Unexpected
Warning : YAOI, Typo(s), Death chara. Gore
Fanfic ini mengandung unsur pembunuhan.
Disclaimers : semua tokoh adalah milik Tuhan dan diri
mereka sendiri. Cerita ini asli milik author.
Main Cast : Xiumin (Minseok), Chen (Jongdae), EXO OT12 official pairing
.
.
.
.
.
"Hari ini kumpul jam 8 di tempat Jongdae ya!" Seru Baekhyun bersemangat.
"Apa-apaan kau ini? Kenapa memutuskan seenaknya saja." Protes Jongdae kemudian.
"Ayolah Dae, hanya tempatmu yang cocok kami jadikan tempat berkumpul. Yayayaya boleh kan ya?" Pinta Luhan.
Sehun menyenggol bahu Minseok pelan kemudian membisikan sesuatu, "Hyung, bujuklah dia. Dia pasti nurut denganmu."
Minseok mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian mengangguk pelan. "Uhm.. Dae-ie~"
Mendengar namanya dipanggil oleh sang kekasih, Jongdae langsung menyahut dan memasang wajah pasrah. "Ah baiklah... jam 8. Di tempatku."
.
.
.
Tempat tinggal Jongdae tidaklah besar, apalagi mewah. Alasan semua temannya selalu memilih flat kecil milik Jongdae untuk berkumpul adalah karena Jongdae hidup sendirian disana. Kedua orangtuanya tinggal di salah satu pedesaan. Jongdae lumayan tertutup mengenai masalah keluarganya. Mungkin ia tidak ingin berlarut-larut dalam kesepian dan bayang-bayang kedua orangtua dan sanak saudaranya yang tinggal jauh darinya.
Dengan malas, Jongdae mulai merapihkan ruang tengah flatnya yang dipenuhi tugas-tugas kuliah. Bukannya sok rapih, ia hanya takut salah satu tugasnya tercecer dan menjadi korban kerusuhan ke-10 temannya (plus satu pacar). Jam sudah menunjukkan pukul 6, Minseok bilang ia akan membeli kue terlebih dahulu sehingga tidak bisa menemaninya dulu untuk saat ini.
"Yah.. kuharap mereka bawa banyak makanan."
Selang beberapa waktu terdengar ketukan pintu. Keras tapi tidak rusuh.
"Apa mereka datang secepat itu?"
Jongdae kemudian bergegas menuju pintu depan, seseorang diluar sana masih mengetuk pintu.
"Ya tunggu sebentar. Berhentilah mengetuk, pintuku bisa bolong nanti." canda Jongdae sambil sedikit tertawa. Langkahnya semakin dekat dengan pintu. Kali ini sudah tidak ada suara ketukan pintu.
Jongdae membuka kunci rumahnya, kemudian membuka pintu. Dan tidak ada siapa-siapa disana.
"Pasti orang iseng." Ucapnya malas. "Yack! Kalau sampai kalian yang iseng lebih baik tidak usah main di rumahku." Kemudian menutup pintu. Bersenandung kecil namun lupa mengunci kembali pintu rumahnya.
.
.
.
Minseok baru selesai mengantri dari salah satu toko kue. Tumben sekali toko kue langganan nya itu penuh sehingga membuatnya harus mengantri sekitar setengah jam. Setelah keluar dari toko kue tersebut Minseok mengambil ponselnya untuk menelfon Jongdae. Ia sudah janji mau menjemput katanya.
Drrrt... drrrttt...
Tidak ada jawaban.
"Uh, Jongdae.. kebiasaan deh pasti ponselnya ditinggalkan dimana saja." Gerutu Minseok saat panggilannya tak kunjung dijawab.
Sudah faham dengan kondisi kekasihnya, Minseok kembali melakukan panggilan pada Jongdae. Setelah beberapa menit kemudian telfonnya diangkat.
"Dae-ie? Kenapa telfonku baru diangkat!" Teriak Minseok kesal.
"H.. Hello, Minseok-ah." jawab suara di sebrang sana.
"Issh apa apaan sih kau ini. Katanya mau jemput. Aku sudah pulang tau! Ayo cepat kesiniiii."
"Aku tidak bisa Minseok-ah.. kau langsung kesini saja."
