Minna~ Ini ff pertama saya lohh :D #gatanya
oke lah tanpa berlama-lama saya akan membacakan disclaimer :D
Disclaimer
Vocaloid belong to Yamaha corp.
This Story belong to me :D
Warning : gaje, galo, jelek, abal, ga nyambung, bahasa kaco.
RnR please?
Note : All Rin and Normal POV
Aku ingin menyatakan perasaan..
"Watashi wa anata o aishite" kata tersebut tak mampu meluncur dari mulutku ketika saatnya tiba. Padahal aku sudah berkali-kali latihan.
Aku melihat pantulan diriku di cermin. Rambut blonde dengan pita putih besar di kepalaku terlihat acak-acakan. Mataku terlihat sembab. Ya, aku menangis. Aku mengangkat kedua tanganku seperti orang berdoa, lalu menatapnya dengan intens. Tangan ini, tangan berdosa yang menginginkan segalanya berada dalam genggamannya. Tangan yang telah menggenggam-tidak, memeluk sesuatu yang bukan miliknya. Tentu saja itu tidak masalah jika yang dia genggam-peluk bukanlah milik siapa-siapa, tetapi apa yang dia genggam adalah milik orang lain. Orang yang aku ketahui secara sadar 100% adalah kekasihnya. Ya, kekasihnya. Sesuatu yang ku peluk erat adalah kekasih orang lain, milik orang lain. Bukan milikku.
Len, Kagamine Len. Dia adalah orang yang ku suka-ralat, ku cintai. Ya, aku mencintainya. Tapi aku terlalu takut untuk mengatakannya. aku terlalu pengecut untuk mengatakan perasaanku padanya. Ya, tentu saja karna dia sudah punya kekasih. Tapi entahlah aku rasa kalau dia tidak punya kekasihpun aku tidak akan berani. Karena aku terlalu pengecut. Aku pikir aku sudah terlampau ceplas-ceplos dalam berbicara, tetapi entah kenapa keberanianku hilang saat akan mengatakan kata itu padanya.
Watashi wa anata o aishite..
Aku menyukaimu..
Entah kenapa, satu kalimat tersebut tidak dapat aku ungkapkan. Padahal semua sudah sesuai rencana, sudah tinggal satu langkah lagi dan semua selesai. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Aku terlalu pengecut.
#Flashback
Normal POV
Sepulang sekolah, Rin berjalan menuju ruang osis. Dia termasuk anggota OSIS, begitu juga Len, orang yang disukainya. Dan juga Luka, kekasihnya.
Luka sebenarnya sudah pensiun dari osis, karna dia sudah kelas 3. Jadi Luka dan Len tidak se mesra dulu, karna mereka berbeda angkatan.
Setelah menaruh tas di kursi, Rin membuka laptopnya dan menyelesaikan tugas OSIS yang dibebankan kepadanya.
Tiba-tiba Len masuk, Rin sempat kaget karna tiba-tiba ada orang masuk ke ruang OSIS. Siapa tahu guru, gitu.
"Ah, Rin. Seperti biasa kau selalu rajin ke ruang osis walaupun tidak ada jadwal rapat." Ucap Len.
"Ah tidak juga, aku hanya ingin pulang sore. Kau juga selalu datang ke ruang OSIS ketika aku datang." Jawab Rin, Len menaruh tasnya di samping tempat duduk Rin dan membuka dasinya. Pengap mungkin.
"Tentu saja, aku ketua OSIS. Mana mungkin aku tidak mendatangi ruanganku sendiri." Ucap Len bangga.
"Hah yayaya terserahmu saja." Ucap Rin seakan malas menghadapi Len.
"Kau sedang apa?" tanya Len.
"Aku sedang membuat piagam untuk OSIS angkatan kita. Bukankah kau yang menyuruhku?" tanya Rin.
"Ah iya, aku pikir kau sudah selesai." Ucap Len sambil duduk di samping Rin.
"Belum." Jawab Rin singkat sambil terus berkutat pada laptopnya.
Tiba-tiba Len menyenderkan kepalanya ke bahu Rin. Mungkin dia lelah, pikir Rin.
Rin's POV
Dia menyenderkan kepalanya di bahuku, ahh aku sungguh tak tahan! Dia memang selalu begitu padaku, tapi tak perlu setiap bertemu denganku dia melakukan ini kan?!
