.

.

Diriku hanyalah makhluk yang hidup berbaur di tengah-tengah masyarakat vampir. Memiliki darah garis keturunan kerajaan menuntutku menjadi kuat. Namun, apa yang harus aku lakukan ketika mengetahui pertumbuhan sihirku sangat lambat?

.

.

E

.

.

Seorang pemuda memandangi langit malam yang ditaburi bintang. Angin bertiup sepoi-sepoi membelai wajah dan rambut pirangnya.

Mata ia pejamkan untuk menikmati setiap sentuhan angin yang membelai wajah tampannya. Ia tidak tidur. Hanya saja dia sedang bersantai di atas dahan pohon raksasa.

Nama pemuda ini adalah...

"Hoi Naruto! Apa yang kau lakukan?!"

...Namikaze Naruto.

"Hm?" Gumam Naruto saat melihat ke bawah dan mendapati 3 pemuda. Pemuda yang memiliki rambut berwarna coklat karamel dan mata yang berwarna perak memiliki nama Yamikato Ryuga. Pemuda yang rambut sedikit ikal bewarna coklat madu dengan mata coklat keemasan itu bernama Sean Marcus. Sedangkan pemuda berambut pantat ayam bewarna dongker adalah Uchiha Sasuke.

"Apa yang kau lakukan diatas sana?" Tanya Sean.

"Hanya bersantai. Tidak kurang dan tidak lebih," jawab Naruto kembali menyamankan posisinya.

"Kemarin adalah hari kelulusan kita dan kau tidak melakukan apapun hari ini?" Tanya Ryuga.

"Memangnya apa yang kalian harapkan?" Balas Naruto terlihat malas.

"Mulai melatih kemampuan bertarungmu, mungkin," jawab Sasuke sedikit ragu mengingat kata 'kemampuan bertarung' sangat sensitif bagi Naruto.

"Untuk apa terburu-buru? Kita ini abadi dan usia kita baru 18 tahun."

"Lalu bagaimana jika orang yang kau sayangi dibunuh oleh Black Guard?" Tanya Sean membuat Naruto terdiam.

Mendengar kata Black Guard Naruto langsung terdiam. Mengapa? Karena Black Guard adalah kelompok manusia istimewa yang sangat ditakuti vampir. Karena Black Guard, ibu Naruto yang pada saat itu sedang memetik buah di kebun dibunuh oleh seorang Black Guard.

Naruto mengepalkan tangannya dan berdecak.

"Lihat! Gara-gara kau Naruto jadi sedih!" Bisik Ryuga ke telinga Sean. Sedangkan Sasuke hanya menatap bingung ke mereka berdua.

"Ha? Kau menyalahkanku?!" Tanya Sean yang langsung naik darah.

"Lalu siapa lagi yang membuat Naruto teringat ibunya, Baka-Sean!" Jawab Ryuga.

"Kau menantangku?!" Tanya Sean yang sudah menyisingkan lengan bajunya.

"Ha?!"

.

*Crass*

.

"Ittai," rintih Sean setelah mendapatkan cakaran dari Ryuga.

"Kau yang memulainya," kata Sean lalu balik mencakar Ryuga.

Sasuke menghela nafas. Mereka kembali berkelahi cakar-cakaran. Sedangkan Naruto yang berbaring diatas dahan sambil memandangi langit berbintang pun terganggu. Bukan terganggu oleh Ryuga dan Sean. Tapi karena mendengar suara riuh tak jauh dari mereka.

"Hm?" Gumam Sasuke ketika Naruto melompat turun dari pohon setinggi 7 meter itu.

"Kau mau kemana?" Tanya Sasuke saat Naruto berlalu begitu saja meninggalkan Ryuga dan Sean yang masih 'bersenang-senang'.

"Aku ingin menghampiri kerumunan itu. Kau ikut?" Jawab Naruto lalu tak lupa mengajak Sasuke.

"Baiklah."

Naruto dan Sasuke melangkahkan kaki. Saat mengetahui Naruto dan Sasuke telah menjauh, Ryuga dan Sean pun berhenti 'berpesta'.

"Mereka berdua meninggalkan kita," ujar Sean sambil mengunci kepala Ryuga.

"Mana-mana? Ah dasar," respon Ryuga saat melihat punggung Naruto dan Sasuke semakin menjauh.

