Blessed souls upon night
Characters : belongs to Square Enix
Alternate Universe (taking place in modern day), slight OOC due to betrayal.
Chapter 1 : Moon lite Prologue
Lightning Farron, mana ada orang yang tak kenal dengan wanita cantik, berbakat, dan pintar ini? Ia sempat membintangi puluhan film terkenal di dunia bersama dengan lawan mainnya, Noctis Lucis Caelum. Saking lamanya mereka bermain bersama dalam film-film romantika sebagai 'soulmate', membuat fans berfikir lain pada mereka. Sampai-sampai mulut publik mengtakan bahwa mereka memiliki hubungan khusus. Bukan hanya dalam film-film romantika yang mereka perani seperti salah satu film yang amat suksek mendapat rating tertinggi dalam dunia per-film-an, 'When the Light fade out' dan 'Bring me back', di mata publik, mereka di anggap benar-benar 'cinta lokasi'.
Noct, aku ingin kau datang ke kantor ku besok pagi. Jangan lupa bawa Lightning bersama mu.
Pesan dari manager Nabaat muncul di ponselnya, Noctis hanya menghembuskan nafasnya dan menaruh kembali ponsel yang awalnya terletak diatas meja hitam mengkilap. Ia memandangi kembali suasana malam yang sunyi di kota Lucis lewat kaca jendela apartemen nya yang terletak di lantai 15. terlihat dari ekspresinya saja ini pertada sesuatu yang tak ingin ia tahu, pusing memikirkan apa yang akan terjadi besok—Noctis melempar tubuhnya diatas kasur empuk berlapiskan kain sprai hitam dalam ruangan gelapnya. Ia mencoba tuk bersikap tenang layak biasanya, mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya mungkin akan membawa kondisi sedikit membaik-walau sedikit.
PIIP—PIIP—PIIP-
Bunyi alarm digital yang terletak disamping ranjangnya. Lengannya menjulur, meraih tombol pada jam digital yang menunjukan pukul 6:00 AM. Kedua matanya masih terpejam, ia mengambil waktu beberapa menit tuk beristirahat kembali, tubuhnya engan beranjak dari ranjang, terlalu berat baginya-bukan, terlalu malas mengakui bahwa hari ini adalah hari rabu ; jadwal bertemu dengan manager cerewet dan menyebalkan itu lagi. Ia berbalik dan menyelimuti kembali tubuhnya dengan selimut tebal, berusaha menghindari dinginya musim gugur di pagi hari.
PIIP-PIIP—PIIP-
Alarm kembali berbunyi, kali ini ia baru menyadari bahwa ia menekan tombol Snooze, bukan mematikannya tapi malah membuatnya terdiam selama 10 menit. Tak puas kantuk yang sedari tadi mengetuki otaknya. 10 menit tak bisa menebus rasa lelah dari tenaganya yang terpakai selama hampir 20 jam kegiatan padat tiada henti. jadwal syuting, talk show, wawancara, dan sebagainya, hanya meninggalkan pening di kepala. Akhirnya Noctis pun menyerah dan bangkit dari ranjangnya, membenarkan pandangan nya yang masih kabur, ia mengusapi tepi matanya, lalu ia menguap sambil meregangkan tubuh-tubuhnya yang terasa kaku. Hal pertama yang ia ingat adalah ponselnya, ia memeriksa 12 pesan masuk dan 20 panggilan tak terjawab.
'Noct, cepat kau datang kemari'
'hei, kau buka tidak pesan ini.'
'ini sangat penting!'
'Noct! Kau sedang di mana?!'
'Lightning sudah berada di sini lebih dahulu dari pada kau, ku kira kau yang akan menjemputnya!'
….
"bawel sekali nenek sihir ini." gumam Noctis kesal.
Langkah kakinya yang lambat menuntunya menuju kamar mandi. Kali ini ia memilih tuk mandi dengan air dingin, karena di pikirnya sangat efektif ; air dingin dapat membuatnya tak mengantuk. Sekitar 8 menit sudah ia beres membersihkan tubuhnya dan membuatnya kembali segar, Noctis memakai sebuah Jeans berwarna biru tua lalu meraih sebuah kemeja hitam yang tergantung di dalam lemari dan mengenakannya, membiarkan kedua kancing diantara kerah bajunya terbuka, menampakan leher dan separuh dadanya-membiarkannya terkesan elegan namun tidak kaku. Kemudian ia gulung kedua lengan kemeja hitam panjangnya dan mengenakan sebuah jam tangan eksklusif pada pergelangan kirinya, ia pun berjalan menuju rak sepatu koleksinya dan memilih sepasang sepatu hitam yang biasa menjadi ciri khas nya. Noctis siap memulai hari-bersama manager yang menyebalkan itu.
