Kaihunssi Present
It's You
"Astaga Tao, ini sudah siang! Bangun sekarang, anak malas!" Bentak seorang wanita sambil memukul bokong anak lelaki-nya yang masih bertelungkup selimut tebal. Wanita itu membetulkan celemek yang dipakai-nya sebentar sebelum kembali menoleh pada anak lelaki-nya yang belum bergerak sedikitpun. "Demi gigi baba-mu yang semakin maju. Wu Zitao! Bangun!"
BUGH.
Setelah elusan kasih sayang di kepala sang anak ia keluarkan, anak itu tetap tidak bangun. Dengan lelah wanita itu menyelipkan helaian rambut ke belakang telinganya. "Anak dan ayah tak ada beda-nya," Ia menghela nafas. Diteriakkannya nama sang anak perempuan, "Wu Sehun! Bangunkan kakakmu ini!"
Yang dipanggil-Sehun, hanya memutar bola mata-nya malas. Ia merapikan dasi kupu – kupu miliknya lalu membetulkan ikat rambut yang di pakainya. "Aku datang, Mama!" Ia berlari kecil ke kamar sebelah, "Ada apa?" diliriknya kakak kembarnya yang masih tertidur pulsa. Dia belum bangun? Pikirnya. Dengan malas ia mendekat kea rah Tao kemudian berkata dengan pelan, "Tao, cepat bangun.. Kita berangkat bersama, 'kan?"
Ajaib.
Tao membuka matanya. "Hm…. Tunggu 15 menit lagi, aku akan siap.." Ia mendudukkan tubuhnya, tersenyum pada saudari-nya yang kini berjalan keluar kamar. "Dan, Sehun.."
Sehun menoleh, "Jangan terlalu tinggi memakai rok-nya. Celana dalam-mu kelihatan."
"Kita tidak sekelas…," gumam Tao ketika melihat daftar nama kelas X. "Aku D, kau A."
Sehun hanya mengedikkan bahunya. "Lalu kenapa?"
"Aku takut kejadian saat SMP—."
"Tao," panggil Sehun. "Aku bukan lagi seorang putrid cengeng yang harus kau jaga setiap waktu," Tao tersenyum sambil mengacak rambut adik perempuannya.
"Aku duluan," ujar Tao. "Istirahat aku ke kelasmu."
Sehun mengangguk. Jujur saja, ia gugup. Dari SD sampai SMP, baru kali ini ia tak sekelas dengan kakak lelakinya. Ia di bully saat SMP. Alasannya sederhana. Ia terlalu dekat dengan Tao yang notabene anak popular. Tidak ada yang percaya kalau ia dan Tao anak kembar. Jelas, secara fisik, mereka berdua sangat berbeda. Kulit Tao agak gelap, turunan sang ayah. Sedangkan Sehun putih pucat, persis ibunya. Pahatan rahang Tao tegas, sedangkan Sehun runcing.
Mereka berdua sama – sama tampan dan cantik. Jika mereka berjalan bersampingan, dijamin semua mata akan mengalihkan pandangan pada mereka. Sayang, wajah indah Sehun tertutup kacamata tebal yang dipakainya.
Sehun melangkah masuk ke kelasnya. Lumayan ramai. Ia menatap sekeliling. Bangku di pojok kelas, dekat jendela, namun tidak di barisan paling belakang. Sempurna. Ia segera duduk di situ. Ia menoleh ke Jendela, melihat sekumpulan anak yang tengah bermain basket. Ada Tao diantara mereka. Rambut dirty-blonde—Yang ia cat saat liburan musim dingin—terlihat mencolok. Bibir tipis Sehun mengulas senyum. Tim Tao menang. Tao langsung berpelukan dengan tim-nya.
Kadang Sehun iri dengan bagaimana hebatnya Tao bersosialisasi. Ia sudah mendapat teman di sekolah baru ini, sedangkan Sehun? Boro – boro. Tidak, bukannya Sehun antisosial. Ia hanya pemalu.
Alis mata gadis itu mengernyit bingung. Seorang lelaki yang tak kalah tinggi—dan tak kalah hitam—dari Tao mendorong tubuh kakaknya itu. Sepertinya lelaki itu berkata, tim Tao curang dan tak sepantasnya menang. Jantung Sehu berdebar kencang. Ia tahu, Tao marah. Dan benar saja, ketika lelaki itu mendorong bahu Tao dengan kencang, Tao membalas. Meninju rahang lelaki itu.
Sehun langsng berlari ke tempat Tao berkelahi. Perlu diketahui, Tao sangat mudah marah—persis ayahnya—dan yang bisa meredakan amarah Tao hanya ibunya. Atau mungkin Sehun. Mungkin.
Tak peduli dengan orang – orang yang memperhatikannya, ia masuk ke perkelahian dua lelaki itu. "Berhenti!" Jeritnya, mencoba menahan Tao yang masih baku hantam dengan lelaki itu. "Tao! Berhenti!" Kacamata Sehun yang bertengger di hidung mancungnya terlepas karena terdorong bahu Tao.
Tak ada cara lain, batin Sehun lelah. Ia menendang tulang kering Tao kemudian memeluknya. "Berhenti, Wu Zitao.."
Napas lelaki dengan mata panda itu terengah. Sudut bibirnya sobek, mengeluarkan darah dan wajahnya memar.
Sehun berusaha melihat wajah Tao. Buram…, dahinya mengkerut. Ia menyadari kalau kacamatanya telah lepas. Setelah memastikan Tao tidak akan melayangkan tinju lagi pada lelaki di hadapannya, ia meraba tanah, mencari kacamatanya. Tangannya menyentuh pecahan kaca. Ia menghela nafas. Pecah. Pasti terinjak.