Perlahan luka robekan pada wajah Ryuga dan Sean kembali menutup berkat kemampuan regenerasi vampir. Sean melepaskan kunciannya lalu berlari mengejar Sasuke dan Naruto diikuti oleh Ryuga.

"Permisi," kata Naruto mencoba menerobos kerumunan.

Saat warga sipil mendapati Naruto, mereka pun memberikan ruang untuk pangeran kerajaan. Sasuke, Ryuga, dan Sean mengekor di belakang Naruto.

Keempat sahabat itu membulatkan mata melihat objek menjijikan didepannya. 3 jasad terluka parah tergeletak diatas aspal.

"Ryuga, hubungi para medis!" Pinta Naruto.

"Baiklah," kata Ryuga lalu merogoh sakunya untuk mengambil ponsel.

Saat Ryuga memanggil penjaga istana, Sasuke berjalan mendekati 3 mayat tersebut. Sedangkan Sean terlihat mengawasi sekitarnya. Mata cokelatnya menerawang bangunan-bangunan tinggi. Ia terlihat was-was karena mungkin saja ada Black Guard sedang mengawasi dari jauh.

"Sepertinya ini perbuatan Black Guard," ujar Naruto yang sudah mengepalkan kedua tangannya.

"Tidak salah lagi. Ini memang perbuatan mereka," timpal Sasuke yang berjongkok disamping salahsatu mayat. Tangan kanannya berlumuran darah si mayat dan baru saja dijilat oleh Sasuke. Sasuke langsung mengetahui ini adalah perbuatan para Black Guard setelah mencicipi darah korban.

"Minggir!"

Sasuke dan Sean langsung menoleh kala sebuah suara menginterupsi. Ternyata 6 orang dari pihak medis telah datang.

"Bubar!" Teriak Naruto terdengar mutlak. Warga sipil hanya bisa pasrah dan bubar sesuai perintah sang putra mahkota.

6 vampir para medis itu mencoba memeriksa denyut nadi 3 mayat tersebut. Salahsatu dokter menggelengkan kepalanya.

"Sudah tewas," ujar sang dokter membuat Naruto mendesah kasar.

"Argh!" Teriak Naruto lalu pergi begitu saja.

"Naruto!" Panggil Ryuga menyusul si pirang. Sean pun juga ikut menyusul.

Sasuke menjilat habis darah yang menyelimuti tangan kanannya.

"Darah vampir rasanya menjijikan," batin Sasuke lalu menatap sang dokter.

"Tolong urus mayat-mayat ini. Aku akan melaporkannya ke Minato-sama," pinta si adik pemimpin klan Uchiha ini.

"Baiklah, Sasuke-sama."

Kembali ke Naruto. Pemuda itu tetap berjalan tergesa-gesa. Langkahnya berjalan mendekati pohon raksasa yang tadinya Naruto tempati. Tangan kanannya terkepal. Perasaannya kalut lalu...

.

*Brak!*

.

...Dirinya telah menumbangkan satu pohon dalam sekali pukulan. Sean dan Ryuga yang melihat itu langsung melongo tak percaya.

"Mereka..." Geram Naruto.

Mereka? Tentu saja Ryuga dan Sean mengerti siapa yang dimaksud oleh Naruto. Mereka yang dimaksud adalah kelompok Black Guard. Black Guard adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup para vampir.

.

"Lalu bagaimana jika orang yang kau sayangi dibunuh oleh Black Guard?

.

Akhirnya Naruto mengerti. Apa maksud dari perkataan Sean tadi. Ia harus menjadi kuat agar bisa melindungi negara vampirnya dari penindasan yang dilakukan oleh manusia.

"Kau akhirnya mengerti kenapa harus menjadi kuat?" Tanya Sean menatap punggung pemuda bertinggi badan 190 cm didepannya.

"Aku 'sangat' mengerti," jawab Naruto pakai penekanan.

Entah kenapa Ryuga tersenyum. Ia merasa senang walaupun nyatanya harus turut bersedih. Ia merasa senang karena Naruto akan turut mengikutinya bersama Sasuke dan Sean untuk menjadi kuat.

.

.

.

OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO

KAZEHIRO TATSUYA PRESENT

Title :

Why Not Both?

