They don't know
Story by Datgurll
.
.
Park Chanyeol x Kim Taehyung
Warning! Seme!Chanyeol & Uke!Taehyung
.
.
Happy Reading^^
-0o0-
Park Chanyeol. 17 Tahun. Happy Virus; detected.
SMHit High School, sebuah nama sekolah yang cukup ternama di kota besar Seoul. Semua murid yang bersekolah disana tidaklah sembarangan murid, kebanyakan dari mereka memiliki kemampuan dan bakat alami—disana tidak terlalu memprioritaskan otak atau kepintaran. Tapi tetap saja, para orang tua berbondong-bondong mendaftarkan anak-anaknya disana, karena kebanyakan lulusan dari sana akan menjadi sukses.
"Park Chanyeol-ssi, jika dalam hitungan ke tiga kau belum juga keluar dari kelas, aku akan melemparkan penghapus papan tulis—"
"Aku sudah tidak mengantuk, kau bisa percaya itu!"
Chanyeol meringis pelan ketika sang guru memberikan tatapan galak kepadanya. Well, ini gara-gara temannya yang mengajaknya tidak tidur semalaman hanya karena mencoba game, game yang baru dibeli, tentu saja itu juga keluaran terbaru.
"Lalu apa yang akan kau dapatkan jika sampai tertidur lagi?"
"Eum—" Chanyeol berpikir sejenak. "—songsaenim bisa menendang bokongku, mungkin?"
Setelah itu, terdengar suara tawa dari seluruh murid.
Guru perempuan itu mendengus, kembali mengambil satu batang kapur tulis kemudian kembali membelakangi murid-muridnya, menuliskan berbagai rumus fisika yang tiada habisnya. Wajar jika seluruh murid tidak menyukai pelajaran yang satu ini, bukan hanya karena sulit, gurunya pun sulit untuk di luluhkan. Kalau menurut prediksi Chanyeol, guru itu kehilangan kotak tertawanya (mencontek dari film animasi Spongebob).
Chanyeol menghela nafas, merapikan sebagian rambutnya yang terlihat acak-acakkan.
"Aku tidak menyangka, kau menyerahkan bokongmu begitu saja"
"Aku hanya tidak sengaja menjawab seperti itu" Chanyeol mendengus, memandang teman sebangkunya yang berbicara berbisik-bisik. "Kenapa suaramu seperti itu? Dia tidak akan mendengar, sibuk dengan rumus-rumusnya yang menyebalkan" Tambahnya.
Kyungsoo menghela nafas. "Aku dengar, anak kelas sebelas ada yang terkena kasus bullying" Ujarnya pelan, sesekali melirik guru yang masih sibuk dengan papan tulis.
Chanyeol mengunyah permen karet yang baru ia makan. "Eoh? Kau pasti sedang membicarakan murid aneh itu bukan? Apa masalahnya?" Tanyanya, memasang wajah penasaran.
"Aku dengar sih, dia itu anak yang aneh. Tingkahnya aneh, gayanya aneh, pokoknya yang aneh-aneh. Dia juga sering menyendiri, jadi apa salahnya jika para murid membullynya? Toh dia juga tidak bisa bersosialisasi"
"Kalau begitu dia harus belajar denganku"
Kyungsoo menoleh. "Coba kau ulangi?"
"Apa?" Chanyeol ikut menoleh. "Dia harus belajar denganku, aku sangat tau bagaimana caranya bersosialisasi dengan para murid, bahkan dengan guru sekalipun! Kau tau? Hanya dengan les privat denganku selama satu minggu, pasti dia sudah bisa punya banyak teman!" Lanjutnya, diiringi cengiran bodoh.
"Dasar—"
"Tidak perlu khawatir, aku ini sangat senang membantu orang lain. Kasus pembullyan itu harus di musnahkan secepat mungkin! Aku ini pembela kebenaran, benarkan?" Chanyeol tertawa.
