Disclaimer: I don't own Naruto. Naruto is belong to Masashi Kishimoto-sensei


***サクラちゃん, 私のピンク***

***Pink, a fanfic by OporTumis Tempe***

***Alternated Reality, T Rated, Romance/Hurt/Comfort***

***a little bit of Sci-Fi (abal)***


Sasuke menyandarkan bahunya pada pohon rindang yang menghadap ke danau. Matanya menerawang memikirkan sesuatu yang belum pernah disangka sebelumnya. Dia menarik napas panjang, berusaha menghilangkan pikiran tak menentu yang menghantuinya belakangan ini. Pemuda itu mengambil kerikil yang ada di dekatnya, lalu melemparnya ke danau.

"Ternyata kau di sini, Sas."

Sasuke yang sudah tau siapa yang memanggilnya, tidak menoleh ke sumber suara. Pemuda berambut pirang itu menghampiri Sasuke dan duduk di sampingnya, ikut melempar kerikil ke danau.

"Sedang apa kau di sini?"

Sasuke heran melihat Naruto berkeliaran di saat jam kerja seperti ini. Well, meskipun ini istirahat kerja.

"Just want to know..." Jawab Naruto santai. "...Habis, tadi aku lihat ke ruanganmu, kau tidak ada di sana." lanjut pemuda itu.

"Hn." komentar Sasuke pendek, seperti biasanya.

"Dia... siapa namanya? Kalau boleh jujur, ada sedikit perubahan pada sikapmu, mungkin." Ujar kekasih Hinata itu pada pemuda berambut raven yang banyak diincar para gadis—dia menyunggingkan senyumannya yang khas.

"Bukan urusanmu." Pandangan Sasuke tetap lurus ke depan, air mukanya terlihat sedang memikirkan sesuatu, padahal tidak biasanya seorang Uchiha menampakkan ekspresi seperti itu.

Naruto menghela napas, "bagaimana pun kau itu selalu tertutup, Sasuke." ia berdiri dan mulai melangkah meninggalkan Sasuke yang masih sibuk dengan pikirannya. Tapi baru beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya sejenak.

"Kau harus gerak cepat jika memang menginginkannya atau kau akan menyesal, hehe. Jaa, Sasuke." Dia melanjutkan langkahnya dan melambai tangan sebagai pengganti 'sampai jumpa' pada Sasuke yang dibalas dengan diam.

***ピンク***

"Sasuke-shishou, Anda dari mana saja? Pasien-pasien sedang menunggu Anda untuk diperiksa." Seorang suster yang sering dia lihat, tapi tak diketahui namanya menyambutnya begitu dia muncul di koridor utama rumah sakit.

Sasuke memang bekerja di RS Konoha—sebagai seorang Dokter tepatnya, sejak 2 tahun yang lalu. Sedangkan perusahaan milik keluarganya, Uchiha corp., dipegang oleh Kakaknya—Itachi Uchiha sekitar 4 tahun yang lalu setelah Fugaku Uchiha lengser.

"Gomennasai, saya ada urusan." jawab Sasuke tidak begitu peduli terhadap tatapan aneh sang suster. Dia malas mendengar perkataan suster yang menurutnya sangat cerewet.

Sasuke berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang seolah tak ada ujungnya menuju ruang pasien-pasien yang akan di periksanya. Namun baru setengah jalan yang dilewatinya, dokter muda yang tidak diragukan lagi kemampuannya itu melihat seorang gadis yang akhir-akhir ini sering mengusik pikirannya, gadis yang mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Gadis itu baru bekerja di RS Konoha, kurang lebih seminggu ini sebagai seorang mahasiswa jurusan kedokteran yang sedang melakukan penelitian, atau istilah yang sering kita dengar—ko'as.

Gadis itu tersenyum dan menyapa seorang pemuda yang ada di hadapannya. "Uchiha-san, konnichiwa." rambut pinknya diikat kebelakang membentuk kuciran ekor kuda dan poninya menutupi jidatnya yang lebar, sehingga menambah kesan 'berbeda' di mata Sasuke.

Sasuke menatapnya dingin, kemudian bersikap sepeti biasa dan membalas sapaan gadis itu sambil berlalu, melanjutkan langkahnya menuju kamar pasien. Ia sungguh tak mengerti takdir semacam apa yang kini tengah bermain dalam kehidupannya, sampai ia selesai memeriksa semua pasiennya, Sasuke menyandarkan tubuhnya di kursinya. Pikirannya menjalankan sebuah memori yang telah lama terkubur dalam hidupnya, memori tentang gadis masa lalu yang begitu mirip dengan gadis yang dia temui belakangan ini.

