Seperti biasa Chanyeol terjaga dari tidurnya bahkan sebelum matahari menampakan dirinya di ufuk timur, memastikan bahwa ia tak membangunkan sosok yang kini tengah tidur di sampingnya, Chanyeol berjalan keluar kamar dalam diam.
Hal yang pertama ia lakukan adalah membangunkan buah hatinya yang tidur di kamar terpisah dengannya, kamar itu sama sekali tidak berkesan kamar untuk anak-anak sama sekali tak ada gambar lucu di dinding atau mainan yang menghiasi kamar itu. Chanyeol sendiri tak habis pikir kenapa suaminya sama sekali tak mau memanjakan anak mereka bahkan terkesan menghindari anak itu, padahal Sehun adalah anak penurut yang sangat manis dan tampan.
"Bangun sayang sudah pagi!" katanya seraya menggoyangkan tubuh buah hatinya yang baru menginjak umur lima tahun itu, Sehun adalah anak tidak banyak tingkah, anak itu langsung terbangun dan mengerti apa yang harus dia lakukan tanpa mengumankan apa-apa. Kadang Chanyeol berharap Sehun memiliki kepribadian yang lebih ceria, atau sedikit nakal seperti anak-anak seusianya dan tentunya mau berceloteh tentang teman-temannya maupun harinya di sekolah, namun Sehun selalu memilih untuk diam.
Chanyeol sedang menyiapkan sarapan di meja makan, ketika merasakan seseorang memeluknya dari belakang, "Selamat pagi sayang," ucap orang itu sembari mengecup pipi tembam Chanyeol, entah mengapa setiap pelukan maupun kecupan dari orang yang tak lain adalah suaminya sendiri selalu terasa salah bagi Chanyeol, namun Chanyeol tahu lebih baik ia memasang wajah tersenyumnya dan membalas perlakuan suaminya, karna Chanyeol tahu betul apa yang akan terjadi jika ia mencoba menolak atau menujukkan ketidaksukaanya. "Selamat pagi juga sayang," balas Chanyeol dengan senyuman palsu di wajahnya. Namun tiba-tiba lelaki yang lebih tinggi darinya itu menggengam erat pergelangan tangannya dan membalik tubuhnya hingga kini Chanyeol bisa melihat tatapan tajam lelaki di depannya. "Aku senang kau masih bisa bersikap manis di depanku, seolah-olah aku tidak tahu sikap jalangmu di belakangku," ujar lelaki itu dingin.
Chanyeol hanya bisa mengernyit tidak mengerti apa yang di maksud suaminya, "Jangan berpura-pura, aku tahu kau mengoda guru baru itu, kan?" tuduh suaminya yang mempererat cengkraman tangganya, Chanyeol yakin itu akan meninggalkan bekas, namun bekas luka dan lebam bukan hal baru bagi Chanyeol.
"Tidak, tempo hari ia hanya menanyakan tentang kondisi Sehun kepada ku," bela Chanyeol. Suaminya menatapnya penuh selidik, dan Chanyeol tak bergeming lagipula Chanyeol memang tak berbohong, guru baru itu hanya penasaran kenapa Sehun sama sekali tak mau bicara padahal dalam catatan kesehatannya anak itu sama sekali tak memiliki cacat fisik.
"Baiklah aku percaya padamu kali ini, namun lain kali jika aku melihatmu dekat dengan pria lain, kau tahu sendiri akibatnya," ancam suaminya. Chanyeol hanya mengangguk mengiyakan ucapan suaminya, tak ada gunanya berdebat dengan suaminya, ia tahu itu akan selalu berakhir buruk.
"Hari ini biar aku yang mengantar anak bisu itu," ujar suaminya dingin, hati Chanyeol berdenyut sakit, walaupun ia tahu suaminya memang bukan tipe ayah yang perhatian dan lembut namun jujur menyakitkan mendengar suaminya menyebut anak mereka dengan nada seperti itu.
"Sudah lama menunggu?" ucap seorang wanita dengan wajah yang mengingatkannya dengan orang yang sangat Kris kasihi.
"Belum noona, aku baru saja sampai," ujar Kris. Wanita di depannya pun meletakan tas nya dan meposisikan dirinya duduk di kursi di depan Kris.
"Bagaimana kabarmu Yifan?" tanya wanita itu, kakak ipar Kris itu memang lebih suka memanggilnya dengan nama Tiongkoknya.
"Relatif baik, bagaimana kabar Yoora noona dan sekeluarga?" tanya Kris balik.
