Aroma alkohol dan musik yang berdentum keras. Hoseok menikmatinya. Tubuhnya dengan lincah bergerak sesuai irama yang dimainkan DJ,membuat beberapa gadis dengan pakaian minim menoleh kearahnya dan memberi tatapan tertarik. Apalagi saat ia melakukan gerakan wave dengan sexy.
Persetan dengan kenyataan kalau ia masih dibawah umur. Toh ia kenal beberapa orang dalam jadi hal itu bukan masalah. Ia butuh pelampiasan saat ini,dan ia rasa ini ide terbaik yang ia punya. Beberapa tangan dengan nakal menyentuh abs nya yang tercetak jelas di kaus putih yang digunakannya. Tapi Hoseok tak peduli,ia berusaha mengabaikan semuanya.
Termasuk membiarkan wajahnya ditarik ke satu sisi untuk sebuah kecupan di ujung pipinya,dekat bibir. Di ruangan yang diterangi lampu-lampu beraneka warna yang menyilaukan,Hoseok dapat melihat kalau itu ulah seorang gadis. Dengan lipstik tebal berwarna merah menyala di bibirnya dan gaun super pendek.
"Sendirian?"
Hoseok tak menjawab. Ia malah melingkarkan tangannya dipinggang gadis itu,membawanya menari bersama. Yang tentu saja,dipenuhi dengan senang hati oleh gadis itu.
Tubuh keduanya bergerak tak beraturan. Hoseok merasa dua gelas vermouth yang tadi diteguknya sudah benar-benar mengambil alih.
Apalagi ketika ia melihat seseorangyang dikenalnya dengan baik berdiri di dekat pintu,menatapnya lekat-lekat.
Hoseok menggeleng. Ia pasti sudah gila. Mana mungkin orang itu ada disana,ya kan?
Mengambil kesimpulan dengan cepat,Hoseok melanjutkan tariannya. Kali ini dengan gadis asing lainnya.
"Hoseok-ie.."
Hoseok membelalakan matanya. Tubuhnya bergerak cepat untuk berbalik,mendapati orang itu berdiri dihadapannya dengan senyum manis yang selalu ditunjukkannya. Satu-satunya orang yang berhasil membuat Hoseok frustasi dan datang ke tempat nista ini.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Namja itu sedikit berjengit saat Hoseok berbicara dengan nada dingin,tapi ia tetap tersenyum. "Umma-mu menelfon dan memintaku untuk mencarimu.. Ayo pulang.."
Orang itu mengulurkan tangannya,dan Hoseok baru sadar kalau tubuh yang lebih kecil darinya itu masih terbalut seragam sekolah lengkap.
"Bagaimana kau bisa masuk?"
Orang itu tertawa kecil. "Kau kira hanya kau yang kenal orang-orang disini?"
Hoseok menggeram pelan. Ia membuang muka,menatap kemana saja asal bukan orang dihadapannya. Ia tak ingin hatinya goyah lagi karena melihat senyum dan tawa manis itu. "Pulang saja sana.."
Orang itu mengerjap sesaat. "Tapi Hoseok-ie….."
"Aku bilang pulang!" Hoseok kali ini berteriak. Meski tak banyak yang terganggu karena dentum musik masih terdengar jauh lebih keras. "Dan jangan seenaknya mengganti namaku!"
"H-hos…"
"Ataga Jeon Jungkook! Apa kau sudah tuli?! Aku bilang pulang sana!"
Hoseok membalik badannya,berjalan menuju bar. Tak ada yang menghentikannya,dan Hoseok harus berusaha keras untuk tak menoleh kebelakang.
"Berikan aku apa saja.."
Bartender dengan name-tag 'Woohyun' itu mengangguk,dengan sigap menyediakan segelas gin untuk Hoseok. Menghabiskannya dalam satu tegukan,Hoseok meminta segelas lagi. Lagi. Lagi. Dan lagi.
"Aku rasa ini sudah cukup.." Woohyun menolak untuk memberikan Hoseok segelas lagi. Bagaimana tidak,lihat keadaan namja itu. Rambut yang acak-acakan,cegukan,dan meracau tidak jelas.
"Kau ada masalah dengan pacarmu?" Woohyun berusaha mengalihkan pikiran Hoseok dari minuman.
"Pacar apa.." gumamnya.
"Aku melihatmu dan namja berseragam sekolah itu tadi.."
Hoseok mendongak. "Kau pikir ia pacarku?" Ia tertawa sarkastik saat Woohyun mengangguk. "Yang benar saja.. Aku masih normal.. Aku masih menyukai gadis-gadis berwajah manis dan berkulit mulus.."