Ia memicingkan matanya, berusaha menghapus debu di tubuh Tao. "Hari pertama sekolah, kau sudah membuat masalah."
Tao tidak menanggapinya. "Persetan dengan itu," gumamnya. Masih menatap marah pada lelaki di depannya.
Sehun tak ambil pusing dengan lelaki di depan mereka. Ia menarik Tao sambil sesekali bertanya di mana UKS berada. Setelah sampai, ia membalut luka dan memar Tao. "Baba akan membunuhmu."
Tao tersenyum. "Terima kasih, Hunnie," ia mengacak – acak rambut Sehun.
Pintu ruang UKS terbuka. Terlihat lelaki yang berkelahi dengan Tao tadi.
Aneh.
Sehun dapat melihat wajah lelaki itu dengan jelas tanpa kacamata-nya. Mata-nya tajam, rahangnya tegas, dan bibirnya…. He looks like a good kisser. Pipi Sehun merona ketika lelaki itu balas menatapnya. Bibir lelaki itu membentuk seringai. Ia mendekat ke Sehun. "Hei cantik. Siapa namamu?"
Sehun terdiam. Belum sempat ia menjawab, Tao sudah menarik tubuhnya mendekat. "Jangan cari masalah dengan gadis ini, brengsek."
Lelaki itu memutar bola matanya malas. "Memang dia siapa?"
"Kekasihku," Tao menaruh dagunya di bahu Sehun dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis yang sebenarnya adalah saudara kandungnya itu.
Baru saja Sehun akan mengelak, Tao sudah mencubit perutnya. "Dia brengsek, Shixun. Jangan dekati dia," ucapnya dalam bahasa Mandarin.
"Kau baru mengenalnya hari ini," Sehun menjawab masih dalam bahasa Mandarin.
"Masa bodo," gumam Tao lagi. "Dia berbahaya."
Si lelaki berkulit Tan hanya mengernyit bingung. Bahasa alien… mereka alien.. pikirnya absurd. Lelaki Tan itu masih termenung ketika tangan lembut mengusap luka di wajahnya. Ia meringis merasakan perih. "A-aduh.."
"Tahan sedikit… Akan kubalut dengan plester…," gumam pemilik tangan lembut itu, Sehun. "Luka mu lebih parah dari Tao," ucap Sehun dengan nada khawatir. "Aku minta maaf atas kejadian tadi, ya," tambahnya.
Si Tan langsung menggenggam tangan Sehun. "Kau benar kekasihnya anak panda ini?"
"Eh? Tidak, dia kakakku…"
Tao mendengus kesal. "Shixun jangan dekati dia," masih dalam bahasa Mandarin tapi diabaikan oleh Sehun. Si gadis terlalu sibuk menatap wajah tampan lelaki itu.
"Aku Kim Jongin," ujar si Tan. "Aku kelas X-D. Kau?" Ia tersenyum, menampakkan deretan giginya yang rapi.
"Ah.. Aku Sehun. Wu Sehun," jawab Sehun, kembali merona ketika melihat senyum yang merekah di bibir tebal Jongin.
Jongin menyeringai, "Cantik," ujarnya secara absurd. Entah mengarah ke nama atau wajah milik Sehun. Tangan kurang ajar Jongin mengelus pipi putih Sehun, membuat Tao membelalakkan matanya. "Apa yang kau—."
Jongin berbisik, "Sampai bertemu lagi, princess.." ujarnya sebelum melesat keluar, menghindari amukan Panda di belakang Sehun.
"Laki – laki kurang ajar," Tao berjalan ke arah Sehun. "Aku harap aku tidak akan melihatnya lagi…"
Gadis berambut cokelat muda itu melirik Tao. "Dia kelas X-D."
"Oh," Tao mengedikkan bahunya kemudian berjalan santai keluar dari UKS. Sedetik kemudian ekspresinya berubah, "APA? X-D?!" dan lagi – lagi, lelaki bermata panda itu menjerit sedih. "Aku—aku—AARGGHH!"
Sehun bergelayut manja di lengann kakak-nya. "Selamat menjalani setahun penuh dengannya, Gege-ku sayang~ Shixun mencintaimu~~," tawanya keras.
Jogin mendecih. Dosa apa yang dilakukannya di masa lampau hingga di masa kini ia harus bertemu Tao lagi. Oh tidak, dosamu memang banyak, Jongin. Dan sialnya, ia duduk sebangku dengan iblis ini.
"Jangan dekati Sehun," ujar lelaki bermata panda di sebelahnya. "Cukup Sohee. Jangan yang lain."
Rahang Jongin mengeras. Telinga-nya memanas mendengar nama yang diucapkan Tao tadi. "Jangan bicara sembarangan soal Sohee, bajingan." Umpatnya. Perkataan gurunya soal kelas baru mereka ini tak masuk ke telinganya.
"Cih," Tao tersenyum sinis. "Kalau kau tidak macam – macam dulu , Sohee masih bersama kita disini. Dasar bodoh."
Jongin menahan amarahnya. Guru masih ada disini, menhelaskan dimana arah toilet dan Jongin tidak mau ribut dengan Tao lagi. "Brengsek."
tbc
Hai! Kembali lagi sama saya Kaihunssii. Saya lagi suka sama Taohun tapi gak sampai hati buat Taohun karena masih sayang Kaihun huhuhuhu.
Saya akan buat lanjutannya kalau review-nya banyak~! Terimakasih!
