Berbalas Puisi
Genre : Friendship dan Tragedy
Chara : Sasuke dan Naruto
Rate : T
Disclaimer : Sudah tahu, kan?
Warning : Tanpa dialog, puisi gaje, dsb.
Pelangi mencerahkan kelabunya langit
Ketujuh warnanya terbias memanjakan mataku
Kesedihan melebur dalam kehangatan kasih sayang
Aku bergeming dalam balutan seragam hitam dan putihku
Di sudut kelas, menatap bulir-bulir air di jendela
Dia beranjak menghampiriku
Dia coba menyapa dan memberikan senyuman
Aku menoleh dan membiarkannya duduk di sebelahku
Dia melihat kesedihan yang coba kupendam
Mengapa aku berbohong padanya?
Aku tahu dia mengetahui perasaanku kini
Tetapi apakah ia juga merasakan hal yang sama denganku?
Kutanyakan hal itu padanya
Mata birunya menjawab keraguanku
Air matanya mengingatkanku pada ketulusannya
Dan kupeluk dia dengan erat
Semakin erat dan erat
Hingga ia mengaku sesak dan terjepit
Perpisahan berjalan sesuai harapan
Namun langit masih tetap mendung
Walau air matanya sudah terhenti satu jam yang lalu
Aku menatap barisan di depanku
Menunggu giliran untuk mengucapkan perpisahan
Pada setiap guru yang telah mendidikku
Selama tiga tahun aku belajar
Aku yang tak tahu apa itu kemenangan
Mendapatkannya tanpa pernah mengharapkannya
Satu yang ingin kutanyakan
Mengapa aku tak boleh berbangga?
Kurasakan penyesalan dalam dadaku
Mengapa ia selalu datang terlambat?
Kupandangi setiap insan di gedung ini
Kutatap mata-mata itu dengan semua rasaku
Apakah mereka dapat memahamiku saat ini?
Aku menoleh ketika ia memangilku
Dia berlari-lari kecil ke arahku
Di depan pintu keluar gedung perpisahan
Seraya tersenyum ia memberiku kenang-kenangan
Tanpa tangisan ia mengucapkan selamat jalan padaku
Cukup sekali baginya menangis ketika bersedih
Aku pun pergi meninggalkan kota ini
Aku telah berjanji takkan melupakannya
Tentang kampung halamanku, tentang dia, sahabatku
Kusadari keegoisanku telah membuat yang lain menjauhiku
Namun mengapa ia tetap setia menemaniku?
Entahlah, aku tak tahu apa itu setia?
Aku tak mengerti mengapa setiap jiwa butuh pengorbanan dan kesetiaan
Aku hanya seorang pribadi yang angkuh
Dan aku lemah karenanya
Di stasiun dia mengucapkan kalimat terakhirnya, mungkin...
"Aku tetap sahabatmu."
Aku tersenyum tanpa berkata apa pun
Aku terlalu lemah untuk mengucapkan selamat tinggal
Aku melangkah masuk ke dalam kereta
Kecepatannya mungkin akan mengusir rasa rinduku
Dan membuatku terlelap hingga tujuan
Satu jam telah berlalu
Fasilitas yang lengkap di kereta ini,
Ternyata tak mampu meredam rasa rinduku yang membuncah
Walau belum lama aku meninggkalkan kampung halamanku
Apakah ini yang dinamakan rindu?
Akan tetapi, tiba-tiba...
Aaaa...!
Maafkan aku sahabat aku tidak bisa pulang
Aku...
Pergi...
Bukan untuk mengejar citaku sebagai arsitek di negeri tetangga
Tetapi, tempat itu abadi...
Kuharap kau tersenyum ketika mengetahui berita tentang kami,
Orang-orang yang menjadi korban
Jatuhnya kereta ke dalam jurang
Karena rel yang terbelah
Sahabat aku mempunyai satu permintaan untukmu
Mungkin ini konyol, tetapi...
Maukah kau menyediakan ruang kosong
Dalam memorimu untukku?
Hingga aku menyapamu di tempatku kini
Selamat tinggal sahabatku...