"Kupikir orang mabuk tidak bisa berbohong.."
Hoseok mendelik. "Aku tidak mabuk dan aku tidak berbohong.."
Woohyun mengangkat bahunya. "Aku sudah bekerja di bar ini selama 2 tahun,jadi aku tau semua tingkah orang-orang yang mabuk.. Akui saja,meskipun kau bukan pacarnya,kau menyukainya kan?"
Hoseok menggeleng kuat-kuat. Terlalu kuat sampai tubuhnya oleng karena pengaruh alkohol. Kini giliran Woohyun yang tertawa. "Ya ya.. Terserah kau saja.."
.
.
.
Jungkook mengusap-usap kedua tangannya yang terasa membeku. Ini sudah pukul 11 malam dan ia masih berada diluar. Diluar dalam artian yang sebenarnya. Sudah 2 jam ia berdiri di depan nightclub tempat Hoseok berada. Belum ada tanda-tanda Hoseok akan keluar,dan Jungkook belum akan pergi sebelum namja itu keluar.
Jungkook mendongak. Tiba-tiba saja matanya memanas. Semua ini karena kelakuan bodohnya. Seharusnya ia tak mengatakan apapun pada Hoseok bulan lalu.
.
"Hoseok-ie.."
"Aish,berhenti memanggil namaku.. Ini ke lima belas kalinya hari ini.."
Jungkook tersenyum. "Kau sahabatku kan?"
Hoseok mengangguk asal. Tangannya tetap bergerak cepat,berusaha menyelesaikan soal matematika yang diberikan Kim Songsaenim sebagai hukuman atas keterlambatannya.
"Kalau sahabat itu…menerima sahabatnya apa adanya kan?"
"Ya ya.. Sebenarnya kau ini mau bicara apa sih?"
Hoseok membelalakan matanya saat tiba-tiba bibir Jungkook menyentuh pipinya. Hanya 3 detik.
Jungkook menunduk malu-malu. "A-aku menyukaimu.."
Semua orang yang ada di perpustakaan kaget ketika Hoseok berdiri dengan cepat. Kursi yang didudukinya terbalik.
"KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN HAH?! MENJIJIKAN!"
.
'Memalukan..' batin Jungkook.
Ia mengedipkan matanya beberapa kali,berusaha menghilangkan keinginan untuk menangis. Ia kembali memperhatikan pintu nightclub,menunggu Hoseok keluar dari sana.
Pukul 12,dan Jungkook masih berdiri disana ketika akhirnya Hoseok keluar.
"Hoseok-…"
Jungkook menghentikan langkahnya saat seorang gadis memeluk Hoseok dengan mesra. Yang dibalas Hoseok dengan senyuman. Keduanya berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari nightclub.
Keduanya pergi entah kemana,meninggalkan Jungkook yang berdiri dengan kedua kaki bergetar.
"H..Hoseok-ie.."
.
.
.
Sejak kejadian malam itu,Hoseok maupun murid lainnya tak pernah melihat Jungkook masuk sekolah. Banyak yang bilang namja bermarga Jeon itu sakit. Mungkin demam atau flu,penyakit tipikal siswa yang sibuk belajar seperti Jungkook.
Tapi saat waktu terus bergulir dan memasuki minggu ketiga,berita yang beredar Jungkook pindah sekolah.
Hoseok tidak peduli. Atau setidaknya,ia berusaha tidak peduli.
Hoseok sendiri tidak benar-benar mengerti kenapa ia merasa aneh. Absensi Jungkook di sekolah entah kenapa membuatnya….kesepian?
Hoseok bukannya tidak punya teman. Ia malah salah satu siswa populer,teman disetiap sudut,fans disetiap kelas. Tapi rasanya ada yang mengganjal. Meski sejak Jungkook mengaku ia menyukai Hoseok namja itu memutuskan untuk menjauh,tapi tetap ada yang hilang.
Sesuatu yang Hoseok juga tidak mengerti.
"Hoseok,kau tau kemana Jungkook?"
Hoseok mendongak,menatap malas Hwang songsaenim. Ini kesekian kalinya para guru bertanya padanya soal keberadaan Jungkook. "Aniya,songsaenim.."
"Kau kan sahabatnya,kenapa tidak tau.."
Selalu itu. Tahun lalu ketika Hoseok tidak tau Jungkook sakit dan gurunya mengatakan hal yang sama,Hoseok akan mengumpat pelan dan bergumam,'Memangnya kalau bersahabat harus tau semuanya apa?!'
Kini ia lebih memilih diam. Karna Hoseok bukan lagi sahabat Jungkook. Otak dan hatinya sama-sama tidak ingin Jungkook menjadi sahabatnya.