KRIEEET-
Decitan suara pintu yang terbuka perlahan, wanita berambut merah muda menoleh ke arah sumber suara. Baru saja memasuki ruangan, Noctis sudah di sambut oleh pandangan tak enak yang dibuat manager Nabaat. Ia mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di atas sebuah amplop berwarna cokelat yang terletak diatas meja kayunya. Apa pun itu, Noctis sudah mengerti dia akan segera mendapat peran baru dalam sebuah film. Ia melangkah masuk kedalam kantor manager Nabaat dan berdiri tepat di samping Lightning ; wanita cantik yang selalu menjadi lawan mainya.
"kau terlambat lagi tuan Caelum."
Ucap manager Naabat yang sedari tadi hanya terdiam menanti aktor berambut kelam yang kali ini menyilangkan kedua lengan nya sambil mendesah.
"film lain?" tanyanya dengan sebuah nada malas yang keluar dari mulutnya.
Mendadak wanita dengan rambut pirang itu mengeluarkan tawa kecilnya. Ia menyandarkan punggungnya lalu membaca tiap lembaran yang ada dalam amplop cokelat yang menarik perhatian Noctis sedari tadi. Ia menutup berkas yang sedang digenggamnya lalu menggeleng pada Noctis.
"lalu?"
Manager Nabaat menunjuk pada berkas yang sedang ia baca. Ia menarik tepi bibirnya, menampakan senyum memuakan yang Noctis benci, Noctis membuang pandangannya dan mengendus, "Tch!".
"sepertinya kalian tidak hanya akan tidur satu ranjang dalam film ini."
Lightning terbatuk mendengar ucapan Nabaat. Ia mengkerutkan dahi walau sesungguhnya ia tahu bahwa ia harus melakukan 'adegan tertentu' bersama Noctis. Sekali lagi, Jihl Nabaat hanya tertawa kecil melihati ekspresi yang di buat kedua aktor-aktris yang ia urusi. Ia mengambil nafas dalam dan menghembuskan nya, membuat nada dari suaranya agak terdengar kembali normal.
"yang benar saja Nabaat…"
"ini bukan sekedar film."
"maksud mu?"
Lightning mengkerutkan halisnya kembali, merasa penasaran dengan apa yang tersembunyi dalam benak Nabaat. Sedari tadi ia hanya tertawa tak jelas, membuat salah prasangka dalam benak artis kesayangannya. Nabaat menghentikan tawanya, terkejut melihat ekspresi Lightning yang mulai agak kesal dengan tingkahnya, walau Noctis yang sedari tadi sudah berfikiran bahwa managernya amat menyebalkan. Nabaat segera menenagkan mereka berdua dan berucap,
"tenang saja, aku tak akan membuat kalian untuk bermain dalam sebuah blue film."
"lanjutkan." Ucap Noctis yang telah kehabisan kesabaran,
"kalian berdua. Segera lah menikah!"
Leher Noctis tercekat dengan ucapan Nabaat, entah sebuah candaan atau ia benar-benar menyuruhnya tuk menikahi Lightning. Ekspresinya membeku dan wajahnya benar-benar memucat, hal yang sama terjadi pada Lightning. Nabaat membalikan berkas yang telah ia baca dan membiarkan nya terbuka tuk di baca Lightning dan Noctis.
"lihat sendiri? Idola Aldercapt yang meminta kalian tuk menikah."
"apa maksudnya ini?"
"jika kalian tak melakukannya…."
Nabaat menutup separuh matanya, membuatnya terlihat sendu. Terbaca jelas sebuah kekahwatiran dalam wajahnya. Walau terkadang Nabaat menyebalkan pada artis-artis yang berada di bawah managemennya, tetapi kepeduliannya tak bisa di hilangkan, bisa di bilang ; bertingkah menyebalkan itu adalah sifat alamiahnya.
"kita akan hancur kalau kalian tidak mengikat hubungan. Mata publik sudah di penuhi dengan banyak sekali isu-isu soal kalian."
