Notice Us, You Stupid!

KnB—Fujimaki Tadatoshi

Story—Renalfin + Renata

Summary: Furuhashi si Mata Ikan Mati yang kurang peka. Miyaji si MiyuMiyu-Addicted yang cintanya tak di-notice si Mata Ikan. Hayama si Gigi Taring yang diincar makhluk berponi febeles. Moriyama si Tukang Tebar Pesona yang mendadak alay di depan Hayama. Saat Moriyama dan Miyaji bertukar cerita, mereka menyusun rencana. Apa isi rencananya? MiyaFuru, MoriHaya. Collab dari 3R :v

ENJOY~ -3-

Miyaji menatap Furuhashi sambil berkipas-kipas dengan kipas idola MiyuMiyu. Furuhashi balas menatap Miyaji—dengan wajah datar ala triplek. Namun, hanya dengan tatapan dari sang (calon) uke, jantungnya langsung berdegup kencang. Pemuda dengan warna rambut seperti madu itu bahkan mulai berdelusi—Furuhashi yang tiba-tiba memeluknya sembari menyatakan bahwa pemuda itu menyukai Miyaji, lalu dia berkata siap di-uke-kan oleh Miyaji, yang berakhir dengan adegang ranjang dengan Miyaji yang berada di atas Furuhashi, lalu Furuhashi yang mendesah karena—

"Miyaji."

Panggilan Furuhashi membuat Miyaji tersadar, bangun dari delusi anehnya—atau bisa dibilang, delusi mesumnya.

"Eh? Apa?" tanya Miyaji salah tingkah.

"Sudah sampai. Masuk," sahut Furuhashi dengan nada memerintah—tapi datar. Miyaji menghembuskan napasnya, lalu berjalan memasuki rumah sang pemilik mata ikan mati. Setelah Miyaji masuk, Furuhashi menarik dasinya hingga lepas dan berjalan memasuki rumahnya yang sepi. Pemuda itu menghampiri Miyaji yang tengah mengamati ruang tengah Furuhashi.

"Miyaji."

"Eh? Iya? Apa?" sahut Miyaji sambil berbalik dan menatap Furuhashi yang tengah merogoh sesuatu dari balik tasnya. Miyaji menunggu sambil menatap Furuhashi lekat-lekat. Rambut hitamnya. Mata khas ikan matinya. Bibir mungilnya. Lehernya yang terlihat mulus. Bahunya yang lebar. Lengannya yang terlihat kuat. Telapak tangannya yang besar. Pinggangnya yang—

"Mitsuketa. Ini." Furuhashi menyodorkan sekeping CD kepada Miyaji. CD konser terbaru MiyuMiyu. Miyaji tersadar dari lamunannya, lalu menerima CD itu.

"Sankyu—"

TING-NONG.

Miyaji dan Furuhashi kompak menoleh ke asal suara. Arahnya dari pintu rumah. Furuhashi langsung berjalan menghampiri asal suara. Pemuda itu membuka pintu, dan tampak dua makhluk –yang dia anggap—nista yang berdiri di hadapannya. Satu dengan senyum polos dan antusias, satu lagi dengan senyum (sok) mempesonanya dan (sok) febeles. Hayama Kotaro dan Moriyama Yoshitaka.

"...mau apa kemari?" tanya Furuhashi datar. Tidak ada keramahan yang dia tunjukkan kepada kedua tamunya. Lagipula Furuhashi tidak pernah bersikap ramah kepada siapapun, kan? Jadi tak masalah.

"Kami kemari untuk main! Ya kan, Moriyama? Boleh kan, Furuhashi? Nee? Nee?" jelas Hayama dengan mata berbinar, yang disambut dengan anggukan dan kibasan poni febeles dari Moriyama. Furuhashi menatap mereka dengan tatapan 'kalian-makhluk-nista-berisik-dan-pengganggu-kenapa-tidak-mati-saja'. Tapi, dasar tidak peka, Hayama dan Moriyama malah mengira Furuhashi membolehkan mereka masuk ke rumahnya. Maka mereka berdua langsung menerobos masuk dengan mata berbinar (ekstra dari Moriyama: Kibasan poni nan febeles). Furuhashi hanya bisa memasang wajah datar—lha wong wajahnya sudah datar dari sononya kok.

:3

"...kok kalian juga disini?" tanya Miyaji dengan wajah heran. Ditatapnya Hayama dan Moriyama bergantian dengan pandangan 'hih-kalian-ganggu-waktu-berdua-gue-sama-calon-uke-gue-tertjintah-tau-gak'. Dan, lagi-lagi, Hayama dan Moriyama tidak bisa mengartikan pandangan Miyaji.

"Kami hanya mau main di rumah Furuhashi, kok. Furuhashi saja mau. Ya kan, Furu?" jawab Moriyama sambil melirik Furuhashi. Furuhashi hanya menggeleng dengan tatapan 'aku-tidak-bilang-iya-loh'—tapi dalam versi mata ikan mati. Silahkan bayangkan sendiri, ya.