Tapi untuk alasan yang jauh berbeda.
.
.
Hoseok mendapat kejutan keesokan harinya.
Jeon Jungkook,murid teladan sejak pertama kali menjadi murid di SMA Shin,mengganti warna rambutnya menjadi abu-abu. Oh dan jangan lupakan rambutnya yang biasanya ditata rapi itu,kini diacak sedemikian rupa hingga terlihat keren.
Jungkook sudah benar-benar berubah dalam satu malam. Ia tak lagi menjadi murid yang menatap semua yang diterangkan guru,ia malah memasang earphone berwarna merahnya saat guru biologi masuk.
Jeon Jungkook,sudah bukan lagi murid yang menghabiskan waktu di perpustakaan saat jam istirahat. Hoseok bersumpah ia melihat Jungkook makan siang di kantin bersama Jimin,anak kelas sebelah yang menghabiskan waktu sekolahnya bukan dengan belajar melainkan berlatih dance. Juga terlihat akrab saat Junhong,senior mereka datang dan makan di meja mereka.
Sejak kapan Jungkook jadi bagian kehidupan sosial SMA ini? Jeon Jungkook yang Hoseok kenal itu si pemalu yang kadang melakukan hal gila—seperti waktu ia dengan frontal mengucapkan perasaannya pada Hoseok,dan tak ada yang mau berteman dengannya karena sikapnya yang tertutup.
Hoseok satu-satunya teman Jungkook. Dulu.
.
.
.
Hoseok menutup matanya saat angin berhembus menerpa wajahnya. Ia merasa kepalanya berdenyut sakit. Semuanya terlalu banyak untuknya hari ini. Ia merasa stress.
Semua karena seorang namja bernama Jeon Jungkook.
Hoseok membuka matanya. Untuk apa ia seperti ini? Siapa Jungkook untuknya? Mantan sahabat? Kalau hanya itu,kenapa Hoseok merasa ada bagian dari dirinya yang terasa sakit saat melihat Hoseok yang baru?
Tangan kanan Hoseok menyentuh dadanya sendiri. Rasanya aneh didalam sana. Melihat Jungkook tiba-tiba menjadi pusat perhatian,dipuji banyak orang.
Hoseok berdiri. Ia menatap ke arah lapangan yang terlihat jelas dari atap sekolah tempatnya berdiri. Ia bersandar ke pagar pembatas dan mendongak,kini menatap langit yang cerah.
"Disini kau rupanya.."
Hoseok menoleh. Jungkook tersenyum manis,berjalan mendekati Hoseok. Langkah kakinya bukan satu-satu dan diseret,seperti yang biasa dilakukannya.
"Hai.."
Hoseok merindukan senyum itu. Senyum ceria yang dulu hanya Hoseok yang bisa melihatnya.
"Hai.."
Jungkook mengerjap. Apa Hoseok baru saja membalas sapaannya?
"Kupikir kau akan pergi saat aku datang,atau setidaknya mengabaikan sapaanku.."
Hoseok tak merespon. Ia hanya menatap Jungkook yang kini berdiri tepat disampingnya. Hatinya terasa menghangat dan bergetar.
Mengerikan. Apa ia baru saja memikirkan kalimat puitis?
"Yang benar saja.. Aku masih normal.. Aku masih menyukai gadis-gadis berwajah manis dan berkulit mulus.."
Tiba-tiba saja kalimat yang pernah terlontar di bar malam itu terulang di dalam benak Hoseok. Ia masih menatap Jungkook.
Hoseok baru sadar. Jungkook terlihat sangat manis. Apalagi dengan penampilan barunya. Namja itu menatap siswa-siswi yang tengah berolahraga di lapangan. Tatapannya polos. Senyum cerianya. Suaranya yang lembut. Pandangan Hoseok menelusuri kulit leher dan lengan Jungkook yang terekspos. kulit itu bahkan lebih mulus daripada kulit gadis.
Jungkook bahkan lebih sempurna dari gadis manapun.
"Jungkook-ah.."
"Ya H-…"
Kedua mata Jungkook membulat. Ia baru saja mengalihkan pandangannya dari langit biru ketika tiba-tiba Hoseok menciumnya. Di bibir.
Hoseok tidak sempat menyeimbangkan tubuhnya saat tiba-tiba Jungkook mendorongnya dengan kuat,hingga ia jatuh ke lantai. Jungkook merasakan matanya memanas.
"A-apa yang baru saja kau lakukan?"
Hoseok mengerjapkan matanya sekali. Apa yang baru saja dilakukannya?
"Menciummu.."
"Apa?"
