Stand by Me

Naruto by Masashi Kisimoto

Saya hanya pinjam karakternya saja

Warning: AU, alur berantakan, ngalor-ngidul, DLDR, OOC, dan Typo

.

.

Sakura merenggangkan otot-ototnya. Aktivitas super padat seharian ini benar-benar menguras energinya. Untunglah, semua pekerjaannya hari ini telah selesai. Selanjutnya ia bisa segera pulang ke apartemennya, dan untuk seharian esok ia pastikan bahwa ia akan memanjakan diri. Dan memanjakan diri ala Sakura adalah dengan bermalas-malasan.

Tayuya, sang menejer, meliriknya dari kursi kemudi. Ia memaklumi kondisi kliennya. Sakura pasti kelelahan setelah sebulan lebih waktunya terforsir untuk kontrak drama primetime pertamanya. Sakura sangat bersemangat dan total. Ia mencurahkan segenap perhatian dan kemampuannya demi kesuksesan aktingnya di drama ini.

"Tayuya-san, bisakah kita mampir ke restoran? Aku lapar.."

"Sure, Anda ingin makan apa, Nona muda?" Tayuya bertanya dengan nada dibuat-buat. Sakura terkikik geli dan melemparinya dengan tisu.

"Hei, berhenti mengotori mobilku!" Seru Tayuya sambil tergelak. Sakura tak mengacuhkannya. Hasil remasan tisu tetap menyerbunya. "Oi, kali ini aku serius Sakura, hentikan kalau kau tak ingin kita berakhir dengan menabrak pembatas jalan."

Sakura tiba-tiba berhenti. Telunjuknya menunjuk restoran yang kebetulan mereka lewati, "A, kita berhenti di restoran itu saja!"

Restoran sederhana yang menawarkan menu-menu murah meriah, pilihan yang sangat Sakura. Tayuya sebenarnya heran, karir Sakura itu semakin menanjak. Otomatis penghasilannya juga bertambah, tapi tampaknya belum ada perubahan berarti dalam gaya hidupnya. Sakura tetap maniak diskon dan segala hal yang menawarkan harga murah.

Sakura menyantap makanannya dengan lahap. Ia tampak sangat menikmati acara santap malamnya. Terlintas ide di kepala Tayuya, kenapa ia tidak mempromosikan Sakura ke acara kuliner? Baiklah ia harus mencatat ide brilian ini.

"Gadis rakus." Suara datar bertandang di liang pendengaran Sakura. Alisnya berkedut. Aktivitas favoritnya seketika terhenti.

Sosok maskulin yang sangat familiar duduk di meja seberang. Siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke. Pria kaya menyebalkan yang entah kenapa selalu berkeliaran dalam sirkuit hidupnya. Sungguh sial, ia terbutakan deretan menu murah sehingga kehadiran pria itu luput dari radarnya.

"Uchiha-san, konniciwa.." Tayuya menyapa Uchiha Sasuke dengan senyum yang memancarkan rona kekaguman. Sakura memutar bola matanya.

Batin Sakura berjanji, setelah ini ia harus memperingatkan menejernya. Semengagumkan apapun pria yang bernama Uchiha Sasuke itu, ia tetap berbahaya bagi Sakura. Kehadirannya sama dengan bencana. Berada di dekatnya membuat Sakura lepas kontrol, dan itu membahayakan image-nya sebagai idola. Lagipula kenapa pria itu ada di restoran ini sih? Diakan orang kaya! Jerit inner Sakura.

Tayuya menyikut si pinky. Matanya mendelik, 'Bersikap sopanlah!'. Golden rules seorang idola: bersikap baik dimanapun, kapanpun, dan dimanapun. Ingat, dirimu bukan milikmu sendiri! Sakura mencebik. 'Hukum itu tidak berlaku untuk orang yang satu itu!' Sakura ngotot mengabaikan orang yang menjadi objek adu argumen tak kasat mata mereka.

