Comeback Home
Main Cast : Kim Himchan, Kim Namjoo, Choi Junhong
Other cast : BAP, A-Pink, EXO, BTS
The story begining
"From the beautiful fairy tales from my childhood
The love that I learned for the first time was all about fluterring feelings"
-Kim Namjoo-
Anak itu kesakitan, pukulan terus menerus menghantam punggung dan bagian tubuh yang lainnya. Terdengar jelas suaranya, suara yang membuat Kim Nam Joo merasa iba. Anak laki-laki itu tetangga yang sekitar satu bulan ini baru pindah beberapa meter di sebelah rumahnya. Hampir setiap hari dipukuli jika ayahnya kalah judi. Ibunya? Entah, Namjoo tidak pernah melihat ibunya.
"Ampun, ayah. Kumohon," pintanya. Namun sang ayah seakan tidak peduli dengan isak tangis anaknya.
"Kubilang masakkan nasi untukku!" ujar ayahnya sambil terus memukuli.
"Tidak ada beras, ayah. Ayah belum membeli berasnya," ia terus membela diri.
Namjoo tidak tega melihatnya, akhirnya ia segera masuk ke dapur dan mengambil beberapa mangkuk takaran beras lalu memasukan beras itu ke kantong plastik. Ia berlari kecil dan mendapati anak itu tidak ada di halaman rumahnya. Namjoo mencoba berjalan ke belakang rumah anak itu dan melihat ia terduduk di tanah sambil menunduk, menutupi memar hasil karya ayahnya. Namjoo menghampiri anak itu. "Hei," panggilnya. Anak itu hanya menatap sekilas. "Hei, kau baik-baik saja?" tanya Namjoo hati-hati, anak itu mengangguk.
"Aku Kim Nam Joo. Kulihat ayahmu.."
"Memukuliku," jawab anak itu.
"Maaf. Aku membawakan beras untukmu, kuharap ini cukup," Namjoo menyodorkan kantong plastik berisi beras tersebut. Anak itu mengangkat kepalanya dan menatap Namjoo.
"Apa maumu?" tanya anak itu.
"Ti..tidak ada. Aku hanya ingin memberikan ini," jawab Namjoo. Anak itu diam, seakan meminta penjelasan. "sudah beberapa kali aku melihatmu..hmm..ayahmu juga. Aku tidak tega kau diperlakukan seperti itu, jadi..aku..aku berharap kau tidak menolak, aku tidak suka penolakan." Ujar Namjoo agak memaksa.
"Terimakasih," anak itu mengambil plastik beras dari tangan Namjoo. "Aku Kim Him Chan, maaf merepotkanmu,"
"Tidak..tidak sama sekali. Kalau kau mau, mau bisa ke rumahku untuk mengobati lukamu itu," ajak Namjoo.
"Tidak. Aku harus memasak beras," tolak Himchan.
"Tapi..."
"Aku baik-baik saja. Terimakasih telah membantu," lalu Himchan berdiri meninggalkan Namjoo.
Esoknya sepulang sekolah, Namjoo melihat Himchan berada di sungai tak jauh dari rumahnya sambil membawa jaring. Himchan sedang menangkap ikan, pikir Namjoo. Namjoo segera turun dari sepedanya dan menghampiri Himchan, tak lupa ia melepaskan sepatu kan kaos kakinya. "Himchan-ssi," panggil Namjoo, yang dipanggil pun menoleh.
"Panggil aku Himchan saja" jawab Himchan.
"Ah oke.. Kau sedang apa? Menangkap ikan?"
"Menurutmu?"
"Kau tidak ganti baju dulu? Seragammu basah."
"Tidak apa."
"Kau bersekolah di mana? Kau kelas berapa?" tanya Namjoo yang bertubi-tubi.
"Kelas 6 di sekolah dasar Hakwon"
"Aku kelas 5 di Noksaeg. Bolehkah aku memanggilmu 'oppa' ?" tanya Namjoo antusias. Kaki telanjangnya mulai menapaki daratan di dalam air sungai.
"Terserah kau saja," jawab Himchan asal.
"Bolehkah aku membantu?" Namjoo menghampiri Himchan dan mulai membantu memasang jaring.
"Yak, ganti bajumu dulu! Ah, kau salah, bukan seperti itu memasang jaringnya, tapi seperti ini," jelas Himchan.
Himchan yang awalnya keberatan Namjoo ikut membantu akhirnya hanya bias pasrah, yah menurutnya Namjoo cukup keras kepala. Himchan juga ingat saat Namjoo berkata bahwa ia tidak suka penolakan. Lucu juga, pikirnya. Bagaimana bisa jika suatu hari nanti ada orang yang benar-benar menolak sesuatu yang ditawarkan olehnya? Entah, Himchan tidak tau. Menurutnya Namjoo sangat cerewet, itu kesan pertama Himchan tentang tetangga yang berbaik hati memberikan beras disaat ayahnya sedang menggila.
