Bleach by Tite Kubo

Mimpi? by mss Dhyta

Rating : M

Genre : Criminal/Angst

Pairing : Ichiruki (chap 1)

Summary : Mimpi mungkinkah kau membohongiku?

Mimpi-mimpi dimana kau pergi? Aku menunggumu ketika menutup mata.

Mimpi, mimpi, mimpi aku menunggumu membawa kebahagian fana untukku.

Mimpi,mimpi,mimpi mungkinkah kau membohongiku?

Rukia Kuchiki adalah seorang wanita yang bekerja di sebuah rumah sakit sebagai seorang suster, tetapi ia memiliki suatu penyakit yang membuatnya cemas yaitu penyakit berjalan sambil tidur yang sering ia alami ketika ia masih kecil.

"Aizen-san, bagaimana kesehatanku?" tanya Rukia pada Aizen yang seorang dokter langganannya, Aizen yang sedang melihat catatan kesehatan Rukia terdiam dan sedikit mengerutkan dahinya.

"Baik, aku rasa. Apakah kebiasaanmu itu masih sering terjadi?" tanya Aizen lagi dan membolak-balik kertas itu.

"Aku tidak tahu." Rukia menjawab dengan ragu.

"Bagaimana kalau malam ini kau tidur disini seperti minggu lalu dan kita akan mengetahui apakah kau masih mengalami penyakit itu atau tidak?" tawar Aizen dengan wajah ramahnya.

"Ah baiklah, tapi aku harus minta ijin dan pulang dulu." Ucap Rukia dan berdiri dari tempatnya menunduk pada Aizen dan meminta ijin untuk pulang.

"Aku akan kembali jam 6 nanti." Rukia membuka pintunya dan menutupnya kembali, menghela nafas berat dan pergi dari tempat itu.

"Sepertinya aku harus menelepon Ichigo."

Mimpi?

Ichigo Kurosaki adalah seorang anggota kepolisian Karakura ia sekarang sedang menangani pembunuhan yang masih tidak diketahui pelakunya pembunuhan sadis yang terjadi di kota Karakura yang tenang itu. Ia adalah pacar dari Rukia Kuchiki dan rencananya akan menikah dalam waktu dekat.

"Ah, Kurosaki-kun kau dipanggil Urahara." Ucap Kira yang merupakan rekan kerjanya.

"Ada apa Urahara-san memanggilku?" tanya Ichigo dengan wajah heran.

"Aku juga tidak tahu." Kira hanya mengangkat bahunya dan menggeleng.

Ichigo berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke lantai 5 untuk mengunjungi Urahara yang merupakan kepala bagian teknologi, Urahara juga merupakan teman dekat Ichigo yang sebenarnya sudah bekerja selama 3 tahun di kepolisian. Setelah keluar dari lift dan sebelumnnya tersenyum pada Yoruichi yang merupakan orang kepercayaan Urahara, Ichigo menemui Urahara yang sedang berada di ruang kerjanya.

"Ah Kurosaki-kun kau datang juga." Urahara tersenyum ketika melihat Ichigo yang baru saja membuka pintu.

"Ada apa Urahara-san tidak biasannya kau memanggilku saat jam kerja?" tanya Ichigo dengan wajah serius.

Urahara tersenyum pada Ichigo dan mengajaknya untuk duduk. "Bagaimana kalau kita membicarakan sebuah rahasia?" tanya Urahara dan membuat dahi Ichigo berkerut.

"Soal apa?"

"Baru-baru ini aku dan temanku membuat sebuah alat yang mampu mengopi isi otak seseorang. Dan memasukkannya ke otak orang lain." Urahara tersenyum bangga membuat Ichigo berdecak kagum.

"Itu alat yang hebat." Puji Ichigo dengan tatapan kagum. "Mungkin bisa membantu menyelidiki beberapa kasus." Ucap Ichigo dengan bersemangat.

"Tapi alat ini juga bisa menjadi senjata bagi seorang penjahat." Ucapan Urahara kali ini membuat Ichigo terlihat heran.

"Maksudnya?"

"Jadi maksudku.."

Tok..tok..tok..

Urahara memotong kalimatnya dan melirik pintu yang tadi diketuk seseorang. "Masuk."

Lalu Yoruichi masuk dan melihat kedua pria yang sedang berbincang-bincang itu. "Ada apa Yoruichi-san?" tanya Urahara ia merasa sedikit terganggu dengan kedatangan wanita itu.

"Kau dipanggil Hitsugaya-taichou." Ucap Yoruichi singkat. "Dan maaf telah mengganggu kalian." Tambahnya lagi sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau kita teruskan lain kali saja Kurosaki-kun?" tawar Urahara dan dijawab anggukan dari Ichigo.

