6 Juni.
Aku tertawa pelan. Lingkaran merah yang ada di kalender terasa tengah tertawa keras dan mengajakku untuk tertawa bersamanya juga sekarang.
Lucu sekali.
Kehilangan kekasih tepat di saat hari ulang tahun terasa lucu sekali kalau dipikir-pikir.
Dan semakin lucu ketika hal itu terjadi benar padaku hari ini.
Oh hahaha! Lelucon paling lucu selama aku hidup di dunia ini!
Aku menarik kakiku dari ranjang kecilku, lantas kemudian menatap jendela kamar yang memancarkan warna-warni lampu kota yang menyebalkan—Sialan benar! Mereka juga terlihat tengah mencemoohku dengan kebahagiaan mereka sekarang!
Aku pikir mungkin Lucas memang tengah bergurau mengenai ini. Tapi nyatanya sampai benda bundar di dinding hampir bergeser di angka dua belas, pria itu masih setia untuk tidak mengabari diriku lagi mengenai gurauan siang tadi.
Apa ini semacam hadiah untukku?
Oh itu hadiah yang bagus—Oh tidak tidak. Itu hadiah yang terlalu bagus!
Benar-benar bagus untuk mengawali umurku yang menginjak angka dua puluh tahun ini! Terima kasih sekali! Terima kasih!
Aku kembali tertawa—menertawai diriku sendiri lagi untuk kesekian kalinya. Aku bahkan tidak tahu kalau menertawai diri sendiri bisa secandu ini.
Kuambil jaket yang ada di balik pintu, lantas kemudian memakainya tanpa peduli aku masih menggunakan baju tidur bermotif animasi anak-anak yang begitu terang dan mencolok.
Aku bertekad akan keluar untuk mencari udara segar malam ini.
Iya! Aku tahu!
Jaket baseball.
Baju tidur bermotif animasi anak-anak yang mencolok mata.
Sandal rumah penuh gumpalan bulu menggemaskan.
Dan rambut tergerai panjang yang tidak begitu rapi.
Jelas sekali aku tahu! Aku tahu betul!—Aku kelihatan super aneh dengan penampilan ini.
Tidak perlu kalian katakan, aku juga tahu betul kalau aku sudah seperti anak hilang di dunia larut yang mencekam. Terlalu mencolok di gemerlapnya malam kota Seoul.
Tidak ada tujuan dan hanya mengikuti kaki berjalan membawaku kemana.—Aku memang senaif ini.
Aku mengeluarkan ponsel. Mencoba melihat lagi kalau mungkin pria itu sudah memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran gurauannya siang tadi. Karena tentu saja aku akan terus berharap kalau perkataan Lucas adalah gurauan belaka sebagai kejutan hari ini.
Naif.
Dan yah aku memang terlalu naif.
Tidak ada notifikasi yang kuinginkan. Dan sebentar lagi hari ini akan berganti. Sial.
Kumasukkan ponselku kembali ke saku jaket. Sekarang apa yang akan kulakukan dengan sisa waktu 15 menit ini di hari paling mengesankan ini?
Mataku bergulir kemanapun, mencoba menemukan inspirasi kegiatan yang cocok untuk menghabiskan sisa waktu yang ada.
Aku tidak ingin hari ini berakhir dengan kesedihan yang membeludak. Setidaknya aku harus menemukan sesuatu selain 'kesedihan' yang bisa dikenang walau rasanya tidak mungkin sekali untuk dikabulkan.
"Aku ingin bercerita."
Tidak tahu darimana datangnya, atau bagaimana caranya, sepenggal kalimat itu lolos begitu saja dari mulutku ketika menghampiri seorang laki-laki yang tengah berkutat dengan laptopnya di area internet kafe sendirian.
Dahinya menukik tajam.
Oke. Aku tahu aku memang telihat begitu aneh, mencurigakan dan tidak sopan. Gila sekali tentunya juga. Dan mungkin saja aku juga punya wajah kriminalitas—mungkin.
"Aku ingin kau mendengarkanku—kalau kau tidak keberatan."
Dia masih memandangku, mencoba menerka perkataanku serta maksud dan tujuanku. Namun beberapa waktu kemudian dia mengangguk.
Aku duduk berhadapan dengannya tanpa segan. Toh dia hanya orang asing. Dan aku rasa bercerita dengan orang asing terdengar lebih baik ketimbang dengan teman-temannku yang mungkin akan mengasihaniku dengan iringan wejangan atau makian akan tragedi mengesankan ini.
"Aku tidak membutuhkan perhatianmu. Dan aku juga tidak peduli kau mendengarkan atau tidak sebenarnya. Jadi kau bisa meneruskan kegiatanmu. Anggap saja aku radio usang milik kakekmu. Atau anggap saja aku gadis gila yang baru keluar dari pusat rehabilitasi."
Alisnya kembali menukik setelah aku mengatakannya, namun kemudian laki-laki itu kembali mengangguk dan berkutat dengan laptopnya. Dan tentunya aku tidak ingin tahu menahu mengenai apa yang tengah ia kerjakan juga.
Aku mengambil nafas—menyiapkan diriku sendiri dengan apa yang akan kukatakan.
"Hari ini aku berulang tahun."
Aku tertawa pelan. "Ini memang terdengar kekanakan. Tapi aku masih mengharapkan hadiah walau umurku sudah menginjak angka dua puluh—aku tahu, aku kekanakan."
"Aku sudah menerima banyak ucapan bahkan walau matahari belum mulai bekerja sekalipun. Kawan dan kerabatku begitu antusias.—Dan aku juga tentunya."