"Benar sekali, Park Chanyeol-ssi. Kalau begitu, sekarang silahkan maju ke depan kelas kemudian persiapkan bokongmu"
Glek. Chanyeol menelan salivanya sedikit kasar, memandang guru galak yang kini sudah berdiri di samping mejanya, memandangnya dengan tatapan pedofil. Kyungsoo diam saja, anak itu menulis apa yang ada di papan tulis dengan terburu-buru (agar guru galak itu tidak ikut menyeretnya ke dalam masalah ini).
Oh tidak, bokongnya.
.
.
.
.
Kim Taehyung. 16 Tahun. Weird, Alien; detected.
"Dasar aneh!"
"Jangan dekat-dekat denganku! Baumu benar-benar busuk! Tapi tetap saja, kau lebih pantas jika beraroma seperti ini"
"Kau tidak akan bisa masuk ke kelas dengan keadaan seperti ini, kami akan membantumu mengatakannya pada songsaenim, mengatakan kalau kau tidak bisa berjalan akibat pekerjaanmu semalam"
"Maksudmu, jadi mainan om-om hidung belang?"
Taehyung menghembuskan nafasnya, dengan pelan ia beranjak dari posisinya, berjalan meninggalkan lima orang murid yang kini mentertawakannya. Halaman belakang sekolah tidak ada siapa-siapa, jadi Taehyung tidak takut akan bertemu dengan guru ataupun murid lain.
Korban bully.
Ia sudah biasa menerima perlakuan itu, membiarkan murid-murid itu melemparkan telur ke arahnya, menyiramnya dengan air got, air kolam ikan, atau bahkan sampai menyembunyikan seragam dan sepatunya (mereka benar-benar tidak mengembalikannya setelah itu).
Protes? Percuma saja, siapa yang akan mendengarkan murid aneh sepertinya? Tidak akan ada yang perduli, bahkan untuk guru-guru sekalipun. Dia tidak pintar, tidak berbakat, jadi apa yang harus di banggakan dari dirinya? Statusnya di sekolah ini bukanlah siapa-siapa, hanya murid aneh yang pantas untuk di bully (tidak percaya? kalian benar, Taehyung termasuk murid yang pintar dan berbakat, ia hanya terlalu rendah hati untuk mengakuinya).
Taehyung memandang dirinya di cermin, menyalakan keran air kemudian membasuh wajahnya, menghilangkan sisa-sisa cairan telur yang hampir membasahi seluruh seragamnya. Bau amis tercium dengan jelas, ia sungguh tidak menyukai ini. Untung bukan telur busuk yang mereka lemparkan pada Taehyung, ia tidak bisa membayangkan harus mandi berapa kali agar bau itu menghilang.
"Di bully lagi?"
Taehyung terkejut, ia menoleh ke arah pintu kamar mandi, raut wajahnya berubah menjadi datar hanya dalam beberapa detik. "Apa perdulimu?"
"Jangan biarkan mereka melakukan hal-hal seperti ini padamu, apa kau benar-benar tidak ingin membela diri?"
"Aku ingin—" Taehyung menghentikan kalimatnya. "—tapi tidak bisa. Setidaknya, aku masih mengingat dengan jelas apa statusku di sekolah ini, hanya siswa yang bisa bersekolah hanya karena beasiswa—beasiswa untuk orang-orang yang punya bakat namun tidak punya uang"
Chanyeol tersenyum miring. "Bukan hanya dirimu yang mendapat beasiswa bantuan, murid-murid itu terlalu merasa bangga hingga akhirnya lupa diri"
"Yeah, aku juga merasa seperti itu" Taehyung membuka blazernya, meninggalkan kemeja putih polos yang sudah setengah basah. "Apa yang kau lakukan disini, hyung? Bukankah ini masih jam pelajaran?" Tanyanya, menyadari bahwa sekarang ini adalah jam pelajaran.
"Aku mau melihat korban bully" Chanyeol menjawab enteng. "Kyungsoo menceritakan ini padaku, jadi aku berpikir kalau seharusnya aku melakukan sesuatu untukmu, bukannya hanya diam mendengarkan berita ini menyebar" Tambahnya, terdengar santai sekali.