"Hah? Kenapa kau mengizinkan mereka main ke rumahmu, Furuhashi?" tanya Miyaji, meminta penjelasan dari sang pemilik rumah.

"Masalah?" Furuhashi balik bertanya dengan wajah datar. Miyaji menggeleng cepat-cepat. Dia tidak ingin membuat (calon) uke tersayangnya marah. Maka Furuhashi kembali memalingkan pandangannya dari Miyaji, berbalik, dan ganti menatap dinding ruangan. Miyaji memandangi punggung Furuhashi. Punggung itu...entah kenapa punggung itu serasa memanggilnya, meminta dipeluk, dielus, di—

"Sst, Miyaji."

Sekali lagi, Miyaji tersadar dari lamunan coretmesumnyacoret. Dia menatap Moriyama yang tersenyum (sok) tampan. Moriyama mengayun-ayunkan tangannya, bermaksud menyuruh Miyaji mendekat dengan gaya tamvan, tapi apa daya, caranya mengayunkan tangannya sebelas-dua belas dengan cara para bences menyuruh mas-mas kece mendekat untuk coretdirapecoret. Dengan wajah jijik, Miyaji mendekat.

"Miyaji, kau suka Furuhashi, ya?"

BLUSHHH!

"Kau tahu darimana, Hayama-Addicted?"

"Hayama-Addicted? Julukan yang tidak febeles. Ah, sudahlah. Hei, bagaimana kalau kita melakukan rapat tentang bagaimana membuat calon uke kita me-notice kita?"

Miyaji bengong selama beberapa menit.

"Bo-boleh."

Maka Moriyama mengibaskan poni febeles-nya dengan senyum tamvan, dan menatap duo calon uke bergantian. Furuhashi dan Hayama balas menatap Moriyama dan Miyaji.

"Furuhashi, boleh kami pinjam kamarmu sebentar? Aku dan Miyaji ada urusan~"

"...ha? Kalian mau apa?" Nada datar khas seorang Furuhashi.

"Nee nee, apa kalian mau homoan?" tanya Hayama antusias. Dia antusias karena masih polos, belum tahu maksud dari kata 'homoan'. Dia kira itu nama spesies manusia purba.

Hayama polos.

Miyaji dan Moriyama langsung menghunuskan tatapan 'jangan-ngawur-gue-kan-udah-punya-uke-idaman-coeg' ke arah Hayama.

"Kami mau diskusi, Hayama, Furuhashi~ Mana mungkin aku sudi homoan dengan nanas ini?" jawab Moriyama seraya mengibaskan poni penuh cinta ke arah Hayama.

Tapi Hayama tidak peka. Jadi Hayama hanya bilang, "Oh.". Njleb kan?

"Oh. Silahkan saja. Aku tidak peduli. Kalian homoan pun aku tak peduli." Jawaban singkat dari Furuhashi sukses membuat Miyaji merasa dihempaskan ke lubang buaya. Calon uke-nya itu sama sekali tak menotice cinta Miyaji. Njleb sekali, bukan?

"...oh. Moriyama, ayo," kata Miyaji dengan aura suram. Moriyama, yang mengerti bahwa Furuhashi tidak menotice Miyaji, langsung menepuk punggung Miyaji. Memberi semangat.

:3

"Jadi bagaimana ini, Miyaji?" tanya Moriyama seraya bergulingan di kasur empuk Furuhashi. Miyaji mengangkat bahu. Dia sibuk mengamati kamar Furuhashi yang minimalis—atau bisa dibilang membosankan alias biasa saja. Moriyama memanyunkan bibirnya, lalu menemukan sebuah ide.

"Bondage bagus, tidak?"

Miyaji terpaku, lalu menatap Moriyama ngeri. Tatapannya seolah mengatakan 'Mor-kamu-serem-gitu-jangan-OOC-dong'. Moriyama balas menatap Miyaji dengan tatapan 'lha-wong-mereka-kelewat-polos-terus-kapan-kita-bisa-dinotice-coba'.

Miyaji berpikir sejenak.

"Sepertinya itu ide yang menarik. Ayo lakukan," jawabnya seraya menyeringai. Moriyama langsung menatap Miyaji dengan mata berbinar febeles.

"Ini akan menarik! Sekarang..." Moriyama mulai mengaduk-aduk isi tasnya dan mengeluarkan—

Tali dan rantai.

Miyaji menelan ludah. Moriyama yang alay amit-amit itu kini berubah jadi mengerikan. Tapi...kalau ini demi notice dari sang calon uke...

Miyaji nurut saja.

To Be Continued :3

Akhirnya kelar...

Bang Alfin, terima kasih sudah bantu nulis fic ini~ Daku terhura~ :v

Bondage?

BONDAGE?

HARUSKAH RATE-NYA DIUBAH?

RnR, plis~ -3-