Comeback Home
Semenjak kejadian di sungai, Namjoo menjadi tau beberapa hal tentang Himchan. Himchan alergi udang dan ia sangat terobsesi dengan piano. Himchan bercita-cita ingin menjadi seorang pianis. Biasanya Namjoo dan Himchan bertemu jika ayah Himchan sedang tidak ada di rumah atau sedang mabuk berat. Ibu Namjoo yang awalnya takut akan keberadaan Himchan kini mulai bisa memahami sifat Himchan, dan sebenarnya Himchan tidak berbahaya. Ia memang sedikit pemberontak dan cuek, tetapi Ibu Namjoo dapat memaklumi, melihat bagaimana ayahnya memperlakukannya sehari-hari. Tapi sungguh Himchan orang baik dan bertanggung jawab, itu yang dipikirkan Ibu Namjoo.
Tiba-tiba suatu hari kabar mengejutkan datang, ayah Himchan tewas ditusuk. Namjoo pergi mencari Himchan, ternyata Himchan berada di bukit dekat pasar ikan. Ia sedang mencoba pianika yang beberapa minggu kemarin ia dapatkan dari ibu Namjoo. "Himchan oppa!" panggilnya.
Himchan yang asik bermain dengan kertas not dan tombol-tombol pianika itu pun menoleh. "Ya?" tanyanya.
"Aku..." Namjoo agak ragu untuk memberitahu Himchan. Mungkinkah ia akan tertekan? Karena setahu Namjoo, Himchan hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Himchan hanya memperhatikan dengan tatapan bingung. "ada sesuatu yang harus aku sampaikan.."
"Apa?" tanya Himchan.
"Ayahmu..." ujar Namjoo hati-hati. Himchan mengangkat alisnya, "...tewas"
"Oh.. Yasudah," jawab Himchan.
Hanya itu? Benarkah? Hanya 'oh, yasudahlah'? Apakah Namjoo tidak salah dengar?
"Kau tidak terkejut?" tanya Namjoo.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Karena ia memang pantas mendapatkannya."
DEG ! Mungkin...Himchan benar..mungkin juga, ia sudah sangat menderita..
Ingin rasanya Namjoo menangis, menyadari beban Himchan selama ini. Begitu bencinya kah Himchan pada ayahnya? Lalu, bagaimana dengan sekolah Himchan? Apakah Himchan akan berhenti sekolah? Bagaimana masa depannya? Bagaimana ia dapat bekerja? Bagaimana ia memenuhi kebutuhan sehari-hari? Terlalu banyak pertanyaan 'Bagaimana' di kepala Namjoo.
"Himchan oppa.." lirih Namjoo,air matanya mulai membendung.
Himchan menoleh, menatap Namjoo lalu memeluknya. "Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir," ujar Himchan.
"Sebaiknya kita pulang, aku takut meninggalkanmu sendirian," ajak Namjoo.
"Aku lebih takut.."
"Tapi kau pergi tanpa mengajakku,"
"Haha baiklah,"
Tawa itu. Walaupun hanya sekilas tapi dapat membuat perasaan Namjoo menjadi lebih tenang. Bukti bahwa, setidaknya, Himchan baik-baik saja.
Comeback Home
Sudah enam bulan setelah meninggalnya ayah Himchan, Himchan sudah dapat beradaptasi dengan keluarga Namjoo. Ya, ibu Namjoo yang mengajak Himchan tinggal bersama, apa lagi jika bukan karena tidak tega. Lagipula Himchan memiliki marga yang sama dengan Namjoo, Himchan juga penurut dan rajin, terasa seperti anak kandung. Walaupun awalnya ayah Namjoo sedikit menolak karena dengan bertambahnya anggota keluarga, maka ia harus bekerja lebih keras. Lalu bagaimana dengan rumah Himchan? Rumah itu disewakan agar orangtua Namjoo mendapat penghasilan tambahan, untuk biaya hidup Himchan juga pastinya. Setelah tinggal di rumah Namjoo, penampilan Himchan juga lebih baik. Tidak ada lagi memar kebiruan, meski bekas luka bakar di punggung akibat disiram air panas oleh ayahnya tidak akan menghilang.
Malam ini pukul 7, keluarga Kim sedang makan bersama di ruang makan yang nyaman. Ibu Namjoo memasak ayam panggang hari ini, baunya sangat enak. Pertama kalinya dalam hidup Himchan, ia tidak pernah merasa sebahagia ini. Sulit diungkapkan, ia merasa aman, tidak ada lagi yang memukulinya, ia tidak perlu repot-repot menangkap ikan hingga kuku kakinya membiru karena terbentur batu sungai.
