Haiiiiiii,-teriak gaje- fui balik lagi dengan pesona baru nih*dikemplang* maksudte, dg fict baru. Hehehe,

Kali ini chapter dalam fict ini ya NaruHina hahahaha, janagn bosen yah. Masalah pair lain, Insyaallah fui buat di chapter-chapter depan. Ah daripada, fui banyak bakom,

Fui will present…

Disclaimer : Masashi K.

Warning : bentuk drablle, setiap nomor bisa berdiri sendiri, sory kalo masih banyak typo, ada AU ada Canon.

This is my story… enjoy

Mosaic in Our Love

1. Bekal Makanan

Naruto menangis meraung-raung. Pasalnya, bekal ramen kesukaanya tidak sengaja ditumpahkan oleh Hinata. Gadis kecil berusia 5 tahun itu hanya bisa melihat bocah kecil itu menangis. Hingga akhirnya ia berinisiatif untuk membagikan bentonya pada bocah pirang yang ada di hadapannya

Namun, setelah itu, giliran Hinata yang menangis. Ternyata saat ia memberikan bentonya pada Naruto, bocah laki-laki itu langsung membawanya lari sambil terkekeh-kekeh. Meninggalkan Hinata dalam keadaan perut lapar karena belum sempat memakan apapun dari bekal bentonya itu.

Kerja ekstra keras bagi Kurenai untuk menenangkan Hinata dan membuat dua bocah itu rukun kembali.

2. Cita-cita

"Naru-chan, besar nanti mau jadi apa?" Tanya Kurenaipada suatu hari. Saat itu, kelas TK mereka sedang membahas tentang 'cita-cita'.

"Nalu pengan jadi tentala Bu gulu." Cadel Naruto. Membuat Kurenai tertawa kecil mendengarnya. Lalu, guru perempuan yang ramah itu kembali menanyai murid-murid lainnya.

"Kalau Hinata-chan, cita-citanya apa?"

Gadis kecil itu merenung sejenak. Lalu sekejap, menoleh pada Naruto yang sedang memperhatikannya karena penasaran dengan jawaban gadis kecil itu.

"Saya mau jadi dokter, bu guru." Katanya ceria. Namun, matanya tak lepas memandangi Naruto. Yang dilihatin oleh mata bulan itu hanya bisa balas memandang heran.

"Kenapa Hinata-chan pengan jadi dokter?" Tanya Kurenai lagi. Merasa penasarn juga karena sedari tadi yang ditanya tetap melihat Naruto. Kemudaian, wajah gadis kecil itu menghadapnya, tak ketinggalan senyuman imut yang menggemaskan.

"Hihihihi, soalnya kalau saya nanti jadi dokter, saya bisa ngobatin Naru-chan kalau di peperangan di tertembak, bu guru." Hinata bilang.

Kurenai tak bisa menyembunyikan ras gelinya, ia tertawa pelan sambil menutupi mulutnya sendiri.

Naruto?

Blushing stadium 3.

3. Friend

Banyak anak yang menyukai sasuke karena ketampannya dan berharap bisa menjadi teman sang uchiha bungsu itu. Sedangkan anak lelaki yanmg baru masuk SD ini, malah tak suka bila teman-temannya brisik di dekatnya. Sasuke lebih memilih ketenangan dan sendiri.

Amat berbanding terbalik dengan bocah lelaki pirang yang kini duduk sendiri di bawah pohon mangga di halaman sekolah dasarnya. Anak itu menginginkan adanya teman yang selalu bisa bermain bersamanya. Sayang, ia tak bisa mewujudkan itu. Fakta bahwa ia anak haramlah yang membuat orangtua murid-murid lainnya menasehati anak-anaknya agar menjauhi bocah itu.

"Ini, jangan menangis." Kata seorang gadis kecil berambut biru pendek dengan ramah. Gadis itu berjongkok di hadapan bocah pirang itu, mengulurkan sebuah saputangan putih bercorak bunga untuk bocah pirang yang meneteskan air matanya.

Sang bocah yang bernama Naruto itu mendongak, lalu menunduk lagi.

"Kenapa kau disini? Bukankah lebih enak bila bermain bersama mereka?" kata Naruto sedikit sinis, kepalanya menoleh pada segerombolan anak-anak yang tertawa gembira di kotak pasir. Sang gadis kecil tersenyum.

