WHAT WE ARE SHARING
Fanfiction by Min Zucker
copyright © 2016
YoonKook Fanfiction
seme!Yoongi x uke!Jungkook
[ NOTE ]
Karena cerita ini AU, maka aku buat Jungkook beberapa senti lebih pendek dan satu tahun lebih muda dari Yoongi.
Bicara tentang masa sekolah menengah, Hyewa Academy memiliki kisah sederhana tentang dua orang siswanya yang berhubungan sangat baik. Min Yoongi dan Jeon Jungkook. Salah satu diantara mereka adalah seorang siswa tingkat kedua yang bisa disebut bengal, dan satunya lagi adalah siswa tingkat pertama yang selalu menjadi rata-rata atas. Mereka berdua seperti antipode dan berakhir saling tarik-menarik karena sisi yang berlawanan seperti hukum magnet. Beberapa siswa Hyewa menyebut mereka sepasang kekasih, beberapa juga menyebut mereka menjadi relationship goals; hanya saja mereka berdua tidak pernah mengakui satu sama lain sebagai kekasih mereka.
Hampir tiap pagi dua orang yang sangat akrab itu akan beriringan dari gerbang depan sampai di kelas 10–2 dengan tawa-tawa riang seperti bocah taman kanak-kanak. Jungkook berada di depan jika mereka tengah dalam mode berkejar-kejaran, berseru lucu dengan mata berbinar menatap ke arah Yoongi sesekali yang mengikuti di belakang. Yoongi terkadang menggendong dua tas di bahu sempitnya, juga beberapa kali terkekeh melihat tingkah adik tingkatnya tiap melakukan gerakan-gerakan lucu di hadapannya. Bau bayi masih menguar dari Jungkook, kemudian akan terkalahkan bau maskulin yang dibawa oleh Yoongi.
Terkadang jika sedang beruntung, orang-orang bisa melihat mereka berlarian lalu Yoongi mempercepat larinya dan membawa Jungkook dalam rangkulan agar berhenti berlari. Kadang juga bisa Jungkook berada dalam gendongan Yoongi sambil menyembunyikan wajah pada lehernya seperti bayi koala yang menggemaskan. Mereka nampak seperti sepasang kakak–beradik namun akan berakhir menjadi seperti sepasang kekasih saat Yoongi menurunkan tubuh Jungkook di depan kelasnya dan mengacak surai coklat tua itu, ditambah senyuman memabukkan hingga mata Yoongi lenyap dimakan pipi yang tidak terlalu tebal.
Seperti pagi ini, Jungkook tengah meloncat-loncat seperti kelinci dengan langkah lebih dulu di depan Yoongi, didukung dengan giginya yang menggemaskan. Lalu Yoongi di belakangnya melangkah agak ogah-ogahan namun tetap memasang senyum dengan mata terus memperhatikan orang di depannya.
"Kau bisa jatuh," Yoongi berkomentar. Melihat Jungkook yang selalu mempunyai semangat pagi terkadang membuatnya iri karena ia sering merasa malas saat pagi datang, berpikir ingin tetap tinggal di hari kemarin dengan mood yang sama. Kadang Jungkook akan menjawab sambil tertawa dan mengatakan itu karena dirinya yang memang bengal, terkadang juga memberi tepukan-tepukan ringan pada lengan kuat Yoongi dengan maksud memberi semangat sederhana.
Jungkook tertawa kecil, menghentikan langkahnya sebentar lalu mengulurkan tangan saat Yoongi sudah cukup mudah di raih. Mata bulatnya menatap riang Yoongi dengan binar-binar cantik, juga senyum lebar hingga pipi tebalnya terlihat begitu menarik untuk digigit. Saat Yoongi sudah di dekatnya, ia meraih lengan kurus itu. "Ayo kakek tua, kelasmu lebih jauh dari kelasku," ia terkekeh dengan ucapannya sendiri. Melihat Yoongi yang hanya mendengus dan mengacak rambutnya sebentar tiap ia mengucapkan frasa kakek tua, ia akan selalu merasa senang.
Saat tiba di depan kelas Jungkook, Yoongi mengelus pelan rambut Jungkook yang sempat berantakan tertiup angin karena terlalu bersemangat meloncat-loncat tadi. Ia tersenyum saat melihat bagaimana rambut kecoklatan itu sudah kembali rapi.
"Istirahat nanti aku ke sini lagi."
Jungkook tersenyum dan mengangguk, "hati-hati di jalan, hyung."