O-oh,, dan apa ini? Aku, blushing? Cepat-cepat aku menggelengkan kepalaku pelan, takut kepala Len terjatuh dari pundakku.
"Apa kau lelah, Len?" tanyaku padanya.
"..." ia hanya menjawab dengan anggukkan. Aku baru saja ingin mengelus kepalanya, hal yang biasa ku lakukan. Tetapi dia buru-buru berdiri dan menepuk kepalaku.
"Aku akan tidur di ruang tidur, kau sendirian ya!" ucapnya.
Ya, ruang osis kita mempunyai ruang tidur. Untuk tempat kami tidur jika ada kegiatan yang mengharuskan kami bangun pagi-pagi atau menata panggung saat malam.
"..." aku hanya menganggukkan kepala.
-skip time-
Waktu sudah mulai sore, aku lalu menutup laptopku dan membereskan print yang tadi ku pakai untuk mengeprint piagam.
Sudah pukul 5, ujarku dalam hati. Aku akan membangunkan Len. Aku lalu berjalan menuju ruang tidur.
"Len..?" panggilku kepada pemuda shota itu.
"Nghh.." hanya itu jawabannya. Aku lalu menghampirinya.
"Len, sudah sore. Kau harus pulang." Ucapku.
"Sebentar lagi.." ucapnya.
"ayolah Len.." aku mengguncang-guncangkan tubuhnya. Dia malah tambah menempel pada pahaku, menyandarkan kepalanya pada pahaku dan melanjutkan tidurnya. Sungguh, aku ingin sekali menc-ah.. aku tidak boleh berfikiran seperti itu.
"Len.." aku mengguncangkan tubuhnya keras, dia lalu terbangun. Dan mengucek-ucek matanya. Aku mengusap-usap rambutnya sambil tersenyum. Dia bergegas mengambil tas dan pulang.
"Len, t-tunggu.." panggilku padanya.
"Apa?" dia menengok dan melihatku.
Ah, hari ini aku akan nekad mengatakan perasaanku padanya! Tidak peduli dia sudah memiliki Luka-senpai! Aku tidak peduli! Aku hanya ingin dia mengetahui perasaanku, itu saja! Dan setelah itu—
"Hey, kenapa kau melamun?" tanya Len membuatku kembali ke kenyataan.
Normal POV
Rin kebingungan, padahal rencananya saat di rumah berhari-hari sebelumnya sudah matang, kenapa dia terasa susah mengatakannya?
Len yang sudah ingin pulang lalu berjalan meninggalkan Rin. Saat itu Rin tersadar, dan menarik tas milik Len.
"L-len, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.." ucap Rin akhirnya dengan malu-malu.
"Kau ingin mengatakan apa?" tanya Len.
"Eng.. itu.." Rin bingung mau berkata apa. Padahal sebelumnya dia sudah membayangkan dia akan mengatakan "watashi wa anata o aishite" tetapi kenapa dia malah bingung?
Rin hanya terdiam dan melihat tubuh pemuda di depannya dengan tatapan bingung, tiba-tiba Rin memeluk tubuh Len. Karna mereka sangat akrab, Len kira Rin hanya ingin memeluknya karna kangen, jadi dia biarkan saja. Len tidak menyadari air mata yang mengalir di pipi Rin, karena entah bagaimana dengan sangat pintarnya Rin menyembunyikan isaknya.
"Jadi kau ingin bilang kalau kau merindukanku? Ow baiklah.." Len kemudian memeluk tubuh mungil di hadapannya. Mengelus kepalanya lembut, dan membiarkan Rin dalam pelukannya.
Rin tiba-tiba melepaskan pelukan mereka, lalu bertingkah seolah ingin mengatakan sesuatu—lagi.
"L-len,, ano.."
"Kau ini mau mengatakan apa?" tanya Len, tidak sabar.
"Ano,, wa—watashi .. wa—watashi wa.." Rin tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi. bibirnya bergetar, tubuhnya juga bergetar.
"Rin, kau tidak kenapa-kenapa?" tanya Len sambil memegangi pundak Rin.
"A—aku.. aku.." Rin bingung, tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba Rin mendekatkan mulutnya ke arah telinga Len. Seolah ingin membisikkan sesuatu. Len memalingkan muka ke arah lain, entah kenapa. Mungkin karna kesal menunggu Rin yang plin-plan?
