aku terus menatapnya dalam diam dia seakan tau apa yang berada dalam pikiranku. ia terus menatapku seakan aku adalah miliknya. seakan ia benar-benar bisa membawaku.

matanya perlahan berubah gelap, ia menyentuh wajahku dengan tanganya. mendekatkan wajahnya ke arahku. aku menutup mataku takut. aku tidak akan menyerah. aku tidak akan pernah menyerah.

Disclaimer : I don't own Naruto really


Setiap manusia dilahirkan bersamaan dengan dua mahluk, malaikat dan iblis.

Malaikat dan iblis pada awalnya akan memilih untuk menjadi mahluk yang seperti apa dan terkadang mereka berdua bisa berubah bentuk menjadi mahluk yang sama.

Dalam kehidupanya malaikat dan iblis ini selalu berada disekeliling 'takdir'nya. Terkadang berupa orang yang dikenal akrab atau hanya orang yang lewat dijalan atau bahkan teman hidup untuk selamanya. Hal itu akan dilakukan oleh malaikat dan iblis ini agar tujuanya dapat tercapai dan kembali ke langit.


Dentingan pelan piano mengalir menemani kelahiran seorang bayi cantik dengan matanya yang bersinar. Disaat yang sama turunlah ke dunia dua orang sosok yang menemaninya, malaikat dan iblis. Mereka sadar akan tugas mereka, mereka mengerti akan apa yang harus dilakukan. Namun sejenak, semua hal itu teralihkan saat mereka melihat sosok bayi yang berada di hadapan mereka. Matanya yang memancar indah dan disaat itu juga sang iblis mendecih kesal karena ia tau tugasnya akan berat. Sedangkan di sisi lain malaikat di sampingnya mengusapkan jemarinya pada kening bayi cantik itu.

"takdir-ku"


Hinata menatap kearah langit pagi hari itu dan tersenyum menatap kecerahan dari sang matahari pagi. Sinar hangat dari sang mentari membiasi wajah kecilnya, memanaskan tubuhnya. Hinata tidak dapat menahan kebahagiaan yang mengalirinya setelah sekian lama tidak bertemu matahari.

Ia menggerakan kakinya dan menginjak kerikil-kerikil kecil yang menimbulkan bunyi gemerisik yang riang. Ia menghirup udara pagi itu dalam menimbulkan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Wangi hangat dari pohon ek di pekarangan rumahnya menguap di sekelilingnya. Embun yang menetes pelan menjatuhi wajah mungilnya yang bahagia.

Untuknya tidak ada yang lebih menyenangkan selain kembali ke sekolah. Di tempat ini ia akan memulai harinya yang baru.

Ia tau hidup harus terus berjalan. Orang lain tidak akan selamanya mengerti rasa sedih yang ia alami saat kehilangan ibunya. Ia harus melangkah maju dan membuat ibunya di surga bahagia .

Ayah Hinata sudah terlebih dahulu berangkat untuk mengurus segala kepindahan dan memulai membuka cabang Hyuuga corp di kota Konoha ini. Hyuuga corp, Merupakan perusahaan dengan banyak cabang yang bergerak di bidang bisnis perumahan dan pembangunan.

Selain untuk membuka cabang baru, pindahnya Hinata ke kota ini juga dikarenakan trauma yang sering Hinata alami di malam hari.

Trauma itu dimulai saat Hinata menyaksikan kematian ibunya sendiri. Hinata melihat bagaimana kelopak mata ibunya menutup perlahan dan pegangan tanganya mulai mengendur. Hinata mendengar hirupan napas terakhir ibunya dan kata-kata terakhirnya.

"Hinata, maafkan ibu."

Semenjak hari itu banyak yang berubah pada Hinata. Pada setiap malamnya ia selalu merasa diikuti, dia juga mendengar suara ibunya. Oleh karena itu, Ayah Hinata memutuskan untuk membawa hinata ke suasana baru dan lingkungan yang baru.

Terkadang Hinata mengingat sesuatu dalam mimpinya tentang seseorang namun saat ia bangun,ia tidak bisa mengingatnya. Ia hanya ingat kata-kata orang itu.

" Takdir-ku"

Hinata mulai menyembunyikan kilasan mimpinya yang makin lama makin jelas dari ayahnya. Ia tidak ingin membuat ayahnya kecewa ataupun bersedih. Ia ingin ayahnya berhenti mengkhuatirkannya.