#

Flash back mode: on

#

"Sasuke-kun, maafkan aku… aku... terlalu banyak membuatmu... kecewa..." ujar lemah gadis bermata emerald itu dengan terengah-engah.

"Sudahlah diam. Aku akan membawamu ke RS Konoha secepatnya." pemuda pemilik mata onyx itu berlari dengan tergesa-gesa menyusuri hutan sambil menggendong seorang gadis yang terbaring lemah di pelukannya, tidak peduli akan pandangan matanya yang terhalang oleh derasnya air hujan.

"Uhuk... uhuk..." gadis itu memejamkan matanya, berusaha menahan sakit yang mendera dirinya yang kini banyak mengeluarkan darah.

'Bertahanlah Sakura...'

Hujan semakin deras menumpahkan butiran kristalnya, membuat tubuh gadis yang ada di pangkuannya semakin dingin.

Sasuke mengumpat kesal dalam hati begitu menyadari jarak dari tempat mereka berada sekarang masih jauh dari Rumah Sakit Konoha, giginya gemeretuk menahan amarah.

"Sudahlah Sasuke-kun... uhuk... tak usah repot... aku sudah... tidak sanggup lagi... untuk bertahan..." mata emerald yang di tatap Sasuke kali ini perlahan-lahan meredup, seolah kehilangan cahayanya yang selalu terpancar ketika melihat dirinya.

"Hn, jangan bicara lagi." perintah Sasuke, walaupun kali ini terdengar 'sedikit' cemas.

Sasuke berlari melewati beberapa pohon yang tampak rimbun. Keadaan Sakura semakin kritis. Berkali-kali Sasuke melihat gadis itu mengeluarkan darah pada batuknya.

'Gara-gara Orochimaru sialan itu... kenapa dokter gila itu harus menjadikan Sakura sebagai objek penelitiannya? Aku akan membunuhnya jika aku harus kehilangan Sakura...' runtuk Sasuke penuh dendam dalam hati.

"Sa...suke-kun, kumohon... ber...henti di sini..." ujar lemah Sakura kali ini berhasil membuat Sasuke menghentikan langkahnya. Entah kenapa dia merasa inilah pertemuan terakhir dengan gadis yang ia ketahui sangat mencintainya. Sasuke membaringkan Sakura tanpa melepaskan pelukannya. Pemuda tampan itu menatap luka Sakura yang menganga lebar, tak berhenti mengeluarkan darah yang mengotori bajunya.

"Sasuke-kun, aku minta maaf..." gadis berambut pink itu angkat bicara.

"Tidak, harusnya aku yang minta maaf," sahut pemuda itu melempar tatapan sedih pada gadis di depannya.

"Hei... aku belum pernah mendengar itu." Sakura berusaha tersenyum walaupun sakit. Dia sedikit terkejut melihat seorang Uchiha mengeluarkan ekspresi seperti itu. Sasuke hanya diam, namun Sakura dapat membaca air mukanya yang terlihat sangat cemas.

"Uhuk... uhuk..." mulut Sakura mengeluarkan darah lagi.

"Sudah ku bilang, jangan banyak bicara."

"Sasuke... aku punya permintaan terakhir, uhuk..." Sasuke berusaha menyingkirkan pikiran yang tidak diinginkannya kalau Sakura akan pergi jauh dan tak akan pernah kembali.

"...Cium aku... untuk yang pertama dan terakhir..." pinta Sakura. Sasuke tidak berkata apa-apa lagi. Bibirnya menyentuh lembut bibir mungil Sakura yang dingin. Sakura membalas ciuman Sasuke walaupun nafasnya sangat lemah. Sasuke berusaha menyalurkan panas tubuhnya pada Sakura.

"Arigatou Sasuke-kun... aishiteru..." ucap Sakura tulus setelah Sasuke melepas ciumannya.

Mata gadis itu terpejam, Sasuke merasakan detak jantung gadisnya berhenti, wajahnya pucat dan tubuhnya kaku, namun segaris senyum tersungging di bibirnya dengan sempurna, membingkai wajahnya yang kini basah terguur hujan.

'Sakura... maafkan aku.'

#

Flash back mode: off

#

Sasuke melihat gadis itu masuk menuju ruangannya setelah dia mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk. Gadis berambut pink itu menyerahkan laporan hasil penelitiannya. Tsunade—selaku Kepala Rumah Sakit sebelumnya telah memberi tahu mengenai hal ini dan menyuruh Sasuke untuk mengurus kelulusan Sakura. Dilihat dari kemampuan gadis itu, banyak yang menilai ia memang berbakat di bidang kedokteran, selain memiliki skill, Sakura juga begitu cekatan menangani pasien. Sasuke mengetahui hal tersebut saat mengetesnya beberapa hari yang lalu.