"Kalau aku disana, kau akan kesepian." Katanya. Tangannya lalu menyimpan kembali saputangan yang sama sekali belum disentuh Naruto. Tangan putih yang mungil itu muncul lagi untuk mengajak Naruto bersalaman.

"Aku Hinata, kamu?" tanyanya ramah. Naruto terperanjat, matanya yang sembab, membelalak lebar, memandang ke arah mata bulan di hadapannya. Tak butuh waktu lama bagi Naruto untuk merespon.

"Uzumaki Naruto. Aku Naruto." Kata bocah itu rian. Perlahan, senyumnya melebar hingga berganti menjadi kekehan jenaka. Tangan kecilnya menyambut uluran tangan Hinata, menggenggamnya erat, seakan tak mau melepasnya.

"Naruto-kun, janji ya, kita akan selalu bersama?" kata Hinata. Jabatan tanan mereka belum lepas.

"Iya. Janji! Aku dan Hinata-chan akan bersama slamanya. Ahahahaha." Sahut Naruto. Sekejap, jabatan tangan mereka berganti dengan sebuah simpul perjanjian dim sing-masing kelingking mereka yang saling bertaut.

4. School

Naruto menyukai sekolahnya. Bukan karena gedungnya yang mewah atau fasilitasnya yang lengkap. Tapi, karena berkat sekolah itu, ia bisa selalu bertemu dengan gadis berambut biru yang ia tahu bernama Hyuuga Hinata.

Naruto selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolahnya pagi-pagi. Karena di waktu itu, ia bisa berada di kelas, menunggu kedatangan Hinata yang dapat ia jadwalkan akan tiba setelah ia.

Dan saat itulah yang paling ia sukai dari sekolahnya. Karena, saat itu ia bisa mendapatkan senyuman gadis yang ramah itu saat tak ada orang lain selain mereka di kelas.

Dan ia akan selalu senang bila hal itu terjadi setiap pagi. Karena ia bisa menikmati sendiri senyuman manis yang damai dari gadis itu. Ya, hanya ia sendiri.

5. Lavender dan Coklat

Saat hari kasih saying tiba, mendadak semua orang ingin terus tersenyum. Membicarakan ini itu tentang pesta. Menyiapkan kado special untuk si 'dia'. Dan tak lupa menyiapkan mental bila ingin menyatakan rasa 'cinta'.

Tak terkecuali Naruto. Dengan uang tabungannya, bocah lelaki itu berlari menuju took bunga. Berharap menemukan satu bunga cantik yang akan di berikannya pada seorang gadis dari klan mata putih, Hinata Hyuuga.

Dengan percaya diri, ia membawa sebuket bunga cantik yang menurutnya sendiri pas untuk menunjukkan rasa 'cinta'-nya. Sebuket bunga berwarna ungu lembut yang sederhana namun menenangkan hati. Bunga yang menurutnya pas untuk menggambarkan seorang Hinata. Cantuk, sederhana, namun menenangkan hati.

Lalu, saat ia sampai di pintu kelasnya yang terbuka, ia menemukan sesosok gadis yang ia incar sendirian. Duduk memandangnya dengan malu-malu. Perlahan, gadis itu bengkit dari duduknya dan mendekat pada Naruto.

Pelan, kedua tangannya yang tersembunyi di balik punggungnya muncul dengan sekotak kecil coklat yang pastinya lezat. Coklat itu ia ulurka pada Naruto. Si bocah lelaki itu melongo sesaat, lalu tersadar oleh suara lembut saat gadis itu berbicara.

"M-mohon di-diterima, N-naruto-kun…"

Tangan Naruto cepat merogoh ke dalam tas punggungnya, lalu kembali muncul dengan sebuket bunga yang ia ulurkan pada Hinata. Sekarang, giliran Hinata yang speechless. Wajahnya mengahangat hingga menimbulkan semburat merah di kedua pipinya.

"Ini juga diterima ya. Anu, aku tak tahu bunga apa yang pantas buat nyatain cinta, tapi aku rasa, bunga ini cocok untukmu. Aku harap kamu suka." Naruto memang tak pandai bicara cinta. Namun, kata-katanya yang cepas-cplos itu sukses membuat Hinata semakin memerah.