The Beginning

Disclaimer :

Masashi Kishimoto

Created By :

Kazehiro Tatsuya

Assisted By :

Ryuga Yamikato

Pair :

Naruto X OC

Warning :

Segala ide cerita, latar, dialog, narasi, sifat, sikap, dan setting lainnya murni ide Author sendiri. Jika ada kesamaan dengan fanfic Author lain, maka hanya sebuah kebetulan. Mohon dimengerti.

.

Penulis tidak meraup keuntungan apapun dari fanfic ini. Isi cerita berdasar imajinasi penulis. Kevalidan informasi yang disajikan bukan 100%. Fanfiksi ini sebatas hiburan. Kesalahan kepenulisan berupa TYPO(S) dan EBI yang belum benar bukan sengaja.

.

[Latar Tahun 2017] My First Vampire Fic, OOC, OC, AU.

Rated :

M (Untuk pembunuhan, darah, maupun unsur lainnya)

Genre :

Action, Romance, Fantasy, Supernatural, Vampire, Friendship, and Adventure.

OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO

.

.

.

Naruto melangkahkan kakinya. Kemeja yang ia kenakan sudah terlihat sedikit kusut. Sementara Ryuga dan Sean lebih memilih berjalan di belakang Naruto karena mereka berada dalam istana.

2 penjaga istana membukakan pintu emas besar ketika mendapati sang pangeran. Tanpa mengucapkan terima kasih, Naruto tetap melanjutkan langkahnya.

Saat pintu dibukakan, terlihatlah sebuah ruangan luas bernuansa putih dan emas. Terdapat pula emas asli pada beberapa tempat sebagai penghias. Sibuk menerawang, Naruto, Ryuga, dan Sean mendapati Sasuke berlutut didepan sang raja vampir Jepang. Minato tersenyum mendapat putra semata wayangnya.

"Otou-sama," sapa Naruto lalu berlutut disamping Sasuke. Sasuke yang menyadari keberadaan Naruto langsung memundurkan posisinya sehingga ia berlutut dibelakang Naruto.

"Minato-sama," sapa Ryuga dan Sean turut berlutut disamping Sasuke.

"Otou-sama, kami menemukan 3 ma-"

"Aku sudah mengetahuinya dari Sasuke, Naruto," ujar Minato yang sedang duduk di singgasana itu. Naruto yang mendengar itu menoleh ke belakang dimana Sasuke berada.

"Good job," bisik Naruto dengan cengiran dan tak lupa jempolnya. Sasuke juga turut mengkode dengan jempolnya.

Naruto kembali menatap lurus ke depan dimana sang ayah tengah duduk. Naruto membulatkan tekadnya.

"Otou-sama, aku, Sasuke, Sean, dan Ryuga ingin dilatih olehmu untuk menjadi kuat," ujar Naruto sangat yakin membuat Minato tersenyum bangga.

Sasuke tersentak. Mata onyxnya menatap Naruto dengan kaget. Sasuke merasakan lengannya disikut oleh Ryuga. Ryuga pun memberikan jempol sehingga Sasuke langsung mengerti.

"Akhirnya keinginanku terwujudkan," kata Minato lalu berdiri dari singgasananya. Minato melangkahkan kaki menghampiri 4 sekawanan itu.

"Kalian semua, berdirilah."

Naruto, Sasuke, Ryuga, dan Sean berdiri sesuai permintaan sang raja. Pandangan mereka lurus ke depan.

"Kalian yakin ingin berlatih?" Tanya Minato.

"Kami yakin, Minato-sama!" jawab Sasuke, Ryuga, dan Sean bersamaan.

"Kau bagaimana, Naruto?" Tanya Minato kepada pewaris tahtanya.

"Yakin!" Jawab Naruto serius.

Minato tersenyum. Ia memanggil salahsatu pelayan.

"Panggilkan Itachi untuk segera menemuiku," perintah Minato.

"Baiklah, Namikaze-sama," jawab si pelayan lalu undur diri.

"Are? Kenapa memanggil Itachi-nii, Minato-sama?" Tanya Sasuke heran saat Minato meminta pelayannya untuk memanggil sang kakak yang sudah dinobatkan sebagai pemimpin klan itu.

