Akhirnya, saia berhasil membuat fic dengan pair GumixGumiya! Sudah lama sebenarnya pengen bikin... Tapi yang lain malah belum selesai! #ditabok
Kalau jelek, mohon jangan marahi saia!
Oke, langsung saja!
Disclaimer : Yamaha Corp and Crypton Future Media
Warning : Typo(s), twincest, pair GumixGumiya, aneh, gaje, gak nyambung, alur cepat, dsb.
RnR, minna?
Hope you like it!
Innocent And Sweet
Chapter 1
Flashback : On
Mata hijau tuaku terbuka. Menyaksikan seorang gadis sebayaku membuka tirai. Membuat cahaya matahari masuk dan menerangi kamarku. Gadis kecil berambut hijau yang sama sepertiku itu berkacak pinggang sambil memandangku yang masih berbaring, mengumpulkan kesadaranku sepenuhnya.
"Ohayou, Gumo…"katanya padaku, aku mengerutkan dahiku.
"Ohayou, Gumi…"sapaku agak malas.
"Ayo cepat bangun! Nanti kita terlambat ke sekolah!"rengek gadis bernama Megpoid Gumi itu. Ya, dia adikku.
"Aku tidak mau…"tapi aku malah menarik selimutku dan menutupi tubuhku.
"Gumo!"Gumi menarik selimutku dengan kasar, aku balas menarik selimutku juga.
"Sudah kubilang, aku tidak mau!"aku balas merengek. Sampai entah kenapa aku melepas tarikannya, membuat Gumi jatuh.
"Duakk!"kudengar sesuatu yang terbentur. Aku pun langsung bangkit dan melihat apa yang terjadi.
"Hiks… Hiks… Huaaa!"oh tidak. Dia menangis, membuat hatiku menyesal. Aku menghampirinya, dan mengucapkan beribu maaf sambil mengelus kepalanya.
"Kena!"
"Eh?"aku tercengang, dia menarik tanganku.
"Ayo mandi!"
"Heee?"ternyata dia hanya berpura-pura. Huft, aku menyesal telah meminta maaf. Sekarang dia menarikku ke kamar mandi. Tentu saja memaksaku.
"Gumo mau kumandikan?"tanya Gumi dengan polos kepadaku,
"Apa? Tidak-tidak! Keluar!"tolakku cepat. Bagaimana dia bisa melontarkan pertanyaan itu tanpa rasa bersalah, mungkin bisa disebut innocent.
"Tapi dulu 'kan kita-"
"Tidak-tidak! Kita sudah besar! Kita sudah umur 11 tahun, Gumi!"
"Baiklah…"ia keluar dari kamar mandi, buru-buru aku langsung menutup pintu.
Aku melihatnya tersenyum ke arahku. Mau tak mau aku pun ikut tersenyum. Kau tahu, senyumannya itu kadang mampu membuatku senang. Adik yang sedikit menyebalkan tapi seru juga.
"Gumo dan Gumi ada apa?"tanya Okaa-san kepada kami yang saling melempar senyum.
"Bukan apa-apa."balasku,
"Oh begitu. Ayo cepat habiskan…"ujar Okaa-san sambil mengelus kepala kami berdua dengan lembut.
"Ha'i!"balas kami berdua serempak. Langsung cepat-cepat menghabiskan sarapan kami.
"Ittekimasu!"seru Gumi sambil menggandeng tanganku keluar dari rumah. Sepertinya Okaa-san tersenyum ke arah kami. Ya, kadang tetangga sempat tersenyum dan menyapa kepada kami. Berkata kalau kami adalah kembar imut.
Kami bergandengan. Yah, terkadang memalukan berangkat sekolah ataupun pulang sekolah bergandengan seperti ini. Aku ingin melepasnya, ini memalukan. Tapi, wajah polos Gumi membuatku enggan melakukannya. Lagipula, tangannya sangat hangat, membuatku blushing memikirkannya.
"Ne, apa Gumo tidak suka kalau kita bergandengan?"tanya Gumi kepadaku. Aku berhenti melangkah, memperhatikan paras imutnya.