Beberapa orang masuk ke restoran kecil itu. Orang-orang yang tak asing sebab mereka adalah rekan-rekan sekomplotan kakak sepupu Sakura.

"Sasuke, maaf membuatmu menunggu lama." Kata salah seorang dari mereka yang dikenali Sakura sebagai Sasori, kakak sepupunya. "eh, Sakura-chan!" seru Sasori saat penglihatannya menangkap sosok Sakura.

"Oniisan..!" Balas Sakura ceria. Ia mengedarkan pandangan pada para pemuda yang baru bergabung di meja Sasuke. Selain kakaknya ada juga Uzumaki Naruto, dan Shimura Sai. Dengan senyum manis Sakura menyapa mereka, "Selamat malam semua.." Sungguh berbanding terbalik dengan sikapnya terhadap Sasuke.

"Whoa, Sakura-chan, Tayuya-san ini pertama kali aku melihat kalian disini!" Suara heboh Uzumaki Naruto menggelegar. Meski dalam hati jengkel mendengarnya, Sakura mempertahankan senyum andalannya. Oke, selanjutnya ia harus mengingat baik-baik, mungkin restoran ini adalah basecamp mereka. Jadi, walau makanannya enak dan murah, lebih baik lain kali ia tidak ke sini agar ia tak perlu bertemu Uchiha Sasuke.

"Iya Uzumaki-san, kami baru saja pulang dari acara promosi drama terbaru Sakura dan kebetulan lewat daerah ini. Demi kesehatan klienku ini aku memutuskan mencari santap malam di restoran terdekat." Selain seorang menejer handal, Tayuya adalah juru bicara yang baik. Salah satu tugas besarnya adalah mengkover potensi-potensi yang memicu Sakura keluar dari image idola yang melekat padanya. Oleh karenanya ia harus sedikit berdusta.

Sakura meringis. Tayuya adalah menyelamatkannya dengan baik. Tak mungkin mereka terang-terangan membuka fakta jika Sakura hobi berburu makanan murah. Hobi yang tidak berkelas. Setidaknya untuk saat ini jangan dulu ada yang tahu.

"Aa, aku membaca kabar di internet, kalau tidak salah itu drama primetime pertama Sakura-chan bukan?" Shimura Sai menimpali. Sakura membenarkan dengan senyum cerah yang tak lekang dari wajahnya.

"Sakura-chan memang hebat! Aku pasti akan menonton drama yang Sakura-chan bintangi." Ujar Uzumaki Naruto penuh antusiasme.

"Tentu saja Sakura-chan hebat. Diakan adik kesayanganku." Puji Sasori sambil merangkul bahu adik sepupunya. Restoran sederhana yang sebelumnya sepi itu kini riuh oleh sanjungan-sanjungan yang dialamatkan untuk Sakura.

Sambil tersipu-sipu Sakura mengibas-ngibaskan tangannya, "Ah, aku belum sehebat itu, kok. Aku hanya mendapat peran pendukung." Katanya merendah. Namun, sikap itu hanya lipstik, tidak benar-benar keluar dari hatinya. Padahal inner Sakura saat ini mengangguk-angguk membenarkan. Hidungnya memanjang dan kepalanya membesar. Hahaha.. benar sekali teman-teman, aku ini memang hebat.. idola lain belum tentu bisa sepertiku.. Ia membanggakan dirinya sendiri.

"Dia sama sekali tidak hebat." Suara Uchiha Sasuke memecah keceriaan. Seluruh atensi seketika menyoroti pria itu. Euforia Sakura menguap begitu saja. 'Si brengsek ini…!' teriak Inner Sakura penuh kobaran api amarah. Merusak suasana saja!