Taehyung tertawa pelan. "Menyedihkan sekali. Semua orang selalu memandang rendah padaku, memang aneh—maksudku, aku memang aneh"
Chanyeol membantu Taehyung membersihkan kemejanya. "Tidak ada yang aneh darimu, mereka hanya menyombongkan diri" Katanya pelan. "Aku punya blazer cadangan di loker, mau aku pinjamkan?" Tawarnya, tidak berhenti membersihkan kemeja Taehyung.
"Mereka akan menyadari kalau blazer itu milikmu. Tidak perlu, aku akan menggunakan baju olahraga saja, itu lebih baik, aku pikir"
Chanyeol mendecak kesal. "Kau tau? Aku lebih suka kau masuk sekolah pilihanku daripada disini. Kau lebih layak disana, mereka akan mengenalmu dan akan berbondong-bondong ingin berteman denganmu, kau bisa percaya itu" Ujarnya.
Taehyung memutar bola matanya. "Terserah kau saja"
"Kau tau guru fisika yang galak itu? Dia baru saja menendang bokongku" Chanyeol menghembuskan nafasnya. "Aku berjanji akan membiarkan dia menendang bokongku jika aku ketahuan tidak mendengarkan penjelasannya. Guru itu, aku ingin membunuhnya"
Mendengar nada kesal Chanyeol, Taehyung tertawa mengejek. "Jadi, membiarkan bokongmu di tendang oleh orang lain eoh? Bagus hyung, aku—"
"Jangan cemburu, aku juga tidak menikmatinya"
Taehyung melongo. "Hah? Cemburu katamu? Kenapa aku harus cemburu?"
Chanyeol mengeluarkan satu kantong plastik yang ia sembunyikan di blazernya. "Aku sudah mempersiapkan ini, satu kemeja polos dan blazer baru, cepat ganti bajumu atau kau akan masuk angin" Siswa itu menyodorkan kantong plastik kepada Taehyung.
Sementara korban bully itu melebarkan matanya. "Kenapa kau menyembunyikannya?!"
Chanyeol memutar bola mata. "Tadinya aku ingin menjadi pahlawan untukmu, tapi kau terlalu galak dan aku bingung bagaimana cara memberikannya. Jangan bertanya lagi, cepat ganti bajumu! Aku akan menunggumu disini"
Taehyung mendengus, merampas kantong itu dengan kasar. "Dasar pemaksa!"
.
.
.
.
Taehyung duduk di bangku kantin, paling pojok, parahnya lagi tidak ada yang mau duduk bersamanya. Oke, itu bukan masalah besar, Taehyung sudah sering seperti ini, makan sendirian tanpa ada yang mengajaknya berbicara.
Makanan selalu ia bawa dari rumah, seluruh siswa mengejeknya aneh.
Kalau boleh jujur, yang membuat dirinya risih adalah tatapan mata mereka yang menusuk, seperti ingin membunuh dirinya saat itu juga. Kim Taehyung tidak pernah tau letak kesalahannya, pertama kali ia masuk sekolah ini, ia sudah mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Tae~"
Kemudian, datang Chanyeol entah dari mana, bersamaan dengan Kyungsoo yang agak ragu bergabung bersama mereka berdua. Tatapan siswa dan siswi itu semakin menajam, membuat Kyungsoo risih sekali.
"Oh, sunbae?" Taehyung mengangkat alisnya sebelah. "Jika sunbae ragu untuk bergabung, silahkan saja ajak Chanyeol hyung pergi. Aku tidak masalah jika sunbae risih dan tidak ingin duduk—"
"Bukan begitu!" Kyungsoo buru-buru memotong. "Yeah, well, aku hanya ingin mencoba berteman denganmu. Chanyeol berkata kalau kau itu tidak buruk, ia akan mengajarkanmu bagaimana cara bersosialisasi dengan benar"
Mendengar hal itu, Taehyung memberikan tatapan tajam pada Chanyeol.
"Apa?" Chanyeol bertanya. "Bukankah niatku bagus? Membantumu dalam urusan seperti ini bukan hal yang mudah!" Ujarnya, membela diri.