"Himchan-ah, makan ini. Kau harus ingat semahal apapun harganya, daging tetap penting untuk kesehatan. Walaupun aku tidak bisa membeli banyak, setidaknya ini sudah cukup. Ayo, makanlah," ucap Ibu Namjoo sambil mengambilkan ayam panggang untuk Himchan.
"Terimakasih.." kata Himchan hati-hati, "...ibu."
Semua yang berada di meja makan menoleh terkejut. Himchan menunduk, apakah ia salah? Memang sangat lancang memanggil seseorang 'ibu' padahal kau bukan anak kandungnya. Himchan kembali mengangkat kepalanya, "ma..."
"Makan yang banyak..." Ibu Namjoo mengelus kepala Himchan. "...anakku,"
Ingin rasanya Himchan menangis saat itu juga. Andai sejak dulu ia memiliki ibu sebaik ini, andai sejak dulu ia tidak dilahirkan oleh ibu kandungnya. Tapi sudah terlambat memikirkan kata 'andai', karena sekarang, saat ini, ia diterima oleh keluarga Kim, keluarga baru, sebagai anak.
Comeback Home
Sebentar lagi ujian kelulusan Namjoo dari sekolah dasar. Ia sudah membuat rencana, setelah lulus nanti ia akan masuk ke sekolah menengah bersama Himchan. Ia merasa khawatir karena beberapa bulan terakhir ini wajah Himchan mengalami luka lembam. Himchan selalu berkata bahwa anak-anak sekolahnya nakal, dan sangat pemarah. Himchan tidak sengaja melempar bola ke arah yang salah, lalu wajahnya menjadi korban. Kacamata Himchan sudah beberapa kali rusak, semenjak masuk sekolah menengah Himchan sibuk belajar sampai matanya terkena minus. Namjoo tak menyangka, pokoknya ia harus berasa Himchan, harus!
Ting tong
"Aku pulang.."
Itu pasti Himchan!
Namjoo segera berlari menuju pintu, dan betapa terkejut dilihatnya wajah Himchan kembali dengan tatto kebiruan, ah tidak kali ini lebih ungu. Namjoo tidak bisa berkata apa-apa, rasa khawatirnya semakin memuncak, ia hanya mengerutkan alisnya. Lalu wajahnya terasa panas, dari matanya mulai turun butiran butiran air. "Namjoo-ya.." panggil Himchan.
Tiba-tiba Namjoo memeluk Himchan erat. "Bodoh, kenapa seperti ini lagi? Aku sangat khawatir, kau tau. Aku benar-benar khawatir."
"Aku baik-baik saja," ucap Himchan sambil mengelus rambut adik kesayangannya.
"Kau selalu berkata seperti itu."
"Sungguh aku baik-baik saja," Himchan melepaskan pelukannya. "aku kotor, kau tidak akan betah memelukku, biarkan aku mengganti bajuku."
"Ya.." jawab Namjoo.
Himchan memasuki kamarnya, sementara itu Namjoo bergegas mengambil obat luka dan handuk basah. Ia menunggu Himchan di ruang makan, tak lama Himchan kembali. "Ibu ke mana?" tanya Himchan.
"pergi ke rumah temannya dekat pelabuhan," jawab Namjoo.
"Apa akan lama?"
"Tidak tau. Kenapa?"
"Aku membawakan susu. Kudengar kemarin ibu mengeluh kaki dan punggungnya agak sakit, aku tidak tau harus membeli apa jadi kubelikan susu. Kau ingat 'kan ibu bilang susu sangat bagus untuk tulang?"
"Duduklah, sekarang bukan saatnya membahas susu," Namjoo menarik Himchan untuk duduk di sebelahnya. "lulus nanti aku harus masuk di sekolah yang sama denganmu."
"Jangan."
"Kenapa?" tanya Namjoo sambil mengoleskan obat luka di wajah Himchan.
"Ah sakit.. Aku tidak ingin kau diganggu anak-anak di sana."
"Aku tidak takut, yang penting aku bersamamu."
"Namjoo-ya.. aishh pelan-pelan"
"Aku dapat melawan jika mereka menggangguku, aku tidak takut." Tiba-tiba saja Himchan menghentikan tangan Namjoo yang sedang mengobati lukanya. Ia menatap Namjoo serius.
"Kau tidak mengerti mereka, aku tidak mau kau mendapat masalah. Aku tau kau benar-benar pemberani, tapi kumohon jika mereka menggangumu jangan hiraukan mereka."
"Siapa yang kau maksud dengan 'mereka'?"
"Anak-anak nakal yang memukuliku," perasaan Namjoo menjadi aneh. 'Anak-anak'? Apa itu artinya tidak cuma satu orang? Namjoo memegang wajah Himchan dengan kedua tangannya, perlahan agar Himchan tidak kesakitan. "Namjoo-ya, jangan menatapku seperti itu."
"Biarkan aku tetap bersamamu, kumohon," pinta Namjoo, "aku..."