Rin memegang pipi Len agar menghadap ke arahnya, tetapi Len masih bersikeras untuk tidak menatap wajah Rin. Rin bingung, lagi. Akhirnya Rin hanya mengecup pipi pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Dia harus berjinjit untuk melakukan itu. Hanya kecupan singkat, tapi mampu membuat Len terkejut dan spontan menarik lengan Rin.
"a-apa yang kau lakukan?" tanya Len, seolah meminta penjelasan.
"..." Rin hanya diam saja, Rin sangat menyesali apa yang dia perbuat barusan. Rin menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang menangis.
"Rin!" teriak Len kepada Rin, Rin terlihat ketakutan. Len mencengkram tangan Rin dengan sangat kuat.
"Lepaskan aku.." gumam Rin. Len lalu melepaskan cengkramannya kepada tangan Rin.
"Gomennasai.." Rin lalu berlari menjauhi Len.
End Flashback
[ Rin POV ]
Aku sangat bodoh, apa yang ku lakukan sangatlah bodoh. Aku melihat pantulanku di cermin, sangat mirip dengan pemuda shota yang aku sukai, Len. Apalagi dengan rambutku yang acak-acakan begini, sangat mirip.
Aku melihat bibirku, bibir yang ku pakai untuk mencium Len. Aku menangis lagi, mengingat bagaimana Len sangat marah saat aku mengecup pipinya.
Bodoh, sangat bodoh Rin. Bagaimana bisa aku membayangkan aku akan tertawa lepas sambil berlari sesaat setelah menyatakan perasaanku padanya. Bahkan aku pun tidak bisa mengatakan hal itu. Aku malah menangis, bodoh.
Aku menyeka air mataku, tapi tetap tidak berhenti. Yang aku tangisi bukan kenapa aku tidak bisa mengatakan perasaanku, tetapi bagaimana kelanjutanku dengannya. Bukan sebagai kekasih, aku bahkan tidak menginginkan dia menjawab perasaanku. Tetapi sebagai sahabat. Sungguh, aku takut jika dia akan menjauhiku. Aku takut dia akan mengatakan kepada teman-temannya. Luki, Kaito, Akaito, Gumiya, Mikuo. Mereka teman-temanku juga, aku tidak mau dipandang rendahan oleh mereka. Apalagi jika Len mengatakan hal itu pada Luka-senpai. Pasti dia akan sangat marah padaku.
Kaito dan Akaito, duo baka yang mempunyai kesukaan sama denganku. Sama-sama suka mengoleksi anime, entah bagaimana perasaanku kalau mereka menjauhiku dan tidak mau lagi berteman denganku. Luki, adik Luka-senpai. Aku selalu meminta bekalnya, dia juga teman sekelasku. Dia pasti akan marah kalau aku menyakiti perasaan kakaknya. Gumiya, Mikuo. Teman sekelas Len. Mereka selalu bertiga, dan mereka juga dekat denganku.
Entahlah, aku memang lebih suka berteman dengan laki-laki, aku tidak terlalu suka berteman dengan perempuan. Walau begitu aku punya teman perempuan, Miku. Saudara kembar Mikuo, yah. Aku tidak tahu kenapa banyak sekali saudara kembar dan anak mirip di sekolahku.
Sejenak aku tertawa mengingat hal-hal aneh dan lucu ketika bersama mereka. Tetapi sejurus kemudian aku menangis lagi, takut kalau hal itu takkan terjadi lagi. Aku lalu mandi dan menyegarkan tubuhku.
Aku akan menjauhi Len, ya! Karna sebelum Len menjauhiku aku akan lebih dulu menjauhinya. Agar aku tidak terlalu sakit nantinya.
Dan teman-temanku yang lainnya, biarlah. Toh, aku juga sering sendiri.
Setelah mandi, aku merasa lebih baik. Wajahku lebih cerah daripada sebelumnya. Sekarang aku akan berusaha hidup tanpa Len, tanpa sifat manja dan kekanakkan Len, tanpa ada lagi yang akan ku usap kepalanya jika tidur di pahaku. Aku harus bisa.
TBC~~
Jelek? GaJe? Maklum masih labil ehe ehe.. #ganyambung
Yasudahlah, btw ini terjadi pada hari ini, tanggal 28 januari 2014 pada saya sendiri omejih TToTT
Mungkin akan dibuat sequelnya? Atau Len version? Intinya ntar pasti ada lanjutannya, ngegantung gini hehe..
REVIEW PLEASE? :3