Kemudian Taehyung menyadari bahwa semua murid disana memandangnya dengan tatapan tidak suka. Kalau hanya mengobrol seperti ini saja mereka tidak suka, bagaimana jika mereka tau kalau saat ini ia sedang memakai seragam Chanyeol?
Kyungsoo meletakkan piring makan siangnya di atas meja. "Kau selalu bawa makanan dari rumah, Taehyung-ah?" Tanyanya.
"Iya, eomma menyarankan agar aku tidak terlalu banyak mengeluarkan uang" Jawab Taehyung. "Tapi aku tidak mengerti, mereka semua menganggap hal ini aneh" Tambahnya.
Chanyeol menyahut. "Membawa makanan dari rumah itu memang benar-benar aneh, kau seperti hidup di bawah garis kemiskinan, kau tau itu?"
Taehyung mendengus. "Terima kasih atas pujianmu, Chanyeol-ssi"
Kyungsoo tidak berkata apa-apa, ia hanya tersenyum ragu mendengar obrolan di antara keduanya. Well, ia hanya risih saat menyadari bahwa mereka bertiga menjadi pusat perhatian, apalagi di tatap dengan seperti itu sungguh menyebalkan.
.
.
.
.
"Mau pulang bersama?"
Taehyung mendongak, menemukan ketua kelasnya yang kini berdiri tepat di hadapannya, memandangnya dengan senyuman lebar.
"Err, apa kau tidak salah bicara?" Tanya Taehyung, sejak kapan ada orang yang mau mengajaknya pulang bersama? Memangnya ada yang mau?
Siswa itu menggeleng. "Hari ini aku pulang sendiri, rasanya tidak enak jika tidak ada teman mengobrol. Bagaimana? Jangan berpikir yang aneh-aneh, aku memang mau mengajakmu, kok!" Ujarnya, memperlihatkan tanda peace.
Taehyung tampak berpikir sejenak. "Apa kau yakin? Apa kau tidak—"
"Jangan menerima ajakan itu"
Taehyung dan siswa itu sama-sama terkejut, mereka berdua menoleh dan menemukan sosok Chanyeol yang sedang bersandar di daun pintu, melipat kedua tangan di depan dadanya dan memasang ekspresi konyol, senyuman idiot yang sudah fenomenal di sekolah mereka.
"M-maksudmu?" Siswa itu tersenyum gugup. "Aku memang mau mengajaknya"
"Kim Taehyung itu terlalu bodoh untuk urusan yang satu ini" Chanyeol mendekati keduanya. "Kali ini aku akan membantunya, aku ini orangnya cukup peka kalau kau mau tau" Tambahnya lagi.
Taehyung melebarkan matanya. "Kau mengatai aku apa?! Coba kau—"
"Coba kau kesini—" Chanyeol menarik tangan siswa itu, mengajaknya berjalan menuju pintu kelas. "Taehyung-ssi, kau harus lihat dan setelah itu renungkan, apa yang salah dari otakmu" Ujarnya.
Tanpa aba-aba, Chanyeol mendorong siswa itu secara sengaja, menyebabkan tubuhnya terdorong hingga melewati pintu kelas. Taehyung tidak mengerti mengapa Chanyeol melakukan hal itu, ia pikir—
BYUR!
—Siswa itu terguyur oleh satu ember berisikan air yang kotor dan juga… ugh.. bau.
Chanyeol tertawa kecil, menoleh dan memandang wajah kaget Taehyung. "Sudah aku bilang, aku benar kan? Di bawah sini ada tali, tali tipis yang sengaja mereka gunakan untuk mengerjaimu. Sekarang, ayo kita pulang, jangan dekat-dekat dia, nanti kau bau!" Ajaknya, memperlihatkan senyum lebar.
Taehyung menganga untuk beberapa saat. Astaga, sejak kapan Chanyeol jadi jenius begitu? Ia tak menyangka bahwa dengan mudahnya Chanyeol dapat menebak dimana siswa-siswa itu meletakkan jebakan-jebakan aneh untuknya. Padahal, Taehyung sering mendengar pembicaraan teman-teman sekelasnya kalau Chanyeol itu sering tertidur di kelas, nilainya di setiap mata pelajaran juga tidak terlalu bagus (dan tidak buruk).