"Baik, Jackson semakin nakal dan hiperaktif, ia sangat mirip dengan Chanyeol waktu kecil," jawab wanita yang bersuamikan orang barat itu. Mendengar nama Chanyeol seketika menghapus senyuman di wajah Kris, seandainya Chanyeol masih di sisinya.
"Ternyata sudah enam tahun Yifan," ujar Yoora menghela napas, "akhirnya kami sekeluarga sudah mengikhlaskan kepergian Chanyeol," lanjutnya.
"Chanyeol belum mati noona," ujar Kris dingin.
"Jika dia belum mati pasti dia sudah kembali, Yifan. Enam tahun sudah cukup lama bagi ku untuk meyakinkan diriku bahwa ia telah pergi, walau jasadnya belum ditemukan. Ibu juga sangat sulit menerima bahwa mungkin putra kesayangannya telah meninggal namun akhirnya beliaupun bisa menerima kenyataan. Kami menyadari bahwa kita yang masih hidup harus tetap melanjutkan hidup," ujar Yoora panjang lebar.
"Aku yakin Chanyeol masih hidup, mungkin dia hanya tak tahu cara untuk kembali," ujar Kris kukuh dengan keyakinannya.
"Kau sudah berusaha semampumu Yifan, mungkin ini saatnya kau merelakannya pergi, kami tidak keberatan kalau kau mencari pendamping hidup baru Yifan, kau masih muda, jalan hidupmu masih panjang. Namun, jangan khawatir kami masih akan tetap menganggapmu sebagai keluarga sekalipun nanti kau sudah menikah lagi," jelas Yoora.
"Terima kasih noona, tapi aku tidak akan menikah lagi, aku yakin suatu saat Chanyeol pasti kembali dan aku akan tetap setia padanya hingga saat itu," ucap Kris. Yoora sebenarnya takjub dengan kegigihan Kris yang bahkan belum menyerah mencari Chanyeol hingga saat ini, namun menurutnya ini sudah saatnya pria dengan tinggi di atas rata-rata itu merelakan kepergian Chanyeol.
"Sebenarnya apa tujuan noona menyuruhku datang kemari?" tanya Kris mencoba mengalihkan pembicaraan. Yoorapun mengambil secarik amlop dengan kertas yang sudah mulai menguning dari dalam tasnya.
"Kau tahu betul bahwa Ibu sebernarnya sama keras kepalanya dengan dirimu dan bersikeras bahwa Chanyeol masih hidup, bahkan ia sama sekali tak mengusik benda-benda di dalam kamar Chanyeol yang ia tinggalkan sebelum malam tragis itu, karena ia yakin suatu saat Chanyeol akan kembali," ujar Yoora yang tampak bimbang melanjutkan ceritanya.
"Lalu?" sela Kris.
"Namun, akhirnya Ibu menyadari bahwa setelah enam tahun, beliau mulai bisa menerima bahwa mungkin Chanyeol tidak akan pernah kembali, dan menyimpan barang-barang Chanyeol seperti itu juga tidak akan membuat suasana hatinya tenang karena ia akan selalu teringat kepada putranya itu, akhirnya kemarin Ibu memutuskan untuk memindahkan barang-barang Chanyeol dan menemukan amplop ini di laci meja kamar Chanyeol," ujar Yoora sembari menyerahkan amplop itu kepada Kris.
"Aku tak tahu Chanyeol sudah memberi tahumu perihal hal itu atau belum, namun kupikir penting bagimu untuk mengetahuinya," lanjut Yoora.
Kris mengamati amplop dengan kap rumah sakit dan tercantum tanggal di mana kecelakaan tragis yang menimpa Chanyeol terjadi, jadi pagi hari sebelum kecelakaan itu terjadi Chanyeol pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan sesuatu, seingat Kris, Chanyeol tidak sakit apa-apa waktu itu.
"Hamil?" kata Kris lebih kepada dirinya sendiri membaca surat keterangan dari rumah sakit itu. Chanyeol mungkin belum sempat memberi tahunya sebelum kecelakaan itu menimpanya, atau mungkin lelaki dengan senyum manis itu sengaja menyimpannya sebagai kejutan anniversary yang hanya berselang dua minggu setelah kejadian itu. Kris tidak bisa menahan air matanya mengetahui bahwa ia tidak hanya kehilangan Chanyeol namun juga calon buah hati mereka dalam kecelakaan itu.
"Yifan kau baik-baik saja?" ujar Yoora khawatir sembari mengelus tangan Kris lembut yang bergetar membaca surat itu.