Sejenak, mereka bertukar hadiah.

"Hinata-chan…" kata Naruto memanggil.

"Ya?"

"Mau makan coklat ini bersamaku?"

6. Tipe

Saat para gadis berkumpul, satu kegiatan yang pasti dilakukan oleh mereka. Ngerumpi. Seperti saat ini, pada jam istirahat sekolah, sekelomok gadis-gadis cantik sedang berbicara. Tentang satu hal yang dinamakan…

Idaman.

Sakura menyukai lelaki yang putih, tinggi, keren, sekaligus perhatian. Lelaki yang menurutnya adalah seorang pangeran dari negeri dongeng. Dia menginginkan lelaki yang secara fisik, sempurna.

Tak seberapa jauh dengan pikiran Sakura, Ino Yamanaka, gadis blonde yang cantik ini juga menginginkan pria bertubuh sempura. Ino mendambakan pria yang bisa mengerti dirinya, tampan, gagah, murah senyum, dan satu hal lagi. Kaya. Ya, Ino hanya ingin hidupnya di masa depan terjamin. Salahkah itu?

Bila kedua cewek yang sebelumnya ingin lelaki yang seperti pangeran, Temari dab Ten-ten beda lagi.

Temari lebih menyukai lelai yang dewasa, tidak malas, dan cerdas. Sedangkan Ten-Ten, ia ingin seseorang yang penuh cinta da semangat. Lelaki yang tak pantang menyerah, namun sekaligus tak pernah meremehkan perempuan.

Lalu saat giliran Hinata untuk bercerita bagaimana tipe lelaki idamannya, gadis pemalu itu hanya tersenyum malu-malu. Para gadis lain di sekelilingnya sampai tidak sabar menunggu jawabanya. Hinata hanya bisa tertawa kecil saat teman-temannya mendesak. Dan akhirnya kedua bibirnya pun bicara.

"Ano, aku suka lelaki yang s-seperti, um… Naruto-kun."

7. Horror Film's

Jika menyangkut tentang hantu, dapat dipastikan bocah pirang bernama Naruto ini akan terbirit-birit lari ketakutan.

Tapi, entah kenapa sejak ia berpacaran dengan Hinata, bocah lelaki itu gemar sekali mengajak Hinata menonton film, khususnya film horror di bioskop. Karena, kesenangan itu baru terjadi saat scene film itu dalam masa menegangkan, alias para hantu bermunculan.

Naruto yang biasanya terlalu takut, seketika mendadak ceria. Pasalnya, saat scene horror itu terjadi, gadis di sampingnya itu. Otomatis akan memeluknya.

Dan Naruto jelas tak akan keberatan bila harus memeluknya balik dan mengusap-usap puncak rambut biru itu dengan sayang.

Karena itu, Naruto berjanji akan lebih sering mengajak Hinata menonton film horror yang ditakutinya. Namun, sekaligus membuatnya mendapat keuntungan.

8. Meet

Hinata menyukai Naruto, jelas. Gadis mata bulan itu bahkan sering memandang Naruto dari kejauhan, rahasia umum. Tapi ternyata, Naruto yang 'kurang pintar' itu sama sekali tak mengetahuinya.

Ia malah penasaran pada gadis itu. Pasalnya bila ia mendekatinya, gadis mata bulan itu akan segera menjauh atau yang lebih parah, pingsan. Hingga Naruto pun selalu menunggu dengan sabar saat dimana ia bertemu dengan Hinata dan gadis itu tak gugup lagi.

Bagi Hinata, bertemu Naruto adalah sebuah dilemma. Bukannya ia tidak senang bertemu lelaki itu. Hinata sangat senang, selalu berharap malah untuk bisa berada dekat dengan Naruto. Namun, saat bertemu itu jugalah yang ditakutinya. Karena kemungkinan besar ia pingsan di depan Naruto, akan membuatnya semakin malu untk bertemu lelaki itu.

Di sisi hatinya ia tak ingin terlalu dekat dengan Naruto, tapi sisi hati yang lain berontak untuk bisa benar-benar bertemu dengan lelaki yang telah membuatnya kebingungan itu.