Setelah dipersilahkan, gadis itu duduk dengan sopan.

"Sabaku no Sakura, kurasa kau menjalaninya dengan baik." jawab sang dokter muda, Sakura terlihat senang mendengar jawaban tersebut.

"Terima kasih." ucapnya senang.

"Mengenai rincian hasil nilaimu, bisa kau bawa besok pagi di sini. Semalam aku belum sempat menyalinnya untuk laporan data Rumah Sakit juga."

"Maaf kalau itu jadi merepotkan Anda," ujar gadis itu, merasa tak enak juga dokter senior ia 'kerjai' seperti ini.

"Hn, tak masalah."

"Kalau begitu saya permisi dulu." ujarnya sambil membungkukkan badan yang Sasuke jawab dengan anggukan kepala, kemudian dia pun menghilang di balik pintu.

***ピンク***

Dedaunan kering memenuhi jalanan, terseret kesana-kemari karena angin yang begitu besar di musim gugur. Sasuke semakin merapatkan jaketnya, tubuhnya mulai merasakan dingin yang menusuk tulang akibat angin musim gugur. Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam, sebenarnya terlalu awal, karena biasanya dia selalu pulang jam 9 malam.

Bukan karena alasan pemuda itu melangkahkan kakinya ke salah satu pusat perbelanjaan di Konoha saat ini, hanya saja ia perlu membeli beberapa kebutuhan terutama makanan untuk persediaannya di apartemen selama sebulan kedepan. Sasuke tak menyangka ternyata cukup banyak orang yang mengunjungi tempat tersebut, sehingga tempat tersebut menjadi ramai, satu hal yang sangat dibencinya. Apalagi dia merasa risih karena dari tadi tatapan semua orang terutama gadis-gadis tertuju padanya, saling berbisik senang lalu cekikikan centil sambil menatap genit padanya.

'Cih, dasar bodoh.' runtuk Sasuke dalam hati.

Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang tidak asing baginya, seseorang yang tepatnya mulai 'mengisi kembali' pikirannya, tapi seseorang itu sedang bersama orang lain, temannya atau... pacarnya? Gadis berambut pink itu menggandeng tangan seorang pemuda berambut merah. Mereka terlihat akrab sekali.

Sasuke terlambat menghindar ketika Sakura memanggilnya. Dia dan teman cowoknya berjalan menghampiri Sasuke.

"Konbanwa, Uchiha-san." sapa Sakura sambil sedikit membungkukkan badannya, diikuti oleh pemuda berambut merah yang tadi berada di sampingnya.

"Hn,"

"Oh iya, kenalkan, dia tunanganku, namanya Gaara." Ujar Sakura memperkenalkan pemuda itu pada Sasuke.

'Tunangan?'

Gaara menjulurkan tangannya yang dibalas oleh uluran tangan Sasuke.

"Sabaku no Gaara,"

"Uchiha Sasuke,"

"Ah, kurasa, kami punya urusan lain. Konbanwa, Uchiha-san, semoga Anda menikmati perjalanan Anda." Sakura dan Gaara pun pergi meninggalkan Sasuke yang tenggelam dalam pikirannya.

"Kau harus gerak cepat jika memang menginginkannya, atau kau akan menyesal."

Sebaris kata yang tadi siang diucapkan oleh Naruto terngiang kembali dalam benak Sasuke.

"Cih! Kuso!" umpat pemuda itu sedikit agak kesal, terlebih saat Sakura menyebut kata "tunangan". Entah kenapa seperti ada satu api kecil yang menyulut dalam batinnya, hati Sasuke terasa panas saat ini.

'Tidak, dia bukan Sakura yang dulu. Dia orang lain, dia hanya orang lain.'

Dari kejauhan Sasuke menatap punggung kedua orang yang tadi menyapanya sekilas, lalu berbalik kembali dan melangkah ke tempat tujuannya yang semula. Segala macam pikiran mengenai Sakura-gadis-masa-lalunya-atau-bukan memenuhi pikiran pemuda itu, membongkar kembali semua masa lalunya bersama gadis itu yang sebetulnya ingin ia simpan rapat-rapat. Satu hal yang disayangkan, mengapa ada gadis lain yang sangat mirip dengannya yang malah muncul di hadapannya kini?


To Be Continue