"Karena Itachi lah yang akan melatih kalian menjadi kuat. Aku terlalu sibuk mengurusi kerajaan," jawab Minato ramah lalu kembali duduk di singgasananya.

Tak lama setelah Minato duduk, pintu emas yang menghubungkan lorong dengan ruangan luas tengah istana pun terbuka memperlihatkan sosok pria.

Sosok tersebut langsung berlutut di depan Naruto dan teman-temannya yang tetap berdiri.

"Ada apa gerangan Namikaze-sama memanggil saya?"

"Uchiha Itachi," panggil Minato kepada sosok berambut raven itu.

"Hai'," balas Itachi.

"Kau kutugaskan menjadi pelatihnya Naruto, Sasuke, Ryuga, dan Sean."

"Suatu kehormatan bagi saya, Namikaze-sama," jawab Itachi.

"Bagus. Tugasmu dimulai dari sekarang."

"Baiklah. Kami pamit undur diri, Namikaze-sama," pamit Itachi lalu berdiri dan membungkukkan badan terlebih dahulu. Naruto, Sasuke, Ryuga, dan Sean ikut membungkuk. Itachi pun mengajak empat kawanan itu untuk mengikutinya.

.

.

OOOOOO

.

.

Di tengah malam yang gelap, bukannya sunyi, kota vampir ini terdengar berisik dan terang dengan lampu. Mereka seperti ini bukan tanpa alasan. Namun pada dasarnya mereka adalah makhluk nokturnal. Yaitu makhluk yang aktif di malam hari dan memilih beristirahat di siang hari.

Cukup jauh dari pemukiman, sekelompok vampir yang terdiri atas 5 vampir sedang berkumpul di tanah lapang. Mereka adalah Itachi, Naruto, Sasuke, Ryuga, dan Sean.

Naruto, Sasuke, Ryuga, dan Sean berdiri berbaris didepan Itachi. 4 pemuda ini terlihat bersemangat memulai debut latihan keras mereka.

"Kita langsung mulai saja. Pertama-tama, kalian harus memanggilku 'Itachi-sensei' mulai dari sekarang. Termasuk kau, Naruto-sama," ujar Itachi.

"Hai', Itachi-sensei!" Jawab mereka berempat tanpa kecuali.

"Aku ingin bertanya. Sean, kau tertarik menggunakan senjata apa?" Tanya Itachi.

"Busur dan anak panah," jawab Sean cepat dengan antusias.

"Kau?" Tanya Itachi sambil menatap Ryuga.

"Bolehkah aku belajar berpedang?!"

"Kenapa kau bertanya? Tentu saja boleh," jawab Itachi atas pertanyaan Ryuga.

"Kau apa, Sasuke?" Tanya Itachi kepada adik kandungnya sendiri.

"Aku sama seperti Ryuga. Hanya saja aku tertarik dengan pedang tipis khas Jepang. Katana," jawab Sasuke dibalas manggut-manggut oleh Itachi.

"Lalu kau bagaimana, Naruto-sama?" Tanya Itachi setengah formal dan setengah non-formal.

"Aku? Eto... Pistol. Ya pistol!" Jawab Naruto.

Itachi kembali manggut. Pria ini mengusap dagu lancipnya lalu menyisir rambutnya ke belakang dengan jari tangan.

"Sekarang coba perlihatkan padaku seluruh elemen kalian!" Pinta Itachi yang hanya mengenakan kaos tanpa lengan.

"Bagaimana caranya?" Tanya Sean.

"Cobalah berkonsentrasi mengumpulkan seluruh energi kalian pada titik dimana kalian ingin mengeluarkannya," jawab Itachi.

Sean mengangguk mengerti. 4 pemuda itu langsung mengacungkan kedua tangan mereka. Mereka terlihat berkonsentrasi.

"Sugoi!" Kagum Ryuga ketika kedua tangan mengeluarkan tulang-tulang dari dalam tubuhnya sendiri.

"Menakjubkan," gumam Sasuke ketika tangan kanannya mengeluarkan petir sedangkan tangan kirinya mengeluarkan api.

Sean hanya terdiam dengan mulut menganga ketika beberapa batuan tanah terangkat ke atas menyelimuti kedua tangannya.