"Perkenalkan namaku Hinata." Ucap Hinata di kelas seni barunya sambil membungkukan badanya. Ia menatap ke sekeliling kelas melihat mata-mata yang penasaran memandanginya. Disaat itu ia melihatnya. Ia berada di ujung ruang kelas matanya menatap Hinata tajam. Seringai kecil terbentuk di wajah pucatnya.

Hinata tidak dapat mengalihkan tatapanya dari pemuda itu. Tatapan dingin yang menghentikanya.

"Hinata silahkan duduk di sebelah Uchiha. Uchiha Sasuke." Ucap Kurenai sambil mengarah ke tempat kosong di sudut kelas. Hinata menatap ke arah kiri dari tempat itu. Disaat itu ia melihatnya dengan begitu jelas, rambut ravenya yang berantakan. Wajah pucat kakunya. Ekspresi diam dari wajahnya yang sempurna. Seakan ia iblis yang dipahat dengan begitu sempurna layaknya malaikat.

Perlahan hinata berjalan mendekati tempat duduk itu. Tanpa ia sadari rona merah sudah menjalari pipinya sekarang. Jarak antara mereka berdua semakin berkurang dan disaat itu hinata merasakan adanya getaran kecil dari ujung jemarinya. Hinata mendudukan dirinya di bangku itu. Dia menatap ke pangkuanya lama. Ia sadar Uchiha Sasuke menatapnya. Dan perasaan itu semakin lama semakin kuat, kilasan suara yang didengarnya.

Ia menghembuskan napas kuat. 'Itu hanya perasaanmu saja Hinata,semua akan baik-baik saja.' Ujar hinata dalam hati.

Hinata kembali memfokuskan pandanganya ke depan menghiraukan tatapan tajam dari Uchiha Sasuke.


"Hai Hinata aku Sakura,senang bisa mengenalmu." Ucap Sakura ramah.

"A-aku juga senang mengenalmu Sakura-san."

"Cukup sakura saja,Hinata." Jawab Sakura lembut.


Hinata berjalan sendiri menuju ke lokernya.

"Lokerku nomor 135." Gumam Hinata sambil melihat kertas petunjuk loker.

'132, 133, 134, 13-'

BUM!

Loker nomor 136 tertutup keras. Hinata menengadah menatap ke sosok yang berada di hadapanya.

Dan disana ia berdiri dengan keangkuhanya ia menatap hinata tajam sambil menyingsingkan tas di punggungnya. Sasuke memiringkan kepalanya perlahan dan menyeringai.

"Hai, Hinata."

"H-hallo."

Hinata tidak dapat menahan rona di pipinya yang terus menjalar naik. Tatapanya seakan mempercepat peredaran darahnya dan mengacaukan denyut jantungnya.

Seringai Sasuke semakin besar saat melihat rona merah menjalari pipi Hinata. Perlahan Sasuke menggerakan tanganya ke wajah Hinata. secara hati hati Sasuke mengusapkan ibu jarinya ke wajah Hinata merasakan panasnya,menikmatinya.

Entah kenapa saat itu Hinata tidak bisa berpikir ia hanya tau, ia ingin disitu tidak bergerak. Seakan sentuhan itu merupakan hal yang alami. Seakan sentuhan itu adalah hal yang selalu dirasakanya. Setiap detik dari sentuhan itu menimbulkan gejolak aneh, rasa yang belum pernah ia rasakan. Setiap setuhanya menimbulkan rasa hangat yang tidak biasa di wajahnya. Mengalir turun ke tubuhnya.

Perlahan hinata memejamkan matanya.

Rasanya seperti, seperti tepat.

Seperti ...

Sebelum Hinata bisa memikirkannya lebih jauh. Sasuke telah menarik tanganya cepat dan berbalik pergi meninggalkan Hinata.

Hinata yang kembali tersadar terengah-engah. Ini sangat aneh. Ia belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

'Kau ini kenapa hinata, dia orang asing.' Ucap Hinata kesal dalam hati.

Namun bayangan dirinya mulai memasuki pikiranya.

'Rasa apa ini?seperti .. seperti aku sudah mengenalnya.. ini pasti karena trauma yang ku alami.'

TBC


hallo minna san ingat saya? hehehe

aya kembali dengan fict dark pertama saya aduuuh gugup

ini pertama kalinya saya nulis ini dan udah lama ga nulis jadi pasti masih jelek

mohon reviewnya ya

kalo reader mau terus baca akan saya lanjutkan :-)

review please

arigatou all ^^