"Tidak suka penolakan, aku tau itu." Himchan mengacak-ngacak rambut Namjoo. "ayo obati lagi wajahku."
Comeback Home
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, pengumuman kelulusan. Jantung Namjoo berdebar cepat, ia tidak bisa konsentrasi saat mengerjakan ujian karena mendadak perutnya sakit. Namjoo tidak tenang sekarang. Ayah dan Ibu berusaha tenang dan meyakinkan Namjoo bahwa ia pasti lulus, Namjoo sudah berusaha sangat keras untuk persiapan ujian. Himchan yang menyadari akan ketakutan Namjoo berusaha untuk menghibur, Himchan menceritakan kekonyolan teman-teman di sekolahnya. Mulai dari anak laki-laki bernama Youngjae yang suka bergaya sok Inggris, tetapi selalu mendapat nilai jelek di mata pelajaran bahasa Inggris. "Dia benar-benar memalukan, kau tau saat ulangan ia pernah menulis seperti ini 'Mama I like go to Myeondong because there many clothes that good good' haha seharusnya dia menulis 'My mother like to go to Myeondong because so many good clothes at there'. Sulit dipercaya," ujar Himchan.
"Benarkah? Aish ia harus berguru padamu," rasa gugup Namjoo sedikit berkurang.
Tiba-tiba saja semua murid berlarian menuju papan yang baru ditempel beberapa lembar kertas, Namjoo yakin itu pasti hasil nilai ujian. Sedikit ragu, Namjoo mencoba berdiri, haruskah ia melihat sekarang? Atau menunggu sejenak? Entahlah. Lalu Himchan mendorong pelan punggung Namjoo, memberi isyarat agar adiknya cepat-cepat melihat hasil ujian. Namjoo mengangguk dan segera berlari menuju papan pengumuman. Sedikit sulit karena ia harus berdesakan dengan murid lain.
"Ah aku lulus !"
"Wah nilaiku memuaskan !"
"Nanti aku harus minta hadiah apa ya?"
"Sayang sekali aku peringkat ke-30,"
Begitulah suara-suara di sekeliling Namjoo saat ini. Ketika ia berhasil berhadapan dengan papan besar itu, ia mulai menyeret jari telunjuknya dari atas ke bawah. 'Kim Namjoo..Kim Namjoo..Kim Namjoo..' ucapnya dalam hati sambil mencari namanya dengan teliti. Matanya melebar, sungguh ia tidak percaya ini!
Melangkah sedikit demi sedikit menjauh dari papan, lalu berbalik dan berlari sekuat tenaga dengan wajah berlinang air mata. Dari kejauhan Himchan dapat melihat Namjoo berlari ke arahnya, dilihat dari wajahnya, sepertinya bukan kabar baik. Himchan memikirkan hal buruk yang terjadi, lalu tersadar dari lamunannya ketika Namjoo langsung memeluknya. Himchan mengelus kepala Namjoo, "bagaimana?" tanyanya.
"Peringkat ke-8! Aku mendapat peringkat ke-8 dari 180 murid!" ucap Namjoo sambil menangis bahagia.
"Sudah ibu bilang kau pasti lulus!"
"Wah anak ayah mendapat peringkat,"
"Walaupun bukan nomor satu, delapan pun tidak buruk. Selamat ya!"
Comeback Home
Ini hari pertama masuk sekolah menengah, pagi-pagi ia berangkat bersama Himchan menggunakan sepeda. Sepeda baru yang dibelikan ayahnya sebagai hadiah kelulusan, warna ungu pastel sangat cantik menurut Namjoo.
Sepanjang perjalanan Himchan menggoda Namjoo dengan berpura-pura menabrakkan sepedanya dengan milik Namjoo. Bercanda dengan adik tirinya itu, terasa ada sesuatu yang berbeda jika dibandingkan dengan teman-teman perempuan di kelasnya, bahkan yang paling cantik sekali pun. Yah walaupun Himchan tidak tampan, wajah bulat berkacamata, tetapi ia tidak tertarik. Adiknya jauh lebih menarik karena Namjoo menyayangi Himchan sebagaimana Himchan menyayanginya juga.
"Namjoo-ya, kau mau es krim?" tanya Himchan.
"Bukankah tidak boleh makan es krim jika masih pagi?" Namjoo balik bertanya.
"Es krim tidak masalah, kecuali soda," jawab Himchan.
"Aku mau, ayo beli," Namjoo melajukan sepedanya di depan Himchan.
Comeback Home
Sesampainya di sekolah Namjoo memarkirkan sepedanya di sebelah milik Himchan lalu berjalan bersama melewati lapangan yang luas. Namjoo tak menyangka dapat mengenakan seragam dengan status yang lebih tinggi, dan tentunya harus dengan nilai yang setengah mati ia dapatkan. Sungguh menyenangkan, Namjoo menggandeng lengan Himchan, mengekspresikan betapa bahagianya ia hari ini. Tapi itu tidak berlangsung lama.
