An Annoying Boy
Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki
Warning: OOC (maybe), TYPO(s), Gaje, terlalu maksa (mungkin), EYD acak adul.
Pairing: Akashi x Reader x OC (Harukaze Takuna).
JUST FOR FUN!
Kupercepat langkahku di koridor sekolah baruku, Teiko kouko. Tahu mengapa aku seperti ini? Ya, karena aku sekelas lagi dengannya. Sekelas dengan Harukaze Takuna-kun.
Aku bersekolah di SMP yang sama dengan Takuna-kun. Hm, aku juga sudah memanggilnya dengan nama belakangnya. Tapi bukan berarti kita dekat atau apa. Takuna-kun yang memintaku.
Selain itu, aku um... me.. nyu.. kai.. Takuna-kun! Aku suka padanya ketika pertama kali sekelas dengannya. Yaitu saat kelas dua SMP. Walaupun saat kelas satu dan tiga kami berbeda kelas. Entah apa yang membuatku suka padanya, aku lupa.
Dan sekarang ini, dikelas satu SMA kami kembali sekelas. Hei, apakah kalian tahu bagaimana perasaanku saat melihat papan pengumuman semenit yang lalu?!
"Ohayou, Takuna-kun!" Sesegera mungkin kuambil langkah untuk menduduki tempat duduk di sebelah Takuna-kun. Takuna-kun duduk di kursi paling depan, tiga kursi dari jendela sebelah kiri. Aku menduduki dua kursi dari jendela.
"Ah, Ohayou [Name]-san!" Ucapnya dengan tersenyum menatapku. Senyumnya manis sekali. Oh ya, dia juga memanggilku dengan nama belakang. Itu juga aku yang minta.
Ngomong-ngomong soal tempat duduk kelas, ada 5 barisan yang masing-masing terdiri dari 4 bangku. Jadi, total murid kelas ini 20 murid.
"Novel apa yang sedang kau baca, Takuna-kun?" Baru kusadari dia sedang membaca novel.
"Oh, ini?" Takuna-kun mengangkat novelnya.
"Ini buku The Monochrome World!"
"Buku ini bercerita tentang seorang laki-laki yang terbangun dari tidurnya dan melihat dunia tiba-tiba menjadi hitam-putih. Dan seterusnya dia mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi..."
Aku hanya memandang Takuna-kun kagum. Dia selalu bersemangat jika berbicara tentang action. Raut serius dan ketertarikannya benar-benar membuatku suka.
"Takuna-kun, ayo kita ke tempat upacara penerimaan!" Aku menyadarkan Takuna-kun dari ceritanya.
"Ah ya, maaf. Aku terlalu larut dengan ceritaku." Ucapnya dengan sedikit terkekeh.
Surai hitamnya, manik hitam-kelabunya, suaranya yang damai dan menenangkan benar-benar membuatku suka.
...
"Dan inilah murid dengan nilai ujian terbaik..."
"Akashi Seijuurou!"
Oh, itu murid dengan nilai ujian terbaik.
Akashi Seijuurou, sepertinya pernah dengar.
...
Akhirnya balik juga ke kelas.
Aku menduduki kursiku, dan di sebelahku ada Akashi Seijuurou. Wajar saja sih kalau dia duduk di depan. Dan aku, jika bukan karena Takuna-kun, aku duduk di belakang.
Akashi Seijuurou? Akashi Seijuurou? Akashi Seijuurou? Sepertinya memang benar aku pernah mengenalnya. Tapi dimana? Kapan? Seingatku aku tak mengalami amnesia atau hal yang melibatkan memori.
Terus kupandangi wajahnya sampai aku berhasil menggali ingatanku. Rambut merah, mata yang senada. Oh tidak. Sepertinya dia menyadari jika sejak tadi aku memandanginya.
Dia yang merasa terganggu, juga menolehkan pandangannya ke arahku. Lalu dia mengernyitkan dahinya seperti berhasil menemukan sesuatu. Oh ya, aku ingat siapa itu Akashi Seijuurou. DIA ADALAH ORANG YANG PALING MENYEBALKAN!
"Akashi!/[Name]!"
Kami terkejut di saat yang bersamaan, dan untungnya tidak ada yang peka. Walaupun volume suara kami tadi cukup besar.
Ternyata dia masih mengingatku. Wajar saja dia mengingatku, aku kan korban candaannya dulu. Tapi, kenapa aku bisa lupa dengannya?
"Hisashiburi, [Name]!" Sapanya dengan tersenyum. Tapi aku tidak yakin itu adalah senyum kesenangan atau yang berhubungan dengan itu.
"Ya." Balasku singkat. Jika aku banyak berbicara dengannya, aku akan mengingat masa-masa jahiliyah tersebut.