"Mereka menawarkanku pesta ulang tahun, tapi aku menolaknya. Aku bilang aku akan bersama Lucas seharian ini.—Dia kekasihku omong-omong."
Aku tertawa. Mau dia paham atau tidak. Pokoknya aku ingin berceloteh ria selama lima belas menit ini.
"Kau tahu 'kan kalau ekspetasi itu tidak seindah realita?"
Aku kembali tertawa. Dan jauh lebih keras dari sebelumnya.
"Oke aku naif—memang sekali."
"Benar. Aku tidak menghabiskan waktu spesial ini bersamanya. Yang ada dia malah pergi meninggalkan aku demi wanita lain yang baru dikenalnya sebulan ini. Dia benar-benar konyol."
Aku tertawa lagi jauh lebih keras, begitu keras hingga akhirnya aku terisak setelahnya.
"A-aku masih tidak mengerti kenapa harus di waktu ulang tahunku?"
Aku mencoba menahan tangisanku sekuat mungkin tapi masih saja air mata tidak bisa kubendung.
"Kami sudah melewati waktu setahun lamanya. Dan itu berakhir begitu saja seperti ini?"
"Dia melepasku semudah itu?!"
Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku. Sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghentikan air mata yang terus mengucur layaknya aliran air di musim hujan.
"Aku masih tidak mengerti sama sekali."
"Apa setahun ini hanya lelucon untuknya?"
"Ataukah ini karena hari ulang tahunku?"
"Tidak bisakah dia menghubungiku dan mengatakan kalau itu hanya gurauan belaka untuk mengejutkanku?"
Mungkin hanya itu yang bisa kukatakan dari sekian banyak kalimat yang penuh tanda tanya yang bersarang di kepalaku. Aku sudah tidak bisa berpikir mana lagi yang ingin kukatakan padanya. Rasanya aku ingin menghabiskan sisa waktuku hari ini dengan menangis saja di depan orang asing ini.
—Tapi itu konyol sekali, astaga!
Dia orang asing, Haechan! Orang asing!
"Oh, astaga. Aku tidak bisa menghentikannya." Aku mendongakkan kepalaku dengan paksa—mencoba menghentikan air mata yang terus turun, sembari mengusap lelehan sialan itu berulang kali.
"Jangan menghentikannya."
Aku menatapnya terkejut, tapi air sialan itu masih betah saja untuk turun. Isakan-isakan konyol bahkan menjeda kalimatku beberapa kali saking sialannya kemalangan ini.
"Kalau kau menghentikannya sekarang. Esok hari kau akan menangis lagi. Jadi lebih baik jangan menahannya, keluarkan saja semuanya. Agar esok kau tidak bisa lagi menangisi si bodoh itu."
Oh astaga! Inilah kebenaran yang kucari-cari!
Perkataannya benar-benar menyulut air mataku yang kupaksa terbendung untuk segera mengalir layaknya air bah di musim hujan!
"Terima-kasih."
Aku berusaha mengatakannya sejelas mungkin, tapi air mataku mengaburkan pandanganku dan isakanku keluar tanpa ampun setelah seharian ini kutahan-tahan.
Aku tidak tahu seberapa lama aku menangis dihadapannya. Dan aku sudah tidak tahu lagi bagaimana rupa wajahku sekarang—pasti mengesankan sekali untuk dipandang.
Dan aku juga tidak mau tahu bagaimana reaksinya terhadap kelakuan konyolku ini. Biarlah itu semua menjadi rahasia—terlalu malu untuk mengetahuinya.
"Tisu?"
Aku mengangguk lugu sembari mengambil tisu yang terlselip di tangannya.
"Terima kasih.—Kau dapatkan darimana omong-omong?"
Tangisanku akhirnya berhenti setelah sekian lama menangis tanpa henti. Aku yakin sekali ini pasti sudah melewati tanggal enam sekarang.
"Aku kebetulan membawa. Kau beruntung."
Aku terkekeh mendengar gurauan sederhananya. Rasanya aneh sekali—aku begitu lega.
"Aku memang beruntung sekali bertemu denganmu di sisa hari sialan ini."
Ia terkekeh pelan. "Dan aku jadi orang paling malang di hari ini dengan bertemu perempuan paling mengesankan abad ini."
"Terima kasih atas pujiannya." Aku mengatakannya sembari tertawa, tapi aku benar-benar tulus mengatakannya. Dan atas semua yang ia lakukan dan katakan, aku benar-benar berterima kasih.
Aku mengulurkan tangan sembari mengembangkan senyum yang kupikir tidak akan terjadi pada sisa hari ini.
"Aku Haechan."
Dia tersenyum cerah sembari mempertemukan tangan kami.
"Aku Mark."
.
.
.
Markhyuck Summer Party 2019 Project
Date: 6th June
Prompt theme: Introduction
Day 1
.
.
.
Hai gengs! Pa kabar?
Minal aidzin wal faidzin ya...
Aku balik lagi nih ^^
Aku mau ngabarin kalo beberapa awthor markhyuck bikin projek Markhyuck Summer Party 2019!
Kalian bisa nyari pakek hashtag markhyucksummerparty2019. Di ffn dan wattpad bisa ditemukan :v
Projek ini akan dilaksanakan dari hari ini yaitu 6 juni (Fullsun birthday) sampai dengan 2 agustus (Baby lion birthday). Yay!
Aku akan berusaha update setiap hari :" tapi ga janji juga sik
Setiap harinya akan ada tema prompt yang berbeda. Jadi siap siap aja yak!
Have a nice day everyone!
.
.
.
To our Fullsun: Happy birthday ball of sunshine! Thank you for your sunshine bouquet. Keep shining please~Lemme growing.
From: Flower that always face the sun.