"Kenapa? Isssh yasudah aku pergi sendiri."
Pip
Minseok yang kesal langsung memutuskan telfonnya. Berjalan menuju halte bus sambil terus menggerutu kesal karena Jongdae tidak jadi menjemputnya.
.
.
.
"Akhirnya kau datang juga."
Minseok mengangguk sambil cemberut. Masih kesal karena tidak dijemput.
"Yang lain belum datang ya?" Minseok melihat jam dinding, "Oh.. baru jam 7 ternyata."
Minseok berjalan menuju dapur, diikuti Jongdae di belakangnya. "Kenapa jalan di belakangku? Tenang saja, aku tidak marah kok." ucap Minseok sambil meletakkan kue yang baru ia beli.
Jongdae mendekati Minseok kemudian memeluknya dari belakang. Menyesap aroma Minseok dari lehernya.
Minseok melepas pelukan tangan Jongdae. "Tidak dulu, Dae."
Jongdae berdecih, "Kenapa?"
"Entahlah." Jawab Minseok. Ia juga tidak mengerti kenapa rasanya pelukan Jongdae tadi tidak nyaman. Apa mungkin karena ia masih sedikit kesal pada Jongdae.
Tok.. tok.. tok..
Terdengar suara ketukan pintu yang rusuh. Minseok dan Jongdae langsung saja saling bertatapan. "Kau kan tuan rumah, buka sana pintunya."
"Tidak mau. Tidak usah dibuka pintunya. Menganggu waktu berdua kita saja."
Minseok menatap Jongdae heran, "Daritadi kau aneh." Kemudian melangkah menuju pintu untuk membukanya. Akhirnya Jongdae mengekor di belakang.
"Tumben sekali kau datang sebelum waktu janjian." Ujar Minseok ketika mendapati Baekhyun yang datang bersama beberapa kantung plastik. Bisa dipastikan kalau Baekhyun membawa banyak camilan.
"Aku takut macet, makanya datang duluan hehe." jawab Baekhyun sambil nyengir. "Ini aku bawa keripik kentang. Mau diletakkan dimana?"
"Terserah kau saja." Jawab Jongdae.
"Ah baiklah."
Baekhyun kemudian meletakkan beberapa kantung plastik itu diatas meja yang berhadapan dengan sofa. "Chanyeol bilang akan datang jam 9 keatas. Mobilnya tiba-tiba mogok dan harus dibawa ke bengkel."
"Dia sudah kuperingatkan untuk membeli mobil baru padahal. Mobil bututnya sudah tidak beres." Ujar Minseok.
Baekhyun menggeleng, "Entahlah, anak itu keras kepala. Kalau begitu aku ajak yang lain kesini sekarang saja ya."
Minseok mengangguk. Jongdae daritadi terdiam tak seperti biasanya.
.
.
.
Jam 8, mereka semua sudah berkumpul di rumah Jongdae—kecuali Chanyeol yang mobilnya belum benar. Seperti biasa mereka akan berbincang seru sambil sesekali tertawa keras. Keripik kentang berceceran dimana-mana, beberapa botol cola tumpah. Membuat Minseok berteriak-teriak tak karuan menyuruh mereka membersihkan kekacauan yang terjadi.
"Biarkan saja, bersihkannya nanti saat mereka semua pulang." Ucap Jongdae menenangkan Minseok.
Lagi, Minseok merasakan keanehan pada Jongdae. Biasanya ia akan sangat marah ketika rumahnya berantakan. Tapi mengapa kali ini ia bersikap seakan tak peduli? Minseok memegang dahi Jongdae dengan punggung tangannya. "Kau baik-baik saja, sayang?"
"Tentu saja. Memangnya kenapa?"
Minseok menggeleng, "Uhm.. tidak. Kau hanya sedikit aneh."
"Jangan bicara seperti itu. Aku tidak apa-apa kok. Aku ke kamar dulu ya. Kepalaku sedikit pusing."
"Kau mau aku buatkan teh manis?"
"Tidak usah. Aku kenyang." Jongdae kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.
Minseok menghela nafas kemudian Baekhyun memanggilnya. "Minseok hyung.."
"Ya?"