Itachi tersenyum puas. Ketiga muridnya berhasil belajar dengan cepat. 3? Tunggu. Bukannya tadi ada 4? Senyum Itachi mendadak luntur saat mengingat 1 muridnya lagi.

"Naruto-sama?" Panggil Itachi lalu menoleh ke samping dan menemukan Naruto yang bersusah payang mengeluarkan sihir elemennya.

"Argg... Keluarlah!" Seru Naruto.

Itachi hanya diam mengamati Naruto. Matanya menyipit kala percikan kembang api warna biru keluar dari tangan Naruto.

"Hanya percikan?" Batin Itachi. Sebenarnya pria tampan ini berharap sesuatu yang besar dibuat oleh penerus tahta itu.

"Argg..." Naruto terus berusaha mengeluarkan sihir elemennya. Ryuga, Sasuke, dan Sean menatap sahabatnya dengan khawatir

"Naruto-sama, hentikan. Jangan buang energi sihirmu dengan percuma. Akibatnya akan fatal," pinta Itachi agar Naruto segera menghentikan usahanya.

"Masih...belum, Itachi-sensei!" Seru Naruto lalu tangan kanannya kembali mengeluarkan percikan api biru bagaikan kembang api.

"Kubilang cukup!"

"Belum."

.

*Bruk*

.

Naruto mendadak tumbang. Itachi dan yang lain langsung terkejut. Mereka berempat pun menghampiri Naruto yang tumbang.

"Bagaimana ini, Itachi-sensei?!" Tanya Ryuga panik.

"Tenang saja. Naruto-sama hanya pingsan akibat kelelahan," jawab Itachi tenang.

"Kalian semua antarkan Naruto-sama kepada dokter. Setelah itu kalian harus balik ke sini secepatnya dengan cara merangkak!" Perintah Itachi.

"Hai'!" Seru Sasuke, Sean, dan Ryuga.

Sasuke langsung menggendong Naruto di punggungnya. Pemuda raven itu mulai berjalan yang diikuti oleh Ryuga dan Sean di belakang.

Itachi memijit kedua pelipisnya dengan tangan kanan. Ia mendadak khawatir. Bukan dengan keadaan Naruto. Namun ia khawatir mengenai energi sihir dalam tubuh Naruto.

"Kusimpulkan energi sihir Naruto-sama hanya 20% dibanding sengan energi sihir pada umumnya."

Itachi mengenggam ponselnya. Ia menghidupkan ponsel dan melihat jam berapa. Ternyata sudah pukul 1 dini hari.

"Saatnya makan malam," gumam Itachi lalu melangkahkan kakinya dengan santai menuju kedai makan terdekat.

.

.

OOOOOO

_ooO- The Beginning -Ooo_

OOOOOO

.

.

Gelap digantikan oleh terang, bulan digantikan oleh matahari, malam akhirnya digantikan oleh siang. Di sebuah kamar yang ada di istana, terlihatlah seorang pemuda pirang tengah terlelap di siang hari ini.

Naruto tiba-tiba saja terbangun. Kelopak matanya dengan cepat terangkat memperlihatkan netra safir. Naruto segera mengambil posisi duduk.

"Ugh..." Rintih Naruto memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sesaat.

Naruto menatap sekelilingnya mencoba mencerna. Ruangan bernuansa kuning dan jingga. Naruto sangat familiar dengan ruangan ini. Ya, ini adalah kamarnya sendiri. Naruto melihat kedua telapak tangan kanannya. Ia kembali memfokuskan energi berpusat di tangan kanan. Namun hasilnya sama saja. Hanya sebuah percikan api.

"Sial!" Umpat Naruto lalu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Terlihatlah Naruto yang hanya mengenakan celana pendek dongker.

Naruto mendapati sebuah gelas mug logam lengkap dengan penutupnya berada di atas nakas. Naruto pun meraih gelas tersebut dan ternyata benar. Ada air di dalamnya.

Naruto melangkahkan kaki dengan pelan ke cermin lebar yang dipajang penuh di tembok utara pada kamar sambil meminum air.

"Hmmm..." Gumam Naruto menatap pantulan dirinya di cermin.