Dan aku tidak menyangka akan sekelas dengannya. Habis, tadi pagi aku hanya mencari dan mementingkan namaku dan Takuna-kun.
"Oh, selama tiga tahun tidak bertemu, kau menjadi sombong ya!" Akashi menyeringai jail.
"Apaan? Perasaanmu saja. Dan jika kau menanyakan kabar, selama tiga tahun kebelakang aku seperti hidup di surga!" Ucapku bertubi-tubi.
Akashi terkekeh pelan lalu menyelesaikan pembicaraannya denganku. Syukurlah!
AUTHOR'S POV
Kau tidak menyadari jika sedari tadi Harukaze memperhatikan pembicaraanmu dengan Akashi. Dan secepat itulah ia paham bahwa saat SD kau bersekolah di sekolah yang sama dengan Akashi.
...
Seorang guru memasuki kelas dengan setumpuk buku.
"Saya Shirogane Eiji dan saya yang akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan."
"Jika kalian ingin cepat pulang, maka cepatlah bereskan struktur kelas." Ujar Shirogane.
Siapa sih yang tidak malas untuk mengurus kelas.
"Tidak ada yang mengajukan diri? Berarti kalian akan semakin lama pulang."
Dan akhirnya orang yang duduk di sebelah kirimu, yang duduk dekat jendela mengangkat tangan.
"Oke, Akashi Seijuurou. Kau akan menjadi ketua kelas. Maju!" Akashi sesegera mungkin maju.
Sekarang mereka sedang menunggu siapa yang akan menjadi wakil dan seterusnya.
"Baiklah Akashi. Jika tidak ada yang mengajukan diri, kau boleh memilih." Ucap Shirogane yang sudah mulai bosan.
Harukaze memperhatikan tatapan Akashi yang mengarah padamu. Sedangkan kau tertunduk tak peduli urusan struktur kelas. Secepat kilat Harukaze langsung mengangkat tangannya.
"Saya mengajukan diri!" Terlihat jelas raut muka Akashi yang berubah menjadi tidak suka. Berbeda dengan kau yang tampak terkejut dengan lelaki yang barusan maju tersebut.
Takuna-kun menjadi pengurus kelas! A-aku juga ingin ikut. Tetapi ada Akashi! Tetapi jika aku menjadi pengurus kelas, aku punya lebih banyak waktu bersama Takuna-kun.
Pada akhirnya kau mengajukan diri juga. Sebagai sekretaris. Bendahara, Sie. kedisiplinan dan kebersihan juga sudah dipilih.
Oke, waktunya pulang.
Reader's POV
"Tadaima!" Ucapku riang saat memasuki mansion dan disambut beberapa maid.
"Okaeri, Oujo-sama!"
"Otou-san atau Okaa-san sudah pulang?" Tanyaku dengan nada masih ceria.
"Belum. Mungkin nanti sore."
"Sankyu, Aruki-san!"
Jika otou-san dan okaa-san belum pulang, aku akan bermain ke rumah sepupuku yang berjarak 5 km dari rumahku. Tapi aku harus menghubunginya dulu.
"Moshi-moshi [Name] ya—"
"Taiga, kenapa kau tidak masuk sekolah?!" Potongku.
"Belum belajar, kan?" Tanyanya balik.
"Ya ampun. Kalau Ouji-san dan Oba-san tahu bagaimana?"
"Mereka sudah hafal kok,"
"Dan jangan bilang kau tidak masuk sekolah karena bermain basket semalaman,"
"Sayangnya iya, [Name]. Hahaha!"
"Kau di apartment kan? Aku ke sana ya!"
"Aku sedang berada di Street Basketball yang biasa,"
...
"Yo, [Name]!" Sapa Taiga. Aku melempar minuman kaleng dan langsung ditangkap oleh sigap.
"Sankyu," Taiga duduk di bench sambil meneguk minumannya.
"Apakah kita sekelas?"
"Sepertinya tidak."
"Bagaimana orang-orang di sana?" Tanya Taiga penasaran. Orang-orangnya ya? Sial, jadi ingat Akashi lagi.
"Baik. Tapi ada satu orang yang akan membuat masa SMA-ku menjadi suram!" Volume suaraku meninggi.
"Kau berbuat masalah?" Tanya Taiga sambil tersenyum mengejek.
"Tidak mungkin aku berbuat masalah. Hanya saja orang itu..."
"Oh, Akashi Seijuurou itu?"
"Tepat sasaran!"
"Hahaha. Kau masih dendam padanya?"
"Entahlah. Aku sudah melupakannya selama tiga tahun kebelakang. Dan entah kenapa semua perbuatannya terputar oleh memoriku setelah berjumpa lagi dengannya." Tuturku.