Yoongi tertawa, "kelasku hanya beberapa meter dari sini, tidak mungkin ada hal buruk yang terjadi."
"Bisa saja tiba-tiba ada meteor jatuh?"
"Aku akan baik-baik saja. Alih-alih tertimpa meteor, mungkin aku akan berlari secepatnya padamu untuk melindungimu, setidaknya agar kau tidak terkena kerikil dari meteor jatuh."
Bola mata Jungkook terputar malas, "sana ke kelas."
Satu kecupan mendarat cepat di atas kening Jungkook dengan beberapa helai poni yang jatuh menutupi. "Sampai jumpa nanti."
Orang-orang terkadang bertanya apa hubungan di antara Yoongi dan Jungkook tiap melihat kejadian di pagi hari. Yoongi bersikap begitu manis dengan wajah bahagia sementara Jungkook akan jadi sangat menggemaskan. Mereka tidak terlihat sebatas teman dekat, bukan juga kakak beradik karena jika ditelisik lebih dalam mereka hanya tetangga sejak Jungkook pindah dari Busan ke Daegu di umur tujuh. Tapi mereka tidak pernah menyebutkan satu sama lain sebagai sepasang kekasih.
.
Bel istirahat baru saja berbunyi, seorang guru dari kelas 10–2 langsung keluar cepat dan perlu dikejutkan dengan Yoongi yang sudah bersandar di dinding sebelah kusen pintu. Yoongi memberi tatapan heran sebentar hingga guru itu melangkah menjauh, disusul beberapa siswa yang mulai berhamburan ke luar.
Ia melongok ke dalam kelas lewat pintu, kemudian memindah posisi bersandar agar lebih terlihat dari dalam. Beberapa siswa nampak menghindari pandangannya saat mata itu mengedar, dan mata sipit itu akhirnya menemukan apa yang ia cari di tempat yang tidak biasanya ia berhenti mengedarkan pandangan.
Jungkook tengah mengobrol bersama Taehyung, tertawa-tawa hingga matanya lenyap sebagian dan gigi kelinci terpamerkan sempurna. Keningnya mengerut setengah tidak senang, apalagi saat jari Taehyung meraih pipi tebal itu untuk dicubit. Tapi ia mendengus kemudian, Taehyung juga temannya, jadi tidak benar-benar masalah jika hal itu terjadi.
Menunggu terlalu lama dan tidak segera disadari kehadirannya oleh Jungkook, ia mendengus sekali lagi. Menegakkan tubuh dengan wajah lebih angkuh sebelumnya, lalu membuang napas agak kesal.
"Jeon Jungkook," ia memanggil; aura menyeramkannya entah kenapa terpancarnya sempurna saat orang-orang tanpa sengaja melirik ke arah sosok di ambang pintu.
Yang terpanggil menoleh, mendongak menatap ke asal suara dan kemudian tersenyum lebar dengan mata berbinar bahagia saat mengetahui siapa yang memanggilnya. "Yoongi–hyung!" Ia melompat dari duduk; benar-benar lompat karena tiba-tiba saja dirinya ada di sisi agak jauh dari bangku. Kakinya ia langkahkan mendekati Yoongi dengan wajah tetap berbinar seperti sinar matahari. "Aku dan Taehyung tengah mengerjakan tugas tadi."
Oh, tugas kelompok dengan Taehyung rupanya. Yoongi mengangguk malas, "sampai tidak sadar aku hampir lima menit di ambang pintu kelasmu?"
Yang ditatap meringis menyadari dirinya sudah membuat Yoongi menunggu terlalu lama. "Maaf," ia mencicit pelan dengan wajah penuh penyesalan yang lucu. "Hari ini tidak makan."
"Kau tidak bawa bekal?"
Jungkook menggeleng setengah sedih tapi langsung berubah bahagia setelah menunduk sebentar, "ingin bola tapioka!"
Kening Yoongi mengerut, mencoba memahami ucapan adik kesayangannya itu. "Maksudmu, bubble tea?"
Yang diberi tatapan mengangguk, wajahnya terus berbinar cerah. "Stroberi pasti oke!"
Terkadang jika Jungkook bicara, ucapannya seperti racauan agak random. Tidak ada yang benar-benar bisa memahami ucapan Jungkook kecuali Yoongi yang selalu menjadi pendengar bocah itu sejak kecil hingga kecil lagi; bagi Yoongi adik tercintanya ini tidak pernah tumbuh menjadi besar. Jungkook sendiri memang seperti bocah sekolah dasar yang bicara semaunya dengan ekspresi lugu dan kalimat lugas menggemaskan. Semua orang mudah dibuat jatuh cinta dengan sikap manis yang ia keluarkan.