Dengan tangan kiri yang mengenggam gelas mug, Naruto memperagakan gerakan ala binaragawan dengan tangan kanannya. Tinggi badannya 190 cm dan berat 80 kg. Postur yang ideal namun tidak atletis. Hal ini dapat dilihat dari perut Naruto yang biasa-biasa saja dan otot lengan yang belum menyembul.

Naruto kembali meminum airnya hingga tuntas. Tiba-tiba saja ia mendadak kesal lalu dengan sengaja meremas kuat gelas logamnya.

Gelas tersebut langsung remuk.

"Kuso! Ada apa denganku?! Sihir elemen dasar saja tidak bisa kukeluarkan. Bagaimana caranya menjadi kuat?!" Teriak Naruto entah pada siapa lalu melempar gelas yang telah remuk tadi ke sembarangan arah.

Naruto teringat sesuatu. Ia tidak tahu berapa lama waktu yang ia rugikan. Naruto pun berjalan menghampiri kalender yang dipajang di belakang pintu masuk.

"Ternyata sudah sebulan aku terlelap!" Batin Naruto shock menatap kalender yang ia tandai sebulan yang lalu.

.

*Tap*

.

Naruto menyandarkan keningnya pada pintu kamar. Keningnya mengkerut dengan tangan kanan yang terkepal. Seketika bayangan 3 sahabatnya terlintas.

"Kurasa kemampuan mereka sudah berkembang pesat," gumam Naruto.

Naruto berhenti merenung. Ia segera melekatkan sebuah celana jeans hitam dan mengenakan kaos oblong warna serupa.

"Aku ingin berkeliling istana dulu," batin Naruto lalu keluar dari kamarnya.

.

*Cklek*

.

Naruto tidak lupa untuk mengunci pintu kamarnya. Langkah pelan ia telusuri lantai 2 istana megah ini. Istana terlihat sepi tanpa adanya pelayan dan penjaga yang berkeliling.

Kenapa istana terlihat sepi? Jawabannya dikarenakan siang hari adalah waktu bagi vampir untuk beristirahat. Hanya ada beberapa penjaga istana yang masih terbangun untuk menjaga istana tetap aman.

"Naruto-sama, anda sudah sadar. Syukurlah," kata salahsatu penjaga dengan armor lengkap melekat di tubuhnya.

"Terima kasih," balas Naruto dengan ramah.

Naruto keluar dari kamarnya bukan tanpa tujuan. Tujuan Naruto adalah ruang bawah tanah dimana terdapat sebuah ruangan khusus untuk simulasi pertarungan.

Kaki panjangnya berjalan menuruni tangga menuju bawah tanah. Ruangan tersebut terlihat gelap. Naruto pun menyalakan saklar lampu.

"Sugoi," kagum Naruto saat sederet rak buku tersusun rapi di kanan dan kiri sebuah jalur menuju ruang simulasi.

Naruto melanjutkan langkahnya. Ia terus melangkah hingga menemukan sebuah pintu di ujung lorong. Sebuah pintu besi yang terlihat begitu kuat lengkap kata sandi pengamannya.

"Aku terpaksa latihan di dalam sana daripada keluar di siang hari," gumam Naruto lalu memasukkan kata sandi yang dimaksud.

.

[Password Corrected!]

.

Naruto membuka pintu tersebut. Naruto pun masuk ke dalam ruangan kosong serba putih tersebut. Naruto melangkahkan kakinya lebih ke dalam setelah kembali menutup pintu.

Naruto menerawang. Ruangan kosong dengan nuansa putih tanpa jendela dan tanpa ventilasi. Ruangan ini begitu steril.

Ini merupakan kali pertama Naruto datang ke sini. Sebelumnya Naruto hanya mendengarkannya melalui sang ayah. Maka dari itu Naruto tahu kata sandi ruangan ini.

"Baiklah. Aku mulai saja," gumam Naruto lalu memfokuskan pengaliran energi ke tangan kanannya.

Ternyata masih sama. Hanya percikan saja. Naruto terus mencoba hingga tubuhnya mendadak lemas. Naruto pun terjatuh mencium lantai.

"Kenapa bisa lemas seperti ini?!" Teriak Naruto lalu berusaha bangkit.

Naruto berdiri dengan tangan yang memegang kedua lututnya. Tubuhnya begitu lemas. Itulah yang dirasakan Naruto.