"Kau tahu [Name], Akashi itu sebenarnya suka dan tertarik sama kamu,"
Ha ha ha ha.
"Pffffttt. Orang seperti Akashi itu gak bakal bisa suka dan tertarik sama orang. Kalau ada orang yang dia suka, orang itu pasti gak akan suka sama dia. Siapa sih, orang yang mau dibully seumur hidup!"
"Terserah kau [Name]." Pasrah Taiga.
Ingin tahu sejarahku dan Akashi?
Oke, aku dan dia memang satu sekolah saat SD. Saat kelas 4, entah kenapa dia mulai mengerjaiku. Sampai kelas 5, saat ibunya meninggal. Seterusnya dia tidak mengerjaiku lagi. Dan setelah itu aku tidak pernah berbicara lagi dengannya.
Sudah banyak hal yang membuatku kesal dengan perbuatannya.
KRIET
Kubuka lokerku untuk mengganti sepatuku dengan uwabaki-ku. Tapi tunggu, aku tidak merasakan adanya benda tersebut.
"Sedang mencari ini?" Ujar seseorang dibalik pintu lokerku. Kututup loker lalu melihat siapa gerangan. Dari nada suaranya, aku sudah tahu.
"Akashi!" Seruku kesal.
Aku mengangkat tanganku berniat mengambilnya, tetapi Akashi mengangkat sepatuku tinggi-tinggi. Sial, sekarang tinggiku hanya di bawah telinganya. Padahal dulu aku lebih tinggi darinya.
"Oi Akashi!" Aku semakin geram.
"Ayo dapatkan kalau kau bisa, [Name]!" Akashi sekarang malah mundur-mundur.
Sampai mendekati tembok, ia menjatuhkan uwabaki-ku, sontak aku langsung mengejarnya.
JDUK
Baka! Itu tembok! Rasanya déjà vu.
"Aw," lirihku sambil memegangi jidat.
"Hm," Akashi menyeringai lalu berlalu.
"Dasar, Akashi itu... benar-benar MENYEBALKAN!" Teriakku geram.
Langsung saja aku mengganti sepatu dengan uwabaki. Setelah itu aku langsung menuju UKS untuk memberikan minyak untuk jidatku.
...
Kuhentakkan kakiku menuju kelas.
Sebal sebal sebal!
Aku baru ingat jika sekolah masih sepi. Tapi biasanya jam segini Takuna-kun sudah datang. Semoga ia sudah datang atau ada orang lain di kelasku supaya aku tidak berdua di kelas dengannya.
KRIET
Kubuka pintu perlahan-lahan, untuk mengetahui keberadaan orang di kelas. Ada orang itu dan... Aku langsung membuka pintu lebar-lebar dan cepat. Lalu menutupnya kembali.
"Ohayou, Takuna-kun!" Sapaku riang, seolah hal sebelumnya tidak pernah terjadi.
"Ohayou, [Name]!" Sapanya balik saat aku sudah duduk di tempatku. Akashi sepertinya menyadari kehadiranku.
"The Monochrome World lagi ya!" Seruku saat melihat novel yang dibaca Takuna-kun.
"Ya. Aku sudah selesai membacanya tadi malam. Tapi karena seru, aku ingin membaca ulang!" Takuna-kun mulai bersemangat.
"Takuna-kun, jika kau sudah selesai membacanya, apa aku boleh meminjamnya?" Tanyaku agak sungkan.
"Tentu saja." Jawabnya tersenyum bahagia.
"Habisnya, buku yang aku pilih selalu tidak seru. Dan giliran buku yang dipilih dan dibaca Takuna-kun pasti seru!" Ujarku.
Kuakui, aku memang selalu meminjam buku yang habis dibaca Takuna-kun. Entah itu dari perpustakaan maupun punya Takuna-kun pribadi.
"Hontou? Aku selalu suka jika ada orang yang membaca buku yang sama. Karena nanti kita bisa bertukar pemikiran dan pendapat. Ah, sekarang pun kau boleh meminjamnya!" Takuna-kun menyodorkan bukunya.
"Eh, tidak perlu Takuna-kun. Kau masih mau membacanya kan?" Tolakku sopan.
"Tidak kok. Ambil saja," Takuna-kun memojokkanku.
"Hm, baiklah. Arigatou, Takuna-kun!" Aku mengambil novel tersebut.
Takuna-kun memang orang yang sangat baik. Apakah Takuna-kun mendengar detakan jantungku saat mengambil novelmu?
"Bagaimana keningmu, [Name]?" Suara baritone menyadarkanmu dari alam bawah sadar.
"Haha, semoga baik-baik saja ya!" Dasar Akashi itu! Aku hanya menatap Akashi tajam.