Chanyeol menatap bayangannya sendiri dengan sedih, ah dia bertambah kurus, suaminnya tidak akan menyukai hal itu, ia akan dianggap tidak becus mengurus dirinya sendiri. Demi Tuhan, Chanyeol telah berusaha, berusaha sebaik mungkin untuk menjalani hidupnya dengan segala tekanan dan siksaan batin maupun fisik yang terkadang ia dapat dari suaminya itu. Terkadang Chanyeol lelah dan tidak tahu bagaimana ia bisa terjebak dengan kehidupan rumah tangga seperti ini.
Chanyeol telah berusaha mencintai suaminya, namun tidak bisa, ia selalu merasa ada yang salah dengan hatinya, ada perasaan tidak seharusnya ia berada di sana, apalagi setiap melihat wajah buah hatinya yang selalu mengingatkannya kepada seseorang yang Chanyeol sendiri tidak tahu siapa. Chanyeol sudah berusaha mengingat kehidupannya sebelum semua ini, tapi tak ada satupun hal disekitarnya yang dapat mengingatkannya kepada hal itu.
Bagaimana bisa ia menikah dengan suaminya saat ini? Yang Chanyeol tahu, suaminya selalu berkata bahwa dirinya beruntung karena seorang dokter yang terhormat seperti dirinya mau menikahi Chanyeol yang sebatang kara dan tak bisa apa-apa sehingga hanya menjadi beban. Dan itu benar-benar membuat Chanyeol merasa tidak berguna dan tak tahu diuntung, ia tahu suaminya selama ini bekerja keras untuk keluarga kecil mereka, sementara Chanyeol bahkan tak memiliki pekerjaan tetap.
Chanyeol merasa ia istri yang buruk karena bahkan ia tak bisa mengingat kenangan mereka berdua sebelum kecelakaan yang menimpanya sebelum Sehun lahir dan tidak bisa membuka hatinya sepenuhnya untuk suaminya sendiri tak peduli semua yang telah laki-laki itu perbuat dan korbankan untuk dirinya. Maka dari itulah Chanyeol bertekad akan membuat suaminya bahagia dan tak akan menentang apa yang suaminya lakukan kepadanya walaupun terkadang itu menyakitkan termasuk sikap suaminya terhadap putra mereka. Karena itu pantas untuk istri tak berguna seperti dirinya pikir Chanyeol.
Chanyeol mencoba memutar kenop pintu rumah mereka, namun rupanya pintu itu terkunci. Chanyeol menghela napas, rupanya suaminya mengunci di dalam rumah sebelum mengantar Sehun, terkadang Chanyeol tak habis pikir dengan sifat posesif suaminya, laki-laki itu benar-benar takut Chanyeol akan meninggalkannya.
"Kalau begitu lebih baik aku membersihkan rumah sampai mereka kembali," batin Chanyeol.
"So Sehunie is accompanied by his father this morning," ujar seorang guru taman kanak-kanak menyambut kedatangan salah satu anak didiknya itu sembari mengulurkan tangannya kepada pria yang mengantarkan bocah kecil itu.
"Nice to meet you Mr. Kim, I believe this is the first time we meet! I'm Alton Richards, a new teacher here," lanjut guru itu.
"Nice to meet you too Mr. Richards, and I'd like to have a word with you," ucap lelaki Korea itu, dia akan memastikan tidak ada orang yang terlalu mengintervensi urusan keluarganya. Ia akan melakukan apapun untuk membuat Chanyeol tetap di sisinya, termasuk membawa Chanyeol dan Sehun ke belahan benua lain seperti saat ini.
"Kanada?" ujar Kris bimbang.
"Ya, Kanada, lagipula kau tak akan sendiri ke sana Joonmyun juga ditugaskan ke sana!"
"Aku tak tahu Yixing biar kupikirkan lebih dahulu," ujar Kris pada akhirnya. Yixing hanya menghela napas ia tahu betul alasan sahabatnya mencoba menolak tawaran untuk bekerja di cabang perusahaan baru mereka di Kanada.
"Dengar Kris, aku tahu alasanmu bertahan di Korea demi Chanyeol, kau takut jika ia kembali ia tidak bisa menemukanmu bila kau pergi, tapi percayalah bila Chanyeol masih hidup dan Tuhan menghendakinya kuyakin kalian akan bersatu kembali, lagipula Chanyeol juga punya keluarga di sini, jadi kau tak perlu khawatir. Bagaimana?" tawar Yixing lagi.
Namun Kris masih bimbang, di Korea walau bukan negara kelahirannya namun Korea selama ini yang menjadi tempat tinggalnya bahkan dia menemukan belahan jiwanya di negeri gingseng ini.
"Kanada? Haruskah aku pergi?" batinnya.
TBC
Maaf mood saya lagi angst, ada usul buat tokoh antagonisnya ini siapa? Aku sih punya bayangan Woobin, how?
Review Please . . .