Yoongi membawa Yoongi dalam gandengannya, pergi ke kantin dan mencari bubble tea seperti yang Jungkook inginkan.
Saat tiba di tempat tujuan, antrean bubble tea cukup ramai, Jungkook merengut menyadari dirinya akan lama mendapat minuman kesukaannya lalu menghela napas setengah merajuk. Yoongi mengerling, menatap bingung pada Jungkook yang terlihat tengah merajuk.
"Ada apa?" Ia bertanya saat sudah berada di antrean paling belakang, banyak orang berbaris panjang di depannya.
Jungkook menggeleng dan tersenyum kecil, "bukan apa-apa, hyung."
"Malas mengantre?"
Sekalipun mengatakan tidak ada apa-apa, Yoongi selalu tahu apa isi pikiran Jungkook semudah membaca buku. Yoongi selalu tahu apa yang terjadi dalam pikiran Jungkook meski bocah itu tidak mengatakannya. Tapi Jungkook tahu bahwa dirinya tidak sepantasnya mengeluh soal antrean, karena jika dia mengeluh—
"Bisa aku mendapatkan bagianmu itu?"
—Yoongi bergerak cepat ke depan sambil memegang lengan bawah Jungkook sambil menunjuk salah satu dari dua minuman yang dipegang seorang laki-laki. Bubble tea rasa stroberi, persis seperti yang diinginkan Jungkook.
Bocah laki-laki itu mengerjap, menatap takut-takut pada tatapan mengintimidasi yang Yoongi berikan dengan agak arogan. Ada satu garis di lengan kanannya, ia masih siswa kelas satu dan semua siswa kelas satu jelas mengenal Min Yoongi sebagai kakak kelas yang jangan diajak berurusan terlalu lama.
Jungkook tahu seharusnya ia tidak menunjukkan reaksi tidak senang melihat antrean panjang tadi dan bersabar di barisannya sendiri karena itu hanya akan memancing sifat menjengkelkan yang Yoongi miliki. Mencoba mendapatkan apapun seinstan mungkin agar Jungkooknya senang, terkadang hal itu jadi sangat tidak baik menurut Jungkook. Sialnya ia sering lupa bahwa Yoongi tidak pernah bersikap manis seperti pada dirinya jika yang ia hadapi orang lain.
Yang tadi ditatapi Yoongi itu menggaruk tengkuk, lalu mengangguk kecil dan mengulurkan bubble tea di tangannya pada Yoongi. "Ini, untuk sunbae saja, saya bisa memesan lagi."
"Sungguh?" Yoongi memberi tatapan sangsi pada minuman dalam gelas plastik yang diulurkan bocah itu. Saat mendapat anggukan, ia menyeringai kecil dan menerima minuman itu dan menyerahkan beberapa lembar uang sebagai bayaran membeli bubble tea dan antrean.
Setidaknya Yoongi cukup bertanggung jawab dengan tidak hanya menunjukkan sifat premannya untuk mendapatkan sesuatu.
Jungkook mendongak pada Yoongi yang berjalan menuju taman belakang sambil merangkul lengannya, sesekali ia menghisap bola-bola tapioka yang ada di dalam minuman rasa stroberi itu dan mengunyahnya lembut-lembut. Ia tersenyum saat melihat Yoongi balik meliriknya dan lalu mendaratkan satu kecupan cepat pada pipi putih yang lebih tinggi, meninggalkan sedikit noda basah dari minuman yang dia minum. Yoongi tertawa geli sambil mengusap pipi basahnya saat itu terjadi.
Saat sampai di bangku yang biasa mereka gunakan, Jungkook langsung menyandarkan kepala pada bahu Yoongi. Akhir-akhir ini ia merasa bahu Yoongi makin dekat dengan kepalanya dan tiap ia menatap pada yang lebih tua kepalanya harus mendongak lebih tinggi, sepertinya Yoongi mendapat kalsium lumayan untuk menambah panjang tubuh kurusnya itu.
Jungkook menguap, membuka lebar mulutnya sambil tangan menutup dengan cara yang manis. Dalam hati Yoongi menahan rasa gemas dengan hanya mencubit ringan pipi tebal Jungkook.
"Kau mengantuk?"