"Aniyo.. hanya saja.. kufikir Jongdae agak aneh. Ya kau tahu kan daritadi dia terdiam dan tidak marah ketika rumahnya berantakan. Ah iya, dan dia membiarkanku menyimpan makanan di atas meja yang biasa ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Biasanya kan dia sangat marah ketika ada yang menyentuh meja itu karena khawatir ada barangnya yang tercecer. Apa mungkin dia ada masalah?"
Minseok mengangguk, "Aku juga aneh dengannya. Dia bahkan memanggilku Minseok-ah saat di telfon."
Ting nong
"Pasti Chanyeol datang!" Seru Baekhyun riang lalu melesat menuju pintu. Minseok mendesah lelah. Masih dengan pikirannya yang melayang-layang tentang keanehan Jongdae.
.
.
.
Minseok tidak jadi mengetuk pintu kamar Jongdae karena sang pemilik kamar sudah duluan keluar dan menatap Minseok heran. "Kenapa kau kesini?" Tanya Jongdae sambil menutup pintu kamarnya.
"Semuanya menanyakanmu, kenapa kau malah mengurung diri di kamar?"
Jongdae mengelus pipi Minseok, "Tadi aku ketiduran. Maaf ya.. sebentar ada yang lupa."
Jongdae mengunci pintu kamarnya, kemudian menggantungkan kuncinya di dinding.
"Kenapa dikunci?" Tanya Minseok heran.
"Ingin saja."
.
.
.
Minseok dan Jongdae berjalan bersamaan menuju ruang tengah dimana semua teman-temannya berkumpul. Yifan, Joonmyeon, Tao, Kyungsoo, Yixing, Jongin, Baekhyun, Luhan, Chanyeol, dan eh, dimana Sehun?
"Sehun sedang ke mobilnya sebentar, dia meninggalkan handphone nya di dashboard." Ujar Luhan seakan mengerti.
Minseok mengangguk kemudian duduk di sebelah Luhan. Jongdae terlihat berjalan menuju pintu kemudian memakai mantelnya. "Tetanggaku menelfon, katanya ada penyuluhan. Aku akan kembali beberapa menit lagi, setor muka."
"Kenapa tidak bilang saja kau ada acara dan tidak bisa menghadiri penyuluhan itu?" Tanya Yifan.
"Aku kan sudah bilang. Hanya setor muka." Jawab Jongdae malas.
"Cepat kembali kalau begitu." Tambah Minseok. Jongdae mengangguk kemudian melambaikan tangannya dan keluar dari rumah.
.
.
.
"Sehun parkir dimana sih? Lama sekali." Heran Jongin. Ia melirik Luhan. Maklum lah Sehun kan pacar Luhan.
"Dia parkir di depan, kok. Tapi tadi dia mengirim Line, katanya mau ke minimarket dulu sebentar." Jawab Luhan.
"Paling mau beli pengaman." Celetuk Chanyeol yang kemudian dihadiahi jitakan kecil dari Baekhyun.
"Aku pulang." Kata Jongdae sambil membuka pintu.
"Bagaimana penyuluhannya?" tanya Joonmyeon.
Jongdae menggeleng, "Sudah kubilang aku hanya setor muka."
"Apa diluar dingin?" Minseok menghampiri Jongdae, khawatir karena tadi Jongdae bilang ia sedikit pusing.
"Tidak, sayang. Aku pakai mantel tebal kok tadi."
Minseok tersenyum lega. "Aku buatkan coklat hangat ya?"
Jongdae hanya mengangguk kemudian duduk diantara Jongin dan Yixing. Suasana menjadi agak hening. Tak seperti biasanya Jongdae akan membicarakan berbagai hal dan tidak lupa dengan troll andalannya. Yang ia lakukan sekarang hanya memakan keripik kentang. Menunggu Minseok datang bersama coklat hangatnya.
"Oh, shit. Sehun benar-benar keterlaluan. Apa dia bertemu dengan perempuan lain kemudian selingkuh?" Luhan melirik jam tangannya kemudian kembali mendengus. "Apa yang dia lakukan di minimarket selama satu jam?"
"Tenanglah hyung, mungkin ada suatu masalah sehingga membuatnya lama sekali. Kau tidak coba menghubunginya?" Saran Kyungsoo.