BUK !
"Aduh!" ringis Himchan. "Pasti mereka," ujarnya pelan. Namjoo menengok ke belakang, tiga siswa dengan tampang tidak bersahabat.
"Kekasihmu?" tanya si pria jangkung.
"Namjoo-ya, kita pergi saja," Himchan menarik tangan Namjoo agar menjauh.
"Yak! Kim Himchan! Kau takut aku merebut kekasihmu, hah?" tanyanya lagi. Himchan hanya diam. Lalu pria itu menarik paksa blazer Himchan. Namjoo terkejut dan menoleh, apakah ini anak nakal yang Himchan maksud? "Hai kau, anak baru?" Namjoo hanya mengangguk. "Menjauh darinya, kau akan malu mempunyai kekasih pengecut seperti dia."
"Aku tidak mau mencari masalah," ujar Himchan, menyingkirkan tangan pria itu.
"Yak, kau berani-beraninya," si jangkung tampak tidak senang. Namjoo tak suka melihatnya.
"Hei kau, manusia galah! Jangan ganggu kakakku!" kata Namjoo dengan nada tinggi. Pria jangkung itu menoleh, menatap Namjoo dengan tatapan mengerikan, namun Namjoo tidak takut.
"Kakakmu? Haha aku tak menyangka. Sangat jelas wajah kalian berbeda. Ah iya aku baru ingat.." ujarnya dengan nada mengejek.
"Sudah ayo pergi saja," Himchan menarik tangan Namjoo untuk menjauh.
Pria jangkung itu hendak menarik kembali blazer Himchan lalu menghajarnya, tapi sial Bang Yongguk, murid paling tangguh seantero sekolah, memukul kepalanya dan memberikan tatapan 'memperingatkan'.
"Jangan coba-coba, Park Chanyeol," bisik Yongguk, lalu menghampiri Himchan dan merangkulnya akrab.
Comeback Home
Semua murid baru memasuki kelasnya masing-masing, Namjoo mendapatkan kelas 1-C. Untungnya Namjoo cepat akrab. Murid yang duduk di sekelilingnya terlihat menyenangkan. Entah, ini baru permulaan. Sekarang jam makan siang, Namjoo hendak pergi mencari kakaknya. Ketika ia keluar dari kelas, tiba-tiba ada tangan yang menarik paksa lengannya. Namjoo menoleh, dan dilihatnya dari belakang sosok yang tak asing. Banyak murid lain yang memperhatikan Namjoo. Lalu Namjoo dibawa ke tempat sepi, punggungnya disandarkan di tembok sekolah. Ah dia lagi..
"Kau..Kim Nam Joo?" katanya sambil melirik name tag milik Namjoo.
"Ya. Ada apa?" tanya Namjoo, nadanya sedikit menantang.
"Kau tidak tau siapa aku? Apakah kakakmu pernah menceritakan tentangku?" tanyanya percaya diri.
"Apakah sangat penting mengetahui siapa dirimu?" ujar Namjoo merendahkan, sekilas Namjoo melirik name tag pria itu. "kau penggangu, Park Chanyeol. Bagaikan lalat," Namjoo pergi dari tempat itu. Namun lagi-lagi si pengganggu itu menariknya lagi disaat Namjoo hampir berhasil menyelinap di antara kerumunan murid-murid. Beberapa murid perempuan terkejut, ada juga yang histeris melihat sosok Park Chanyeol.
"Ah, itu Park Chanyeol."
"Aku penggemar beratnya."
"Siapa gadis itu?"
"Apakah itu kekasihnya? Kenapa aku baru tau?"
Namjoo kesal setengah mati ditarik seenaknya. "Yak, Park Chanyeol!" teriaknya. Semua orang mengalihkan pandangan mereka pada Namjoo.
"Tidak sopan sekali kau," ujar Chanyeol.
"Jangan menarikku seenaknya, kau yang tidak punya etika! Dasar pengganggu!" celetuk Namjoo.
"Omo kurang ajar sekali dia, ya ampun beraninya dia bersikap seperti itu pada Chanyeol oppa, aku ingin menghajar gadis itu," ricuh murid-murid perempuan.
"Kalian, apakah kalian pemuja seorang Park Chanyeol si manusia lalat ini?" tanya Namjoo pada murid-murid itu.
"Yak, kau siapa? Chanyeol sangat mempesona saat bermain gitar. Dia ahli di bidang musik," kata seorang murid.
Gila, Namjoo merasa terpojokkan. Chanyeol kembali menarik tangan Namjoo dengan kasar, tapi sialnya bagi Chanyeol, sosok yang tidak ia inginkan datang lagi. Bang Yongguk.
"Lepaskan tanganmu," kata Yongguk. Chanyeol melepaskannya.