"hah? Kami bisa menghindari isu-isu itu, mengabaikannya seperti biasa. Tak perlu mengikat hubungan seserius ini." Ucap Noctis yang jengkel,
"Idola Aldercapt, pria ini berani bertaruh 100.000.000 Gill untuk melihat bukti kalian berdua sungguh-sungguh menikah. Pria ini benar-benar gila!"
"lalu?"
"ia mengungkapkan bahwa ia akan menutup Cocoon Entertainment jika ia tak melihat bukti kalian sungguh-sungguh menikah. Jadi… aku mohon! Kalian menikah lah!"
Noctis mengangkat sebelah halisnya. 'mohon' katanya? Senyum kecil tergores di atas bibir Noctis. Sebuah ide terlintas di benaknya.
"baik lah."
Lightning menoleh dengan wajah terkejut pada Noctis. Sulit di percaya, Noctis dengan mudah menerima permohonan manager Nabaat. Biasanya saja ia akan berulang kali menolak walau akhirnya menerima desakan Nabaat juga.
"tapi-"
Nabaat langsung menatap aktor berambut hitam-kebiruan itu dengan tatapan serius, seolah terlihat seperti orang yang sedang menonton film horror, sepertinya Nabaat telah membaca jelas soal kosekuensi mengapa Noctis dengna mudah menerima permintaan nya, lain daribiasannya.
"kita akan membuat perjanjian. Setelah 7 bulan menikah, aku akan segera menceraikan Lightning."
Nabaat terdiam sesaat memikirkan apakah Aldercapt akan trus menerus meminta info atau hanya sekedar ingin bertaruh? Pria tua itu memang sudah gila, saking kaya nya dia sampai tak tahu harus menghabiskan uang dengan cara lain lagi, manusia yang kurang kerjaan.
"baik lah. Namun dengan satu syarat."
Senyuman tipis itu, senyuman manager Nabaat yang penuh maksud. Menyebalkan memang. Noctis mendesah dan memutar bola mata, wajahnya sudah menunjukan ekspresi jengkel yang kian meluap.
"apa lagi?"
"kalian harus membuat tujuh bulan pernikahan kalian sungguh romantis di depan publik. Masa depan Cocoon Entertainment ada dalam genggaman tangan kalian."
Tatapan nya menunjukan keseriusan, kali ini dia sungguh tak main-main rupanya. Lightning hanya terdiam di sana mengdengarkan aktor dan managernya tawar menawar. Yang ia ingin kan saat ini adalah ; ingin semuanya selesai dengan tuntas, tak peduli dengan sebuah 'peran' sebagai istri muda dalam sebuah rumah tangga baru nan indah, ini hanya sekedar akting. Seperti biasa saja, tak perlu menjadi hal yang serius, Lightning yakin bisa melakukan nya dalam jangka waktu 7 bulan ini, sesuai dengan perjanjian. Ia berpegang teguh tuk tidak terjatuh pada akting Noctis hanya karna mereka harus tidur satu ranjang atau pun menatap satu sama lain hanya dengan pakaian dalam saja, bilang saja ini hanyalah sebuah tantangan baru. Nabaat yang telah bersepakat dengan Noctis menoleh pada Lightning.
"bagai mana dengan mu nona Farron?"
Lightning hanya mengangguk, menunjukan ia setuju dengan perjanjian itu. Hanya tujuh bulan.
"baik lah, bersiap, lusa nanti upacara pernikahan kalian akan segera di mulai."
"tch! Cepat sekali."
"ya ampun."
"besok kita akan meminta bantuan dari Jean Terry untuk memilih desain gaun dan tuxedo yang akan dikenakan. Aku telah mengirimnya pesan tiga minggu yang lalu untuk berjaga-jaga rupanya benar saja perkiraan ku, presiden Aldercapt meminta kalian menikah lusa nanti."
Sekarang Aldercapt benar-benar membuat Lightning dan Noctis menjadi boneka chantabille miliknya.