"Arrgh!" Teriak Naruto lalu ia berhasil berdiri dengan tegap walaupun sedikit oleng ke kanan maupun belakang.

"Jangan memaksakan diri, Naruto!"

Naruto menoleh ke belakang saat sebuah suara bariton menginterupsinya. Naruto mendapati sosok ayahnya tengah berdiri di ambang pintu.

"Otou-sama," gumam Naruto lalu jatuh berlutut.

Minato menghampiri putranya yang terlihat kesusahan tersebut. Minato pun membopong tubuh tinggi putranya.

"Jangan paksakan dirimu, Naruto," pesan Minato yang terlihat khawatir. Minato menuntun Naruto untuk segera kembali ke kasurnya.

"Tapi, tou-sama. Aku harus menjadi kuat seperti yang kau impikan agar bisa mengikuti jejakmu," ujar Naruto.

"Menjadi kuat kau harus ingat batasan, Naruto. Ada yang bisa dicapai olehmu dan ada yang tidak bisa dicapai. Setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing."

Naruto terdiam atas tutur kata sang ayah. Lalu, apa kelebihan pada dirinya? Sihir sebagai senjata utama vampir saja tidak ia miliki.

"Sekarang kau tidurlah. Hari sudah siang."

"Baiklah."

Minato membantu Naruto berjalan kembali menuju kamarnya. Saat naik ke lantai utama, salahsatu penjaga menawarkan bantuan.

"Tidak perlu. Aku saja," tolak Minato halus.

Minato terus membopong Naruto hingga sampai di kamarnya. Minato turut membantu Naruto untuk membaringkan badan di atas ranjang.

"Hentikan!" Bentak Minato ketika Naruto masih mencoba mengeluarkan api dari tangannya.

Naruto menjatuhkan tangan kanannya ke kasur. Ia membuang muka ke kiri agar tidak menatap wajah marah ayahnya.

"Kukatakan padamu, Naruto. Jika seorang (saya panggil seperti ini saja daripada 'sevampir') vampir terlalu memaksakan mengeluarkan energi sihir hingga ke akar, maka hanya 1 hal yang menunggu. Yaitu kematian."

Naruto hanya diam menanggapi peringatan ayahnya. Ia tetap membuang muka membuat Minato menghela nafas berat.

"Ada kacang almond kesukaanmu di atas nakas. Baru saja diantarkan pelayan saat kau keluar tadi. Oyasumi."

Minato melangkahkan kaki keluar dari kamar Naruto setelah mengucapkan selamat tidur. Saat mengetahui Minato sudah menutup pintu kamar, Naruto pun memandangi langit-langit kamarnya.

Naruto melihat meja kecil bernama nakas di samping ranjangnya. Ternyata memang ada semangkuk kacang almond. Naruto pun meraih sebiji kacang.

"Kuso!" Umpat Naruto lalu melempar kacang tersebut ke atas membuat langit-langit tersebut retak dengan kacang almond yang bersarang disana.

Di lain sisi, Minato hanya terdiam di depan pintu kamar putranya. Vampir nomor 1 seantero kerajaan ini terlihat gusar. Ia teringat obrolannya dengan Itachi sebulan yang lalu. Dimana saat itu Itachi datang menemuinya setelah Itachi menyelesaikan makan malamnya.

.

Flashback ON

.

Minato mengguncang pelan gelas winenya. Ia duduk di singgasana sambil menunggu kedatangan Itachi. Ia mendapatkan pesan bahwa Itachi akan segera menemuinya. Ada hal penting yang harus dibicarakan.

"Uchiha Itachi datang!" Seru salahsatu penjaga membuat Minato tersenyum.

Gerbang emas didepan Minato pun terbuka. Minato tersenyum mendapati seorang laki-laki memakai jubah bercorak awan merah khas Pasukan Elit Akatsuki.

"Salam hormat, Namikaze-sama?" Sapa Itachi sambil berlutut.

"Hmm. Laporkan!"

"Baiklah."

Itachi mengangkat kepalanya mendongak ke atas. Mata onyxnya menatap lurus ke shappire Minato. Kedua-duanya tidak menunjukkan aura bercanda. Hanya aura serius yang menguar dari tubuh mereka.