"Um… Terkadang…"aku tersenyum lebar sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Begitu…"tak kusangka, Gumi melepas pautan tangannya dari tanganku.
"Kalau begitu, kita tidak usah bergandengan ya?"ujarnya. Ia berjalan duluan, meninggalkanku yang terpaku. Tunggu, aku tidak mau Gumi pergi. Aku tak mau Gumi tidak menggandeng tanganku.
Flashback : Off
"Ah!"aku terbangun dari tidurku. Mengelus dadaku, itu hanya mimpi. Kulihat seorang gadis yang berambut hijau lumut disampingku. Benar-benar membuatku ingin berteriak saat mengetahui keberadaannya di kamarku.
"Gumi…"aku menggoyangkan pundaknya. Bermaksud membangunkannya. Akhirnya mata hijaunya pun terbuka.
"Um, Ohayou…"sapanya, aku sedikit sweatdrop. Masih bisa mengucapkan salam ternyata.
"Kenapa kau dikamarku?"tanyaku heran. Bukankah dia sudah mempunyai kamar sendiri? Aneh.
"Aku takut, Gumo. Kemarin 'kan hujan deras! Apalagi suaranya sangat beri-"
"Ya ya ya… Aku sudah tau."aku dengan cepat memotong perkataannya. Ah, sudah jadi kebiasaanku. Gadis itu cemberut.
"Hei, kita sudah besar. Umur kita sudah 16 tahun. Tak seharusnya kau ketakutan hanya karena petir atau hujan deras, Gumi…"nasehatku, Gumi malah tersenyum. Membuatku menjitak dahinya.
"Ittai!"lirihnya.
"Oke, keluar dari kamarku. Aku mau mandi."aku berdiri. Merapikan tempat tidurku dan menatap tajam ke Gumi.
"Keluar!"aku menendangnya dari kamar.
"Brakk! Cklek!"langsung kukunci pintu kamarku. Menghela nafas. Oh, Gumi memanglah masih polos dan lugu.
"Gumo!"hampir saja aku tersedak karena seorang gadis -Megpoid Gumi- memelukku dari belakang saat sedang memakan wortelku.
"Hati-hati, Gumi… Nanti kakakmu tersedak."ucap Okaa-san, membuat Otou-san tertawa.
"Uhuk!"Gumi malah iseng mencekik leherku, aku berbalik ke arahnya dan mencekik lehernya juga.
"Hei! Sudah-sudah!"lerai Otou-san. Aku melepas tanganku dari leher Gumi. Aku sudah selesai makan. Kami harus berangkat sekolah. Ya, tentu saja di sekolah yang sama. Dan lebih uniknya lagi, kami sekelas. Memang menyebalkan.
Aku dan gadis disampingku berjalan dengan santai ke arah sekolah. Kami tidak perlu terburu-buru karena masih sangat pagi. Hembusan angin yang menerpa wajahku, ketenangan, kesunyian dan-
"Gumiya-kun!"berakhir sampai disini. Oh, dia datang.
"Ada apa, Gumo?"tanya Gumi kepadaku, sepertinya dia menyadari kalau aku sedang tidak enak.
"Ayo kita lari!"teriakku, aku menarik tangannya.
"E-eh? Hei, jangan kabur, Gumiya-kun!"seru gadis-gadis di belakang mereka.
"Itu hanya Fans Girlmu tahu!"omel Gumi. Ah, aku tak peduli. Yang penting aku bebas dari belenggu mereka. Uh, merepotkan. Aku menarik tangan ow, ralat! Aku menyeretnya sampai ke sekolah.
"Huf… Huf… Huf…"kami mengatur nafas. Sepertinya aku terlalu cepat menyeretnya.
"Gumiya-kun!"
"Oh, tidak…"
Aku cemberut di bangkuku. Rambut dan seragamku sudah awut-awutan karena para gadis yang mengejarku.
"Sudah cukup…"aku menunduk.