Perhiasan yang berjejer dengan rapi di atas meja putih dalam ruangan yang di penuhi dengan berbagai macam gaun putih berdisain manis dan cantik yang tergantung pada sebuah patung peraga baju, berkilauan bagai sebuah mutiara yang memantulkan sinar matahari. Lightning sedang sibuk bersamaan dengan Nabaat yang sedari tadi memilihkan gaun pengantin pada Lightning. ia menepuk kedua lengan nya, pertanda memanggil seorang pelayan toko-bukan, Jean Terry, pemilik perusahaan fesyen terkenal di Crystalian melayani aktris terkenal ; Lightning Farron untuk memilih gaun pengantinya yang khusus telah ia desain sendiri. pernikahan ini akan berkesan istimewa, walau pun Nabaat berkata begitu, Lightning sama sekali tidak tertarik. Jean membawakan sebuah gaun putih dan menyuruh Nabaat memakaikan nya intuk Lightning. Nabaat segera mendorong Lightning memasuki ruang ganti dan memaksanya memakaikan gaun pengantin itu. Tak lama kemudian, Lightning muncul dari tempat ganti, ia telah mengenakan gaun yang di reverensikan oleh Jean. Gaun itu terlihat indah saat dikenakan wanita dengan rambut merah muda itu. Bagian pundaknya dibiarkan terbuka, memperlihatkan kedua pundak mulusnya serta bagian depan yang membuat belahan dadanya terlihat indah yang sesuai dengan balutan gaun putih yang menampakan lekukan indah tubuhnya bagai gitar Spanyol dengan kerutan bak bunga mawar yang terbentuk indah pada bagian tubuh atas dan separuh roknya berenda, menampakan kaki kecil indah yang nantinya akan mengenakan sepatu putih dengan jelitan pita putih berkilau yang meliliti kakinya.
"Lightning! sepertinya aku telah jatuh cinta!"
Ucap Jean Terry dengan nada candaan, terdengar tidak lucu untuk Lightning, namun ia memaksakan untuk memberikan tawa anggun nya untuk menghargai candaan membosankan itu. Nabaat yang tersenyum lebar segera mengenakan sebuah kalung emas putih dengan hiasan berlian 12 karat yang tergantung pada bandulan kotak pada kalung tersebut.
"selanjutnya anting dan-"
KRIEET-
Suara pintu yang terbuka, Nabaat dan Jean langsung menoleh kearah seseorang yang baru saja membuka pintu. Benar saja pikirnya, Noctis yang memasuki ruangan itu, namun sepertinya ia bersama seseorang yang tak asing untuk Nabaat. Mata Nabaat terbuka lebar saat melihat sosok pria yang berjalan di belakang Noctis.
"tu-tuan Aldercapt?!"
"ada apa dengan nada mu nyonya Nabaat? Seperti sudah melihat hantu saja."
Aldercapt melempar candaan garing pada Nabaat yang langsung bereaksi dengan paniknya.
'kebuktian! Ia inginkan kebuktian! Aku yakin itu! Noctis, Lightning! jangan kecewakan Cocoon Entertainment!'
Nabaat berdoa dalam hantinya sambil terus memampang senyum bahagia yang-ia paksakan. Nabaat yang melirik Noctis dari ujung matanya megnucurkan setetes keringat dingin, Noctis tetap terdiam di sana, sedangkan Lightning masih terdiam juga dengan wajah tanpa ekspresi itu. Nabaat kahwatir setengah mati soal ini, berharap Noctis dan Lightning berakting dengan profesional di hadapan Aldercapt. Tak lama saat Nabaat berdoa, Nocis berjalan menghampiri Lightning, detak jantung Nabaat berdetup kencang seiring Noctis melangkah, sama halnya pada Lightning yang sedari tadi bingung harus mengatakan apa.
"Light-"
Nabaat sibuk mengigiti bibir bawahnya, tak peduli ia akan menghabiskan goresan lipstick yang ia pakai. Lightning menoleh pada Noctis yang tiaba-tiba memeluknya dengan erat, percis dengan adegan 14 dalam film terkenalnya yang berjudul ; "Bring me back".
"gaun yang indah untuk calon istri ku."
Noctis tersenyum manis saat mendekap wanita itu, terlihat tulus dari luar. Nabaat bernafas lega di buatnya, Noctis sungguh tak mengecewakan nya.
'bagus! Anggap saja kalian sedang berakting dalam film yang di sutradarai pria tua gila ini.'
Gumam Nabaat dalam hatinya, kesal akan tingkah dan taruhan pria kaya yang gila ini. Lightning mengerti apa yang harus ia perbuat sesudah Noctis memulai 'drama pembukaan nya'. Lightning membalas pelukan hangat pria berambut kelam itu dengan sebuah ekspresi manis yang terukir pada wajahnya, ia membuat wajah nya terlihat seperti 'wanita yang tersipu akan rayuan sang pria yang amat ia cintai'. Oh! Peran nya berlangsung dengan lancar.