"Taehyung—"
Taehyung tersentak, tersadar dari lamuannya dan memandang Chanyeol.
"—apa yang kau tunggu? Ayo pulang, hari semakin sore jika kau terus-terusan membuang waktu hanya untuk melamun"
.
.
.
.
"Ya! Cara apa yang kau gunakan sehingga Chanyeol sunbae bisa mendekatimu?!"
"Benar-benar licik, pasti dia bermain dengan orang pintar!"
"Jangan memanfaatkan situasi seperti itu! Chanyeol sunbae menolong dan mengajakmu karena ia kasihan padamu. Tentu saja begitu, siapa yang tidak kasihan melihat siswa yang memprihatikan?!"
Lagi. Taehyung hanya bisa menghela nafas pasrah mendengar hinaan-hinaan yang di luncurkan dari mulut teman-teman sekelasnya. Dia tidak pernah tau apa kesalahannya, tapi dia juga terlalu bodoh karena selalu menerima perlakuan mereka dengan begitu tenangnya—maksudnya, tanpa memberi balasan apa-apa.
Jika Chanyeol adalah langit, maka dirinya hanyalah tanah yang pantas untuk di injak-injak.
Sabar saja.
"Hey! Kau mau kemana?!"
Taehyung menoleh, memberi senyuman manisnya kepada anak-anak yang berdiri menatapnya tak suka. "Aku mau ke toilet dulu, aku akan segera kembali!" Jawabnya.
Padahal, mereka bahkan tidak mengharapkan dirinya untuk kembali.
Taehyung berjalan dengan langkah pelan, melewati koridor sekolah dengan wajah tertunduk. Bagaimana tidak? Rasanya risih sekali begitu menyadari kalau siswa dan siswi disana memandangnya dengan tatapan merendahkan, menganggap kalau Taehyung adalah manusia paling rendah yang tak pantas untuk hidup, tak pantas berada di antara mereka semua.
Karena terus menunduk, ia tak menyadari kalau di depannya ada seorang siswa yang sedang membaca buku, membuat tubuh mereka bertabrakan dan berakhir dengan tubuh Taehyung terhempas ke lantai yang keras dan dingin.
"Aigoo, maafkan aku" Siswa itu terkejut karena justru mendengar semua siswa dan siswi disana langsung mentertawakan Taehyung, seperti melihat adegan sirkus yang menampilkan hal-hal konyol.
Taehyung meringis pelan. "Tidak apa-apa, aku yang seharusnya minta maaf karena—Kyungsoo sunbae?"
"Taehyung?"
Keduanya terdiam beberapa saat hingga akhirnya Kyungsoo langsung membantunya untuk berdiri. "Aku sedang membaca buku makanya tidak memperhatikan jalan. Umm, maaf ya? Aku tidak bermaksud membuatmu di tertawakan seperti ini" Katanya dengan nada penuh penyesalan.
Taehyung tertawa kecil. "Aku tidak berpikiran begitu, aku juga tidak mempermasalahkannya"
"Kau mau kemana?" Tanya Kyungsoo, sekedar basa-basi.
"Entahlah, aku hanya ingin pergi ke tempat yang tenang dan tidak ada orang" Jawab Taehyung, membuat Kyungsoo ikut merasa kasihan.
"Bagaimana kalau kau menyusul Chanyeol? Dia berada di atap sekolah, biasanya menghabiskan waktunya untuk tidur disana. Sebenarnya dia melarangku untuk memberitahu tempat rahasianya itu kepada orang lain, tapi entah mengapa aku ingin memberitahukannya padamu" Ujar Kyungsoo, kini pemuda itu tidak ragu lagi untuk berbicara dengan Taehyung.
"Eumm, benarkah?" Taehyung bertanya. "Kalau begitu aku akan menyusulnya. Terima kasih, Kyungsoo sunbae!"