"Jangan begitu, Gumo… Mereka 'kan fans mu!"seru Gumi berusaha menghiburku. Tak lupa dengan senyuman yang terpapang jelas diparas imutnya. Manis sekali. Dia merapikan dasiku yang mungkin sudah tak terbentuk lagi.
"Ini bukan hal yang patut dibanggakan, Gumi…"keluhku kepadanya. Dia menatapku, dan tertawa.
"Ahaha! Mungkin itu benar, Gumo…"tawanya. Tertawa dibawah penderitaan orang lain.
"Huh…"aku membuang muka kesal.
"Gumo marah?"tanyanya, dia mencolek pundakku. Aku diam saja. Tak lama kemudian…
"Gumiya-kun!"
"Oh… Kumohon…"aku dikerubungi semua gadis-gadis. Menarik tanganku, mencubit pipiku, menarik seragamku, dan sebagainya.
"Minggir…"lirihku, kesal juga tentunya.
"Uh?"diantara celah gadis-gadis yang mengerubungiku, aku melihat Gumi bercakap-cakap dengan seorang pemuda. Pemuda berambut hijau tosca dengan matanya yang juga sama dengan rambutnya. Dia seenaknya menyentuh pipi Gumi. Dan menariknya keluar dari kelas. Aku yang melihatnya entah kenapa merasa cemburu. Aku ingin mengejar dan memarahi pemuda itu. Tapi bagaimana? Aku terhalang. Bagus, sekarang kakiku diiinjak.
Aku dan Gumi pulang bersama. Ah, nasib sial hari ini. Penampilanku memang sudah hancur.
"Ne, Gumo sabar ya?"ujarnya kepadaku. Aku mengangguk dan baru menyadari sesuatu. Kami tidak bergandengan lagi. Entah kenapa, hatiku terasa sesak, seperti ada yang mengganjal.
"Aku melihatmu bersama seseorang tadi? Apa itu pacarmu?"tanyaku ragu-ragu. Berharap saja dia tidak berpacaran. Eh? Kenapa aku malah berharap Gumi tidak berpacaran? Seharusnya sebagai kakak, aku senang. Dia tidak menjawab, membuatku heran. Aku melirik ke arahnya. Pipinya memerah. Apa?! Memerah?!
"Katakan, apa hubunganmu dengan pemuda itu?"tanyaku, mata hijauku memicing kearahnya.
"Bukan urusanmu, Gumo!"gadis itu melipat tangannya. Aku menghela nafas pendek.
"Kau tidak polos lagi…"kataku tiba-tiba.
"Huh?"Gumi menoleh ke arahku, memiringkan kepalanya.
"Ah! Tidak-tidak! Oh, lupakan…"balasku kepada gadis yang memanggilku dengan nama 'Gumo' itu.
"Ka-kalau itu pacarku memangnya kenapa?"serunya terbata-bata. Aku berhenti. Aku shock mendengarnya, itu memang benar ya?
"Ada apa, Gumo?"tanyanya.
"Selamat ya…"aku mengelus kepalanya. Dengan terpaksa.
"Siapa namanya?"
"Hatsune Mikuo… Kakak dari Miku."Tenangkan dirimu, Gumiya. Kau tak boleh marah. Kau harus senang bahwa adikmu telah memiliki pacar. Jadi, tak ada yang mengganggumu saat pagi lagi. Think positive, okay?
"Um… Kuharap dia bersikap baik kepadamu."aku tersenyum, senyum palsu. Jika orang itu menyakiti Gumi, aku tidak segan-segan akan membuatnya meminta maaf.
"Tidak apa-apa 'kan? Aku merasa sangat senang waktu dia berkata 'Mau kau menjadi pacarku?', aku menerimanya. Uh, lagipula aku juga menyukainya sejak pertama kali melihatnya di sekolah!"jelasnya. Kumohon, berhenti mendeskripsikannya. Itu membuat hatiku sesak.
"Dan dia-"
"Berhenti bicara"
Hue... Maafkan Agdis kalau gaje!
Buat yang review mekasih banyak ya!
Review kalian adalah harapan saya untuk terus menulis!
Saran dan kritik diterima, tapi jangan flame ya...