"haha!"
Tawa yang keluar dari mulut presiden perusahaan O'Tenibris yang langsung mencuri perhatian dari Nabaat, Jean, dan kedua pasangan yang sedang mendekapi satu sama lain.
"aku tak bisa mengambil bukti kuat jika kalian tetap melakukan adegan drama di depan mata ku."
Ucapannya begitu lancang. tentu saja, ia adalah fans dari kedua aktor-aktris dari Cocon Entertainment ini, tak heran jika ia hafas sekali dengan setiap gerik dan adegan yang di mainkan aktor dan aktris favorite nya ini. Bodoh memang, 'mengancam perusahaan karena ia ingin sekali melihat bukti jelas bahwa Lightning dan Noctis sungguh-sungguh saling mencintai', uang lah penyebab kekacauan ini. jika ia adalah fans biasa memang tak ada masalah, tetapi jika ia adalah presiden dari perusahaan besar di negara Lucis? Masalah besar tentunya, walau alasanya amat bodoh, ia punya kekuatan lebih ya itu ; Uang. Pernyataan itu amat memuakan di telinga Nabaat yang mendengarnya sendiri, tak jauh dari itu, Noctis amat kesal karena pernyataan tua Bangka itu terdengar seperti 'Oi, Noctis! Peran mu buruk sekali', dia milioner yang menghina aktor berbakat yang merintis karirnya hingga menjadi super senior dalam dunia hiburan. 'bajingan' pikirnya. Lightning sendiri hanya mendesah, walau sesungguhnya ia amat muak. Bisa saja Lightning menghajarnya dengan pukulan keras yang ia pelajari semasa ia menjadi anggota di salah satu club kick boxing, namun pandangan publik akan berbeda terhadapnya, selain menjaga imej, ia masih ingin melindungi Cocoon Entertainment dari ancaman bodoh yang di lontarkan tua Bangka tukang hina itu.
"akan aku tunggu hari H nya. permisi tuan dan nyonya."
Pamit Aldercapt pada seisi ruangan, ia memberikan senyuman yang terlihat menyebalkan untuk Nabaat dan kedua aktor-aktrisnya sebelum meninggalkan ruangan. Sekejap ruangan menjadi sunyi kembali. Lightning kembali mendesah sambil menyilangi kedua lengan nya, melempar tatapan tajam pada Noctis. Wajah Noctis mengkerut jengkel sambil menaruh kedua langan pada pinggulnya.
"kau lihat? Ia benar-benar memahami dan hafal sekali dengan gerakan mu tadi."
Ucap Lightnign pada Noctis, tak bermaksud mencari ribut, namun ia mencoba tuk memberi koreksi.
"jika aku tak bertindak, ia akan melemparkan serangan lebih dari pada menghina."
"oh, sudah lah kalian lebih baik segera memilih pakaian yang akan kalian kenakan pada hari pernikahan kalian."
Ucap Jean dengan senyum nya yang kian tak di hiraukan oleh kedua aktor dan aktris yang masih saling bertatapan. Nabaat menghembuskan nafas dalam nya.
"apa pun itu, bersiap lah dengan hari pernikahan kalian. Ini harus terlihat nyata di publik, dan anggap saja ini hanya la akting-hanya untuk kalian."
Nabaat berjalan keluar dari ruangan khusus, meninggalkan Jean bersama dengan Lighting dan Noctis yang di selimuti kesunyian.