Hoseok bangkit. Ia berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku. "Menciummu.. Bukannya itu yang kau mau? Kau menyukaiku kan?"
Sedetik berikutnya yang dirasakan Hoseok hanya pipinya yang memanas. Ia menatap tajam kearah Jungkook,bermaksud membentaknya.
"J-Jungkook-ah.." Siapa yang menyangka ia malah mencicit ketakutan? Tangannya bergetar,berusaha meraih Jungkook yang menangis.
"Jangan.."
Tangan Hoseok tertahan diudara.
"Jangan lakukan itu pada orang lain yang menyukaimu.. Kau akan menyakiti banyak orang jika melakukannya.."
Jungkook melangkah pergi,meninggalkan Hoseok yang mematung. Jungkook menangis. Karena Hoseok.
Hoseok mengerang. Menarik rambutnya sendiri dengan geram. Sekarang ia mengerti apa yang menghalanginya dari memiliki Jungkook.
Rasa gengsi bodohnya.
.
.
.
Keduanya tak pernah berbicara lagi sejak saat itu. Jungkook juga jadi jarang masuk sekolah dan Hoseok rasa sebagian besar karena salahnya.
"Apa sih salahnya mengatakan kalau kau juga menyukainya?"
Hoseok mendelik. Ia melempar kertas yang sudah di remas kearah Minwoo,salah satu temannya. "Dia itu namja.. Kau pikir mau ditaruh dimana wajahku kalau semua orang tau aku menyukainya?"
Minwoo memutar matanya. "Bahkan disituasi ini pun kau mementingkan gengsimu itu! Lagipula dari kata-katamu barusan kau mengakui kalau kau menyukainya kan?"
Hoseok tak menjawab. Ia menghembuskan nafas panjang. Dagunya ditumpukan di tangan,ia memandang keluar kelas lewat jendela. Disana Jungkook tengah sibuk dengan ekskulnya. Tanpa sadar kedua ujung bibir Hoseok menegang,menimbulkan sebuah senyuman.
"Kudengar Junhong sunbae mau confess pada Jungkook.."
Hoseok menoleh dengan cepat. "Apa?"
Mengangkat kedua bahunya tidak peduli,Minwoo memilih untuk tak mengulang kata-katanya.
"Sial..'
Minwoo mendongak,mengalihkan pandangannya dari majalah otomotif yang semula dibacanya. Ia tertawa kecil. "Dasar bodoh.."
.
.
.
"Ahk!"
Jungkook meringis saat seseorang tiba-tiba mencengkram tangannya dari belakang. Ia membalik tubuhnya.
"H..Hoseok?"
Jungkook mengerjap bingung saat tiba-tiba Hoseok menangkup kedua pipinya,di depan umum. Pipinya terasa memanas dan perutnya mulas oleh sesuatu yang menyenangkan.
"Jeon Jungkook.. Aku hanya akan mengatakan ini sekali,jadi tolong dengarkan baik-baik.."
Orang-orang mulai berkerumun di sekitar mereka dan rasa gengsi Hoseok mulai bangkit. Tapi berusaha menekannya sebaik mungkin,namja Jung itu menarik nafas panjang dan menatap lembut Jungkook.
"Aku menyukaimu.. Ah,ani.. Aku mencintaimu.. Jadi kau harus jadi pacarku karna aku tidak menerima penolakan.."
Jungkook kaget. Semua orang yang berkerumun disekitar mereka kaget. Apa Jung Hoseok baru saja confess?!
"H-huh?"
Beberapa orang berteriak,menyemangati Jungkook untuk mengangguk. Sementara beberapa lainnya berteriak sedih.
Jungkook masih mengerjap bingung.
"Yaaa Jeon Jungkook! Aku berusaha romantis jadi paling tidak beri aku anggukan!"
Hoseok benar-benar tidak mengerti saat Jungkook tertawa. "Kau sebut ini romantis? Kau memutuskan dan tidak menerima penolakan.."
Jungkook kembali memekik saat Hoseok menariknya kedalam sebuah pelukan. "Ya,kau benar.. Kau milikku.."
"Hoseok.."
"Panggil aku Hoseok-ie.."
Namja berambut abu-abu itu tertawa senang,melingkarkan tangannya disekitar tubuh Hoseok,memberinya pelukan yang lebih erat. "Aku juga mencintaimu Hoseok-ie.."
.
.
.
"Ngomong-ngomong,kudengar Junhong sunbae ingin menembakmu.."
"Junhong sunbae?" Jungkook terperangah. "Junhong sunbae kan sepupuku.."
Hening sesaat.
….
…..
…..
"Minwoo sialan!"