"Kapan saja, kalau kau ada waktu."

Ichigo dan Urahara keluar dari ruangan itu dan berpisah untuk tujuan masing-masing. Handphone Ichigo berdering terlihat nama yang familiar tertulis di layar handphone itu.

"Hallo ada apa Rukia?" tanya Ichigo dengan wajah cemas jarang-jarang pacarnya itu menelepon ke handphonenya karena mereka sudah sering bertemu.

"Ichigo maaf hari ini kita tidak bisa jalan-jalan karena aku harus menginap lagi dirumah sakit."

Ichigo menepuk dahinya pelan ia baru saja ingat kalau ia ada janji hari ini. "Ah tidak apa-apa aku juga sepertinya akan lembur, dan kau kenapa harus menginap dirumah sakit lagi? Bukankah sudah minggu lalu?" tanya Ichigo dengan wajah bingung.

"Ah, itu sebenarnya aku ingin mengecek lagi apakah kebiasaan itu masih berlanjut aku tidak suka kalau memang harus terus berjalan sambil tidur."

Ichigo tersenyum kecil. "Apakah kau malu kalau nanti menikah denganku, dan bisa melihat kebiasaan tidurmu itu setiap hari?" Rukia diseberang sana cuma bisa berblushing ria.

"Ichigo! Dasar Baka!"

"Aku bercanda kau tahu walaupun kau suka ngorok sekalipun aku akan tetap menikah denganmu." Ichigo tersenyum lagi, rona merah wajah Rukia semakin menjadi ketika itu.

"Ichigo, bagaimana dengan kasus itu?" tanya Rukia dengan wajah cemas ia baru ingat hal yang ia tanyakan sekarang adalah salah satu tujuannya menelepon Ichigo.

"Ah sepertinya sedikit mengalami masalah, kasus itu aneh dan terlalu sadis. Kami belum bisa mengungkap pembunuhnya." Ujar Ichigo membuat Rukia yang disebrang telepon menunuduk sedih.

"Tumben kau bertanya tentang kasusku, ada apa?" tanya Ichigo dengan wajah heran.

"Ah tidak apa-apa, kalau begitu sudah dulu ya."

"Hei tunggu…" Rukia yang akan mengakhiri panggilannya membatalkan niat itu.

"Hati-hati." Ucap Ichigo.

Rukia pun tersenyum. "Kau juga hati-hati."

Dan telepon pun ditutup.

Rukia memandang dinding putih yang berada di hadapannya "Ichigo, aku merasakan ada yang aneh." Rukia melihat tangannya sendiri.

"Bagaimana kalau ternyata pembunuh itu adalah aku?"

Mimpi?

Rukia terbaring disebuah kasur dan melihat berbagai alat yang menempel ditubuhnya seperti minggu lalu alat itu akan mendeteksi detak jantungnya, dan jika alat itu terlepas berarti kebiasaan berjalan sambil tidurnya masih terjadi. Aizen yang berdiri disamping tempat tidur Rukia tersenyum ramah pada wanita itu.

"Ah, Rukia-san semoga kau mimpi indah. Akan ada seorang suster yang memantau hasilnya besok." Ucap Aizen dan keluar dari ruangan itu meninggalkan Rukia dan seorang suster bernama Hinamori yang selalu mencatat perkembangannya

"Rukia-chan semoga mimpi indah." Hinamori tersenyum dan menutup gorden pemisah antara dirinya dan Rukia. Rukia hanya tersenyum dan menutup matanya.

"Yah semoga mimpi indah."

Mimpi?

"Ichigo-kun!" panggil Renji dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Ada apa? " tanya Ichigo dengan mata berkantung ia sudah hampir semalaman dikantornya untuk mengurus beberapa berkas, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam.

"Ada pembunuhan lagi dan yang terbunuh Urahara-san." Berita dari Renji membuat Ichigo membuka matanya lebar-lebar.

"Urahara-san?" tanya Ichigo dengan wajah yang sangat kaget ia mengambil jaketnya dan segera menarik Renji. "Dimana?"

Mimpi?

"Nama Urahara Kisuke, umur 30 tahun bekerja sebagai kepala bagian teknologi di Kepolisian Karakura ia ditemukan oleh seorang pemabuk yang melewati gang ini." Kira membacakan data diri dari Urahara ketika Ichigo telah tiba ditempat kejadian.

"Waktu kematian?" tanya Ichigo ia menghampiri kantung mayat yang berisi mayat Urahara.