TONG-TANG-TONG-
Suara lonceng dari gereja Etro berbunyi. Seorang menghulu beridiri di depan sebuah altar. Di dalam gereja telah di penuhi berbagai macam tamu, mulai dari produser, aktris, aktor, bahkan penyanyi terkenal pun ikut serta datang ke upacara pernikahan itu. Tak ketinggalan Idola Aldercapt, pria gila yang tak perlu lagi disebut apa tujuan nya, ia mengambil tempat duduk paling terdepan, agar dapat melihat ekspresi dari wajah pengantin baru itu. 'Momen indah yang tak akan terlupakan?' bukan-bukan untuk Noctis. Noctis yang sedari tadi berdiri di depan penghulu untuk menunggu kedatangan pengantin wanita nya, berdoa pada Etro agar di lancarkan segala-galanya. Walau ia tak menampakan ekspresi panik di hadapan Aldercapt, tetapi orang tua itu dapat membacanya dengan jelas lewat keringat dingin yang keluar dari dahi Noctis, se detail itu hingga ia dapat melihat tetesan keringat di balik poni kelam yang menutupi kening Noctis. sekitar 15 menit menanti, akhirnya seseorang meneriakan dengan formal kedatangan sang pengantin wanita. Pintu gereja terbuka lebar, menampakan Lightning yang membawa seikat bunga mawar berdampingan dengan Jean Terry yang berjalan perlahan di sepanjang karpet merah yang di gelar panjang menuju depan altar. Pendeta telah tersenyum dengan ceria dibuatnya, Noctis malah menganggap ini sebuah Shoock Flash pertama yang akan di keluarkan musuh dalam boss battle yang sering ia mainkan dalam game favoritnya, ia mempersiapkan akting yang akan membuat semuanya terlihat nyata. Bersiap dengan wajah tulusnya, Noctis menatap Lightning dari kejauhan dengan senyuman hangat, membuat Aldercapt berdehem. Langkah demi langkah menuju altar, detupan jantung Lightning menguat, ia harus memikirkan ekspresi kesungguhan yang akan ia tampakan saat sampai di depan altar, yang tentunya bukan lah ekspresi biasa yang sering ia buat dalam film-film pernikahan biasa, namun ekspresi yang meyakinkan Aldercapt bahwa ia sungguh-sungguh. Nabaat yang terduduk di baris kedua setelah tempat yang di duduki Aldercapt mencucurkan keringat dingin nya sambil berharap kalau 'akting' kali ini akan membuat Aldercapt menganggapnya serius. Tiada hentinya ia berdoa pada Etro, sama hal nya dengan Noctis dan Lightning. saat langkah Lightning yang terheni di depan altar, saat ia berdiri di samping Noctis seraya Jean Terry meninggalkan altar, Noctis yang refleks berbalik menghadap pendeta tua dengan senyuman ramah nya itu meneguk ludah, pertanda ia akan siap dengan apa yang akan ia lakukan.
"dalam upacara suci ini. Kita akan melihat kedua manusia yang telah menemukan belahan jiwanya, yang akan bersatu pada hari ini, di sini, si kediaman dewi Etro."
Tak sampai di situ sang pendeta berucap, pidato yang menurut Noctis amat membosankan itu terlalu panjang tuk di dengar. Ingin sekali rasanya ia percepat adegan ini sampai ia berada dalam hotel dan mengambil tidur pulas, namun sayang ini bukan lah sebuah film yang dapat kau berhenti atau percepat dalam putaran DVD, lain cerita. Noctis melirik Lightning lewat tepi matanya, gaun yang ia kenakan terlihat cukup menarik, terlebih belahan dada itu hampir membuatnya kalah, walau ia berusaha untuk tidak jatuh hati pada Lightning. tatapan nya di sambut dengan tatapan tajam milik kedua bola mata Lightning yang tersembunyi di balik kain tipis yang menutupi wajahnya itu. Tatapan nya seolah-olah mengatakan 'jangan macam-macam kau Caelum! Kita sedang berakting!'. Mengerti dengan isyarat itu, ia berhenti menatap dan mengalihkan tatapan nya kembali pada pendeta yang akhirnya menyelesaikan pidato membosankan itu.
"Noctis Lucis Caelum, apa kau bersedia menjaga hubungan erat dan mencintai Lightning sampai ajal memisahkan kalian?"
"bersedia."
Pendeta itu pun beralih pada Lightning.
"Lightning Farron, apa kau bersedia menjaga hubungan dan mencintai Noctis sampai ajal memisahkan kalian?"
"aku bersedia."
Pendeta itu menggeratkan senyuman hangat pada kedua pasangan baru ini. Ia mempersilahkan Noctis tuk mencium pasangan nya, Noctis membuka kain yang menutupi wajah Lightning. saat ini lah saat yang paling di perhatikan Aldercapt. Ia menatapi ekpresi Noctis dan Lightning yang mendekatkan wajahnya satu sama lain, yang berujung pada sentuhan hangat dan saling mencicipi bibir mereka masing-masing, sensasi strawberi yang biasa Noctis rasakan, walau Lightning agak terhanyut dengan gerak bibir yang dibuat Noctis, tetapi ia berusaha untuk menguatkan diri seperti biasanya, ia berusaha menganggap ini sebuah adegan dalam film barunya. Aldercapt tertawa kecil dibalik syal yang meliliti lehernya, Nabaat langsung meliriki pria tua itu, sepertinya ada reaksi sedikit merasa puas dari pria itu, 'bagus!' pikir Nabaat yang menghembus nafas lega sambil mengusapi keringat dinginnya.