"Perannya adalah idola. Dia tak perlu mengeluarkan kemampuan akting untuk memerankannya." Sasuke menjelaskan dengan tak acuh. Tayuya sweatdrop, Uchiha Sasuke tampaknya tak peduli situasi, sementara ia tak bisa menyangkal untuk menyelamatkan kliennya dari rasa malu. Semua tahu Uchiha Sasuke adalah sutradara muda dan penulis skrip mahir. Diantara mereka tak ada yang lebih paham tentang dunia seni peran dibanding dirinya.

Well, Sakura memang sedang menggeluti seni peran tapi ia masih sangat hijau. Seorang profesional belum bisa mengakuinya sebagai aktris, karena sejauh ini kehadirannya dalam beberapa drama hanya sebagai gimmick, pemanis untuk mendongkrak rating.

"Ahahaha.. begitulah.. aku memang belum sehebat itu." Sakura menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari memaksakan diri untuk tertawa.

"Jadi, peran itu mirip dengan kehidupanmu sekarang, Sakura-chan?" tanya Shimura memastikan. Sakura mengangguk sambil tersenyum palsu.

"Walau begitu, Sakura-chan tetap hebat. Karirnya tetap bagus meski tidak lagi berada di grup." Sang sepupu adalah penyelamat absolut Sakura. Itu salah satu alasan Sakura sangat menyayanginya. Ia selalu bisa menghangatkan hatinya.

Mereka kembali larut dalam percakapan seputar sang idola. Sakura menikmati saat dimana ia menjadi pusat perhatian. Diam-diam ekor matanya melirik tajam Uchiha Sasuke, menebar intimidasi. Namun, pria itu seperti es abadi. Dingin dan tak terpengaruh aura mengancam Sakura.

.

.

Sakura melepas topeng idolanya saat masuk kamar. Ia membanting tasnya di ranjang. Aura angelic-nya lenyap berganti aura devil. Peristiwa di restoran tadi meneganggangkan urat-urat syarafnya.. Awas kau Uchiha!

Ya, Uchiha Sasuke seperti kutukan baginya. Tergurat jelas dalam ingatannya momen-momen dimana pria itu menjungkir-balikkan hidupnya. Alasan-alasan yang menyemai kebenciannya pada pria itu.

Sakura telah mengenal Uchiha Sasuke sejak anak-anak. Ia yang masih seorang gadis cilik terpesona pada pria tanggung cucu bungsu kakek Madara, kakek bangsawan yang tinggal di rumah besar tak jauh dari tempat tinggalnya. Sakura tak mampu membendung malu saat ingatan itu datang kembali. Dulu ia rela menyambangi rumah besar kakek Madara yang terkenal galak untuk dapat bertemu pria itu. Dan dari pria itulah Sakura merasakan pahitnya patah hati untuk pertama kalinya.

"Anak ingusan sepertimu bukan tipeku." Jawaban dingin itu menghancurkan hati Sakura cilik yang pemalu hingga berkeping-keping. Meski demikian peristiwa itu tak membuat Sakura berhenti mengagumi Sasuke. Cucu kakek Madara itu tetap menjadi sosok nomor satu yang ia puja.

Sakura mengalami patah hati untuk kali kedua kala ia harus pindah ke Tokyo. Kota itu sangat jauh dari Konoha, kota tempat tinggalnya. Jika ia pindah, jarak yang akan memisahkannya dari Sasuke membentang beratus kilometer jauhnya. Sakura kecil ingin tetap tinggal, tapi ayahnya menginginkannya masuk sekolah swasta bergengsi di ibu kota. Sakura yang cerdas dan berbakat adalah satu dari ratusan kandidat yang berhasil lolos tes masuk dari kotanya.

"Enyah dari hadapanku!" Lagi, tanggapan yang didapat tak sesuai harapan. Ia datang untuk menyampaikan salam perpisahan pada kakek padanya. Dan see, bukan kata-kata manis atau petuah akan tetapi kalimat usiran menusuk yang ia peroleh. Keberangkatan Sakura ke ibu kota diiringi mendung suram di hatinya.