"Sudah 'kan?" tanya Chanyeol mengejek. Lalu ide usil ia keluarkan, ia membelakangi murid-murid lalu mendekatkan wajahnya pada pipi Namjoo. "kupastikan kau tidak akan tenang," ancamnya, mendekatkan lagi berusaha mencium Namjoo. Beruntung dengan cepat Namjoo menampar wajah Chanyeol. Beberapa murid terkaget melihatnya. "Wow, sakit juga," ujarnya terkekeh dan menghilang.
Yongguk menghampiri Namjoo, "senang bertemu lagi."
"Yeah.. Apa kau tau di mana kakakku?" tanya Namjoo.
"Ia sedang di kantin, mau kuantar?" tawar Yongguk.
"Boleh saja," jawab Namjoo.
Baik sekali orang ini, pikirnya. Yah Yongguk hampir mirip dengan Chanyeol, mirip tapi tak sama. Bukan berarti mereka kembar, tidak seperti itu. Yongguk termasuk murid nakal, Chanyeol juga. Tapi bedanya Yongguk tidak suka mengejar kepopuleran dan ketampanan, ia bergaul dengan siapa aja, kecuali murid-murid yang sok keren, seperti Chanyeol. Berbeda dengan Chanyeol yang suka menggoda murid-murid cantik dan mengganggu orang yang melawannya sampai orang itu tunduk padanya. Sungguh menyebalkan sosok Park Chanyeol itu.
Sesampainya di kantin Himchan memperkenalkan Namjoo dengan teman-temannya. Dan untuk pertama kalinya Namjoo bertemu Youngjae, teman Himchan yang bergaya sok Inggris.
"Yak, kau menceritakan yang tidak-tidak tentangku ya? Aish Kim Himchan, you make me mad," ujar Youngjae. Semua tertawa, semua bahagia, selama tidak ada si lalat bau itu.
Comeback Home
Meskipun sudah diperingatkan oleh Yongguk, Chanyeol tetap saja mengganggu disaat ada kesempatan. Dan dua temannya itu, Yifan dan Jongin, tak berbeda jauh dengan Chanyeol, hanya saja mereka bukan pemaksa seperti Park Chanyeol si lalat bau. Entah yang ke berapa kalinya Chanyeol menarik Namjoo di depan umum, membuat murid perempuan menatapnya dengan tatapan tidak senang. Karena Chanyeol juga, beberapa hari terakhir ini Namjoo menjadi bahan bully di sekolah. Sangat mengerikan.
"Namjoo-ya, kau mau makan siang?" tanya Hayoung, teman dekatnya.
"Nanti saja, aku menunggu kakakku," jawabnya.
"Apa karena murid perempuan sialan itu? Penggemar berat Park Chanyeol? Ah aku lupa siapa namanya. Son..Song..Son.." Hayoung mengingat-ngingat.
"Son Naeun," sahut Taehyung.
"Nah iya! Apa yang dia lakukan padamu kemarin?" tanya Hayoung.
"Dia berkata 'Kim Namjoo, kalau kau berani berurusan dengan Chanyeol aku pastikan kau dalam masalah. Menjauhlah, kau bukan tipe wanita idamannya'. Cih yang benar saja!" ujar Namjoo menirukan suara Naeun.
"Menggelikan," kata Taehyung.
Mereka asik bercanda, membahas perlakuan penggemar Park Chanyeol yang mengerikan itu. Tapi kenapa Himchan belum datang ke kelas Namjoo? Setelah dirasa sudah aman, Namjoo keluar kelas dan bergegas menuju kelas Himchan, semoga saja tidak bertemu dengan Chanyeol.
Namjoo melongok dari luar kaca jendela kelas Himchan. Kakaknya tidak ada di sana, hanya ada Youngjae dan Daehyun yang Namjoo kenal. Ah sial sekali, sepertinya Namjoo harus pergi sendiri, Hayoung sudah ke kantin lebih dulu bersama kekasihnya Oh Sehun. Namjoo hendak berbalik dan..
"Mencariku?" tanya sumber suara.
"Tidak akan," jawab Namjoo lalu hendak pergi meninggalkan sosok lalat itu. Seperti biasa, Chanyeol tidak akan membiarkan Namjoo pergi semudah itu.
"Kau ikut aku," Chanyeol menarik tangan Namjoo. "jangan berharap aku akan melepaskanmu kali ini."
"Oh ya? Yongguk akan datang dan kau akan mengalah," tantang Namjoo.
"Dia kecelakaan kemarin," ujar Chanyeol. Kecelakaan? "aku tidak akan berhenti sampai kau menurutiku."