Yang ditanya mengangguk, memejamkan matanya dan meletakkan minuman rasa stroberi yang tersisa setengah pada paha Yoongi yang langsung ditangkap sigap agar tidak merosot jatuh ke tanah dan membuat isinya terbuang sia-sia. "Sedikit," gumamnya pelan. Matanya terpejam untuk sekedar memanjakan rasa kantuknya.
"Tidur saja kalau kau mengantuk," jemari Yoongi terangkat untuk mengelus rambut Jungkook sambil menghirup aroma manis dari sana. Aroma manis yang sangat ia suka dan hanya terasa pas bertemu bau bayi yang menguar dari kulit Jungkook.
Jungkook menggeleng, "Guru Yoo!" Ia setengah merengek.
Yoongi tertawa melihat apa yang Jungkook lakukan, memahami maksud dari Jungkook tentang dirinya yang tidak mungkin melewatkan pelajaran guru itu. Bukan karena guru itu galak, tapi karena Jungkook sangat menyukai bagaimana guru muda bermarga Yoo itu menyampaikan pelajaran dengan banyak gurauan dan ilmu lewat cara kreatif. Tampan dan sangat menyenangkan. Yoongi yang sejatinya malas belajar pun memiliki perasaan senang tiap belajar bersama guru itu, bukan tipikal pemaksa seperti kebanyakan guru yang ia kenal.
Melihat Jungkook yang tadi merengek tapi sekarang sudah memejamkan mata nyaris terlelap, Yoongi terkekeh kecil. Ia menarik kepala yang lebih muda dari bahunya, membuatnya berada dalam posisi tegak dengan dua telapak menangkup pipi tembamnya. Satu kecupan ia daratkan pada bibir Jungkook cepat, "bangun. Sudah mau masuk," suara lembut Yoongi menyapu pendengaran Jungkook dan membuat bocah itu membuka matanya cepat dengan rona tipis pada pipi tebalnya; malu mendapat ciuman pada bibir meski bukan yang pertama kalinya.
Jungkook mengangguk cepat sambil mencoba membuka lebar-lebar mata bulatnya. Ia berdiri dari duduknya, menegakkan tubuh yang sebenarnya sangat ingin kembali bersandar pada Yoongi. "Ke kelas!" Pekiknya pelan sambil menarik lengan Yoongi.
Terkadang tidak perlu kata-kata untuk menjelaskan betapa Yoongi menyayangi Jungkook dan juga sebaliknya. Melihat bagaimana mereka bertingkah untuk satu sama lain pun sudah cukup untuk menjelaskan bahwa mereka saling menyayangi.
Hanya saja, jika orang-orang sudah mengetahui hubungan mereka saling menyayangi, mereka akan mulai bertanya seberapa besar rasa sayang mereka dan sebagai apa. Sebuah pertanyaan yang jauh lebih rumit untuk dipecahkan daripada pertanyaan pertama. Pertanyaan yang sulit untuk dijawab bahkan oleh kedua orang itu sendiri.
—Kkeut.
Done for opening. (menghela napas lega karena akhirnya selesai di sini.)
Astaga, Jeon Jungkook! Gemas setengah mati sama Jungkook di ff ini, manis parah. Entahlah, akhir-akhir ini keedanan YoonKook dan rasanya mau bikin ff chaptered untuk YoonKook. Oh, mungkin cuma tiga sampai lima karena cuma menceritakan hal-hal fluffy dan gimana hubungan mereka. Gak perlu panjang-panjang kan ya. Atau bahkan dalam dua chapter udah habis, aku kurang yakin. Aku cuma mau buat openingnya dulu, seenggaknya biar aku lihat seberapa banyak tanggapan untuk cerita ini.
Maafkan untuk Jungkook yang OOC karena, wah, ternyata asik juga buat karakter uke OOC T^T
Akhir-akhir ini aku sukaaaa banget sama YoonKook dan terus kepikiran buat bikin ff mereka. Rasanya otak ini mau meledak mikirin idenya hahahaha
Sepertinya ini bakal aku buat chaptered pendek, mungkin tiga atau lima, entahlah.
Dan, oh, sepertinya aku mau masukin adegan dewasa di akhiran, jadi itu sebabnya aku tag ini ke rated M. Jadi, sampai jumpa di chapter berikutnya, mungkin?
Terima kasih sudah mau membaca! Kutunggu reviewnya, dan kalau tanggapannya memuaskan bakal aku lanjutin secepatnya. See you!