Di Tokyo ia dititipkan pada pamannya. Ayahnya hanya seminggu menemaninya, setelah itu beliau kembali ke Konoha. Pekan-pekan awal di tempat tinggal barunya Sakura tampak muram dan sering termenung. Sasori, sang sepupulah yang menghiburnya dan mengajaknya menikmati hidup baru di Tokyo.

Pelan-pelan pusat hidup Sakura bergeser. Ia menemukan mimpi-mimpi baru, Bayang-bayang sasuke tertumpuk oleh hal-hal lain dan perlahan terlupakan. Banyak hal yang ia lakukan di Konoha. Ia membaur dengan teman-teman sekolahnya, menemukan sahabat, dan bergabung dengan klub drama. Ia sangat menikmati masa remaja, meninggalkan romansa masa anak-anaknya.

Menjelang tahun keduanya di sekolah menengah pertama, Sakura bersama beberapa temannya mengikuti audisi grup idola terbesar di Jepang. Ia lolos dan tak lama kemudian memulai debut. Sakura menjadi member paling bersinar diantara rekan-rekan seangkatannya di grup. Publik menyebutnya sebagai kandidat kuat frontgirl berikutnya. Fans menyukainya. Ia atraktif dan menjadi member favorit menejemen, tak heran jika popularitas dengan mudah ia raih.

Nama Sasuke pun makin karam jauh di gelapnya palung ingatannya. Seluruh perhatiannya tersita oleh kesibukan dalam mempertahankan prestasi di sekolah dan karirnya sebagai idola. Tak ada peluang bayangan Sasuke muncul lagi ke permukaan. Hingga suatu hari..

"Sakura-chan.., kemarilah!" Sasori memanggilnya dari ruang tamu.

"Sebentar oniisan.." Sakura datang dengan tergesa. Ia selalu antusias saat sang kakak mencarinya. Pasti akan ada hal menarik terjadi. Kakaknya selalu punya hal-hal yang mampu membangkitkan keceriaannya. Hadiah-hadiah kecil seringkali Sasori berikan untuknya.

"Onii-" Sakura kaget melihat tamu yang dibawa kakaknya. Kenangan akan pria itu mendadak kembali menghantam kesadarannya. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Uchiha Sasuke. Ia masih sama mempesonanya seperti dulu, em.. atau mungkin lebih malah.

"Sakura-chan ini Uchiha Sasuke, temanku." Sakura hanya terpaku. Waktu seakan berhenti. "kalian berasal dari Konoha. Kupikir mungkin saja kalian saling kenal." Tentu saja mereka mengenal satu sama lain. Jawab Sakura dalam hati.

"Aku tak kenal dia." Sakura membeliak tak percaya. Uchiha Sasuke mengatakan itu. Ini kesekian kali pria itu menghempaskannya pada sakitnya patah hati. Tapi Sakura telah tumbuh, nalarnya telah berkembang. Ia bukan lagi bocah polos yang mengekorinya kemanapun dia pergi. Membenarkan apapun yang ia katakan. Menerima apapun yang ia lakukan. Tidak lagi. Ia yang sekarang telah mengenal apa yang dinamakan harga diri. Dan ia tak bisa menerima perlakuan Uchiha Sasuke terhadapnya.

Dan mulai detik itu, rasa sukanya tergerus drastis. Bagaimana mungkin ia bisa suka pada seseorang yang tak memperlakukannya dengan baik. Bahkan ia pura-pura tak mengenalinya. Maaf saja, ada hal lain yang lebih menarik di hidupnya daripada terus-terusan menaruh hati pada es batu tak berperasaan.