"Dengan sangat menyesal saya mengatakan bahwa energi sihir Naruto-sama hanya sebesar 20% dari energi sihir pada umumnya. Dengan adanya hal ini, besar kemungkinan Naruto-sama tidak bisa bertarung demi ras vampir," ujar Itachi turut sedih karena Naruto sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Minato terdiam. Itachi menyadari perubahan sikap raja didepannya. Sepertinya Minato terlihat sedih. Tentu saja sedih. Orang tua mana yang tidak sedih mengetahui anaknya ditimpa nasib buruk?

"Apa tidak ada cara lain?" Tanya Minato.

"Aku tidak tahu, Minato-sama. Tapi aku menyarankan agar anda segera meminta Jiraiya-sama untuk kembali ke kota vampir ini. Kau bisa memintanya untuk melatih Naruto," jawab Itachi.

"Ide bagus," kata Minato terlihat senang. Itachi merasa bersyukur karena masukannya diterima oleh sang raja.

Minato menoleh ke asistennya. Sang asisten bernama Shizune itu mengangguk paham setelah sang raja mengisyaratkan sesuatu. Shizune pun pergi entah kemana. Sedikit lama menunggu, Shizune kembali muncul dengan sebuah kertas dan pena.

"Itachi, aku memerintahkanmu untuk memberikan pesanku ini kepada Madara!"

Minato menyerahkan sebuah amplop kepada Itachi. Itachi menerima pesanan Minato dengan segala hormat.

"Jika saya boleh tahu, apa isi pesan ini, Namikaze-sama?" Tanya Itachi sedikit penasaran.

"Hanya perintah agar Madara mengirim beberapa personil untuk mencari Jiraiya-sensei," jawAb Minato.

"Souka. Kalau begitu saya pamit undur diri."

"Silahkan."

.

Flashback OFF

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

.

.

.

AUTHOR NOTE :

Yo apa kabar semuanya? Baik? Semoga begitu XD

Semoga kalian menyukai karyaku terbaru ini. Sebenarnya cerita kali ini hanyalah sebuah 'awal' untuk cerita utama yang akan saya publis setelah cerita 'awal' ini ending. Penasaran? Ya harus hahahaha XD

.

Why Not Both?

Kira-kira apa tebakan kalian mengapa aku beri judul seperti demikian? Hayo-hayo... :v

Alasannya, akan kalian ketahui seiring jalannya cerita. Silahkan kalian menerka-nerka sendiri alasan dibalik judul. Itu pun jika kalian tidak ada kerjaan XD *plak!

.

Why Not Both? telah aku rencanakan aakan hadir dalam 2 Season! Mengapa? Hahahaha lihat saja :3

Season pertama adalah ff yang satu ini. Judulnya The Beginning. Seperti namanya. Cerita ini hanyalah 'awal' seperti yang aku katakan tadi. Dimana Naruto akan memulai latihannya dari 0 hingga menjadi kuat.

Season kedua, akan kuberi nama *sensor*. Wahahahaha inilah cerita inti yang aku maksud. Dengan rela aku membuat season sebelumnya sebagai latar belakang Naruto untuk cerita bagian season 2 ini.

Yang terpenting, semoga kalian suka! :v

.

Pertanyaan kalian pasti akan muncul seperti 'mana anggota Rookie 12 lainnya dan chara Naruto lainnya?'. Jawabannya, mereka akan muncul pada season 2. Masih lama. Untuk season 1 ini, hanya Chara Akatsuki.

Seperti yang tercantum di atas. Proyek Why Not Both? aku ini dibantu oleh Ryuga Yamikato dalam membuat OC dan penokohan. Masalah cerita, ini semua murni ide aku pribadi. Jadi ibaratnya, Ryuga Yamikato adalah asistenku :v

Kalian pasti juga bertanya-tanya. Siapa itu Yamikato Ryuga dan Sean Marcus? Mereka berdua adalah OC ciptaan 2 teman saya dari grup sebelah. Sekarang nama si pembuat Yamikato Ryuga adalah Ryuga Yamikato.Sedangkan Sean Marcus dibuat oleh salahsatu author bernama Aiuko.

.

Terima kasih atas meluangkan waktunya untuk membaca ff aku satu ini.

Silahkan tinggalkan jejak,

.

.

.

.

.

.

KAZEHIRO TATSUYA