Luhan menggeleng, "Line ku tidak dibalas. Ditelfon pun tidak diangkat."
"Mungkin baterainya habis." Analisa Tao.
"Tapi telfonnya nyambung, kok. Dia saja yang tidak mengangkat." Nada bicara Luhan kini berubah menjadi gusar. Takut terjadi apa-apa dengan Sehun. "Aku akan menyusulnya."
Luhan segera menyambar mantelnya yang tersampir di sofa. Tanpa aba-aba membuka pintu dan berniat menyusul Sehun.
Baru beberapa detik—
"AAAAAAAAAAAAAKKKKK!"
—mereka semua dikagetkan dengan suara teriakan Luhan.
.
.
.
.
"Sehun ah..." Yifan hanya bisa terdiam melihat jasad Sehun yang sudah tidak berdaya. Membiru karena cuaca dingin. Bercak darah dan sayatan-sayatan sadis di sekujur tubuhnya.
Yixing masih memeluk Luhan, berusaha menenangkan namja rusa itu. Yang sedari tadi menangis meraung-raung tak kuasa melihat kekasihnya dengan kondisi naas.
"Ini aneh! Siapa yang berani melakukannya?!" Teriak Jongin geram.
"Siapapun yang melakukannya. Dia melakukan semua ini dengan rapih. Melihat jasad Sehun, kurasa ia sudah dibunuh satu jam yang lalu." Analisa Kyungsoo sambil melihat jasad Sehun. Kyungsoo merupakan salah satu mahasiswa kedokteran. Minggu lalu ia praktek masalah forensik. Pengetahuannya tentang ini masih sangat segar.
"T-tapi kan... kurang dari satu jam yang lalu Sehun mengirimkan Line pada Luhan." Kata Minseok. "... A-apa mungkin Sehun yang mengirimkannya?"
"Maksudnya? Yang mengirimkannya itu.. hantu Sehun?" Tao segera menutup mulutnya ketika semua orang menatapnya kesal.
"Kurasa pembunuhnya mengambil handphone Sehun dan mengirimkan Line itu pada Luhan." Ujar Joonmyeon.
"Lebih baik masukkan dulu jasad Sehun ke dalam rumah. Aku tidak mau ini menyebabkan masalah di komplek perumahan ini." Kata Jongdae.
"Apa maksudmu, bodoh! Kita harus ke kantor polisi! Kita harus menangkap pelakunya.. hiks... Sehun... hiks..." ujar Luhan marah. Kemudian ia kembali menangis dan terkulai lemas di pelukan Yixing.
"Ya, untuk sementara waktu masukan saja dulu jasad Sehun ke dalam rumah." Yifan angkat bicara. "Chanyeol, bantu aku menyeretnya."
Chanyeol mengangguk. Mereka lalu menyeret jasad Sehun menuju garasi.
.
.
.
Jasad Sehun mereka letakkan di dalam garasi. Kemudian mereka berkumpul di ruang tengah.
Suasana menjadi sangat hening. Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan. Hanya ada isakan kecil dari Luhan.
"Bunuh aku sekarang juga." Kata kata yang lolos dari bibir Luhan membuat semua mata tertuju padanya.
Yixing kembali menenangkan Luhan sambil mengelus-elus punggungnya.
"Apa rencana kalian saat ini? Tidak adakah yang berniat menelfon polisi?" Tanya Luhan pelan.
"Bisakah kau tenang sedikit?!" Bentak Jongdae geram. "Tadi aku sudah telfon polisi, kau fikir polisi akan cepat datang seperti superman saat seseorang berteriak minta tolong?!"
"Tenanglah Jongdae." Ujar Joonmyeon tenang. Tepatnya hanya dibuat-buat setenang mungkin. Jauh di dalam hatinya ia sangat gusar.
Bentakan Jongdae tadi sontak membuat Luhan menunduk. Air mata kembali mengalir menuruni pipinya.
"Hari ini kalian menginap dulu saja disini. Kita urus masalah Sehun besok pagi. Atau ketika polisi datang." Ujar Jongdae sambil berlalu meninggalkan mereka semua menuju kamarnya.