Akan tetapi meski ia memutuskan untuk berhenti, mulai detik itu Uchiha Sasuke justru membayanginya. Bayangannya bukan sekedar mewujud dalam nostalgia cinta pertama, tapi secara nyata pria Uchiha itu hilir mudik dalam hidupnya. Sakura harus menghadapi realita bahwa Uchiha Sasuke adalah adik direktur agensi yang menaunginya. Ia, walau saat itu terhitung minim pengalaman, merupakan favorit baru menejemen dalam menyutradarai promotional video lagu-lagu mereka. Uchiha Sasuke resmi menginvasi kehidupan Sakura. Sebelumnya ia muncul di kehidupan pribadinya, lalu ia masuk pula ke dunia yang ia geluti.

Sakura sangat tersanjung ketika sebuah agensi besar mempersuntingnya. UF Entertaiment merupakan agensi bonafide yang telah mengantarkan banyak talent menuju kesuksesan di panggung hiburan Jepang. Oleh karenanya Sakura tak berpikir dua kali untuk menerima tawaran mereka untuk bergabung. Hal yang tak disangkanya adalah, UF merupakan kependekan dari nama sang founder, Uchiha Fugaku putra Uchiha Madara, ayah Uchiha Itachi, sang direktur, dan ayah Uchiha Sasuke, yang kalian sudah tahu siapa. Kemarin ia muncul sebagai kawan kakaknya, lalu hari berikutnya sebagai adik direktur agensinya.

Barangkali Uchiha Sasuke memang pertanda buruk, karena kemunculannya bertepatan dengan berkurangnya prioritas menejemen terhadap Sakura. Entah mengapa rasanya ia bukan lagi proyek utama menejemen di antara member seangkatannya. Perlahan tapi pasti exposure yang dahulu terarah padanya mulai tebagi pada member lain. Ia tetap menjadi salah satu member favorit, namun bukan lagi satu-satunya. Menejemen punya member alternatif selain dirinya. Hal ini terbukti saat ia kalah dalam unit song battle.

Sakura ditunjuk menjadi center di unit song untuk b-side single baru grup-nya. Uchiha Sasuke dipekerjakan menejemen menjadi sutradara dalam pembuatan promotional video unit song-nya. Sutradara muda itu melakukan take berkali-kali, membuat Sakura harus mengulang-ulang satu adegan. Yang paling parah adalah singkatnya screentime yang diberikan untuk Sakura. Normalnya, seorang center berhak mendapat sorotan kamera lebih dibanding member lain. Entah ia sengaja atau tidak, tapi itu menjengkelkan.

Ia mulai merasakan ketidaknyamanan di grup. Sebutlah ia dangkal, picik, egois, atau sebut ia dengan sebutan negatif lainnya. Tapi ini merupakan sandungan pertamanya. Meski belum tentu berarti kemunduran tapi Ia merasa tertampar. Kekalahannya menghempaskan kepercayaan dirinya. Merangsangnya untuk berefleksi. Sebelumnya ia dilimpahi pujian, dianakemaskan, dan diorbitkan. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Hari itu, meski tipis, ia dikalahkan oleh unit song yang di-center-i oleh rekan seangkatannya. Esok hari ketika ia tak disokong menejemen bisa saja ia tak lagi mendapat spotlight.

Uchiha Sasuke datang bukan untuk menenangkan deburan gundah yang mendera Sakura, melainkan justru menggarami lukanya. Pria itu kerap menyindir, formasi tarian yang kacau, ekspresi wajah yang kurang menarik, aura yang tidak padu dengan lagu, dan sebagainya. Walau sindiran tidak secara eksplisit ditujukan padanya, tapi apa yang dilontarkannya menjatuhkan mental Sakura. Sedikit banyak sikap Uchiha Sasuke berkontribusi pada keputusan Sakura untuk lulus dini dari grup.

Yah, inilah alasan Sakura tak nyaman bersinggungan dengan Uchiha Sasuke. Pria itu selalu berhasil menariknya ke masa lalu. Sakura bukannya tak menghargai sejarah, hanya saja mengingat cinta butanya dulu ditambah kemunculannya yang beriringan dengan keterpurukannya di grup membuat kepalanya berdenyut. Ia benci terlihat tolol. Ia benci terlihat idiot. Dan cinta monyetnya pada Uchiha Sasuke telah menjerumuskannya pada ketololan dan keidiotan. Memori masa lalu tersebut berputar-putar di kepala pink-nya hingga ia jatuh tertidur.