"Kira-kira 1 jam yang lalu. Dan ini keadaan mayatnya waktu ditemukan." Kira menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan Urahara dengan tangan yang terpotong, mata yang tercungkil, lehernya tersayat dan hampir putus sedangkan tubuhnya dalam posisi terbalik padahal wajahnya masih menghadap keatas.

Ichigo hampir muntah melihat foto itu ia tidak bisa membayangkan reaksi orang yang menemukannya pertama kali.

"Kami menemukan bola mata Urahara-san dan potongan tangannya yang menancap di dinding." Kira menunjukkan sebuah bola mata yang berada didalam plastik bening.

"Sebaiknya kau taruh bola mata itu bersama dengan mayatnya." Ucap Ichigo. "Apakah kasus ini sama dengan kasus kemarin?" tanya Ichigo sambil melihat TKP yang masih dipenuhi dengan darah. Dan yang paling menonjol serta menarik perhatian Ichigo adalah angka 2 yang tertulis di dinding itu tertulis dengan noda darah.

"Aku rasa sama karena angkanya merupakan kelanjutan angka dari pembunuhan minggu lalu." Ucap Kira dan menutup notes kecilnya.

"Sial! Kenapa harus Urahara?" Ichigo meninju dinding dengan amarah yang memuncak. "Siapapun pembunuhnya akan kutangkap."
Kira dan anggota kepolisian lain hanya menatap kantung mayat itu dengan tatapan kasihan.

Mimpi?

Rukia duduk di sofa sambil menikmati sarapan paginya dan akan berangkat kerja pagi ini. Jam 6 tadi Rukia sudah pulang ke rumahnya ia mengingat kejadian ketika ia bangun pagi tadi.

Flashback…

Kabel yang tertempel ditubuh Rukia sudah terlepas dan membuatnya kaget. Ditangannya ada bercak darah begitupun dibajunya. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi sedangkan Hinamori biasanya datang jam 5 pagi.

"Aku harus menghilangkan noda darah ini." Rukia berlari menuju kamar mandi dan membasuh tangannya, ia melihat ke depan kaca dan menemukan pantulan wajahnya ada beberapa bercak darah yang menempel membuatnya nyaris menjerit.

"A.. apa yang terjadi?" Rukia dengan panik membasuh wajahnya

Ia segera membasuh noda darah yang ada ditubuhnya. "Aku harus menyembunyikan semua ini." Ucap Rukia dan mengganti bajunya dengan baju cadangan yang ia bawa.

Hinamori membuka pintu dan membuka gorden pemisah antara kasur dan meja kerja. "Rukia-chan bangun.." Hinamori tersenyum dan melihat Rukia yang sepertinya sudah siap untuk pulang.

"Rukia-chan sudah bangun?" tanya Hinamori dan melihat Rukia dengan wajah bingung.

"Ah maaf Hinamori-chan aku agak terburu-buru." Rukia mencoba tersenyum.

"Ah, sepertinya hasilnya tidak baik ya?" tanya Hinamori setelah melihat alat yang mendeteksi detak jantung Rukia. "Alat ini berhenti di jam 11.30"

"Yah begitulah." Rukia memegang tangannya dan memandang lantai putih yang diinjaknya.

"Tenang saja Rukia-chan kau pasti akan sembuh." Ucap Hinamori dengan penuh semangat.

"Iya."

End Of Flashback

Rukia menghela nafas berat ia takut menyalakan berita pagi hari ini ia takut kalau hal yang ia takutkan menjadi kenyataan. Rukia melirik remote televisi yang berada di dekatnya. Ia meraih dan memencet tombol on sehingga siaran berita pun tampil didepan layar televisi itu.

"Hari ini ditemukan mayat di daerah xxxx mayat tersebut ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan korban bernama Urahara Kisuke yang merupakan seorang Kepala bagian Teknologi di Kepolisian Karakura.."

Cklek..

Rukia segera mematikan televisinya dan memandang layar televisi dengan perasaan takut.

"Sebenarnya apa yang aku lakukan tadi malam?"

Mimpi?

Mimpi.. Mimpi.. sebenarnya apa kamu?

Kenapa kau muncul dalam tidurku.

Mimpi… mimpi kau pertanda atau bencana bagiku?

Hai minna san ini fic ke 3 mss yang terlempar di rated M

Tadi ngetik sambil nonton Bleach movie 1 di salah satu stasiun TV Indonesia *sebenarnya udah pernah nonton sih* gregetan ngeliat adegan Ichisenna *lho kok curhat?*

Tapi teriak gaje pas ngeliat Hitsugaya *dikemplang karena curhat mulu*

Di fic gaje ini mungkin bakal gaje banget *maksudnya*

Tapi dimohon reviewnya ya.

Ayo tekan ijo-ijo dibawah dengan semangat

Cukup tekan 1 kali.