TING TONG dentuman keras dari sebuah bel besar pada sebuah gereja dimana dua insan yang saling mencintai, melakukan upacara suci penyatu hubungan mereka sebagai suami-istri yang sah. Suara tepuk tangan mulai terdengar dan disambut oleh teriakan ria para tamu undangan. Mitos yang beredar mengataka jika kita menangkap rangkaian bunga yang dilemparkan oleh para pengantin, maka akan cepat menikah. Tapi bagaimana kalau yang mendapatkannya adalah seorang gadis kecil?
.
.
.
"Baiklah. Kim Jongdae, mulai sekrang anda akan pindah pada keluarga—" seorang pelayan terpaksa memotong perkataannya karena seorang namja manis tiba-tiba memeluk seorang wanita tua yang kelihatan masih cantik pada usiannya yang mencapai kepala tiga.
"Mwo? Tapi aku tidak mau meninggalkan eomma!"
Sang ibu membalas pelukan anaknya, hampir mengeluarkan air matanya. "Tidak! Jangan sakiti anakku! Biarkan aku saja yang menjadi pembantu di rumah mewah ini! Jangan buat anakku tersiksa lagi!"
Mendengar perkataan eomma-nya, sang anak pastilah sedih akan kasih sayang yang diberikan sang ibu terhadap anak semata wayangnya ini.
"Eomma? Jangan, eomma! Biar dae saja yang menjadi pembantu… dae tidak mau eomma bekerja terlalu keras lagi! Tapi… Hikss… aku tidak mau… Hikss meninggalkan eomma… Hikss…" anak tersebut menangis.
"Jangan, dae-ya! Biar eomma saja! Kau masih harus melanjutkan pendidikanmu, eoh… Biar eomma saja…" ucap sang ibu sembari menangis dan mengusap mata anaknya yang basah akibat air mata.
"Tidak! Biar Jongdae saja, eomma…" sang anak berdiri dan berjalan mendekati sang pelayan tampan berbaju jas hitam.
"Tidak! Tidak, Jongdae!" sang ibu mencoba meraih tangan anaknya.
"Maafkan Jongdae, eomma. Tapi Jongdae yakin akan kembali. Jongdae tidak akan seperti ayah yang meninggalkan kita berdua dengan keadan sebatang kara lagi. Jongdae berjanji akan membawa kebahagian kepada eomma."ucap sang anak dengan mata yang berkaca-kaca.
"Dae! Jongdae-ya!" sang ibu menangis melihat anaknya yang sudah meninggalkan dirinya. Demi ibunya, dia rela kembali menjadi pembatu lagi. Sebelumnya, dia pernah disiksa oleh tuan mudanya dan menjadi trauma sehingga sang ibu harus turun tangan dan membatalkan kontrak dengan keluarga majikannya anaknya tersebut.
Keluarga mereka hanya mereka berdua sekarang. Ayah mereka yang dulu adalah orang tercinta, kini meninggalkan mereka dengan hutang yang sangatlah banyak. Sehingga pihak yang meberikan hutang tersebut selalu memaksakan mereka untuk membayarnya. Mereka mengancam akan mengobrak-abrik rumah mereka atau bahkan menjualnya untuk membayar hutang tersebut walaupun masih tidak cukup untuk membayar hutang yang seberapa tersebut. Hanya ada satu cara agar itu tidak terjadi. Yaitu menjadi pembantu keluarga mereka.
Sang ibu sudah sering saktit-sakitan karena terlalu banyak bekerja. Bukan hanya satu pihak yang memberikan pinjaman kepada kepala keluarga mereka, namun pihak lain juga. Sehingga sang anak juga melakukan hal yang sama, walaupun dirinya masih menduduki bangku sekolah menengah pertama.
Seorang namja manis dari keluarga Kim ini memiliki wajah yang cantik seperti yeoja, apalagi jika berambut panjang. Namun dia seperti namja lainnya, rambut hitam pendek dan poni yang hampir menutupi matanya tetapi, bibir merah muda yang manis dan berkurva, bulu mata yang sangat panjang. Dia sangatlah cantik walaupun mengenakan pakaian lusuh dan kusam.
Duduk di kursi belakang sebuah mobil mewah yang dikemudikan oleh seorang pelayan tampan dan juga seorang supir tersebut dengan raut wajah sedih. Memikirkan apa yang diperbuat ayahnya. Namun, sekarang dia harus menjadi maid lagi dan merasakan rasanya disiksa lagi. Dia juga memikirkan keadaan ibunya tanpa dirinya. Biasanya, mereka diperbolehkan unuk tinggal di kediaman mereka. Tetapi entah kenapa, hanya keluarga ini yang bersikukuh untuk membuat maid mereka menetap di kediaman mereka.
Sesampainya di kediaman majikan barunya, Jongdae mematung. Rumah tersebut sangat megah, dengan didominasi oleh warna putih itu membuat dia membelakkan matanya. "Indah seklali" benaknya.
"Ada apa, tuan Kim?" Tanya sang butler.
"Um… tidak. Aku tidak yakin kalau aku diperbolehkan menginap- atau bahkan menetap di rumah semewah ini. Tapi, kalau pembantu pasti tidak—" "Apa maksud anda?" sang butler mengintrupsi perkatanyaannya.
"Anda akan menjadi keluarga di rumah ini loh, tuan Kim" sambungnya.
"He?" Jongade mebelak kaget. "Apa yang—" "Makanya, jika seseorang bicara itu, didengar baik-baik." sela sang butler dengan tidak sopannya.
"Bukankah ayahku memiliki hutang dengan keluarga ini? Atau ayahku sengaja menjualku pada keluarga ini?!" panik Jongdae, masih tidak mengerti apa yang terjadi.
"Makanya jangan suka mengintrupsi perkataan seseorang." butler tersebut makin tidak sopan walaupun dia sedang bicara dengan calon tuan mudanya. "Ayah anda…" menunggu jawaban dari butler.
"Adalah pemilik rumah ini…"
Jongdae senyap seketika.
"Mwo?!"
.
.
.
.
.
Rumah yang mewah dan disambut oleh para maid dan butler.
Tinggal dengan 5 cowok tampan dalam satu rumah.
Bukan jadi pembantu, namun menjadi tuan muda dan dijadikan anak angkat.
Biasanya aku selalu ditindas, sekarang aku dilindungi oleh saudara-saudara tiriku.
Betapa beruntungnya diriku karena bisa pindah di sini.
.Tapi, apakah aku lebih bahagia di sini walauoun tanpa eomma?
.
.
.
.
.
Dengan tergesa-gesa seorang namja mungil berlari ke dalam rumah mewah tersebut. namun berhenti karena melihat seseorang yang sangat ia kenal, ayahnya.
"Jongdae-ya…"
"Aku merindukanmu, nak."
