Hoseok tak yakin ia masih waras. Karena terakhir kali ia memeriksa kewarasannya—semenit yang lalu,ia tengah berdiri dihadapan the most wanted person di sekolahnya. Jeon Jungkook.

"Uh.. Maaf,Jungkook-sshi.. Tapi sepertinya kau salah orang.." Hoseok berujar pelan. Ia memperbaiki letak kacamatanya,salah tingkah saat Jungkook menggeleng dan menatapnya ceria.

"Aniyo~ Aku memang menyukaimu,Jung Hoseok-sshi~"

Hoseok dapat merasakan aura dari orang-orang disekitarnya berubah kelam. Ia meringis. Mimpi apa ia semalam?

"T-tapi aku-"

"Kau tidak menyukaiku ya.." Hoseok belum menyelesaikan kalimatnya ketika Jungkook memotong. Namja yang sedikit lebih tua itu menunduk sedih. Bibirnya mengerucut sementara pipinya digembungkan. Cute. Tak salah semua menjadikannya sebagai salah satu pangeran sekolah.

"B-bukan begitu.." Hoseok berucap cepat. Oh ayolah! Tidak ada yang tidak menyukai Jungkook. Ia manis,lucu,ceria,humoris,pandai bergaul,ramah,penyayang….Hoseok bisa menghabiskan seluruh kertas buku catatannya kalau harus menjelaskan tiap-tiap sikap sempurna Jungkook.

And please.. Jungkook itu first crush-nya Hoseok. Sampai sekarang.

Jungkook mendongak,menatap Hoseok dengan mata yang dibuat memelas. Kedua tangannya dikaitkan dan diletakkan dibawah dagunya. "Kalau begitu Hoseok-sshi mau kan jadi pacarku~?"

"Aku.." Hoseok menjilat bibirnya sendiri. Bagaimana ini? Ia melihat sekeliling. Perpustakaan yang biasanya sepi,kini ramai karena semua ingin melihat Jungkook.

"Um~?"

Hoseok menoleh kearah lain,dan mengangguk. Jungkook memekik senang,sementara namja berstatus seme dan para yeoja berteriak kecewa.

"ANDWEEEEE!"

.

.

.

Hoseok itu pendiam,kutu buku. Kerjanya hanya duduk di perpustakaan saat jam istirahat. Ia hanya punya teman—atau mungkin lebih tepatnya kenalan karena ia tidak benar-benar bergaul dengan mereka. Ia juga bukan dari keluarga kaya raya,tapi tidak miskin juga sih. Ia anak sendiri. Orang tuanya punya restoran daging sederhana di Busan. Hoseok sendiri bekerja sampingan sebagai bartender dari pulang sekolah sampai pukul 9 malam. Cukup untuk menambah uang jajan,karena uang dari orang tuanya ia pakai untuk membayar uang bulanan apartemen kecil yang ditinggalinya di Seoul. Smartphone yang kini digunakannya pun hasil tabungannya sendiri. Ke sekolah,Hoseok jalan kaki.

Pokoknya kalau dibandingkan sekilas dengan Jungkook,Hoseok itu sama sekali tak cocok dengannya. Beda kasta,kata yeoja-yeoja yang suka bergosip di sekolahnya.

Makanya tak ada yang menduga,saat Jungkook tiba-tiba datang ke perpustakaan dan meminta Hoseok menjadi pacarnya.

Jadi hari itu,ada tragedi semua murid di satu sekolah patah hati.

.

.

.

"Hoseok-ie~ Say aaaa~~"

Hoseok membuka mulutnya dengan canggung,memakan sesendok es krim yang disuapkan Jungkook. Rasa dingin dan manis khas es krim coklat yang perlahan mencair didalam mulutnya,tanpa sadar membuat Hoseok bergumam puas.

Jungkook memberikan cengiran cerianya. "Kau menyukainya,Hoseok-ie?"

Hoseok mengangguk. Ia merasa lucu,namanya tiba-tiba berubah menjadi sangat manis seperti itu. Jungkook memutuskan untuk memanggilnya Hoseok-ie, menurutnya itu salah satu bentuk mengungkapkan rasa sukanya.

"Hm ne.. Gumawo,Jungkook-sshi.."