9. Different

Naruto adalah seorang anak yang hyperactive

Hinata adalah seorang gadis yang lebih suka pasif

Naruto suka pada kebisingan dan keramaian yang ceria

Hinata lebih suka suasana damai yang tenang dan menyejukkan

Naruto tak akan segan-segan untuk mengekspresikan perasaaanya ke semua orang

Hinata lebih suka menyimpan perasaaanya dari orang lain

Naruto ingin keberadaanya diakui orang banyak. Karena itu ia sering mencari perhatian dengan bertindak jahil pada anak lain

Hinata tak ingin dirinya menjadi pusat perhatian. Ia hanya ingin agar sang ayah bisa menyayanginya sebagai anak perempuan dengan penuh kasih

Naruto dan Hinata, adalah dua elemen berbeda. Seperti api dan air.

Api untuk Naruto yang penuh semangat dan menimbulkan kehangatan bagi orang yang ada di sekitarnya

Air untuk Hinata yang gemulai bagai riak tenang yang membawa kedamaian indah sekaligus menghidupkan

Dua perbedaan, bukan berarti tak bisa bersatu. Malah krena perbedaan itulah, keselarasan akan tercipta.

Naruto dan Hinata, kedua aliran yang berbeda. Saling melengkapi, saling berbagi, dan saling menjaga.

Naruto dan Hinata, mereka tak sama. Tapi menyatu dalam cinta

Yin dan Yang

10. Jealousy

Dulu, saat Naruto masih menaruh ahi pada Sakura, Hinata sering merasakn sakit di hatinya. Menohoknya dengan rasa benci.

Cemburu

Lalu, semakin lama rasa itu bisa ia pahami. Memang Hinata cemburu, tapi bila ia terlalu cemburu dan tak ingin Naruto bersama orang lain, berarti ia egois. Satu sifat yang tidak ia sukai.

Saat Naruto kembali dan bertarung melawan Pain, Hinata tak bisa berdiam diri melihat lelaki itu bertaruh nyawa sendiri demi desa mereka. Dan hatinya terasa lega sekali saat akhirnya ia bisa menyatakan cintanya. Cinta yang terlalu lama ia pendam dan terasa meledak ingin keluar.

Cemburu itu perlahan sirna saat kenyataan berbicara padanya bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Naruto membalasa cintanya, dengan ikhlas.

Tapi, kenapa saat Naruto menjadi hokage, cemburu itu muncul lagi? Mungkin Hinata cemburu pada dokumen-dokumen yang sukses menyita waktu berduanya bersama sang suami.

11. Universally

Impian kecil Naruto adalah terbang ke angkasa. Menyentuh bintang, menggapi bulan, dan menjelajahi alam semesta.

Sayang, sebagai tentara, ia hanya bisa menyentuh senapan, menggapai pangkat jenderal, dan menjelajahi medan perang. Dan otomatis impian masa kecilnya itu taka ka pernah terwujud.

Namun, Naruto mempunyai satu cara untuk membuat impiannya menjadi nyata.

Menikahi Hyuuga Hinata.

Gadis bermata bulan itulah semestanya. Rambutnya yang biru gelap adalah lembaran langit malam yang penuh misteri, namun memikat. Matanya adalah pancaran cahaya sang dewi malam, yang mampu mempesona Naruto dalam sekejap. Kerlingannya adalah bintang jatuh yang menawarkan harapan indah pada Naruto. Senyumnya yang tak pernah berhenti, adalah fajar yang selalu dating membawa kesejukan bagi hati Naruto. Wajahnya yang cantik dan berseri, adalah barisan tata surya yang tak pernah habis akan ceria menakjubkan.

Bagi Naruto, wanita yang sudah dinikahinya dan memberinya dua anak inilah alam semestanya.

Tapi, bukan berarti Naruto bisa selalu berada di sisi wanita itu. Kesibukannya sebagai tentara terus menyita waktunya berkumpul bersama keluarga. Dan karena itulah siksaan batin terus menohoknya. Rindu.

Dan saat rasa rindu itu luluh, Naruto tahu, semestanya ada di sampingnya. Setia dan tak pernah pisah.

Naruhina Finish

Owah, gimana? Masih jelek ya? Kasih konkret dunk.

Jangan lupa Riview yah.

R.E.V.I.E.W