.

.

Gemericik air membasahi tubuh Sakura. Segar menggelayar menyapu sarafnya. Momen pribadi seperti ini adalah kesempatan langka untuk didapat sejak come back-nya ke dunia hiburan. Rencana besar Sakura canangkan untuk liburannya hari ini. Seharian penuh ia akan menikmati damainya suasana apartemen. Bermalas-malasan ditemani bantal, guling, dan setumpuk shojo manga yang kemarin ia beli.

Sakura mematikan shower. Ia meraih handuk kimono untuk dikenakannya. Sementara kepalanya ia bungkus dengan lembaran handuk lain, lalu ia keluar dari kamar mandi. Matanya melirik ponsel di atas nakas yang bergetar sedari tadi. Dengan malas ia mangambilnya. Bibirnya mengerucut melihat sejumlah panggilan masuk dari Tayuya. Menejernya itu sudah berjanji untuk meliburkannya hari ini kan?

'Sakura, maaf mengganggu. Ini penting, direktur memintamu menghadap. Segera.'

Bibir Sakura berkembang dari sekedar mengerucut menjadi monyong semonyong monyongnya. Ia menggerutu sebal. Batal sudah acara liburnya. Dengan tak rela ia meninggalkan apartemen.

Sakura tiba di gedung UF Entertaiment. Wajah cemberutnya telah disamarkan dengan sempurna. Ruangan sang direktur berada di lantai enam, ia menuju ke sana sambil memeriksa review drama terbarunya. Jemarinya men-scroll layar ponsel, membaca satu per satu tanggapan pemirsa. Banyak yang memberi komentar positif, tak sedikit pula yang memujinya. Ah, bahagianya.. ia tersenyum senang.

'Dia sama sekali tidak hebat.'

Gh, bisa-bisanya komentar Uchiha Sasuke terlintas di kepalanya. Merusak suasana saja! Fuh, suatu saat akan kubuktikan kalau aku bisa jadi aktris hebat! Pekik inner Sakura.

Sejujurnya Sakura tahu jika apa yang dikatakan pria itu ada benarnya. Tanggapan-tanggapan yang saat ini dibacanya berasal dari fans-nya sehingga wajar jika mayoritas tanggapan mereka bernada pujian. Ia cukup baik sebagai pemula, tapi masih belum cukup memenuhi standar akting seorang profesional.

Sakura masih menekuri layar ponselnya bahkan saat memasuki lift. Penampakannya ini bisa membuat orang berpikir bahwa ia adalah pengidap ketergantungan gadget. Gawat, ini tidak baik. Sakura segera memutus atensinya, ia kembali ke menjejakkan kaki ke dunia nyata. Ia melihat sekeliling. Ya ampun ia baru sadar jika ia sudah berada di lift.

Sakura terbelalak saat mendapati ia tak sendirian. Uchiha Sasuke berada dalam yang lift yang sama dengannya. Pria itu berdiiri di sampingnya. Ia memandang lurus ke depan seolah Sakura tak ada.

Ugh, entah kesialan apalagi yang akan dihadapinya..

.

.

Bersambung

Awalnya saya gak yakin buat publish fic ini. Tapi ya sudahlah, daripada dianggurin. Itung-itung buat perayaan menyambut ultahnya Sakura.

Cerita ini terinspirasi dari manga lawas Kanbayashi & Kirika dan Skip Beat. Saya sadar kalo saya emang lack dalam hal deskripsi, mungkin ada plot hole yang ga saya sadari, jadi mohon masukannya.. saya menerima kritik dan review dengan senang hati.

Terima kasih sudah mau baca fic saya yang aneh ini..