Ekspresi Jungkook sedikit berubah saat Hoseok memanggilnya formal seperti itu. Tapi ia dengan cepat mengeluarkan senyum manisnya sebelum Hoseok menyadarinya. "Syukurlah~ Kalau begitu aku akan sering-sering mentraktirmu makan es krim~"

Inilah salah satu hal yang membuat Hoseok berusaha menolak saat pertama kali Jungkook mengajaknya berkencan. Seharusnya ia yang mentraktir Jungkook,bukan sebaliknya.

"Jungkook-sshi.."

Jungkook yang baru saja menyuap es krim ke mulutnya sendiri,mendongak. Hoseok tersenyum. Tangannya terulur dan membersihkan es krim yang belepotan di ujung bibir Jungkook. "Gumawo.."

Mengerjap beberapa kali,Jungkook tidak bisa menahan saat pipinya memerah parah. Uh,baginya senyum Hoseok itu benar-benar tampan!

"N-ne.." Jungkook jadi tergagap sendiri. Ia menunduk dalam,terlalu malu. Pipinya benar-benar panas dan jantungnya baru saja melewatkan beberapa detakan normal.

Hoseok juga merasa slightly strange. Ada perasaan aneh yang membuatnya ingin terus membuat Jungkook tersenyum malu dan merona seperti itu. Jantungnya berdebar serta perutnya terasa digelitik. Dan Hoseok 99,99% yakin,tidak ada buku kimia yang bisa menjelaskan reaksi tubuhnya saat ini.

Setelah menghabiskan setengah jam untuk memakan tiga scoops es krim dimangkuk yang sama—Jungkook yang memesan karena itu terasa sangat romantis,kedua namja tujuh belas tahun itu kini menuju taman bermain yang tak jauh dari kedai es krim. Sekali lagi,karena paksaan Jungkook.

Hoseok belum pernah ke sini sebelumnya. Well yeah,tidak heran kalau ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan bekerja sampingan sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Seoul satu setengah tahun yang lalu,saat ia berhasil masuk SMA terbaik di Korea berkat beasiswa.

Keduanya naik beberapa wahana. Komidi putar,roller coaster,boom boom car,mini train yang berkeliling sekitar taman bermain…

Jungkook sedang beristirahat di kursi panjang saat Hoseok kembali dengan memegang benda di kedua tangannya. Balon dan permen kapas.

"Untukmu.." Hoseok mengulurkan kedua benda di tangannya itu. Jungkook berkedip bingung,sebelum semburat merah kembali menguasai wajahnya.

"Untukku?" Hoseok menjawab dengan anggukan. Jungkook menggigit bibir bawahnya,mengambil permen kapas dan balon itu dengan tangan bergetar.

Ia memegang benang yang mengikat balon berwarna biru itu dengan erat,takut tanpa sengaja melepasnya. "G-gumawo.. Jeongmal gumawo.."

Hoseok tersenyum. "Ini bukan apa-apa.. Kau sudah mentraktirku makan siang juga es krim.. Wahana yang kita naiki pun semua kau yang membayar.. Jadi ini bukan apa-apa.."

Jungkook menggeleng kuat-kuat. Bibirnya mengerucut. "Ini benar-benar berharga untukku.." ujarnya sambil memeluk permen kapas yang dipegangnya dengan tangan kanan.

Hoseok terperangah. "Jungkook-sshi.. Kau… serius menyukaiku?"

"Tentu saja.." Jungkook mengangguk. "Bahkan aku menyukaimu sejak masa orientasi dulu.."

"Kau apa?!" Hoseok hampir berteriak. Hampir. Ia masih sadar kalau ini di tempat umum.

Jungkook tersenyum polos. "Kau ingat saat disuruh berlari keliling lapangan karena terlambat datang dihari kedua?"

Hoseok mengangguk.

"Aku tau alasanmu terlambat.. Membantu seorang nenek yang dicegat preman kan? Aku sempat melihatmu sekilas dari atas mobil waktu itu.."

Pipi Jungkook membulat imut saat senyumnya makin lebar. "Hoseok-ie…. Sangat keren waktu itu.."

Hoseok terpaku. Matanya tak lepas menatap Jungkook yang kini menunduk,berusaha membuka plastik pembungkus permen kapas dengan satu tangan.