Akhirnya Taehyung berlari menaiki anak tangga, ia tak perduli jika seragamnya akan basah terkena keringat. Udara yang sejuk, tempat tenang dan sepi sudah terbayang di dalam pikirannya, tempat itu akan menjadi tempat yang bagus untuk Taehyung.
Begitu ia sampai, ia langsung mempercayai kalimat Kyungsoo, disana ada sosok Chanyeol yang sedang tertidur di atas meja-meja tak terpakai.
Taehyung mendekati sosok Chanyeol, kemudian ia mendengus begitu menyadari bahwa Chanyeol tidak tertidur, malah menunjukkan senyum lebar idiotnya ketika Taehyung mengintip wajahnya karena penasaran apa ia benar-benar tertidur atau tidak.
"Aku tampan ya?"
"Tidak" Taehyung menjawab singkat, naik ke atas meja-meja itu kemudian berbaring di sebelah Chanyeol. "Huahhh, kenapa aku tidak pernah tau tempat seperti ini? Tempat ini cocok untukku" Katanya, menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Chanyeol memiringkan tubuhnya. "Pastilah Kyungsoo yang memberitahumu, tentang tempat ini"
"Tidak, tuh" Taehyung memasang wajah meledek. "Aku tau karena aku penasaran ada apa di lantai paling atas. Makanya, jadi orang itu jangan sok tau"
Pemuda yang lebih tua darinya itu tertawa kecil. "Suatu saat mereka akan tau"
Taehyung memandang langit, melihat gumpalan-gumpalan awan yang begitu indah. "Percuma, mereka tidak akan percaya. Tenang saja, aku juga tidak akan membocorkan tempat persembunyianmu ini, aku akan—"
"Bukan itu!"
Alis Taehyung hampir menyatu, ia menoleh. "Maksudmu?"
Chanyeol memandang wajah Taehyung dalam-dalam, mempertemukan tatapan mereka hingga cukup membuat kedua pipi Taehyung memanas. "Aku sedang membicarakan hubungan kita, Park Taehyung" Katanya, membuat nada serius di setiap katanya.
"Haish—" Taehyung mendorong wajah itu jauh-jauh. "Jangan bicara sembarangan! Kita sudah sepakat agar tidak—"
Satu kecupan ia terima dari Chanyeol, tanpa peringatan dan tepat di bibirnya.
"Aku tidak tega melihatmu terus-terusan di bully begitu, apalagi mereka hanya mengetahui informasi mengenai dirimu itu dari sumber tidak jelas. Kau tau? Melihatmu sendirian setiap harinya membuat aku gemas, ingin memindahkanmu ke sekolah pilihanku!" Jelasnya, dengan nada tidak suka dan raut wajah yang terlihat jelas.
Taehyung memutar bola mata. "Aku masuk sekolah ini memang karena beasiswa, tidak heran kalau semua siswa menganggapku orang tidak punya" Katanya malas. "Hei, siapa yang menyuruhmu mengganti margaku begitu? Sejak kapan margaku Park?!"
"Heol, apa kau lupa?" Chanyeol tertawa. "Dua bulan lagi—"
"Apa?!"
"—kita tunangan"
"Jangan asal berbicara, aku masih sekolah dan kau bukan tipeku" Taehyung mengejek.
"Lalu buat apa kita jadi sepasang kekasih kalau memang aku bukan tipemu? Lihat, wajahmu saja merah begitu!"
"YAH!"
Well, siapa yang menyangka kalau ternyata dua murid ini saling berhubungan? Taehyung yang sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai kekasih dari Chanyeol, membiarkan dirinya di perlakukan seperti itu dan Chanyeol yang berusaha melindungi sang kekasih dari apapun.
Lihat saja, Chanyeol tak akan membiarkan siapapun menyakiti calon tunangannya. Dia berjanji dan akan membuktikannya.
END
Fanfic EXOxBTS pertama, semoga kalian suka ya! Makasih buat yang udah review di cerita-cerita pendekku sebelumnya. Thank you very much, guys :)
Usia yang aku pakai di fanfic ini sama seperti usia di sekolah-sekolah Indonesia~ jadi begini ; Chanyeol kelas dua belas dan Taehyung kelas sebelas.