"Lepaskan! Untuk apa pula aku menurutimu?!" Namjoo berusaha melepaskan tangan Chanyeol, pergelangan tangannya sakit. Dengan ide yang tiba-tiba terlintas dipikiranya, Namjoo menggandeng lengan Chanyeol, berpura-pura mengikuti. Bagaimana dengan Chanyeol? Tentu ia senang Namjoo menurutinya. Tapi itu hanya sebentar, setelah dirasa genggaman Chanyeol di tangan Namjoo sedikit melonggar, Namjoo langsung menggigit lengan Chanyeol. Dan berhasil! Chanyeol melepaskan tangannya. Namjoo segera berlari, tetapi ia lupa Chanyeol punya dua tangan, masih ada tangan yang satunya lagi yang dengan cepat menarik kerah seragam Namjoo sampai-sampai lehernya merasa tercekik.
"Kau benar-benar keras kepala," kekesalan Chanyeol memuncak, ia membawa Namjoo ke ruang olahraga lalu memojokkan gadis itu di sudut ruangan. Chanyeol memegang kedua pergelangan tangan Namjoo dan meletakannya di sisi kiri dan kanan kepala Namjoo.
"Yak!" teriak Namjoo, ia tidak suka diperlakukan seperti ini.
Chanyeol hanya diam menatap Namjoo lekat-lekat, wajahnya sedikit memerah menahan amarahnya. Sungguh ini pertama kalinya ada murid yang berani merendahkan Chanyeol, ia tidak bisa menerima itu. Mau tidak mau ia akan menggunakan jurus yang selalu berhasil membuat semua gadis bertekuk lutut. Menciumnya. Tanpa basa basi lagi, Chanyeol membungkam Namjoo dengan mulutnya. Namjoo terkejut setengah mati, tubuhnya menegang kaku. Chanyeol mulai menggigit bibir Namjoo, tetapi tiba-tiba terasa sesuatu meninju perutnya, itu pasti lutut Namjoo.
Namjoo berhasil melepaskan tangan Chanyeol, di saat Chanyeol kembali menatapnya, reflek Namjoo meludahi wajah Chanyeol. Demi apapun gadis ini benar-benar merendahkan Chanyeol.
Bukannya mengalah, Chanyeol malah melanjutkan menahan Namjoo, kali ini cengkraman Chanyeol lebih kuat. Dari nafasnya, jelas sekali Chanyeol sedang marah. Namjoo meronta-ronta berusaha melepaskan Chanyeol yang menciuminya ini.
"Lepaskan dia," suara itu. Chanyeol menoleh, terkekeh sejenak.
"Oppa!" Namjoo segera berlari memeluk Himchan saat Chanyeol melepaskan genggamannya.
"Aku tidak pernah berbuat salah padamu, aku tidak pernah memukulmu, aku tidak pernah mengganggumu. Tapi kenapa kau selalu berusaha membuatku tunduk padamu? Aku bukan budak. Kau yang budak, kau menuruti gengsimu, amarahmu, berusaha menjadi nomor satu. Kau budak atas keegoisanmu, Park Chanyeol," tukas Himchan. "berhentilah menculik adikku."
Himchan keluar dari ruangan itu sambil menggandeng Namjoo. Perasaan Himchan tak karuan, ia merasa sakit adiknya dilecehkan seperti itu. Gila saja adiknya dicium oleh Park Chanyeol, murid yang dibenci Namjoo. Akhirnya Himchan menemani Namjoo makan siang, ia juga berusaha menenangkan emosinya. Melihat adiknya melahap menu yang ada di sekolahnya terasa cukup bagi Himchan untuk meredam kekesalannya.
"Aku selesai," kata Namjoo. Himchan mengambil tisu lalu mengelap mulut adiknya, menghapus sisa makanan dan bibir Chanyeol yang berhasil menyentuh milik Namjoo. "bagaimana bisa kau datang tepat waktu?"
"Aku ingin mengambil sepatuku yang kemarin tertinggal di ruang olahraga, tapi tiba-tiba adikku dalam bahaya,"
"Lalu bagaimana dengan sepatumu?"
"keselamatanmu lebih penting dibanding apa pun," jelas Himchan. Tentu Namjoo senang mendengarnya.
Comeback Home
Sesampainya di rumah, kepala Chanyeol terasa berat. Perkataan Himchan sangat menusuk baginya. Masih terngiang-ngiang, membuat Chanyeol tidak tenang. Apa besar selama ini ia seburuk itu? Ia tidak pernah merasa tertekan sebelumnya, benar-benar tidak enak. Lalu apa yang harus dilakukan Chanyeol? Meminta maaf? Ah ia terlalu gengsi untuk melakukan hal itu. Tapi mungkin ia memang harus meminta maaf.
Ia diam sejenak, lalu entah darimana bayangan wajah Namjoo saat ia menciumnya tiba-tiba terlintas. Jantungnya berdegup, ah gila Chanyeol tidak pernah merasa seperti ini.