So…..ini kenyataan? Padahal Hoseok sudah mempersiapkan dirinya untuk patah hati kalau-kalau Jungkook bilang ia hanya bermain-main. Tapi Jungkook serius. Jeon Jungkook menyukainya,itu nyata.

"Jungkook-ah.."

Tangan Jungkook yang memegang sedikit permen kapas di depan bibirnya terhenti. Apa itu? Jungkook-ah? Apa ia mengalami masalah pada pendengarannya?

"Jungkook-ah.."

Jungkook mendongak. Matanya membulat dan berkedip lucu,menatap Hoseok yang tersenyum sangaaaattt manis. Jadi yag tadi itu benar? Hoseok memanggil Jungkook dengan panggilan akrab?!

Matanya yang masih membulat mengikuti pergerakan Hoseok yang kini berjongkok dihadapannya yang duduk. Tangan kiri Hoseok menarik tangan kanan Jungkook dan menggenggamnya. Sementara tangan kanannya ikut menggenggam benang pengikat balon yang dipegang Jungkook.

"Saranghae.."

Jungkook lupa caranya bernafas saat bibir Hoseok menyentuh bibirnya,terbuka sedikit untuk ikut merasakan permen kapas yang masih menempel di bibir Jungkook.

Oh mai gat. Siapa saja tolong Jungkook~!

Saat ciuman singkat itu terlepas,Jungkook bersumpah tidak ingin melihat cermin. Pipinya seperti terbakar. Ia yakin kalau ia merona sampai ke telinganya.

Hoseok yang terkenal pendiam itu,tertawa kecil. Ia bergerak sedikit,lalu mengecup kening Jungkook. "Kau tak ingin membalas pernyataanku?"

"A-akujugamencintaimu,Hoseok-ie.." Jungkook terlalu gugup sampai mengatakan kalimat itu dalam satu tarikan nafas. Hoseok kembali tertawa,lalu menarik Jungkook ke pelukannya.

.

.

.

Beberapa gadis memekik histeris,sementar para namja uke melirik tertarik saat seorang namja berjalan di lorong. Tasnya menggantung di salah satu bahunya. Seragamnya cukup rapi,kecuali dasi yang tidak dipasang dengan benar. Rambut hitamnya diacak dan diberi gel. Matanya ditutupi kacamata hitam. Semua orang berbisik pertanyaan yang sama.

Siapa dia?

Jungkook melihat sekitar dengan bingung. Semua orang dikelasnya sibuk mengintip kearah luar. Tak sedikit dari mereka yang mengeluarkan tawa centil.

Ia semakin bingung saat pintu kelasnya dibuka dan semua yang mengintip tadi mulai berteriak.

Namja tadi berjalan kearah Jungkook. Ia tersenyum manis hingga semua semakin menggila.

Tunggu…..senyum itu….

"Hoseok-ie ?"

Semua yang tadi berteriak,tiba-tiba diam.

Namja itu membuka kacamata hitamnya. Kedua matanya kini menggunakan lensa kontak bening,tapi Jungkook tau dengan baik.

"Hai sayang.."

Jungkook merona,tapi tetap memasang ekspresi bingungnya. "Apa yang terjadi padamu,Hoseok-ie ?"

Hoseok mengusap tengkuknya. "Aku hanya ingin terlihat sepadan denganmu.." bisiknya.

Jungkook terdiam. Tak butuh lama hingga senyumnya mengembang. "Kemarilah.."

Hoseok mendekat. Ia hanya diam saat tangan Jungkook memasang dasinya,merapikan rambutnya hingga terlihat rapi,dan memasangkan sebuah kacamata tanpa lensa yang biasa dibawa Jungkook didalam tasnya.

"Jja.."

Hoseok dan gaya rapinya.

Jungkook tersenyum lebar. Tangannya menangkup pipi Hoseok dan mengecup bibirnya sekilas. Ia jadi memerah sendiri melakukannya.

"Kau selalu terlihat sepadan denganku,Hoseok-ie.. Kau yang terbaik.."

Hoseok ikut tersenyum. Ia memeluk Jungkook dengan erat.

.

.

.

Keduanya cuma lupa,semua orang masih memperhatikan mereka.