Aku tak menyadari jika ia memperhatikan obrolanku dengan Takuna-kun tadi.
TEEEEEEEET
"Baiklah, kita akhiri pelajaran ini."
Yosh, sekarang waktunya ke Klub Baton!
"Tetapi untuk sekretaris kelas dimohon untuk menyalin nama anggota kelas. Dan buat strukturnya."
"Saya ada klub, sensei!"
"Izin dulu,"
Kusso. Padahal sudah kunanti dari tadi. Baiklah, hanya 20 orang saja kan.
15 menit kemudian...
Yosh! Akhirnya selesai juga! Tapi kalau sekarang ke Klub Baton, aku sudah terlambat lama. Kalau begitu langsung pulang saja.
...
KRIET
Kubuka lokerku untuk mengganti sepatu. Oh tunggu, ada apa dengan sepatuku? Kenapa penuh dengan saus tomat? Ada surat?
Balasan karena sudah berani mendekati Akashi-sama. Padahal kau bukan termasuk daftar penggemar sejati.
Rasanya ingin muntah. Siapa yang mendekati coba. Ada juga aku menjauhinya! Semoga aja ini orang masuk kelas musim panas.
Dan bagaimana caranya pulang? Tidak mungkin aku memakai uwabaki. Supirku sudah bilang ia akan bersama otou-san seharian ini. Nyeker sih tidak masalah untukku.
Oke, waktunya mengingat masa-masa Taekwondo dan Karate.
Aku melepas kaos kakiku. Menenteng tas dan sepatu yang penuh dengan saos. Sekarang aku bertelanjang kaki. Jarak sekolah sampai rumah 3 km. Siapa takut!
1 2 3...
Baru saja aku akan melangkah, seseorang menarik lenganku.
"Apa yang kau lakukan, [Name]!" Hah, suara itu lagi.
"Kau tak perlu tahu!"
Akashi tetap mencengkram lenganku dan menyeretku ke depan loker.
"Woi, apa yang kau lakukan, Bakashi?!" Akashi sibuk sendiri.
Akashi menghela napas. "Oh, jadi ulah mereka!" Akashi melepaskan cengkramannya.
Dia mengambil tas dan sepatuku dan menuju loker... Taiga!
"Apa sih yang sebenarnya kau lakukan?!" Aku semakin sebal.
"Diam saja,"
Akashi membuka loker Taiga lalu memasukkan tasku dan tasnya. Serta sepatuku yang penuh dengan saus. Lalu menutup kembali loker Taiga.
Tiba-tiba saja Akashi berjongkok membelakangiku. Aku hanya diam. Bingung dengan apa yang dia lakukan.
"Kenapa diam saja? Ayo naik!" Titahnya.
"Ha? Ngapain banget!"
"Sepatumu kotor kan. Ayo naik!"
"Aku bisa pulang dengan menyeker!"
"Sudah, jangan bawel. Turuti saja perintahku!"
"..."
"Ayolah, aku hanya ingin bertanggung jawab. Itu ulah penggemarku kan?"
"Hn."
"Kagami Taiga itu sepupumu kan, dia yang akan mengurus barang-barangmu."
"Ayo cepat, naik!"
Ada apa dengannya? Dia tidak pernah sebaik ini sebelumnya. Baiklah, aku biarkan dia bertanggung jawab kali ini.
Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Lalu menjatuhkan tubuhku di punggungnya. Dia mengangkat kakiku dan mulai berjalan. Bau parfumnya tercium. Aku tahu parfum ini. Parfum yang dipakai bangsawan.
Akashi's POV
Benar-benar. Jantungku tidak bisa berdetak dengan teratur. Begitu juga dengan jantungmu. Aku bisa merasakan jantungmu berdegup dengan cepat. Sama denganku. Apakah kau menyadari jika pipiku sudah bersemu merah sejak tadi?
"Asal kau tahu, ini pertama kalinya aku peduli dan khawatir pada wanita!"
Kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulutku tanpa aba-aba. Aku tidak tahu bagaimana ekspresimu sekarang. Yang jelas aku bisa merasakan pipiku semakin panas. Dan juga, jantungmu berdetak lebih cepat lagi.
TBC...
A/N: Hai, lama gak jumpa :D :v.
Chapter selanjutnya bakal diupdate satu setengah bulan lagi. Kenapa? Soalnya saya boarding. Tapi tenang aja fic ini bakal dilanjut kok.
Gimana? Kurang puas? Puas? Biasa aja?
See you soon!
Keep waiting ya!
Tapi kalau gak sabar nunggu harus terima keadaan juga.
Terima kasih banyak yang udah merelakan waktunya untuk membaca fic mainstream ini.