Semua orang bersorak gembira dalam pernikahan 'palsu' mereka, walau tak sepenuhnya palsu, mereka sedang berada dalam dunia nyata dan mereka sungguh-sungguh menikah, walau pernikahan ini hanya memiliki umur selama tujuh bulan. Noctis yang menggandeng lengan Lightning pun berjalan menuju gerbang, keluar dari gereja itu. Saat kedua pelayan membukakan pintu gerbang gereja, mereka di sambut oleh cahaya mentari yang menyilaukan. Sorak orang-orang, terompet, dan alat musik yang ramai di sekitar membuat telinga mereka sakit. Cahaya lain yang dikeluarkan oleh Blitz dari kamera para wartawan membuat mata mereka tambah silau, para fans bersorak ramai atas kehadiran mereka berdua. Salah seorang gadis berteriak, menyuruh Lightning tuk melemparkan bunga mawarnya. Lightning langsung saja melemparkan seikat bunga mawar yang lalu di tangkap oleh seorang gadis berambut hitam yang bersorak senang sekali yang berakhir di keroyoki fans lain nya karena iri. Melihat peluang itu, Noctis menarik lengan Lightning dan membawanya menuju Limo berwarna putih yang telah dihiasi dengan rangkaian bunga dan pita yang membuatnya terlihat tambah cantik dan elegan. Tak tunggu lama, ia dan Noctis segera masuk kedalam Limo dan menyuruh supir untuk bergegas meninggalkan tempat bising itu.
Kerlip bintang yang menerangi malam sunyi disebuah kediaman mewah yang telah diberikan pada pasangan aktor dan aktris baru ; Noctis dan Lightning, menambah kesan romantis pada bulan madu pertama mereka. Walau sesungguhnya mereka tak akan melakukan apa-apa pada hari itu. Baju mereka telah berganti pada setelan biasa, Lightning yang terduduk bersandar pada tumpukan bantal di atas ranjang nya membaca sebuah novel dengan tenang berpakaian Cassual seperti biasanya, dengan sebuah baju katun berlengan panjang yang membentuk lekuk tubuhnya disertai celana cokelat pendek yang memperlihatkan keindahan kakinya. sedangkan Noctis, ia terlalu sibuk dengan console gamenya, bermain game dengan setelan T-shirt berwarna hitam disertai cenlana jeans panjang. Mereka sungguh sibuk dengan urusan masing-masing, merasa bebas dengan kekangan yang meliliti kehidupan mereka, akhirnya mereka mencari hobi masing-masing tuk menghibur diri mereka. Noctis tak berusaha tuk berpikiran kotor karena ia sesungguhnya tidak mencintai Lightning, entah apa yang Lightning rasa padanya. Apa ia hampir luluh? Kelihatan nya tidak, ekspresinya saat upacara pernikahan menjawab pertanyaan Noctis. 'oh bagus, semua berjalan lancar' pikirnya.
Noctis yang menguap pun mematikan game yang tengah ia mainkan, berusaha meraih kasur tuk beristirahat, tiba-tiba saja Lightning melemparkan sebuah guling besar di hadapan nya. Noctis mengkerutkan dahi.
"apa ini?"
"jangan melewati batas ini, atau ku pancung kau."
"yah, yah terserah. Aku ingin segera tidur, aku sudah lelah."
Tak menghiraukan Noctis yang membalikan tubuhnya membelakangi Lightning, ia mulai menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal dan mematikan lampu tanpa mengucapkan 'selamat malam' pada suaminya.
Kriiiieeeet-
Suara yag tiba-tiba muncul yang langsung di tangkap oleh telinga Lightning.
Kriiiieeeeeeet-
Suara itu semakin mengeras. Tetapi Lightning berusaha tuk tidak peduli dengan hal itu, ia lanjut kan kembali tidurnya.
Kriiiieeeeet-
Suara itu lambat laun membuatnya muak, berusaha tuk tertidur tetapi tak tertidur karena mendengar suara itu. Lightning segera beranjak dari tempat tidurnya, ia mencari sumber suara dan mengikuti dari mana suara itu berasal.
