A/N : Hetalia fict again :D Mungkin kalian sudah bisa menebak kira-kira ceritanya bagaimana dari judulnya, but then let's get into the story! XD

Desclaimer : Hidekaz Himaruya

WARNING! OOC, character name using, slight language from Artie :p


One Day Lady

- PROLOGUE -

"Hnn... Uh... apa?" Kiku berusaha untuk mengangkat badannya dari posisi tidurnya ke posisi duduk. Ia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ia tidak berada di rumahnya sendiri. Ia melihat beberapa orang lain di ruangan besar itu. Ia lalu berdiri dan berjalan ke arah orang yang ada paling dekat dengannya, Alfred.

"Alfred-san," Kiku menggoncang tubuh Alfred dengan pelan, "Alfred-san!" panggilnya.

Perlahan-lahan mata Alfred mulai terbuka, "Hngh... Ap... apa?"

"Kau sudah sadar, Alfred-san?" ujar Kiku memastikan.

"Yah, sepertinya begitu. Sial... Kepalaku sakit," ujar Alfred sambil mengusap kepala bagian belakangnya.

Orang lain yang dekat dengan mereka adalah Arthur yang bersandar di sebuah tiang penyangga.

"Oi! Arthur! Bangun!!!!!" seru Alfred tepat di telinganya dengan keras.

"Whoa!!! Bloody hell!!! Kau mau membuatku tuli, bastard?!!!" seru Arthur kaget sambil mengumpat, "Hah? Tempat apa ini?" ujarnya bingung saat menyadari bahwa ia tidak berada di rumahnya sendiri.

"Kami juga tidak tahu pasti, Arthur-san..." ujar Kiku sambil melihat keadaan di sekelilingnya.

"Tonikaku, mari kita bangunkan yang lain dulu," ujar Alfred mengusulkan.

Setelah membangunkan yang lain, mereka melihat bahwa mereka berdelapan di ruangan besar itu.

"Ve~? Kenapa kita semua ada di sini, ya?" ujar Feliciano bingung.

"Entahlah," Ludwig mengangkat bahunya.

"Aiyaah! Padahal sebelum ini aku sedang masak, aru!!" protes sang pemuda Chinese, Yao.

Perkataan Yao membuat Ludwig sadar akan sesuatu, "Tunggu dulu... aku juga sebelum ini sedang membaca buku. Kalian sedang apa sebelum sampai di sini?"

"Siesta, ve~" Memang jawaban Feliciano tidak bisa diharapkan.

"Aku sedang bermain dengan anjingku," jawab Kiku.

"Aku sedang menikmati tea time-ku," ujar Arthur.

"Burgerku!!!!!" seru Alfred tidak jelas. Sepertinya ia sedang makan burger saat itu.

"Aku sedang mengisengi Latvia, da~," ujar Ivan sambil tersenyum innocent, membuat yang lain merinding.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku memasak, aru," ulang Yao.

"Onii-san sedang tidur," ujar Francis sambil bergaya dan entah kenapa ada sinar-sinar mini di sekitarnya.

"Jadi... kenapa kita bisa di sini saat kita melakukan hal-hal itu?" gumam Ludwig sambil berpikir.

"Tidak tahu... Tapi," Kiku melihat sekali lagi sekeliling ruangan itu, "Mari kita coba lihat apa yang ada di ruangan ini..."

Akhirnya ke-delapan orang itu berpencar untuk mencari apa pun itu yang dapat mereka temukan. Ludwig sempat mencoba untuk membuka pintu satu-satunya yang ada di ruangan itu, tetapi gagal. Di ruangan itu hanya terdapat satu lemari dan satu rak kecil, padahal ukuran ruangan itu cukup untuk delapan orang berjalan ke sana-sini dengan bebas. Selain itu hanyalah beberapa lukisan yang tergantung di dinding ruangan itu dan entah kenapa semuanya hanya lukisan pemandangan.

"... Apa hanya kebetulan kalau jumlah lukisan ini ada delapan?" gumam Yao, mengingat di tempat itu hanya ada delapan orang.

Ludwig merasa tertarik dengan pendapat Yao, "Hmm... mungkin saja? Atau memang ada sesuatu di balik lukisan-lukisan tersebut?" ujarnya sambil berjalan ke salah satu lukisan yang terpasang di dinding. Ia membalikkan pigura lukisan itu dan mencari apa pun yang ada di belakang lukisan itu. "Tidak ada apa-apa," ujar Ludwig kecewa.

