," Kata Naruto diakhiri dengan helaan nafas kesal.
'Apa untungnya sih aku membantunya?' Batin Naruto aneh sendiri.
"Hn,"
Naruto pun meninggalkan Sasuke. Baru beberapa langkah ia berjalan, ia mendengar suara yang membuatnya memberhentikan langkahnya.
"ARGH!"
Naruto membalikkan tubuhnya dan langsung tertawa terbahak-bahak saat dirinya melihat sang Uchiha itu jatuh terduduk., dia pun menghampiri Sasuke seraya menahan tawanya.
"Kau kenapa, Teme? Hahaha... Konyol!"
"Jangan tertawa, Dobe! Bantu aku berdiri!"
"Iya, iya!"
SET...
Naruto pun mengulurkan tangannya ke arah Sasuke. Dengan sedikit kesal Sasuke pun menerima uluran itu dan pasrah saat Naruto menarik dirinya untuk berdiri.
"Dasar, Teme!!"
"Ah, sial! Celanaku basah!"
"Hahaha... menimba sumur saja tak bisa bagaimana jika mengurusi pegawai perkebunan? Payah!"
"Diam kau, Dobe!"
"Sini biar kubantu menimbanya."
Naruto pun mulai menimba lagi. Seember demi seember pun air itu telah memenuhi bak mandi yang akan menjadi teman sang Uchiha ini mandi(?).
"Nah, selesai! Kau bisa mandi sekarang!"
"Hn,"
Sasuke pun bergegas masuk ke kamar mandi yang bisa dibilang sangat berbeda dengan kamar mandi yang berada di kota tempat tinggalnya. Namun sebelum itu dia sempat menoleh ke arah Naruto.
"Hei!" Panggil Sasuke.
"Apa?" Naruto ikut menoleh ke arah Sasuke.
"Terima kasih," Kata Sasuke seraya menutup pintu kamar mandinya.
Naruto hanya tersenyum simpul dan berkata, "Terserahlah."
***
Malam telah datang, langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi langit yang gelap, hitam tak berwarna. Bintang-bintang pun datang menghiasi langit itu menjadi lebih indah, bulan pun menampakkan cahayanya terangnya dan menambah keindahan langit malam.
"AKH!!" Seorang pemud berambut hitam itu berteriak kesal tanpa sebab.
"Hei! Kenapa kau, Sasuke? Jangan teriak-teriak pada malam hari! Berisik!!" Seru Sai dengan gusar.
"Kau tak tahu, aku tak betah tinggal di sini. Tak ada AC, tak ada yang menyenangkan di sini, di tempat ini!"
"..."
"Aku tak bisa tidur, kasurnya terlalu keras. Itu sangat menyiksaku!" Lanjutnya.
"Terserah kau, Sasuke! Itu urusanmu bukan urusanku!" Kata Sai menatap tajam mata onyx Sasuke, kedua mata onyx itu bertemu.
"Cih!"
Sasuke pun pergi dari hadapan Sai.
BRAKK...
Di bantingnya pintu kamar itu dengan keras.
"SASUKEE!!"
BLUKK...
Sasuke membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang ia benci. Tubuhnya sangat lelah untuk hari ini, dia membenamkan wajahnya di bantal.
"Aku ingin pulang!"
Sasuke menatap langit-langit kamarnya, dia pun membalikkan posisi tubuhnya dan di lihatnya lagi bingkai itu. Bingkai bocah berambut pirang yang sedang tersenyum bahagia.
Sasuke pun bangkit dari tidurnya dan mengambil bingkai itu lagi, dia melihat bocah pirang yang ada di bingkai foto itu untuk yang kedua kalinya.
KLEKK...
Pintu kamar Sasuke terbuka, Sai melirik ke arah pemuda berpantat ayam itu. Sasuke mendekat ke arah Sai, dan mendudukkan dirinya di samping Sai. Kedua pemuda itu terdiam, tak ada yang berbicara sama sekali.
"Hei, kau tahu siapa anak laki-laki di foto ini?" Tanya Sasu membuka pembicaraan sambil menyerahkan bingkai foto yang ada dikamarnya.
Sai pun mengambil bingkai itu dari tangan Sasuke. Kemudian melihat dan memperhatikannya dengan seksama apa yang ada di bingkai tersebut.
"Aku tak tahu! Mungkin dia anak dari penduduk yang tinggal di rumah yang kita tempati sekarang."
"Hah! Jadi gubuk ini..."
"Jangan berkata gubuk lagi, Sasuke! Kau harus belajar menghormati apa yang di miliki oleh orang lain."
"..."
"Sudah aku mau tidur dulu. Taruh foto itu di tempatnya lagi!"
"Hn,"
Sasu memegang foto itu dan mengusapnya lembut.
DOK...DOK...DOK...
"Woi, bangun, Sasuke!!" Sai menggedor-gedor pintu kamar Sasuke.
DOK...DOK...DOK...
"Sasuke bangun!! Bangun! Bangun, rambut ayam!!"
"Ngh, Sai ini masih malam! Jangan ganggu tidurku!"
"Jangan bodoh, bangun sudah pagi!! Woy!!"
"Iya, aku angun."
KLEKK...
"Ada apa, Sai?"
"Ada apa? Kau kira ini di rumah, hah?!"
"..."
"Cepat bersiap kita akan keliling desa ini!"
"Hn,"
BRAKK,
Pintu kamar Sasuke pun tertutup kembali.
"HEI!!"
"Nanti aku menyusul, Sai!" Seru Sasuke dari dalam kamarnya.
"Hn, baiklah! Oh, ya sarapannya ada di atas meja makan. Aku pergi dulu ya!"
KRUYUKK...
'Sial, perutku... Lapar!'
Sasuke bangkit menuju ke ruang makan yang sangat sederhana. Sebuah pajangan menghiasi ruangan itu, menjadikannya lebih baik dan enak di pandang mata.
"Hah... Apa sarapannya?"
Di lihatnya sebuah bungkusan kertas berada di meja makan tersebut, lalu Sasuke mengambil bungkusan itu dan membukanya perlahan.
SREKK...SREKK...
"MAKANAN APPA INI?! JANGAN BERCANDA!!"
Nah, ini fict SasuNaru dari Zuki dan Tsuki…
Maaph jika masih banyak kesalahan dan typo…
Zuki… ini hasilnya… Maaph ya kalo' ngecewain Zuki… -bungkukin badan penuh arti-
Jadi mohon ripiew dari semuanya...^^
Arigatou,
Tsuki dan Zuki