Kriiiieeeeet-
Suara itu semakin lama semakin mendekat, ia tahu suara itu berasal dari pintu dapur yang mengarah pada taman belakang. Detupan jantungnya semakin mengencang, walau Lightning adalah wanita tegar yang terkenal paling berani, tetapi dia amat lemah dalam persoalan mistis. Bulu kuduknya berdiri, memperingatinya bahwa keberadaan mahluk selain manusia berada di dapur. Lightning yang melangkahkan kaki perlahan mendekati dapur dan-
Krieeeeet-
Pintu menuju taman yang berada di dapur terbuka ditiupi angin. Lightning bernafas lega, bukan hal mistis yang ia dapati melainkan pintu dapur yang sedari tadi mengganggu tidur pulasnya. Lightning segera menutupi pintu itu dengan rapat dan berjalan kembali menuju kamar, namun saat ia memalingkan wajahnya menuju ke depan, ia dipergokinya sesosok anak kecil dengan wajah pucat dan bola mata berwarna putih tersenyum lebar pada Lightning.
"Aaaaaaa!"
jerit Lightning yang langsung berlari menuju kamarnya, namun gadis kecil itu berlari dengan manisnya mengikuti Lightning sambil membawa boneka rusaknya dengan ekspresi sedih pada wajah mungilnya. Lightning yang panik segera memasuki kamarnya dan menutup pintu. Walau ia tahu, bocah itu akan menembusi pintu itu karena ia adalah mahluk ghoib. Dengan refleks, Lightning mendekap sesuatu yang berada di samping nya, ia tahu kalau bantal guling tidak dapat melindunginya, jadi ia memutuskan tuk memeluk Noctis dengan erat. Tubuhnya bergetar, cengkraman tangan Lightning yang melingkari tubuh Noctis membuatnya terbangun dari tidur pulasnya.
"Lightning?"
Panggilnya yang membernarkan pandangan dari tidurnya. Lightning semakin lama semakin mendekap tubuh pria itu kuat, terlebih saat Noctis terduduk, itu memberikan nya luang tuk mendekap tubuh Noctis lebih erat lagi. Noctis merasa heran dengan tingkahnya yang mendadak itu.
"um.. Light?"
Ia dapat merasakan air membasahi T-shirt hitamnya, Noctis langsung menduga kalau Lightning sungguh-sungguh menangis walau ia tak memperlihatkan wajahnya pada Noctis. dengan lembut, Noctis membelai rambutnya, walau awalnya terkesan agak kaku karena ini bukan lah akting, tetapi ia melanjutkan nya dengan sebuah dekapan hangat dan berusaha tuk menenangkan Lightning. sampai pada tangisan Lightning yang semakin lama semakin melamban, ia berusaha bertanya kembali dengan nada lembut.
"kau baik-baik saja?"
Walau dalam tangis dan rasa ketakutan, Lightning dapat mendengar itu, nada yang amat berbeda dari Noctis-sisi lembutnya. Apa ini? Tak biasanya ia bertingkah begini, biasanya saja ia langsung akan membawa suasana romantis menjadi candaan, tetapi kali ini lain dari biasanya, terlebih, dekapan hangatnya itu berbeda dengan saat mereka berakting, terasa hangat seperti sentuhan sinar mentari, walau atri dari nama pria ini bertolak belakang dengan apa yang ia rasakan sekarang, Lightning benar-benar merasa aman. Lightning yang merasa tidak enak dengan posisinya yang mulai ia sadari segera melepas pelukan nya dari Noctis, ia memalingkan wajahnya, berusaha tuk menyembunyikan pipi merona yang dibuatnya.
"Light?"
Walau dengan tubuh yang lelah, Noctis masih sanggup saja tersenyum dalam kegelapan ruangan. Ia dapat melihatnya dengan jelas lewat cahaya rembulan yang menerangi ruangan mereka melalui jendela kamar.
'aku tak mungkin-menyukainya…'
To be Continued.
A/N : AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA FIC LAIN DARI CIRER! Enjoy the show? Wew~ cirer berusaha buat fic lain yang berkesan beda, namun engak tau kenapa hasilnya tetap mainstream -_-" *poor poor*. Semoga kalian suka yah sama chapter pertama dari fic baru saya ini, setiap review, kritik dan saran pasti diterima sama saya tenang aja :v pokoknya LOVE YOU ALL READERS!