"Minseok hyung? Kenapa kau tidak ikut Jongdae?" Tanya Baekhyun aneh ketika melihat Minseok yang hanya berdiam diri.
"Entahlah Baek, aku ingin bersama kalian saja." jawab Minseok. Sepertinya Jongdae benar-benar sedang ada masalah. Tidak biasanya sikapnya menjadi dingin seperti ini. Lagipula ia sangat dekat dengan Sehun, mungkin ia juga sangat terpukul. Dan Minseok rasa, kekasihnya itu membutuhkan waktu untuk sendirian dulu.
.
Hari mulai larut, beberapa dari mereka sudah tertidur dengan posisi yang bisa dibilang kurang nyaman. Chanyeol dan Baekhyun tidur duluan, sambil saling berpelukan di atas karpet. Yixing meringkuk di atas sofa. Jongin, Joonmyeon dan Yifan tertidur sambil saling menyandarkan kepalanya. Kyungsoo tidur terapit Yixing dan Luhan. Tinggal Luhan dan Minseok yang masih terjaga.
Luhan memeluk lututnya sambil terus menatap kedepan dengan tatapan kosong. Minseok kemudian mengajaknya bicara.
"Kau tidak tidur?"
Luhan tertawa, "Memangnya kalau aku tidur, Sehun akan kembali hidup lagi?"
Kedua iris Minseok mulai berkaca-kaca, ia tahu pasti berat menerima kenyataan seperti ini. Jangankan Luhan kekasihnya, ia saja merasa sangat sedih ketika Sehun meninggal dengan cara yang tragis ini.
"Aku tahu kau sangat capek. Tidurlah sebentar." Suruh Minseok. "Aku akan menunggu sampai polisi datang."
Luhan menggeleng, "Kau saja yang tidur."
Pada akhirnya tidak ada yang memutuskan untuk tidur. Mereka terus terjaga sambil terdiam satu sama lain. Sampai akhirnya Minseok menyadari sesuatu.
"T-tao? Dimana dia?"
Minseok beranjak untuk mencari Tao. Menyusuri flat kecil Jongdae. Ini terasa aneh kalau Tao tiba-tiba saja tidak ada. Tidak mungkin anak itu berani pergi sendirian walau ke kamar mandi sekalipun.
Dalam perjalanannya menuju kamar mandi, Minseok melewati kamar Jongdae kemudian membuka pintunya. Ia bisa melihat wajah tenang Jongdae yang sedang tertidur pulas. Kemudian ia menutup lagi pintunya agar tidak menganggu tidur Jongdae.
Sreeeet..
Minseok mendengar sesuatu. Suara hentakan kaki yang pelan dan suara sesuatu yang sedang diseret. Sama seperti saat Yifan dan Chanyeol menyeret jasad Sehun.
"Apa itu?..." gumamnya pelan.
Setelah itu ia bisa melihat bayangan seseorang dari jendela. Dengan takut-takut ia menyibak gorden jendela. Nafasnya seakan tercekat.
Ia melihat seseorang dengan topeng hitam sedang menarik sosok tak bernyawa. Dan sialnya, orang yang ditarik itu adalah Tao.
Minseok membuka pintu belakang dengan gemetar. Melangkahkan kaki telanjangnya ke belakang halaman. Tempat ia melihat orang bertopeng hitam tadi. Langkahnya pelan dan lemas. Ia diselimuti rasa takut sekaligus penasaran. Ia harus memastikan siapa orang yang melakukan hal itu dan apa benar Tao yang ditarik itu?
Semilir angin malam yang dingin membuat suasana semakin mencekam. Minseok akhirnya bisa melihat orang bertopeng hitam itu membanting tubuh Tao sehingga kepalanya membentur tanah. Tidak ada pergerakan dari tubuh Tao. Dan semakin menyelidik, Minseok dapat melihat kucuran darah yang mengalir dari kepala Tao.
Minseok hanya bisa terdiam sambil menutup mulutnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia berusaha tidak membuat pergerakan apapun agar orang bertopeng hitam itu tidak melihatnya yang sedang bersembunyi di balik semak-semak.