Comeback Home
Sepulang sekolah Himchan mampir sejenak di toko tempat biasa ia dan Namjoo membeli es krim. Ia menyuruh Namjoo untuk menunggu di luar, biar Himchan saja yang membeli. Sedikit lama di dalam toko, Himchan kesulitan menemukan es krim kacang kesukaan adiknya. Apa jangan-jangan sudah habis? Ia bertanya kepada pemilik toko. Benar, sudah habis. Yasudahlah, akhirnya Himchan membeli dua es krim cokelat dan membayarnya. Ia keluar dari toko. Tapi, di mana Namjoo?
Comeback Home
Namjoo menunggu Himchan di toko es krim. Huh, kenapa kakaknya lama sekali? Ia tidak sabar ingin merasakan dingin nya es yang manis di dalam mulutnya. Namjoo melihat ada mobil van berwarna hitam berhenti tak jauh dari tempatnya menunggu. Keluar seorang pria bertopi hitam menuju ke arahnya, Namjoo hanya melihat sekilas. Mungkin pria itu ingin membeli sesuatu, pikirnya. Tiba-tiba saja sebuah tangan besar membungkam mulutnya, menyeretnya ke dalam mobil van itu lalu melaju secepat mungkin.
Comeback Home
Chanyeol melihat Himchan dengan wajah panik, melongok sana sini seperti sedang mencari sesuatu. Saat mata mereka berpapasan, Himchan langsung menghampiri Chanyeol. Tatapannya kurang bersahabat, seakan-akan Chanyeol adalah orang paling bersalah sedunia. Chanyeol sudah bertekad akan meminta maaf pada Himchan saat ini juga. "Kim Himchan, aku.."
BUGH !
Satu pukulan mendarat mulus di wajah Chanyeol, ia tersungkur di tanah. Sungguh pukulan Himchan sangat menyakitkan. "Yak, Himchan! Apa yang kau..."
"Berhenti menculik adikku! Kau sembunyikan di mana dia? Aku tidak akan segan-segan menghajarmu kali ini," ujar Himchan penuh emosi.
"Apa maksudmu? Aish, aku tidak tau." Chanyeol berusaha bangkit
"Jangan berbohong!" Himchan kembali mendorong Chanyeol dan mencengkram kuat kerah seragam milik Chanyeol.
"Sungguh, aku tidak tau!"
BUGH!
"Kubilang jangan berbohong!"
"Aku baru bertemu denganmu, Himchan!"
BUGH !
"Siapa lagi pelakunya jika bukan kau! Beritahu aku di mana dia!"
"Aku tidak tau!" saat tangan Himchan hendak memukul Chanyeol lagi, tangan Chanyeol langsung menahan Himchan. "bunuh aku jika memang benar aku yang menyembunyikan adikmu."
Himchan melepaskan cengkramannya, perasaannya sungguh tak karuan. Haruskah ia percaya pada seorang Park Chanyeol? Tapi, di mana adiknya?
"Dengarkan aku, Kim Himchan. Aku menyesali perbuatanku, dan aku.."
"Simpan omoganmu, sekarang bukan waktunya membahas perbuatanmu. Bantu aku mencari Namjoo!"
Comeback Home
Namjoo terbangun dari tidurnya, entah kenapa ia tidak bisa menggerakkan badannya. Tangannya terikat ke belakang dan mulutnya ditutup. Di mana ini? Terdengar suara beberapa pria yang sedang berdiskusi.
"Inggris. Kita bawa anak itu ke Inggris. Wajahnya cukup cantik dan polos."
"Ya, jam lima pagi nanti kita berangkat ke Inggris. Tuan Jang pasti dapat mengurus visa palsu dengan cepat."
"Lihat dia bangun."
Berbagai penjelasan diajukan pada Namjoo, berusaha membuat Namjoo merasa nyaman karena di Inggris ada banyak hal menyenangkan. Padahal bukan itu yang akan Namjoo rasakan. Salah satu dari mereka membula penutup mulut Namjoo. "Siapa namamu?" tanyanya.
Namjoo hanya diam, ia berusaha mengumpulkan sesuatu di dalam mulutnya. Saat pria itu mendekat, Namjoo langsung menembakkan air liur dari dalam mulutnya. "Kurang ajar!" pria itu marah besar.
Satu persatu dari mereka membuka paksa seragam yang dikenakan Namjoo. Namjoo hanya bisa berteriak meminta tolong sambil berulang kali menyebut nama Himchan. Tubuhnya ditidurkan di meja kayu, lalu tiba-tiba terasa sakit dibagian bawah sana. Selangkangannya terasa sakit, benar-benar sakit.
Comeback Home
Himchan terlihat frustasi, sudah satu bulan Namjoo tak kembali. Polisi juga tidak dapat menemukan Namjoo. Namjoo-ya, kau dimana?
Hai aku penulis baru, story nya emg straight tapi pasti diusahakan semenarik mungkin biar ga kalah sama story yaoi. Sudah ada rencana bikin kejutan di tengah cerita. Tolong kritik nya, kamsahamnida.