"Eto... mina-san, sepertinya aku menemukan sesuatu," ujar Kiku mengumumkan.

Arthur yang ada di dekat Kiku bertanya, "Apa yang kau temukan, Kiku?"

"Eh... perkamen? Scroll? Apalah itu namanya, tetapi sepertinya ini sebuah petunjuk, surat atau apa pun itu..." ujar Kiku menjelaskan.

Tiba-tiba saja kertas di tangan Kiku itu direbut oleh Alfred, "Oke!!! Sebagai hero aku akan membacakan isinya!!!"

"O-Oi! Hati-hati sedikit bisa tidak?! Bagaimana kalau kertas itu robek, bodoh?!" umpat Arthur.

Alfred tidak menghiraukannya dan mulai membuka dan membacakan isi perkamen itu, "Selamat datang semuanya! Saat kalian pertama kali memijakkan kaki di ruangan ini kalian telah terkena kutukan 'Doamnã'," Alfred berhenti membaca, "Kutukan?"

Spontan semua memandang ke arah Arthur dan Ivan bergantian. Menyadari tatapan dari negara lainnya, Arthur dan Ivan merasa tersinggung.

"Hei! Kalau kalian mengira ini perbuatanku kalian salah!" seru Arthur kesal.

Ivan juga hanya tersenyum hambar, "Aku juga tidak melakukannya, da? Apa ada yang meragukannya?" tanyanya, aura-auranya gelap mulai keluar.

Yang lain menggeleng dengan cepat, takut diajak untuk menjadi satu dengan Ivan mengingat mereka sedang berada di ruangan yang terkunci.

"La-Lanjutkan membacanya, Al..." ujar Francis sedikit ketakutan.

Alfred mengangguk, "Tiap hari selama 1 minggu ini, kalian akan bergantian untuk menjadi perempuan dengan kepribadian yang bertolak belakang dengan kepribadian kalian sekarang walau mungkin ada sedikit kepribadian yang masih sama."

"GLEK... Menjadi perempuan?!" seru Arthur kaget.

"Kepribadian yang bertolak belakang?! Apaan tuh?!" ujar Yao mulai merasa tidak enak.

Alfred melanjutkan membacanya, "Selamat menikmati kutukan ini. Di akhir minggu kalian akan mendapatkan 'sesuatu'."

"Sesuatu? Kira-kira apakah itu...?" gumam Arthur.

"Oh, ada tambahan!" ujar Alfred tiba-tiba, "Silahkan pakai rumah ini sebagai tempat tinggal kalian. Kalian diperbolehkan keluar, tetapi saat ini kalian ada di sebuah pulau jadi tidak perlu susah-susah untuk kabur. Jangan khawatir, di pulau ini semua kebutuhan kalian sudah tersedia dan kalian bisa menjalani aktivitas sehari-hari seperti kehidupan kalian yang biasanya. Kunci ada di buku nomor dua dari kanan di tingkat kedua dari atas rak buku."

Ludwig berjalan ke arah rak buku dan mencari kunci sesuai petunjuk tadi. "Kuncinya benar-benar ada", ujarnya lalu berjalan dan membuka kunci ruangan itu.

Alfred lalu terdiam sambil membaca barisan paling akhir kertas itu dan tiba-tiba matanya melebar, "TUNGGU, LUDWIG!!!!" serunya, membuat semua yang ada di ruangan itu kaget.

Tetapi terlambat, yang mereka dapati sekarang adalah seorang Ludwig yang telah berubah menjadi perempuan, walau mengenakan pakaian yang sama.

"Lud… wig...?"

Dan begitulah, kutukan tersebut telah mengutuk korban pertamanya.

PROLOGUE END


Siesta : Tidur siang (Italian)

Tonikaku : Yang penting…

A/N : Yahaha~ Entah dari mana ide ini tapi selama ini hanya ada beberapa fem-version dari para character Hetalia. Contoh yang paling sering adalah Arthur!!! XD Kali ini saya akan mencoba untuk membuat semuanya jadi lady!!!! XD XD XD -dihajar para male Hetalia character-. Doamnã sendiri sebenarnya artinya 'Lady' :)

Oh, ya. Kalau bisa, saya minta bantuan untuk menentukan nama fem!Germany! Luise, Renate atau Sofie. Kalau ada usul lain bisa diusulkan juga setelah memilih :) Thankies~ XD

Review, please? :3