Orang keji itu kemudian mengeluarkan sebilah pisau dari jaketnya. Menusukkannya berkali-kali ke tubuh Tao kemudian tertawa menjerit ketika darah segar terciprat kemana-mana. Minseok bergetar. Air mata turun dari kedua bola matanya. Orang bertopeng hitam itu masih setia memainkan tubuh Tao. Mengoyak wajah korbannya dengan beringas sambil bergumam aneh.
Minseok mulai mual. Darah berceceran dimana-mana. Air mata masih mengalir dengan deras menuruni pipinya, tak terkontrol. Ia merasa bodoh karena hanya bisa terdiam dan menjadi 'penonton' dalam kejadian ini. Tapi disisi lain ia bingung, hatinya terguncang. Tidak ada yang bisa ia lakukan.
Lama kelamaan Minseok tak kuasa lagi melihat pemandangan yang ada di depannya. Ia ambruk. Kemudian pingsan di balik semak-semak itu.
.
.
.
"Hyung? Kau sudah bangun? Syukurlah.."
Minseok mengerjapkan matanya beberapa kali. Menyadari dirinya yang sedang terbaring di atas sofa. Syukurlah, semua ini hanya mimpi, fikirnya.
"Dimana Tao?" Tanya Minseok.
"T-Tao.. dia sudah meninggal hyung.. jasadnya ditemukan di halaman belakang." Ujar Baekhyun.
Oh, tidak. Ternyata kejadian kemarin bukanlah mimpi.
"Kau berada di dekat jasad Tao, apa kemarin kau melihat apa yang terjadi?" Tanya Yifan sinis.
"M-maksudmu?" Minseok terbata.
"Kami menemukanmu pingsan dengan pisau berlumuran darah di dekatmu." Tambah Yifan. "Dan bajumu terkena cipratan darah, hyung. Sepertinya tidak salah aku mencurigaimu."
"Stop it! Yifan hyung! Kau tidak seharusnya menuduh Minseok hyung seperti itu. Hal yang tadi kau sebutkan tidak bisa begitu saja menandakan bahwa Minseok hyung yang membunuh Tao." sergah Kyungsoo.
Yifan tertawa keras, dan kemudian berubah menjadi isakan-isakan tangis. Sudah bukan rahasia kalau Yifan sebenarnya mencintai Tao, sangat. Dia pasti dalam keadaan sangat tertekan sehingga bisa berbicara seperti itu dan mencurigai Minseok.
"Hyung.. tapi, apa benar kau ada disana saat Tao dibunuh?" Tanya Kyungsoo.
Minseok mengangguk, "Ya.. aku disana.. tapi saat aku melihat mereka.. Tao sudah tidak bernyawa.."
"Kau lihat siapa pembunuhnya?" kini giliran Jongin yang bertanya.
Minseok kembali mengangguk, "Dia memakai topeng hitam dan tubuhnya tidak terlalu tinggi. Aku tidak bisa melihat wajahnya sama sekali."
Semuanya beralih melirik Jongdae.
Dia satu-satunya yang tidak ada di ruang tengah saat kejadian.
"Kau kemana saat kejadian?" tanya Jongin terkesan menuduh.
"Jadi kau menuduhku?!" Jawab Jongdae tak terima.
"Bukan begitu, aku hanya bertanya."
"Jongdae di kamar.. aku melihatnya sedang tertidur sebelum akhirnya menyadari ada suara dari halaman belakang." Minseok mengatakan yang sebenarnya.
"Sudahlah! Berhenti saling mencurigai. Tidak mungkin salah satu dari kita yang melakukannya. Lebih baik kita pergi dari sini. Aku takut kalau pembunuhnya adalah orang daerah sini." Kata Joonmyeon. Yang disetujui oleh semuanya.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
Fanfic psikopat pertama saya!
Walaupun saya suka banget cerita bergenre psycho dan gore tapi pas nyoba bikin kok hasilnya malah gini. Aneh dan ga gore-gore amat hiks :'D pembunuhannya juga baru dikit sih hahaha. Fic ini rencananya bakal dibikin twoshoot. Saya udah mikirin plot dan akhir ceritanya kok, mudah-mudahan ga bakal molor update nya xp
Apa ada yang penasaran siapa pembunuh nya?
Tunggu chap selanjutnya ya! XD
Thanks for reading! Dan lebih makasih lagi buat yang review :p
